Anda di halaman 1dari 51

TUGAS INDIVIDU

PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN

OSTEOSARCOMA

oleh :

NURUL ARIFAH
010710361 B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2008-2009
KATA PENGANTAR
1

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah YME karena atas rahmat dan hidayahNya saya selaku penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah
Patofisiologi Keperawatan dengan tema Osteosarcoma sebagai tugas
individu dalam semester gasal ini.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis haturkan kepada semua
pihak yang membantu terselesaikannya makalah ini. Khususnya kepada
Bapak Joni Haryanto, S.Kp., MS selaku dosen yang membimbing penulis
dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini disusun dari berbagai sumber reverensi yang relevan,
baik buku-buku diktat kedokteran dan keperawatan, jurnal diatas tahun
2000, artikel-artikel nasional dan internasional dari internet dan lain
sebagainya. Semoga saja makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri khususnya maupun bagi para pembaca pada umumnya.
Tentu saja sebagai manusia, penulis tidak dapat terlepas dari
kesalahan. Dan penulis menyadari makalah yang dibuat ini jauh dari
sempurna. Karena itu penulis merasa perlu untuk meminta maaf jika
ada sesuatu yang dirasa kurang.
Penulis mengharapkan masukan baik berupa saran maupun
kritikan demi perbaikan yang selalu perlu untuk dilakukan agar
kesalahan - kesalahan dapat diperbaiki di masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Penulis

DAFTAR ISI
2

Halaman
Judul
01
Kata
Pengantar
..02
Daftar
Isi
03
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
.04
1.2 Permasalahan
05
1.3 Tujuan
..06
1.4 Manfaat
06
Bab II Tinjauan Kasus
2.1
Definisi
Kasus..0
7
2.2
Etiologi
.08
2.3
Epidemiologi
.09
2.4
Patologi
09
2.5
Manifestasi
Klinis10
2.6
Penatalaksanaan
11
Bab III Konsep Keperawatan

3.1
Definisi
Keperawatan..2
0
3.2
Konsep
dan
Teori
Keperawatan.20
3.3
Paradigma
Keperawatan22
3.4
Proses
Keperawatan.
24
Bab
IV
Web
of
Causion.29
Bab
V
Diagnosa
Keperawatan30
Bab VI Penutup
6.1
Simpulan
.40
6.2
Saran
...40
Daftar
Pustaka
...41
Lampiran...................................................................................................
....43

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Osteosarkoma adalah penyakit kuno yang masih belum lengkap
(sulit) dipahami. Istilah "sarcoma" diperkenalkan oleh ahli bedah Inggris
John Abernathy pada 1804 dan ini berasal dari akar Yunani yang berarti
"gemuk/pembesaran."

Pada 1805, ahli bedah Perancis

Alexis Boyer

(ahli bedah pribadi untuk Napoleon) pertama menggunakan istilah


"osteosarcoma." Boyer menyadari bahwa osteosarkoma adalah berbeda
4

dari

entitas

lainnya

lesions

tulang,

seperti

osteochondromas

(exostoses).
Bukti lebih lanjut mengenai pemikiran dan investigasi mengenai
penyakit ini ditemukan oleh pertengahan 1800an. Peltier mencatat
pada

