BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu serta
menjadi unsur dari rukun Islam, sedangkan infaq dan shodaqoh merupakan wujud
kecintaan hamba terhadap nikmat dari Allah SWT yang telah diberikan kepadanya
sehingga seorang hamba rela menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan
agama baik dalam rangka membantu sesama maupun perjuangan dakwah Islam.
Dalam memaksimal pengelolaan akuntansi zakat, infaq dan shodaqoh
maka pemerintah membentuk badan yang mengelola dana zakat, infaq dan
shodaqoh, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk olen pemerintah dan
Lembaga Amil Zakat yang dibentuk oleh masyarakat kemudian dikukuhkan oleh
pemerintah.Dalam hal ini akuntansi zakat berfungsi untuk melakukan pencatatan
dan pelaporan atas penerimaan dan pengalokasian zakat. Lembaga zakat
berkewajiban untuk mencatat setiap setoran zakat dari muzzaki baik jumlah
maupun jenis zakat.
Zakat adalah persoalan faridhah sulthaniyah, yaitu suatu kewajiban yang
terkait dengan pemerintah Islam. Adapun orang-orang yang berhak menerima
zakat tertera dalam Al Quran Surah At-Taubah ayat 60 :
Artinya:
Seungguhnya zakat itu hanya untuk orang-orang kafir, orang miskin, amil zakat,
yang dilunakan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui,
Maha Bijaksana.
Dalam mewujudkan pemerataan pendapatan ekonomi masyarakat serta
terciptanya pengelolaan dana zakat dengan baik maka diperlukan keaktifan
2
lembaga-lembaga pengelola zakat (amil) dengan tujuan meningkatkan pelayanan
terhadap masyarakat dalam menunaikan zakat, meningkatkan fungsi dan peran
pranata agama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial
serta meningkatkan hasil dan daya guna zakat.Di Indonesia, pengelolaan dana ZIS
telah diatur Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
UU ini mengatur tentang Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang boleh
beroperasi di Indonesia.OPZ yang disebutkan dalam UU tersebut adalah Badan
Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Pembahasan akuntansi zakat, infaq dan shodaqoh pada penelitian ini
mengambil objek Lembaga Amil Zakat Darut Tauhid yang merupakan Lembaga
nirlaba milik masyarakat Kalimantan Timur, yang berkhidmat dalam
pemberdayaan Ummat yang berkelanjutan dengan membangun kepedulian
masyarakat untuk memaksimalkan potensi dana zakat, infaq dan shodaqoh dan
wakaf (ZISWAF) serta dana sosial lainnya baik perorangan, kelompok,
perusahaan maupun lembaga. Dalam pencatatan transaksi hingga laporan dana
zakat, infaq dan shodaqoh, Lembaga Amil Zakat Darut Tauhid caband Semarang
dilakukan secara sederhana yakni dengan sistem Cash Basis yang mencatat beban
didalam akun keuangan ketika kas dikeluarkan atau dibayarkan. Selain itu
pendapatan dicatat ketika kas masuk atau diterima oleh Lembaga Amil Zakat
Darut Tauhid caband Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas maka
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimana Perlakuan
Akuntansi Dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh dalam Penyajian Laporan Keuangan
pada Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat Darut Tauhid (LAZ DPU DT DT)
Cabang Semarang berdasarkan PSAK nomor 109.
1.3 Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka
yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis perlakuan akuntansi dana zakat, infaq dan shodaqoh dalam
3
Penyajian Laporan Keuangan pada Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat
Darut Tauhid (LAZ DPU DT DT) Cabang Semarang berdasarkan PSAK nomor
109.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran perlakuan akuntansi dana zakat, infaq dan shodaqoh
dalam Penyajian Laporan Keuangan pada Lembaga Amil Zakat Dana Peduli
Ummat Darut Tauhid (LAZ DPU DT) Cabang Semarang berdasarkan PSAK
nomor 109 dalam memudahkan penyusunan laporan keuangan.
