Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah merupakan gambaran keluarga yang paling
didambakan oleh semua keluarga. Namun sayangnya, di dalam menjalani kehidupan berkeluarga
tentunya akan menghadapi banyak permasalahan. Masalah tersebut dapat berasal dari orang
tuanya maupun berasal dari anak. Salah satu masalah yang berasal dari anak yaitu ketika sang
anak menginjak usia remaja. Pada usia remaja itulah sang anak berpotensi melakukan tindakan
negatif atau yang biasa kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja biasanya
dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya, baik
pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja
berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.
Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak
terselesaian dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali
didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari
lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang
membuatnya merasa rendah diri.

Kenakalan remaja dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif
perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari
berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari norma sosial dan norma agama yang berlaku. Perilaku
menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya
sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang.

Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku
menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena pelaku kurang
memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja,
memang sengaja dilakukan, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan, mungkin karena
ingin diperhatikan, cari sensasi atau latar belakang masalah lainnya.

Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang
melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan dan agama.
Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk
melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan
yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari
dorongan-dorongan untuk menyimpang.

Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang Kenakalan Remaja bisa melalui
pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual melalui pandangan
sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah
sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi).
PENGERTIAN
Remaja pada hakikatnya sedang berjuang untuk menemukan dirinya sendiri, jika dihadapkan
pada keadaan luar atau lingkungan yang kurang serasi penuh kontradiksi dan labil, maka akan
mudahlah mereka jatuh kepada kesengsaraan batin, hidup penuh kecemasan, ketidakpastian dan
kebimbangan. Hal seperti ini telah menyebabkan remaja-remaja Indonesia jatuh pada kelainan-
kelainan kelakuan yang membawa bahaya terhadap dirinya sendiri baik sekarang, maupun di
kemudian hari.[1]
Menurut Prof. M. Arifin istilah kenakalan remaja merupakan terjemahan dari kata juvenile
delinquency yang dipakai di dunia Barat. Istilah ini mengandung pengertian tentang kehidupan
remaja yang menyimpang dari berbagai pranata dan norma yang berlaku umum. Baik yang
menyangkut kehidupan bermasyarakat, tradisi, maupun agama, serta hukum yang berlaku. Lebih
jelasnya pengertian kenakalan tersebut mengandung beberapa ciri pokok, sebagai berikut:
1. Tingkah laku yang mengandung kelainan-kelainan berupa perilaku atau tindakan yang
bersifat a-moral, a-sosial atau anti sosial.
2. Dalam perilaku atau tindakan tersebut terdapat pelanggaran terhadap norma-norma sosial,
hukum, dan norma agama yang berlaku dalam masyarakat.
3. Tingkah/perilaku, perbuatan serta tindakan-tindakan yang betentangan dengan nilai-nilai
hukum atau undang-undang yang berlaku yang jika dilakukan oleh orang dewasa hal
tersebut jelas merupakan pelanggaran atau tindak kejahatan (kriminal) yang diancam
dengan hukuman menurut ketentuan yang berlaku.
4. Perilaku, tindakan dan perbuatan tersebut dilakukan oleh kelompok usia remaja. [2]
CONTOH PERILAKU KENAKALAN REMAJA
Kenakalan remaja merupakan gangguan psikis serta mental yang dialami oleh remaja,
biasanya kenakalan remaja ini dianggap sebagai kecacatan perilaku social oleh masyarakat.
Menurut Paul Moedikdo,SH kenakalan remaja adalah :

1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri,
menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan
keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

Berbagai contoh perilaku yang dikategorikan sebagai kenakalan remaja diantaranya adalah:
1. Membolos Sekolah
2. Kebut-kebutan di jalan raya
3. Membentuk kelompok-kelompok geng motor
4. Membuang-buang uang untuk merokok
5. Penyalahgunaan narkoba
6. Sex bebas
7. Berbohong kepada guru, orangtua, maupun oranglain
8. Tawuran
9. Berkelahi sesame teman sebaya
10. Menonton film-film dewasa
11. Berkelahi dengan teman sebaya
12. Berjudi
13. Mencuri

PENYEBAB PERILAKU KENAKALAN REMAJA
Perilaku kenakalan remaja biasanya disebabkan oleh 2 faktor, baik factor internal yaitu
factor dari dalam diri sendiri, maupun factor eksternal yaitu factor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis yang terjadi pada diri remaja memungkinkan terjadinya
dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya.
Kedua, tercapainya identitas peran.Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan
kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya, bahkan dengan tidak bidanya
mengontrol diri sendiri sering kali para remaja terjerumus oleh lingkungan sekitar secara sadar
maupun tidak sadar.
3. Adanya gangguan-gangguan fungsi perasaan antara lain :

Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan diri sendiri yang meledak-
ledak, kemauan yang tidak bias dikekang.