tahun

1847,

Baron

yang

menunjukkan

kepada

Guillaume

Dupuytren pengetahuan tentang patologik secara garis besar Tampilan


osteosarkoma ketika dia menulis berikut:
"Osteosarkoma, yang benar adalah pemerosotan dari
kanker tulang, manifesnya sendiri dalam bentuk putih
kemerah-merahan atau massa, lardaceous dalam tahap
dari penyakit; tetapi tampak di lain waktu, poin dari
kelemahan, masalah cerebriform, extravasating darah, dan
berwarna putih atau cairan dari viscid konsistensi dalam
interior."
Osteosarkoma harus dibedakan dengan kondrosarkoma dan
fibrosarkoma, di mana juga terjadi pada tulang. Ostesarkoma memiliki
sifat khas berupa, perjalanan klinisnya yang agresif dan mempuyai
prognosis yang jelek.
Osteosarcoma sangat langka di kalangan anak-anak (0,5 juta per
kasus per tahun pada anak-anak <y 5). Namun, insiden yang terus
meningkat dengan umur, semakin meningkat secara dramatis di masa
remaja, sesuai dengan pertumbuhan remaja yang cepat.
Dari data yang ada, disebutkan bahwa di Amerika Serikat, akibat
osteosarkoma adalah 400 kasus per tahun (4,8 juta per penduduk <20
y). keseluruhan 5 tahun untuk menilai kelangsungan hidup pasien
didiagnosis antara 1974 dan 1994 adalah 63% (59% untuk laki-laki,
70% untuk perempuan). Insiden ini sedikit lebih tinggi pada kulit hitam
daripada kulit putih.
Osteosarkoma adalah kematian bentuk kanker musculoskeletal
yang paling sering menyebabkan pasien mati dari penyakit metastatik
berkenaan

dengan

paru-paru.

Kebanyakan

osteosarkoma

muncul

sebagai kurungan lesions yang cepat berkembang dalam bidang tulang


panjang. Ada 3 daerah-daerah terpencil adalah tulang paha, yang

proximal tulang kering, dan proximal humerus, tetapi hampir setiap


tulang dapat terpengaruh.
Tidak semua osteosarkoma timbul dalam kurungan sama, karena
beberapa bagian dapat menjadi nyata dalam jangka waktu sekitar 6
bulan (sinkronis osteosarcoma), atau beberapa bagian dapat dicatat
selama lebih dari 6 bulan (metachronous osteosarcoma). Hal itu
tersebut adalah jelas multifocal osteosarcoma langka, tetapi ketika
terjadi, ia cenderung pada pasien muda kurang dari 10 tahun.
Kasus-kasus klasik atau primer yang meliputi 75% osteosarkoma.
Osteosarkoma dapat pula timbul secara sekunder pada tulang yang
menjadi tempat kelainan yang sudah ada terlebih dahulu. Dalam
kategori ini, kelainan yang paling sering mempengaruhinya yaitu
penyakit Paget.
Osteosarkoma yang merupakan penyulit dan penyakit Paget,
sering muncul pada tulang-tulang pipih yang memiliki lesi pagetik;
terjadi pada usia diatas 50 tahun dan sangat agresif. Hanya beberapa
penderita dapat bertahan hidup lebih dari 2 tahun.

1.2 Permasalahan
1. Apakah yang dimaksud dengan Osteosarcoma ?
2. Bagaimanakah etiologi, epidemologi, patologi, manifestasi klinis,
dan penatalaksanaan dari Osteosarcoma itu ?
3. Bagaimanakah bagan Web of Causion (WOC) dari Osteosarcoma ?
4. Bagaimanakah

relevansi

antara

konsep

keperawatan

bila

dihubungkan dengan kasus Osteosarcoma ?


5. Bagaimanakah diagnosa keperawatan yang dapat dilakukan pada
kasus Osteosarcoma ?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi mengenai kasus Osteosarcoma
6

2. Menjelaskan etiologi, epidemologi, patologi, manifestasi klinis,


dan penatalaksanaan dari Osteosarcoma
3. Menggambarkan bagan Web of Causion (WOC) dari kasus
Osteosarcoma
4. Menjelaskan

hubungan

konsep

keperawatan

dan

kasus

Osteosarcoma
5. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang dilakukan pada kasus
Osteosarcoma

1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan pengetahuan mengenai kasus
Osteosarcoma
2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan konsep
keperawatan pada kasus Osteosarcoma
3. Menambah wawasan pengetahuan mengenai penerapan
diagnosa keperawatan pada kasus Osteosarcoma

BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Definisi Kasus

Meskipun kebanyakan orang mungkin berpikir tulang adalah


keras atau bagian "mati," namun, tulang adalah bagian yang kompleks,
jaringan hidup. Seperti semua jaringan lain dari tubuh, ia mengandung
sel hidup. Itu adalah sarcoma yang menyerang bagian tulang. Sarcoma
adalah

tumor

ganas

(kanker)

yang

punya

potensi

menyebar.