2. Memperbaiki perlakuan akuntansi yang selama ini dijalankan bila terdapat
beberapa hal yang perlu disesuaikan atau tidak sesuai dengan PSAK nomor
109.
3. Tambahan wawasan atas pengetahuan tentang perekonomian syariah
khususnya mengenai Organisasi Pengelolaan Zakat, sebagai suatu cabang
ekonomi islam dengan melihat dari sisi teori dan prakteknya (dalam hal ini
dari segi pencatatan akuntansinya).
1.5 Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut:
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Daftar isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Sistematika Penulisan
4
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
2.2 Kerangka Pemikiran
Bab III Metode Penelitian
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.4 Metode Analisis
3.5 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Daftar Pustaka
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
A. Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan pada dasarnya lebih bersifat spesifik terkait hal-hal
yang berhubungan dengan akun-akun yang terdapat dalam laporan keuangan.
Implementasi akuntansi keuangan di lapangan harus merujuk pada pedoman atau
standar yang berlaku yaitu dalam hal ini adalah Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
Menurut Weygant (2007:4) definisi akuntansi suatu sistem informasi yang
mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari
suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan. Mursyidi (2006:14)
menyatakan bahwa Akuntansi (accountancy) berasal dari akar kata to account, yang
artinya adalah menghitung. Secara teknis, akuntansi diartikan sebagai proses pencatatan
(recording), pengklasifikasian (classifiying), pemeriksaan (summarizing) transaksi
keuangan yang diukur dalam satuan uang, serta pelaporan (reporting) hasil-hasilnya.
B. Akuntansi Syariah
Sri Nurhayati dan Wasilah (2011:3) menyatakan bahwa Syariah adalah aturan
yang telah ditetapkan Allah SWT untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala
aktivitas hidupnya di dunia. Jadi, akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses
akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Allah
SWT.
Sofyan (2004:18) menerangkan bahwa akuntansi didalam islam harus
memfokuskan pada pelaporan yang jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil
operasinya, dengan cara mengungkapkan apa yang halal dan apa yang haram.
Rifqi (2008:104) menyatakan bahwa Akuntansi Islam dan Konvensional dalam
berbagai hal teknis memiliki kesamaan. Hal pokok yang membedakan terletak pada dua
hal, yaitu:
1. Kemungkinan terjadinya pelanggaran syariah islam dalam akuntansi konvensional
2. Hilangnya nilai-nilai islam yang belum terimplementasi dalam akuntansi
konvensional.
6
C. Managemen Zakat, Infaq dan Shodaqoh
Manajemen zakat mempunyai peranan besar dalam pengelolaan zakat karena
akan menentukan langkah OPZ dalam optimalisasi pengumpulan dan penyaluran zakat
sehingga beban ganda yang ada di Indonesia tidak berdampak negatif pada pengumpulan
dana zakat.
Manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan dalam penghimpunan dan penyaluran zakat di OPZ sudah selayaknya lebih
tertata dengan baik.Perencanaan yang matang, pengorganisasian yang tepat, pengarahan
yang serius, dan pengawasan yang maksimal adalah idealitas manajemen zakat.
Menurut Eri Sudewo (2004:54-56) menyatakan bahwa Manajemen memiliki dua
model, yaitu:
a. Manajemen by Result (MBR)
Adalah gaya manajemen yang menekankan pada hasil.
b. Manajemen by Process (MBP)
Adalah gaya manajemen yang menekankan pada pentingnya penataan proses
dan berorientasi pada jangka panjang.
Dalam pelaksanaannya manajemen zakat harus kelola dengan strategi profesional
guna mencapai tujuan pengumpulan dan pendistribusian zakat oleh OPZ. Strategi yang
dimaksud adalah:
a. Strategi Pengumpulan
1) Pembentukan Unit Pengumpul Zakat
Pembentukan Unit Pengumpul Zakat ini bertujuan memberi kemudahan
pengumpulan zakat, baik kemudahan bagi OPZ dalam menjangkau para muzzaki
maupun kemudianbagi para muzzaki untuk membayar zakatnya.