Labilitas emosional merupakan suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak
tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.
Labilitas emosional ini biasanya berganti sangat cepat, contonya saja ketika remaja yang
merasa senang-senang saja, kemudian setelah dirinya merasa bingung atau tidak baik
terhadap apa yang dirasakannya, tidak lama kemudian suasana hati remaja akan mudah
berubah.

Ketidak pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak
pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.

Kecemasan merupakan bentuk ketakutan pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan
dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.
Faktor eksternal:
1. Keluarga
Keluarga sangat berperan dalam memegang peranan penting terhadap pembentukan
pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan
atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang keadaannya berantakan,
keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari
remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu
yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang
membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan, perceraian orangtua juga
biasanya menjadi factor utama seorang remaja melakukan hal kenakalan, karena hal ini membuat
remaja merasa terbebani dengan apa yang terjadi pada keluarganya sehingga remaja merasa
frustasi, atau tindakan orangtua yang terlalu sering memanjakan anaknya dan tidak menanamkan
nila-nilai agama sejak kecil. Selain itu juga masih banyak penyebab terjadinya kenakalan remaja
yang disbabkan oleh factor keluarga, seperti struktur keluarga anak nakal pada umumnya
menunjukkan beberapa kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah sebagai berikut:

1) Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci dan menolak
anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan anaknya.

2) Ibu kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewanitaan dan keibuannya; mereka lebih
banyak memiliki sifat ke jantan-jantanan.

3) Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak harmonis. Mereka
tidak sanggup memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik yang fisik maupun yang psikis sifatnya.

4) Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsisten, sangat mudah berubah dalam
pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak bertanggung jawab secara moral.

Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:

1) Mereka menolak anak laki-lakinya.

2) Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya, tidak
perduli, dan sewenang-wenang terhadap anak dan istrinya.

3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga
menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada anak dan istrinya.

4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-
lakinya.

5) Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau dengan disiplin
yang tidak teratur, tidak konsisten.

Selain itu ada beberapa factor yang datangnya dari tindakan orangtua sendiri terhadap anaknya
seperti:

1) Rumah tangga berantakan. Bila rumah tangga terus menerus dipenuhi konflik yang serius,
menjadi retak, dan akhirnya mengalami perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi
semua anggota keluarga, terutama anak-anak.Pecahnya harmonis dalam keluarga, dan anak
menjadi sangat bingung, dan merasakan ketidakpastian emosional.Dengan rasa cemas, marah
dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu.Mereka tidak tahu harus memihak
kepada siapa.Batin anak menjadi sangat tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah
orang tua mereka.Ada perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap
lingkungan.

2) Perlindungan-lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan
anak-anaknya, dan menghindarkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil,
anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup belajar mandiri. Mereka akan
selalu bergantung pada bantuan - orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan
harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan dirinya menjadi hilang.

3) Penolakan orang tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung
jawab sebagai ayah dan ibu.Mereka ingin terus melanjutkan kebiasaan hidup yang lama,
bersenang-senang sendiri seperti sebelum kawin.Mereka tidak mau memikirkan konsekuensi dan
tanggung jawab selaku orang dewasa dan orang tua.Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap
sebagai beban, sebagai hambatan dalam meniti karir mereka.Anak mereka anggap cuma
menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.

4) Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup,
senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap rokok berganja,
bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya) dari orang tua atau salah seorang anggota
keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada anak.Anak jadi ikut-ikutan
kriminal dan a-susila, atau menjadi anti-sosial.Dengan begitu kebiasaan buruk orang tua
mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.

2. Teman sebaya
Adanya teman sebaya yang mempengaruhi perilaku kurang baik membuat diri remaja
semakin terbawa karena factor labilitas yang ada pada diri remaja itu sendiri.Di usia remaja, anak
mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema sebayanya. Remaja mulai betah
berbicara berjam jam melalui telefon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv
atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.

Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi
remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan dari
hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya.Semua faktor ini
menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena
pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman
sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar
remaja akan menyeleksi teman pergaulannya.

3. Lingkungan
Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai "sekolah dengar"
daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas, kreativitas dan inventivitas
anak.Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang
kegairahan belajar anak.Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus
melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi
jemu, jengkel dan apatis.

Di kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan batin,
merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang "tidak adil". Di satu pihak pada
dirinya anak ada dorongan naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat;
tetapi di pihak lain anak dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem regimentasi dan
sistem sekolah-dengar.

Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki dedikasi pada profesi, dan tidak
menguasai didaktik-metodik mengajar.Tidak jarang profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pe-
ngajar hanya berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan
kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan
dengan masalah mengajar atau mengoperkan informasi belaka, bukan memberikan contoh serta
mengawasi tentang akhlak yang harus dikontrol pada masa remaja yang bias dibilang berbahaya
ini.

