Anda di halaman 1dari 8

Refraktori (Bata Tahan Api)

Posted on 19 April 2010 by Riki Gana


Pendahuluan
Material refraktori sangat diperlukan untuk banyak industri proses. Material ini melapisi
furnace, tundish, ladle dan sebagainya. Material ini juga digunakan sebagai Nozzle, Spout,
dan Sliding Gate. Biaya untuk pembelian dan instalasi refraktori adalah faktor yang
menentukan dalam biaya proses secara keseluruhan. Kegagalan (failure) material refraktori
ketika digunakan dalam suatu proses dapat berarti suatu bencana. Material refraktori
diharapkan dapat tahan terhadap temperatur tinggi, tahan terhadap korosi slag cair, logam cair
dan gas-gas agresif, siklus termal (thermal cycling), tahan terhadap benturan dan abrasi
dengan hanya sedikit perawatan. Banyak orang bekerja di Industri yang menggunakan
refraktori tetapi hanya sedikit yang mengerti tentang material ini, sehingga pemborosan biaya
tidak dapat dihindari.
Refraktori didefinisikan sebagai material konstruksi yang mampu mempertahankan bentuk
dan kekuatannya pada temperatur sangat tinggi dibawah beberapa kondisi seperti tegangan
mekanik (mechanical stress) dan serangan kimia (chemical attack) dari gas-gas panas, cairan
atau leburan dan semi leburan dari gelas, logam atau slag [Hancock, 1988 ].
Dengan kata lain refraktori adalah material yang dapat mempertahankan sifat-sifatnya yang
berguna dalam kondisi yang sangat berat karena temperatur tinggi dan kontak dengan bahan-
bahan yang korosif. Refraktori dibuat dari berbagai jenis material terutama keramik yang
mana termasuk bahan-bahan seperti alumina, lempung (clay), magnesia, chromit, silicon
karbida dan lain-lain. Refraktori digunakan untuk mengkonstruksi atau melapisi struktur yang
berhubungan dengan temperatur tinggi, dari perapian sampai blast furnace.
Untuk dapat melayani aplikasi yang diminta, refraktori memerlukan sifat-sifat tertentu. Sifat-
sifat ini diantaranya titik lebur yang tinggi, kekuatan yang bagus pada temperatur tinggi,
tahan terhadap degradasi, mudah dipasang, dan biaya masuk akal.
Material Bahan Baku (Raw Material) Bagian I.
1. Lempung (Clays)
Lempung dari berbagai kelompok material terbentuk dari proses pelapukan batuan
metamorphosis atau batuan beku. Material ini umumnya sangat halus dengan ukuran partikel
kurang dari 2 mikron. Material yang menarik bagi pembuat (manufaktur) refraktori adalah
yang mempunyai kandungan alumino-silikat yang tinggi.
Kelompok refraktori ini biasanya mempunyai ketahanan yang bagus terhadap slag asam (acid
slag). Secara umum property dari kelompok ini yaitu sebagai berikut:
Bagus sebagai material insulator.
Beberapa jenis mempunyai perilaku ekspansi yang kompleks, tetapi kebanyakan
hanya mempunyai ekspansi panas yang kecil.
Kekuatan yang sedang pada temperatur tinggi, mengandung fasa gelas yang bertitik
lebur rendah.
Ketahanan yang bagus terhadap slag asam (acid slag).
Ketahanan yang bagus terhadap kejut panas (thermal shock)
Tidak mahal dan mudah tersedia.
Lempung adalah campuran dari beberapa mineral lempung, yang biasanya juga mengandung
jumlah yang bervariasi dari mineral bukan lempung.
Lempung Cina (China Clay) atau Kaolin adalah jenis lempung yang mempunyai kandungan
mineral utama berupa kaolinite. Mineral yang lain seperti kwarsa, feldspar dan mika.
Lempung Bola (Ball clays) terdiri dari mineral utama kaolinite dan illite, dan sering juga
mengandung sejulah tertentu bahan-bahan organic. Ukuran butiran dari ball clays biasanya
lebih kecil dari pada China clay, selain itu juga mempunyai tingkat plastilitas yang tinggi
serta kekuatan yang bagus bila kering. Jumlah illite yang besar di dalam material cenderung
menurunkan titik lebur dari ball clays.
Fire clay (lempung api) adalah ball clay dengan kandungan kaolinite yang tinggi dan
kandungan illite yang rendah. Sebagai akibatnya, fire clay mempunyai titik lebur yang tinggi
untuk jenis lempung, oleh karena itu digunakan untuk aplikasi sebagai refraktori.
Flint clays (lempung batu api) adalah lempung dengan kandungan silica yang tinggi, juga
digunakan untuk aplikasi sebagai refraktori.
Bata lempung (Brick clay) mempunyai rentang komposisi yang lebar, tetapi biasanya
komposisi utamanya kaolinite atau illite. Selain itu juga mengandung mineral besi yang
menghasilkan warna merah ketika dibakar.
2. Alumina
Alumina untuk refraktori berasal dari deposit alami dan buatan. Sumber-sumber alami terdiri
dari Bauksite dan Diaspore. Sedangkan yang buatan terdiri dari Calcined Alumina, Sintered
Alumina, dan Fused Alumina.
Bauksit adalah bijih yang mengandung Boehmite (Al2O3.H2O) atau Gibbsite (Al2O3.3H2O)
dalam proporsi yang bervariasi. Bauksit juga mengandung oksida besi, alumino-silikat dan
titania. Bauksit yang kaya akan oksida besi dan pengotor lain dapat digunkan untuk membuat
Calcined Alumina melalui proses Bayer atau untuk membuat logam alumunium. Bauksit
yang langsung digunakan unuk membuat refraktori harus memiliki kandungan pengotor yang
rendah. Segera setelah ditambang kemudian bauksit dikalsinasi di rotary kiln untuk
penyetabilan. Komponen utama adalah corundum (alumina ) dengan sedikit Mullit dan
sejumlah kecil fasa glas.