2) Pembukaan Counter Penerimaan Zakat
Selain membuka Unit Pengumpul Zakat di berbagai tempat, OPZ dapat membuka
kounter atau loket tempat pembayaran zakat di kantor atau sekretariat lembaga
yang bersangkutan. Dalam Bulan Ramadhan di buka Counter (Gerai) penerimaan
zakat pada tempat-tempat tertentu seperti Mall, Perumahan, SPBU, dll
3) Pembukaan Rekening Bank
7
Suatu kemudahan lain bagi para muzakki untuk membayar zakat dan juga
kemudahan bagi Organisasi Pengelola Zakat yang ada dalam menghimpun dana
zakat dari para muzakki adalah membuka rekening pembayaran zakat, infak, dan
shadaqah di bank dan dipublikasikan secara luas kepada masyarakat.
4) Dapatkan dana pemukul gong, maksudnya adalah dapatkan satu donor yang
sudah dikenal baik yang bisa memberikan sumbangan yang cukup untuk
membiayai program pendayagunaan.
5) Dapatkan pendukung terkenal, tokoh-tokoh masyarakat, ulama panutan dapat
dimanfaatkan untuk menarik dukungan ada suatu even tertentu kemudian.
Momen khusus bisa dimanfaatkan untuk memperkenalkan OPZ pada khalayak
ramai kemudian tokoh/panutan diminta untuk mempelopori pemberdayaan ZIS.
6) Buat Iklan (Janji)
Lebih baik mendapatkan dana besar meskipun menekan waktu lama dari pada
dapatkan dalam waktu singkat tetapi kecil. Jadi perlu membuat semacam kartu
lambing/pemberitahuan yang siap dibagikan setiap saat dibutuhkan
b. Strategi Pendistribusian
Agar dana zakat yang disalurkan dapat berdayaguna dan berhasil guna, maka
pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif atau produktif.
1) Konsumtif Tradisional
Zakat dibagikan kepada mustahiq secara langsung untuk kebutuhan konsumsi
seharihari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras dan uang kepada fakir
miskin setiap Idul Fitri atau pembagian zakat maal secara langsung oleh para
muzakki yang sangat membutuhkan karena ketiadaan pangan atau karena
mengalami musibah. Pola ini merupakan program jangka pendek dalam
mengatasi permasalahan umat.
2) Konsumtif Kreatif Zakat yang diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan
digunakan untuk orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan
ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alat sekolah dan
beasisa untuk para pelajar, bantuan sarana ibadah seperti sarung dan mukena,
bantuan alat pertanian seperti cangkul untuk petani, gerobak jualan untuk
pedagang kecil, dan sebagainya.
3) Produktif Konvensional
Zakat diberikan dalam bentuk barang produktif, dimana dengan menggunakan
barang tersebut, para mustahiq dapat mencpiptakan suatu usaha, seperti
8
pemberian bantuan ternak kambing, sapi perahan atau untuk membajak sawah,
alat pertukangan, mesin jahit, dan sebagainya.
4) Produktif Kreatif
Zakat yang diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir baik untuk
permodalan proyek sosial seperti membangun sekolah, sarana kesehatan atau
tempat ibadah bagi pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil.
(www.wordpress.com/ manajemen Zakat,Infaq dan Shodaqoh)
D. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.109
Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam Pernyataan
Standar dengan pengertian :
1. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Amil adalah entitas pengelola
zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya diatur berdasarkan
peraturan perundangundangan yang dimaksudkan untuk mengumpulkan dan
menyalurkan zakat, infaq/ shodaqoh.
2. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Dana amil adalah bagian amil
atas dana zakat dan infaq/ shodaqoh serta dana lain yang oleh pemberi
diperuntukkan bagi amil. Dana amil digunakan untuk pengelolaan amil.
3. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Dana infaq/ shodaqoh adalah
bagian nonamil atas penerimaan infaq/ shodaqoh.
4. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Dana zakat adalah bagian
nonamil atas penerimaan zakat.
5. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Infaq/ shodaqoh adalah harta
yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang peruntukannya
dibatasi (ditentukan) maupun tidak dibatasi.
6. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Mustahiq adalah orang atau
entitas yang berhak menerima zakat.
7. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Muzakki adalah individu
muslim yang secara syariah wajib membayar (menunaikan) zakat.
8. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Nisab adalah batas minimum
harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
9. PSAK nomor 109 (2011:2-3) menerangkan bahwa Zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya (mustahiq).
9
PENGAKUAN
Paragraf 10.
Penerimaan Zakat :
Penerimaan zakat diakui pada saat kas dan asset noncash diterima.
Paragraph 24.
Penerimaan Infak/Sedekah :
Penerimaan infak/sedekah yang diterima diakui pada saat kas dan asset
noncash diterima.
PENGUKURAN
Paragraph 11.
Zakat yang diterima dari muzzaki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar:
a. Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
b. Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.
Paragraph 11.
Infak/Sedekah yang diterima diakui sebagai penambah dana infak/sedekah
terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pemberi infak/sedekah sebesar :
a. Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas;
b. Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.
PENGUNGKAPAN DAN PENGUKURAN DANA NON HALAL
Penerimaan dana nonhalal menurut PSAK nomor 109 (2011:7) adalah semua
penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain
penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank konvensional. Penerimaan
nonhalal pada umumnya terjadi dalam kondisi darurat atau kondisi yang tidak
diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang. Penerimaan
nonhalal diakui sebagai dana nonhalal, yang terpisah dari dana zakat, dana infaq/
shodaqoh dan dana amil. Asset nonhalal disalurkan sesuai dengan syariah.
10
PENYAJIAN
PSAK nomor 109 (2011:7) menjelaskan bahwa Amil zakat menyajikan dana
zakat, dana infaq/ shodaqoh, dana amil, dan dana nonhalal secara terpisah dalam
neraca (laporan posisi keuangan).
LAPORAN KEUANGANAMIL
PSAK nomor 109 (2011:10) menyakatan bahwa Komponen laporan keuangan
yang lengkap dari amil terdiri dari:
a) neraca (laporan posisi keuangan);
b) laporan perubahan dana;
c) laporan perubahan aset kelolaan;
d) laporan arus kas; dan
e) catatan atas laporan keuangan.
Format masing-masing laporan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Neraca (Laporan Posisi Keuangan) LAZ xxx
Per 31 Desember 2xx2
Sumber: PSAK 109 Ilustrasi I
11
Tabel 3.2
Laporan Perubahan Dana LAZ xxx
Untuk periode tahun yang berakhir 31 Desember 2xx2
12
Sumber PSAK 109 ilustrasi 2
Tabel 3.3
Laporan Perubahan Asset Kelolaan LAZ xxx
Untuk periode tahun yang berakhir 31 Desember 2xx2
13
Sumber psak 109 ilustrasi 3
Untuk tabel laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan dalam
format PSAK nomor 109 sama dengan arus kas dan atas laporan keuangan
konvensional.