Selain pengaruh lingkungan ada juga pengaruh yang tidak baik dari media elektronik,
seperti TV, video, film dan sebagainya terlihat sangat ikut berperan merusak mental remaja,
padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya
menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah
dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat
berdampak buruk pada tingkah laku remaja.Anak yang sering menonton film-film keras lebih
terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang
menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang
pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film
yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.

Kenakalan remaja merupakan hal yang mudah ditemukan di lingkungan bangsa ini. Terdapat
berbagai cara untuk mengatasi kenakalan remaja yang semakin marak saat ini. Diantaranya
membekali pengajaran agama pada remaja.Dengan memberikan beberapa metode di dalam
pengajaran agama tersebut seperti keteladanan, demonstrasi, dan pemberian tugas.Dari masing-
masing metode tersbut memiliki manfaat tersendiri.
a. Metode Keteladanan
1

Ini berpengaruh dalam aspek moral spiritual anak dalam remaha mengingat pendidik
adalah figure terbaik dalam pandangan anak. Dapat diterapkan pada usia remaja.
Contohnya shalat, mengaji, ibadah, atau perbuatan baik lainnya.
b. Metode Demonstrasi
1

Cara mengajar dengan menggunakan peragaan atau memperlihatkan bagaimana
berjalannya suatu proses tertentu kepada yang diajar. Digunakan untuk mengajarkan
agama pada remaha, seperti mendemonstrasikan langsung, praktek shalat, wudhu, dll.
c. Metode pemberian tugas
1

Termasuk metode pengajaran agama pada remaja yang cukup berhasil dalam
membentuk aqidah anak (remaja) dan mempersiapkannya baik secara moral, maupun
emosional adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-
nasehat. Karena nasehat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak
(remaja) akan hakikat sesuatu, mendorong untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang
mulia.

Setelah diketahui penyebab terjadinya kenakalan remaja, maka ada beberapa hal yang
bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja adalah :
2
a. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau
diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya
dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya
gagal pada tahap ini.
b. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point
pertama.
c. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga
yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
d. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi
arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
e. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata
teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
f. Pemberian ilmu yang bermakna yang terkandung dalam pengetahuan dengan
memanfaatkan film-film yang bernuansa moral, media massa ataupun
perkembangan teknologi lainnya.
g. Memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anakanak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja
h. Membentuk suasana sekolah yang kondusif, nyaman buat remaja agar dapat
berkembang sesuai dengan tahap perkembangan remaja

Kesimpulan

Kenakalan remaja itu pasti selalu terjadi di kehidupan seorang remaja karena itu adalah
salah satu tahap seorang remaja untuk tumbuh menjadi dewasa. Proses yang sedang dijalani oleh
seorang remaja itu adalah suatu prosesmencari jati diri mereka masing masing, jadi jika
dihadapkan dengan suatu keadaan lingkungan yang tidak serasi ataupun yang berkontradiksi
dengan keadaan lingkungan sekitarnya, maka remaja akan mudah cemas dan labil dan biasanya
orang Indonesia sebut dengan sifat Galau. Ada 2 faktor yang menyebabkan kenakalan remaja,
yaitu factor internal dan eksternal. Faktor internal itu bisa berupa krisis identitas, kontrol diri
yang lemah, dan adanya gangguan-gangguan fungsi perasaan. Jika factor eksternal bisa berupa
keluarga, teman sebaya, dan lingkungan. Ada banyak jenis kenakalan remaja yang
terjadi,contohnya tawuran, bolos sekolah, penyalahgunaan narkoba, merokok bahkan seks bebas.
Untuk itu, diperlukan control remaja yang sangat kuat untuk menghindari terjadinya
kenakalan remaja. Tetapi, kenakalan remaja itu tidak aka bisa dihindari, tetapi bisa dicegah
karena saat remaja lah seorang manusia mencari jati dirinya jadi dia bisa melakukan apa saja
yang mana dianggapnya senang senang saja. Keluarga dan lingkungan sekolah dan teman
sebayanya yang sangat berpengaruh dalam kehidupan remaja.Untuk tu, seimbangkalah
kehidupan remaja itu, jangan terlalu tegas, dan jangan terlalu bebas. Ajarkan tanggung jawab
sedikit demi sedikit. Mungkin diawal mereka hanya mendengarkannya saja, tapi lama-lama pasti
mereka meresapi apa tanggung jawab mereka sebenarnya sebagai seorang manusia.

REFERENSI
http://www.sarjanaku.com/2012/11/kenakalan-remaja-siswa-makalah.html

Arif, Armai. Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
2013. [online] Available at:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Microsoft%20Word%20-
%20KENAKALAN%20REMAJA_PENYEBAB%20DAN%20SOLUSI_.pdf [Accessed:
29 Nov 2013].

Anda mungkin juga menyukai