Osteosarkoma bukan penyakit turunan. Gen memang ikut berperan.


Tapi, porsinya hanya 3 persen.
Osteosarkoma merupakan penyakit yang sel kankernya (ganas)
ditemukan di tulang. Ini adalah yang paling umum dari jenis kanker
tulang. Osteosarkoma paling sering terjadi di remaja dan dewasa muda.
Kanker

ini

sebagian

besar

menyerang

remaja

pria

yg

sering

mengkonsumsi obat penambah tinggi badan. anak laki-laki yang


memiliki tinggi diatas rata-rata memiliki potensi yang lebih besar untuk
itu. Pada anak-anak dan remaja, tumor paling sering muncul di sekitar
tulang lutut. Gejala-gejala dan kesempatan untuk pemulihan pada
anak-anak dan remaja yang muncul akan tampak sama.
Setelah osteosarkoma telah pertama ditemukan, tes lain dapat
dilakukan untuk mengetahui apakah kanker sel telah menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Hal ini disebut pementasan. Saat ini, tidak ada
sistem untuk pementasan osteosarkoma. Tetapi, kebanyakan pasien
dikelompokkan tergantung pada apakah kanker hanya ditemukan di
satu bagian tubuh (diterjemahkan penyakit) atau apakah kanker telah
menyebar dari satu bagian tubuh lain (metastatic penyakit) sehingga
akan berpengaruh terhadapa rawatan penyakit. Berikut ini adalah
kelompok yang digunakan untuk osteosarkoma:

Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan di
mana kanker berasal.

Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal ke
bagian tubuh yang lain. Kanker yang paling sering menyebar ke
paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang satu

di lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah


metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal
osteosarkoma, tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi
belum menyebar ke paru-paru.

Metastatic penyakit di diagnosa


Penyakit Metastatic adalah kanker yang telah menyebar dari
tempat di mana ia mulai bagian tubuh yang lain. Bila kanker telah
menyebar ke paru-paru, masa adalah lebih baik jika kanker
adalah satu-satunya di paru-paru dan di tempat-tempat lebih
sedikit di paru-paru. Untuk kanker yang telah menyebar ke
tulang, ramalannya adalah lebih baik jika tumor adalah semua
tulang yang sama.

Berulang
Penyakit berulang berarti kanker telah datang kembali (recurred)
setelah itu telah dirawat.

Hal itu dapat datang kembali dalam

jaringan dimana pertama kali atau mungkin datang kembali di


bagian lain dari tubuh. Osteosarkoma paling sering terjadi dalam
paru-paru.

Ketika osteosarkoma ditemukan, biasanya dalam

waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai. Nanti kambuh


lagi adalah mungkin terjadi, tetapi langka.

2.2 Etiologi
Penyebab tumor ini hampir semua keganasan yang lain, masih
merupakan teka-teki yang belum terpecahkan. Radiasi dan virus
onkogenik, yang telah terlihat dalam terjadinya keganasan yang lain,
telah dianggap sebagai agen penyebab.
Beberapa faktor etiologik telah diindentifikasi pada osteosarkoma
orang dewasa yang lebih jarang terjadi, tetapi hanya sedikit kasus saja.
Osteosarkoma epidemik dilaporkan pada pelukis lempeng jam radium
disebabkan oleh penumpukan radioaktif jam radium didalam tulang
(lihat Bab 18), Thorotrast-dulu menggunakan bahan kontras radiografik

yang mengandung radioaktif thorium dioxide erat hubungannya dengan


timbulnya osteosarkoma seperti pada neoplasma hati.
Selain

itu,

juga

terdapat

faktor

kecenderungan

genetik.