Gambar 1. Calcined Alumina

Diaspore adalah monohidrat alumina, membentuk corundum langsung selama pemanasan,
sehingga hanya membutuhkan kalsinasi sebelum digunakan sebagai bahan baku refraktori.
Calcined alumina dibuat dengan proses Bayer, beberapa grade tersedia dengan property yang
sesuai dengan aplikasinya.
Sintered Alumina dibuat dengan peletisasi (peletizing) calcined alumina, lalu disinterisasi
pada temperature sangat tinggi (> 1800 C) di Rotary Kiln. Sintered pellet kemudian di remuk
(crushing) yang akan menghasilkan alumina kualitas sangat tinggi dengan butiran kasar.
Kadang-kadang juga disebut tabular alumina karena bentuk kristalnya yang besar menyerupai
tablet. Kandungan mineral utama adalah alumina dengan hanya sejumlah kecil sangat kecil
(trace) alumina (Na2O.11Al2O3).
Fused Alumina dibuat dengan cara melebur calcined bauxite atau calcined alumina di electric
Arc furnace (EAF). Material yang telah lebur tersebut lalu dicetak menjadi ingot dan
kemudian diremuk. Terdapat beberapa jenis fused Alumina, yaitu:
Brown Fused Alumina yang terbuat dari bauksit, selama peleburan pengotor-pengotor
dipisahkan sehingga akan diperoleh kandungan alumina sebesar 94-97%, pengotor
yang tersisa akan memberikan warna coklat.
White Fused Alumina yang terbuat dari calcined Alumina dan mengandung alumina
sebesar > 99%, material ini bersifat sangat refraktori (> 1900 C), densitasnya tinggi
dan tangguh, bila warnanya pink maka mengandung oksida Khrom sekitar 2%.
Gambar 2. White fused Alumina
Fused alumina mempunyai kristalisasi yang hamper sempurna sehingga membuatnya sangat
stabil, oleh karena itu mempunyai kekuatan yang sangat bagus pada temperature tinggi dan
ketahanan yang prima terhadap abrasi dan korosi.
Properti umum yang dimiliki refraktori alumina adlah sebagai berikut:
Kekuatan yang tinggi pada temperatur tinggi.
Sangat keras.
Bersifat Amphoter, ketahanan korosi yang bagus terhadap berbagai variasi slag.
Konduktivitas panasnya lebih tinggi daripada kelompok alumino-silikat.
Kurang tahan terhadap kejut panas.
3. Silika
Silika membentuk sekitar 60% dari lapisan kerak bumi, sehingga bahan baku untuk refraktori
silica mudah tersedia. Sumber alaminya adalah kwarsa dan tanah diatomae. Pasir silica
adalah bahan baku utama. Pasir dpat berasal dari pantai, lempung pasir, atau dibuat dengan
meremuk batu pasir. Sedangkan tanah diatomae atau diatomit mengandung rangka-rangka
silica dari alga bersel tunggal yang disebut diatom. Rangka-rangka tersebut tersusun dari
silica hidrat dan silica amorf. Setelah dikalsinasi material bersifat sangat porous dan ringan
sehingga bagus digunakan sebagi material insulator.