TANGGAL EFEKTIF
Paragraf 43
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ini berlaku untuk tahun buku
yang dimulai pada atau setelah tanggal 11 Januari 2012 Penerapan ini
diperkenankan
Hal yang serupa juga dibahas oleh Mursyidi dalam bukunya Akuntansi
Zakat Kontemporer bahwa akuntansi zakat kekayaan merupakan suatu proses
pengakuan (recognition) kepemilikan dan pengukuran (measurement) nilai suatu
kekayaan yang dikuasai oleh seorang muzakki untuk tujuan penetapan nisab zakat
kekayaan yang bersangkutan dalam rangka perhitungan zakatnya.12
Mahmudi dalam bukunya yang berjudul SISTEM AKUNTANSI
ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT membagi sistem dan prosedur akuntansi
menjadi empat yaitu: Sistem dan prosedur penerimaan kas, Sistem dan prosedur
pengeluaran kas, Sistem dan prosedur Akuntansi asset tetap, Sistem dan prosedur
Akuntansi selain kas.13
Dikalangan mahasiswa sendiri zakat menjadi tema dalam skripsi Dahlia
Heryani. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, dengan judul
Studi Penerapan Akuntansi Zakat pada Lembaga Amil Zakat Studi Kasus pada
LAZ PT. Semen Padang dan LAZIS UII, skripsi ini membahas penerapan
akuntansi zakat pada LAZ PT. Semen Padang dan LAZIS UII sebelum adanya
psak 109.
Sedangkan dalam penelitian skripsi ini yang berjudul PENERAPAN
AKUNTANSI ZAKAT PADA Lembaga Amil Zakat (Studi pada LAZ DPU DT
DT Cabang Semarang) penulis akan membahas mengenai pengelolaan zakat,
14
namun akan lebih fokus pada penerapan akuntansi zakat di Lembaga Amil Zakat
DPU DT Cabang Semarang.
2.2 Kerangka Pemikiran
Untuk memberikan gambaran terhadap alur pemikiran penelitian agar
lebih jelas, maka akan dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Menurut Teori :
1. Akuntansi Syariah
2. PSAK nomor 109
Menurut LAZ DPU DT DT
cabang Semarang :
1. Laporan Keuangan
2. Pencatatan Zakat, Infaq dan
Shodaqoh, dll
Rumusan Masalah :
Bagaimana Perlakuan Akuntansi Dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh dalam
Penyajian Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat Darut
Tauhid (LAZ DPU DT DT) berdasarkan PSAK nomor 109
Alat Analisis :
PSAK nomor 109 tentang
Akuntansi Zakat, Infaq dan
Shodaqoh
Analisis Perlakuan Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh pada
lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat Darut Tauhid (LAZ DPU
DT DT) cabang Semarang
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Untuk memperjelas indikator yang digunakan dalam penulisan ini akan
diberikan suatu rumusan mengenai definisi operasional, yaitu penjelasan secara
operasional dan variabelvariabelyang akan diteliti seperti pada uraian berikut.
LAZ Dompet Peduli Umat Darut Tauhid adalah merupakan lembaga
nirlaba milik masyarakat yang bergerak dibidang penghimpunan (fundraising) dan
pendayagunaan dana ZISWA (zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf serta dana
lainnya yang halal dan legal dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga).2
LAZ DPU DT ini didirikan pada tanggal 16 juni 1999 oleh Abdullah Gymnastiar
sebagai bagian dari Yayasan Darut Tauhid dan dikukuhkan menjadi Lembaga
Amil Zakat Nasional sesuai dengan SK Menteri Agama No. 410 tahun 2004 pada
tanggal 13 Oktober 2004.3 Sedangkan LAZ DPU DT Cabang Semarang mulai
didirikan pada tahun 2004 dan berada di jl. DR. Wahidin No. FH G.8 Jatingaleh
Semarang.
Dibentuknya Lembaga Amil Zakat ini dimaksudkan untuk menggali
potensi swadaya di tiap-tiap wilayah Kabupaten Semarang guna menanggulangi
kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan yang masih menghinggapi
masyarakat yang pada gilirannya dapat menjembatani kesenjangan sosial dalam
hal peningkatan sumber daya manusia dan untuk pemberdayaan ekonomi umat.