Osteosarkoma pada masa kanak-kanak mungkin sekali memiliki dasar


genetik, meskipun tak seorangpun pernah menemukannya. Mungkin
kelainan genetik pada kromosom 13 dapat menyebabkan osteosarkoma
pada kelompok pasien ini. Terjadi dysplasia tulang, termasuk penyakit
Paget,

dysplasia

fibrosa,

enchondromatosis,

dan

turun

temurun

beberapa exostoses dan retinoblastoma (kuman-garis bentuk) adalah


faktor risiko. Kombinasi konstitusional mutasi genetik dari RB (germline
retinoblastoma) dan terapi radiasi dikaitkan dengan risiko tinggi
terutama pengembangan osteosarkoma, Li-Fraumeni Sindrom (mutasi
germline p53), dan Rothmund-Thomson Sindrom (autosomal yang
terdesak asosiasi dari bawaan cacat tulang , dysplasia rambut dan kulit,
hypogonadism, dan katarak).

2.3 Epidemologi
Osteosarkoma merupakan 20% dari seluruh kanker tulang ganas
yang dapat terjadi di mana-mana dari tulang, biasanya di luar batas
yang paling dekat metaphyseal pertumbuhan tulang piring. Yang paling
sering terjadi adalah pada tulang paha (42%, 75% dari yang terpencil di
tulang paha), tulang kering (19%, 80% dari yang di proximal tulang
kering), dan humerus (10%, 90% dari yang di yang proximal humerus).
Lokasi lain yang signifikan adalah tengkorak dan rahang (8%) dan
panggul (8%). Dan lebih dari 50% kasus terjadi pada daerah lutut.

2.4 Patologi
Osteosarkoma paling sering terjadi pada rongga medular daerah
metafisis tulang panjang. Ujung bawah femar, bagian atas tibia, dan
bagian atas humerus adalah tempat yang paling sering terkena.

10

Osteosarkoma jarang terjadi di periosteum (osteosarkoma periosteal)


atau pada permukaan luar (osteosarkoma parosteal).
Secara makrokopis, osteosarkoma tampak sebagai massa lunak
dengan

daerah

nekrosis

dan

pendarahan.

Dapat

ditemukan

pembentukan tulang dan kartilago. Tulang yang terkena membesar


akibat adanya tumor, yang dapat menginfitrasi rongga medulla dan
jaringan lunak di luar tulang. Secara radiologist, osteosarkoma tampak
sebagai lesi-lesi destruktif irregular. Derajat kalsifikasi menentukan
radioopasitas.
Osteosarkoma merupakan neoplasma agresif yang menginfitrasi
secara luas. Metastasis hematogen, paling sering pada paru, terjadi
secara dini. Jarang terjadi metastasis limfatik dan tumor pada kelenjar
limfe.
Secara mikrokopis, osteosarkoma tersusun dari osteoblas ganas
disertai anaplasia dan laju mitonik yang tinggi. Berdasarkan derajat
anaplasia, osteosarkoma diklasifikasikan menjadi derajat I-III; pasien
tumor derajat I memiliki daya tahan hidup lebih lama
Osteoid dalam jumlah yang bervariasi dihasilkan oleh sel-sel
tumor dan dapat mengalami kalsifikasi (tumor tulang). Adanya osteoid
pada

tumor

Pembentukan

tulang

ganas

kartilago

menegakkan

juga

sering

diagnosis

terjadi

dan

osteosarkoma.
dapat

luas

(osteosarkoma kondroblastik). Pada beberapa kasus, dapat terlihat


banyak sel raksasa. Pada kasus lain, ruang vascular kavernosa
mendominasi gambaran histologik (osteosarkoma teleangiektatik).