Gambar 3. Pasir Silika
Fused silica dibuat dengan melebur pasir murni, hampir sama dengan cara membuat fused
alumina, dengan sedikit perbedaan yaitu disertai quenching terhadap material. Produknya
bersifat amorf dan mempunyai ekspansi panas yang sangat rendah, sehingga volumenya
sangat stabil. Akan tetapi material hanya dapat digunakan untuk periode yang panjang pada
temperature sampai 1200 C, ketika itu material gelas akan melunak dan membentuk
kristobalit pada 1270 C.
Silika mempunyai banyak polimorf sehingga perubahan fasa akan terjadi bila memanaskan
silica, selain itu juga disertai dengan perubahan volume yang cukup berarti. Hal ini akan
menyebabkan masalah jika memanaskan material yang mengandung kwarsa.
Penggunaan refraktori silica penggunaannya terus menurun, hal ini disebabkan oleh
perubahan-perubahan yang terjadi pada teknologi steelmaking dimana membutuhkan
refraktori yang mampu mengatasi temperature yang lebih tinggi. Selain itu juga masalah
kesehatan yang berkaitan dengan handling silica (silikosis) juga turut menyumbang pada
penurunan popularitasnya.
Properti umum dari refraktori silica adalah sebagai berikut:
Masih dapat menanggung beban sampai mendekati titik leburnya.
Hanya sedikit menyusut sampai 1600 C.
Tahan terhadap korosi leburan Fe dan slag asam
Insulator yang baik.
Sensitif terhadap kejut panas pada 600 C.
Bila terkena uap air dalam waktu yang lama dapat menyebabkan hancur (crumbling).
Debu SiO2 dapat menyebabkan maslah kesehatan (Silikosis).
Pengetahuan Dasar Refraktori
March 9, 2011 2 Comments
Refaktori adalah bahan yang diperlukan sebagai bahan yang tahan suhu tinggi. Kata
refaktori dari segi bahasa berarti keras kepala, sinonim lain dalam bahasa inggris adalah
stubborn. Kemungkinan nama refaktori diberikan kepada bahan keramik tertentu yang
tidak dipengaruhi pada suhu tinggi tertentu. Dalam bahasa indonesia refaktori diterjemahkan
barang tahan api, batu/bata tahan api, namun istilah refaktori sudah dikenal dikalangan
industri maupun perguruan tinggi.

3. Bentuk bentuk Refaktori
Berdasarkan bentuknya maka refaktori dapat dibagi atas:
3.1 Formed Refaktori
Terdapat berbagai bentuk refaktori tergantung penggunaannya yaitu apakah di lantai, di
dinding,di atap dll. Bentuk tersebut antara lain:
Straight
Arch
Wedge
Key
Plain dll
3.2 Unformed Refaktori ( Momolithic refactory )
Unformed refaktori adalah refaktori yang dipasarkan tanpa dibentuk terlebih dahulu. Ada
beberapa jenis Unformed refaktori antara lain:
Plastik refaktri
Ramming mixture
Gunning mixture
Castables
3.2.1 Plastik refaktori
Plastik refaktori umumnya mengandung lempung pengikat yang tinggi sehingga dapat di
bentuk dengan cara plastis. Bahan ini diproduksi siap pakai, dapat dipakai atau dibentuk
dengan tangan tanpa air.
3.2.2 Ramming mixture
Produk ini diperdagangkan dalam bentuk gumpalan yang rapuh, agak basah atau kering dan
dipadatkan dengan mesin vibrator. Terdapat ramming alumina tinggi dengan komposisi
corunndum dan lempung plastis, kadang kadang dicampur alumina phospat sebagai
pengikat refaktori. Juga terdapat dalam campuran asam dengan kuarsa, refaktori basa
berbasis magnesia dan chrom. Sebagai pengikat campuran ini maka ditambahkan waterglass,
magnesium sulfat, sodium bichromat atau tar, khususnya untuk ramming mixture dolomit.
3.2.3 Gunning mixture
Gunning mixture terdiri atas butiran halus yang dalam pemakaiannya di semprotkan ke
permukaan yang di inginkan dengan tekanan udara melalui hose. Pada ujung nozzle biasanya
ditambahkan air atau cairan untuk pengikat. Dengan cara ini kehilangan bahan
harusdiperhitungkan. Tungku baru biasanya dibiasanya dilapisi dengan gunning mixture,
biasanya pipa boiler dilapisi dengan SiC dengan cara semprot.
3.2.4 Castable refaktori
Castable asalah agregat dengan penambahan binder hidrolik seperti semen portland atau
semen alumina. Agregat ini dibuat jadi Castable dengan menambahkan kemudian dituang.
Bahan akan disetting pada suhu kamar. Komposisi yang sering dipakai adalah alumina tinggi,
mulilite dan fireclay. Senyawa basa atau asam dengan sodium silikat atau magnesium sulfat
dapat juga dibuat castable dengan menambahkan air.