Dengan adanya pembentukan Lembaga Amil Zakat DPU DT Cabang Semarang
ini diharapkan dapat ikut serta dalam rangka meringankan beban masyarakat yang
semakin terhimpit oleh persoalan ekonomi, dan juga mempermudah bagi para
dermawan menjalankan kewajibannya dalam membayar zakat, infaq dan
shodaqoh.
Dalam penelitian ini, perlakuan akuntansi untuk zakat meliputi pencatatan
penghimpunan dana zakat, infak/sedekah, hibah dan lain-lain.
Metode pencatatan adalah cara memperlakukan dan membukukan setiap
terjadinya penghimpunan dana ZIS. Dalam hal ini metode pencatatan yang
diterapkan oleh LAZ DPU DT yaitu metode pencatatan cash basis yang
16
merupakan Pengakuan dan pengukuran dana ZIS diakui sebagai penambahan saat
kas diterima oleh LAZ DPU DT baik dana terikat maupun tidak terikat, dan
dinilai sebesar nilai wajar yang ada dipasaran jika dana ZIS yang diterima dalam
bentuk nonkas. Penyajian dana ZIS dalam LAZ DPU DT disajikan dalam bentuk
terpisah, baik dana zakat, infaq dan shodaqoh dan dana amil.sesuai dengan
laporan posisi keuangan yang ada di LAZ DPU DT. Pengungkapan dana ZIS LAZ
DPU DT diungkapkan sesuai dengan kebijakan yang ada didalam LAZ DPU DT,
diantaranya :
a. Penyaluran dana ZIS dan amil ditentukan berdasarkan skala prioritas
penyaluran dari asnaf.
b. Penyaluran dana ZIS dihitung berdasarkan nilai wajar dari yang ada
dipasaran apabila asset berupa non kas.
c. Pelaporan atas penyaluran yang telah terlaksana kebeberapa relasi LAZ
DPU DT
d. Mengungkapkan dana non halal sesuai dengan kebijkan dari LAZ DPU
DT atas penerimaan dan penyaluran dana.
e. Pengungkapan kinerja serta pertanggung jawaban amil dalam pengelolaan
dana ZIS
3.2 Jenis dan Sumber Data
Adapun rincian data yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini
antara lain :
1. Gambaran umum atau Sejarah Berdirinya Lembaga Amil Zakat Dana Peduli
Ummat Darut Tauhid (LAZ DPU DT) cabang Semarang
2. Data tentang Struktur Organisasi Lembaga Amil Zakat Dana Peduli Ummat
Darut Tauhid (LAZ DPU DT) cabang Semarang
3. Pencatatan dari Transaksi Zakat, Infaq dan Shodaqoh tahun 2013
4. Data Laporan Keuangan tahun 2013 Lembaga Amil Zakat Dana Peduli
Ummat Darut Tauhid (LAZ DPU DT) cabang Semarang
5. Kebijakan Akuntansi LAZ DPU DT tahun 2013
6. Data lain yang relevan yang diperlukan dalam penulisan ini
17
3.3 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian dari penulisan
skripsi ini, digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian Lapangan (Field Work Research)
a. Studi Dokumentasi yaitu pemberian atau pengumpulan bukti-bukti
(dokumen) dengan cara membuat salinan, mencatat serta mengutip data-
data dari sumber langsung yaitu kepada karyawan Lembaga Amil Zakat
Dana Peduli Ummat Darut Tauhid (LAZ DPU DT) Cabang Semarang
b. Interview (wawancara), yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
melakukan wawancara sehingga terjadi tanya jawab secara lisan dengan
karyawan atau pihak-pihak yang berhubungan dengan objek yang di amati,
dimana teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data atau keterangan
secara langsung.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari teori dan
informasi yang erat hubungannya dengan penelitian sebagai pedoman pokok
untuk mencari data di lapangan yaitu yang berkaitan dengan metode judul skripsi.