2.5 Manifestasi Klinis


Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum
gejala osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan.
Hal ini paling sering terjadi di lagi tulang dari tubuh - seperti di atas
atau di bawah lutut atau di lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin
buruk selama bergerak atau di malam hari, dan benjol atau bengkak
dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa minggu setelah
mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat membangunkan di malam hari
11

atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus. Dalam beberapa


kasus, pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki, karena
kanker telah melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk
istirahat.
Pada kasus ini, resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada
remaja anak laki-laki, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa remaja yang
tinggi

daripada

rata-rata

memiliki

risiko

tambahan

untuk

mengembangkan penyakit. Anak-anak yang telah mewarisi salah satu


langka sindrom kanker juga berada di risiko tinggi untuk osteosarkoma.
Sindrom

ini

termasuk

retinoblastoma

(tumor

jahat

yang

yang

berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur


2) dan Li-Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena
terhubungan ke radiasi lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak
yang telah menerima perawatan radiasi untuk episode sebelum kanker
juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Jenis Perawatan
Berbagai

jenis

perawatan

tersedia

untuk

pasien

dengan

osteosarkoma. Beberapa perawatan yang standar (yang saat ini


digunakan terapi), dan beberapa sedang diuji dalam uji klinis.
Perawatan klinis dalam percobaan adalah penelitian studi yang
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan perawatan saat ini atau
memperoleh informasi tentang perawatan baru untuk pasien dengan
kanker. Ketika uji klinis menunjukkan bahwa perlakuan yang baru lebih
baik dari standar perawatan, pengobatan baru yang dapat menjadi
standar perawatan.
Jika diduga bahwa masalah adalah osteosarkoma, sebelum
pertama biopsi, penderita dapat merekomendasikan dokter spesialis
yang disebut pembedah tulang ahli onkologi.
1. Perawatan Standar

12

Tiga jenis perawatan standar yang digunakan:

Bedah (mengambil yang kanker dalam suatu operasi).

Kemoterapi

(menggunakan

obat

untuk

membunuh

kanker sel).

Terapi radiasi (menggunakan tinggi dosis x-ray untuk


membunuh sel kanker).

Selain standar terapi ini, perawatan yang disebut perawatan


biologis terapi sedang diuji untuk lokal dan metastatic osteosarcoma.
Terapi biologis adalah perawatan yang menggunakan sistem kekebalan
tubuh pasien untuk melawan kanker. Zat yang dibuat oleh badan atau
dilakukan

di

laboratorium

yang

digunakan

untuk

meningkatkan,

langsung, atau mengembalikan perlawanan alami tubuh terhadap


kanker.

Jenis

kanker

ini

perawatannya

disebut

biotherapy

atau

immunotherapy.
A. BEDAH

Perawatan bedah untuk osteosarkoma terdiri dari amputasi baik


atau operasi penyelamatan anggota badan. Saat ini, kebanyakan
remaja dengan kasus osteosarkoma lengan atau kaki dapat ditangani
dengan operasi penyelamatan anggota badan daripada amputasi.
Dalam operasi penyelamatan anggota badan, tulang dan otot yang
dipengaruhi

oleh

osteosarkoma

disingkirkan,

meninggalkan

kesenjangan di tulang yang baik yang diisi oleh tulang cantum


(biasanya dari tulang bank) atau lebih sering logam bagian badan
khusus. Ini dapat tepat dicocokkan dengan ukuran yang cacat tulang.
Risiko infeksi lebih tinggi dan patah tulang dengan tulang bank ini dan
oleh karena itu penggantinya logam prostheses lebih umum digunakan
untuk rekonstruksi dari tulang setelah pengangkatan tumor.
Jika kanker telah menyebar ke saraf dan pembuluh darah sekitar
tumor aslinya pada tulang, amputasi (mengeluarkan bagian dari
anggota badan bersama osteosarcoma) seringkali satu-satunya pilihan.

13

Ketika osteosarkoma telah menyebar ke paru-paru atau tempat


lain, pembedahan mungkin juga dilakukan untuk menghapus tumor ini
di lokasi yang jauh tersebut.
Semua
menghapus

pasien
tumor,

dengan
jika

osteosarkoma

memungkinkan.