3.3 Refaktori Mortar
Refaktori mortar termasuk Unformed refaktori, namun diberi klasifikasi lain karena
umumnya refaktori mortar dipakai terutama untuk menyambung shape refaktori dan bukan
dipakai untuk membuat suatu bentuk tertentu.
Ada beberapa syarat untuk refaktori mortar antara lain:
1. Bila dicampur air harus dapat membentuk konsistensi yang diperlukan, dapat mengisi spasi
antar bata.
2. Mempunyai refaktoriness dan refaktoriness under load yang memadai.
3. Mortar harus setting dan menempel ke bata, dan mempunyaikuat mekanis tinggi setelah
kering dan pada suhu tinggi.
4. Thermal expansion, suisut kering dan susut bakar harus sama dengan bata yang disemen.
5. Refaktori mortar dapat terdiri dari kalsium aluminat. low cement, Ultra-low cement,
bahkan zero cement. Dalam hal ini pengikat yang dipakai adalah silika koloid, pospat kering,
dan silika kering.

4. Pengertian Refaktori Berdasarkan Berat Jenis
Berdasarkan berat jenis refaktori dapat dibagi atas:
4.1 Refaktori berat (heavy weight refactory)
Disebut heavy weight bila bulk densitynya> 1,3 g/cm. Umumnya dipakai untuk refaktori
yanglangsung terkena panas/suhu tinggi.
4.2 Refaktori ringan ( light weight refactory )
Disebut light weight bila densitynya1,3 g/cm. Bila refaktori digunakan pada suhu < 1000C
maka refaktori tersebut refaktori isolasi. Dan bila digunakan pada suhu> 1000C, refaktori
disebut light weight refactory.

5. Pengertian Refaktori Berdasarkan Cara Pembuatan
Berdasarkan cara pembuatan maka refaktori dibagi atas:
5.1 Burned refaktori
Termasuk kedalam burned refaktori adalah refaktori silika, fire clay, alumina tinggi dll.
5.2 Unburned refaktori
Termasuk kedalam unburned refaktori adalah refaktori magnesit dan refaktori karbon.

6. Fungsi Refaktori
Bahan refaktori memenuhi beberapa fungsi di seluruh cabang industri sebagai berikut:
1. Mengisolasi ruangan reaksi panas dengan sekelilingnya untuk mencegah kehilangan panas
seminimum mungkin.
2. Menyimpan panas di regenerator untuk kemuadian dilepaskan
3. Untuk transfer panas pada rekuperator.
4. Memisahkan ruang api dengan ruang reaksi.
5. Melindungi bagian lain yang lebih mahal seperti steel dll.
Suhu proses pada industri tertentu berkisar antara 1000-1800C
6.1 Fungsi utama refaktori
Berdasarkan fungsi utama refaktori dapat dibagi atas:
6.1.1 Refaktori kerja
Refaktori ini disebut juga heavy refactory atauworking refactory. Fungsi utamanya
adalah menahan suhu tinggi tanpa lebur.
6.1.2 Refaktori Isolasi
Fungsi utamanya adalah untuk mencegah panas keluar dari sistem.
6.2 Pemakaian refaktori
Refaktori dipakai pada industri yang beroperasi pada suhu tinggi antara lain:
1. Industri semen
2. Industri baja
3. Industri non-besi
4. Industri kapur
5. Industri kertas
6. Industri kimia
7. Industri gelas
8. Industri minyak
9. Incinerator

Anda mungkin juga menyukai