3.4 Metode Analisis
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu alat analisis sebagai unsur
terpenting dimana penentuan atas alat analisis dilakukan secara tepat agar
permasalahan yang dihadapi dapat diukur dan dipecahkan.
Untuk melakukan analisis terhadap perlakuan akuntansi zakat, infak/
sedekah pada LAZ DPU DT maka penulis menggunakan alat analisis deskriptif,
yaitu metode analisis dengan cara membandingkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 109 tentang organisasi Pengelola Zakat dengan laporan
keuangan pada Lembaga Amil Zakat Dana peduli Ummat Darut Tauhid (LAZ
DPU DT) Cabang Semarang.
18
3.5 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Gambar 3.1 Tahapan Kegiatan Pelaksanaan Penelitian
Langkah 1
Memilih Masalah
Langkah 2
Studi Pendahuluan
Langkah 3
Merumuskan Masalah
Langkah 4
Merumuskan Anggapan Dasar
Langkah 5
Memilih Pendekatan
Langkah 6-a
Menentukan Variabel
Langkah 6-b
Menentukan Sumber Data
Langkah 7
Menentukan dan Menyusun Instrumen
Langkah 8
Mengumpulkan Data
Langkah 9
Analisis Data
Langkah 10
Menarik Kesimpulan
Langkah 11
Menyusun Laporan
Langkah 4-a
Hipotesis
19
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat. 2007. Standarisasi Manajemen Zakat.
Jakarta
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2011. PSAK Syariah Nomor 109. Ikatan
Akuntansi Indonesia, Jakarta.
Hamid. 2008. Akuntansi Keuangan Syariah, Konsep dan Implementasi PSAK
Syariah_Ed. 1,_ 1._, P3EI Press, Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Safri. 2004. Akuntansi Islam. Bumi Aksara, Jakarta.
http://www.bi.go.id/web/id/PSAK-109/, diakses tanggal 13 Januari 2014
http://www.google.com//akuntansizakat,infaq,danshodaqoh, diakses 16 Januari
2014.
http://www.bi.go.id/web/id/jbptunikompp-gdl-s1-2007-iisengkisn-6197-bab-ii(2),
diakses tanggal 16 Januari 2014.
http://www.wordpress.com/2010/10/31/akuntansizakat,infaqdanshodaqoh,
diakses 19 Januari 2014.
http://www.google.com/UUDNo.23tahun2011, diakses 19 Januari 2014.
http://www.wordpress.com/manajemenzakat , diakses 22 Januari 2014
Jusup, Al. Haryono. 2002. Dasar-dasar Akuntansi. STIE UGM. Yogyakarta.
Masud, Ibnu dan Zainal Abidin S. 2007.Fiqh Ibadah Mazhab Syafii. Pustaka
Setia. Bandung.
Rifqi, Muhammad. 2008. Akuntansi Keuangan Syariah, Konsep dan
Implementasi PSAK Syariah_Ed. 1,_ 1._, P3EI Press, Yogyakarta.
Mursyidi. 2006. Akuntansi Zakat Kontemporer. Remaja Rodakarya. Bandung.
Nurhayati, SridanWasilah. 2011. AkuntansiSyariah di Indonesia.Salemba Empat.
Jakarta.
Sudewo, Eri. 2004. Hal 54-56. Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi,
Terapkan 4 Prinsip Dasar. Institute Manajemen Zakat. Jakarta.
. 2007. Hal 77. Manajemen Zakat. Institute Manajemen Zakat.
Jakarta.
20
. 2007. Hal 190-200. Manajemen Zakat. Institute Manajemen
Zakat. Jakarta.
Sudrajat, Anang, M.Syabiti & Abdul Aziz Sidiq. 2007. Al-Quranul Karim dan
terjemahnya dan Tafsir. Departemen Agama. Bogor.
Weyghant et al.,Accounting Principles, John Wiley & Sons, Inc. 2007. hlm.4.
Salemba Empat.