harus

Dokter

operasi

untuk

mungkin

hanya

menghapus beberapa kanker dan bagian yang sehat dari jaringan di


sekitar kanker. Ketika Tumor adalah dalam berat tulang, tulang harus
dilindungi selama kegiatan untuk menghindari fraktur. Kadang-kadang
semua atau sebagian dari lengan atau kaki mungkin akan dibuang
(diamputasi) untuk memastikan bahwa semua yang diambil dengan
kanker. Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, kelenjar
getah bening yang akan dihilangkan (getah bening node pemotongan).
Pada pasien dengan osteosarkoma yang belum tersebar di luar
tulang,

peneliti

menemukan

tidak

adanya

perbedaan

dalam

keseluruhan hidup apakah pasien memiliki anggota badan-hemat


operasi atau apakah mereka telah melakukan operasi dengan amputasi.
Bila kanker dapat dibawa keluar tanpa amputasi, perangkat buatan
atau tulang dari tempat-tempat lain di dalam tubuh dapat digunakan
untuk menggantikan tulang yang telah dibuang. Proses pembangunan
kembali (kembali) merupakan bagian dari tubuh diubah dengan operasi
sebelumnya disebut rekonstruksi operasi. Pilihan untuk rekonstruksi di
operasi dengan pasien osteosarkoma tergantung pada banyak faktor,
termasuk di mana letak tumor, bagaimana besarnya, usia pasien, dan
lain sebagainya.
B. KEMOTERAPI

14

Kemoterapi biasanya diberikan baik sebelum maupun setelah


operasi. Ia menghilangkan kantong kecil dari sel kanker di tubuh,
bahkan yang terlalu kecil untuk tampil saat scan medis. Seseorang
dengan osteosarkoma diberi obat kemoterapi

intravena (melalui

pembuluh darah) atau secara oral (dengan mulut). Obat memasuki


aliran darah dan bekerja untuk membunuh kanker di bagian tubuh di
mana penyakit telah menyebar, seperti paru-paru atau organ lain.
Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel
kanker. Kemoterapi dapat dilakukan dengan pil atau dimasukkan ke
dalam

tubuh

dengan

jarum

lewat

pembuluh

darah

atau

otot.

Kemoterapi disebut perawatan sistemik karena obat memasuki aliran


darah, perjalanan melalui tubuh, dan dapat membunuh sel kanker di
seluruh tubuh. Kemoterapi dengan lebih dari satu obat disebut
kemoterapi kombinasi.
Kadang-kadang kemoterapi adalah menyuntikkan langsung ke
dalam wilayah dimana ditemukan kanker (kemoterapi daerah). Dalam
osteosarkoma, operasi ini sering digunakan untuk menghapus lokal
tumor kemoterapi dan kemudian diberikan untuk membunuh semua sel
kanker yang tetap dalam tubuh. Kemoterapi diberikan setelah operasi
dalam penghapusan kanker yang disebut kemoterapi pembantu.
Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum operasi yang mengecilkan
kanker sehingga dapat dihapus selama operasi; ini disebut neoadjuvant
kemoterapi.

15

Neoadjuvant kemoterapi
Kebanyakan

perawatan

osteosarkoma

menggunakan

protokol untuk periode awal selama sistemik kemoterapi sebelum


reseksif definitif dari dasar tumor (reseksi dari metastases untuk
pasien

dengan

penyakit

metastatik).

Patolog

yang

menilai

nekrosis di tumor yang terdeteksi. Pasien dengan lebih besar atau


sama dengan 90% nekrosis di dasar tumor setelah induksi
kemoterapi memiliki prognosa lebih baik dibandingkan dengan
kurang nekrosis. Pasien dengan nekrosis kurang (<90%) di dasar
Tumor berikut awal kemoterapi memiliki pengulangan lebih tinggi
dalam 2 tahun pertama dibandingkan dengan pasien yang lebih
baik dengan jumlah kebekuan ( 90%). Foto Modalitas seperti
dinamis resonan magnetik imaging mungkin bisa noninvasive
menawarkan metode untuk menilai nekrosis. Kurang nekrosis
tidak boleh diartikan dengan arti yang telah kemoterapi tidak
efektif; tarif untuk menyembuhkan pasien dengan sedikit atau
tidak kebekuan berikut induksi kemoterapi jauh lebih tinggi
dibandingkan harga obat untuk pasien yang tidak menerima
kemoterapi.
Rawatan osteosarkoma termasuk kemoterapi (penggunaan obat
medis untuk membunuh sel kanker dan bersembunyi di kanker) diikuti
oleh operasi (untuk menghapus sel kanker atau Tumor) dan kemudian
kemoterapi lebih lanjut (untuk membunuh semua sisa sel kanker dan
meminimalkan kesempatan dari kanker datang kembali). Bedah sering
dapat secara efektif menghapus kanker tulang, sementara kemoterapi
dapat membantu menghilangkan sisa sel kanker di tubuh.
C. TERAPI RADIASI

Menggunakan terapi radiasi x-ray atau energi sinar yang tinggi


lainnya untuk membunuh sel kanker dan Tumor yang bersembunyi.
Radiasi untuk osteosarcoma umumnya berasal dari mesin di luar tubuh
(eksternal terapi radiasi).

16

2. Perawatan dalam percobaan klinis


Untuk beberapa pasien, mengambil bagian dalam percobaan
klinis mungkin merupakan pilihan terbaik dalam perawatan. Percobaan
klinis adalah bagian dari proses penelitian kanker. Uji klinis dilakukan
untuk mengetahui apakah pengobatan kanker yang baru itu aman dan
efektif atau lebih baik dari standar perawatan.
Banyak dari hari ini standar perawatan untuk kanker didasarkan
pada awal uji klinis. Pasien yang mengambil bagian dalam percobaan
klinis mungkin menerima perlakuan standar atau termasuk orang-orang
yang pertama untuk menerima perlakuan yang baru.
Pasien yang mengambil bagian dalam uji klinis juga membantu
meningkatkan cara dalam penanganan kanker di masa depan. Bahkan
bila uji klinis tidak efektif untuk memimpin perawatan baru, mereka
sering

menjawab

pertanyaan

penting

dan

membantu

penelitian

berkembang.
Beberapa

uji

klinis

hanya

mencakup

pasien

yang

belum

menerima perlakuan. Lain, tes uji coba untuk perawatan pasien kanker
yang belum pulih dengan lebih baik. Ada juga tes uji klinis cara baru
untuk berhenti dari kanker berulang (datang kembali) atau mengurangi
efek samping dari pengobatan kanker.
Uji klinis ada di banyak negara bagian. Dalam daftar berikut
perawatan untuk berbagai tahapan, link ke hasil pencarian untuk saat
ini adalah termasuk uji klinis untuk masing-masing bagian. Untuk
beberapa jenis kanker atau tahap, mungkin tidak ada apapun yang
tercantum didalamnya.
3. Perawatan Baru
Perawatan

tengah

dikembangkan

dengan

penelitian

obat

kemoterapi baru. Penelitian lain juga difokuskan pada peran faktor


pertumbuhan

tertentu

mungkin

berperan

di

pengembangan

osteosarkoma. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan


obat baru untuk memperlambat pertumbuhan faktor tersebut sebagai
17

cara untuk merawat kanker. Untuk osteosarkoma yang tidak dapat


dihilangkan dengan operasi, studi yang saat ini sedang berlangsung
untuk

menguji

perawatan

yang

baru

menggunakan

kombinasi

kemoterapi dan lokalisasi, radiasi dosis tinggi.

2.6.2 Prosedur Diagnostik

Biopsi-Biopsi harus dilakukan oleh ahli bedah tulang

Definitif resection

Reseksi

dari

dasar

luka

dan

apapun

berkenaan

dengan

metastases paru-paru adalah penting untuk disembuhkan.

Reseksi ini harus dilakukan dengan pembedahan tulang (dasar


luka) dan yang berkenaan dengan bedah dada (tebece paru
metastases).

Praoperasi (neoadjuvant) kemoterapi sering perlu bantuan ahli


bedah

melakukan reseksi

dengan

penyusutan tumor

serta

memungkinkan penilaian histopathologic tumor secara responsif,


yang utama untuk memperkirakan hasil.
Untuk mendiagnosa osteosarkoma, tenaga kesehatan mungkin
akan melakukan ujian fisik, memperoleh lebih detil sejarah medis, dan
ketertiban X-ray untuk mendeteksi perubahan dalam struktur tulang.
Tenaga kesehatan mungkin juga memerintahkan resolusi magnetik
(MRI) scan daerah yang terjangkit, dan akan menemukan daerah yang
terbaik untuk biopsi dan menunjukkan apakah osteosarkoma telah
menyebar dari tulang dekat ke otot dan lemak. Tenaga kesehatan juga
akan biopsi tulang untuk mendapatkan sampel dari tumor untuk
pemeriksaan di laboratorium. Ini adalah pembedahan tulang yang
terbaik

yang

dilakukan

oleh

ahli

bedah

berpengalaman

dalam

perawatan dari osteosarkoma (pembedah tulang ahli onkologi).


Kadang-kadang juga biopsi jarum, dengan panjang rongga jarum
untuk mengambil sampel dari tumor. Obat bius lokal yang biasanya
digunakan di daerah yang sedang dibiopsi. Alternatif lain, mungkin

18

menawarkan biopsi yang terbuka, di mana bagian dari tumor akan


dihapus dalam ruang operasi oleh ahli bedah sedangkan pasien di
bawah kontrol obat bius.
Jika diagnosa osteosarkoma terjadi, tenaga kesehatan akan
memesan CT scan tulang dada, kadang-kadang, studi MRI tambahan.
Ini akan ditampilkan jika kanker telah menyebar ke mana-mana bagian
tubuh

yang

melebihi

tumor

asli.

Tes

Ini

akan diulang

setelah

pengobatan dimulai untuk menentukan seberapa baik itu bekerja dan


apakah kanker terus menyebar.

2.6.3 Efek samping Jangka pendek dan Jangka Panjang


Beberapa perawatan kanker menyebabkan efek samping yang
terus muncul atau tahunan setelah perawatan kanker telah berakhir. Ini
disebut efek akhir. Efek akhir dari pengobatan kanker mungkin
termasuk masalah fisik, perubahan dalam suasana hati, perasaan,
berpikir, belajar atau memori, dan memiliki kedua kanker (jenis kanker
baru). Beberapa efek akhir dapat diobati atau dikontrol.
Amputasi memiliki efek samping jangka pendek dan jangka
panjang. Lamanya minimal 3 sampai 6 bulan hingga satu orang belajar
menggunakan bagian badan buatan/palsu (lengan atau kaki), dan ini
hanya awal jangka panjang psikologis dan rehabilitasi sosial.
Dengan operasi penyelamatan anggota badan, satu biasanya
dimulai pada lipatan lutut atau bagian tubuh yang terkena dampak
dengan segera. gerakan pasif yg terus menerus (BPS) mesin, yang
terus

menerus

merekatkan

dan

memperkuat

lutut

yang

dapat

digunakan untuk meningkatkan gerakan untuk tumor di sekitar lutut.


Terapi fisik dan rehabilitasi untuk 6 hingga 12 bulan berikut operasi
biasanya memungkinkan anak untuk berjalan pada awalnya dengan
berjalan kaki atau alat bantu topang dan kemudian tanpa perangkat.
Awal

komplikasi

memperlambat

setelah

penyembuhan

operasi
dari

luka

termasuk
bedah,

infeksi
dan

dapat

logam

yg

berhubung dengan bagian badan perangkat atau bank tulang mungkin

19

perlu diganti dalam jangka panjang. mungkin masalah yang terlambat


lainnya termasuk patah tulang dari bank atau kegagalan bank untuk
menyembuhkan tulang untuk

anak

tulang, yang mungkin lebih

memerlukan pembedahan.
Banyak dari obat-obatan yang digunakan dalam kemoterapi juga
membawa risiko baik masalah jangka pendek dan jangka panjang. Efek
jangka pendek termasuk anemia, pendarahan yang tidak normal, dan
peningkatan risiko infeksi karena kerusakan pada tulang sumsum, serta
kerusakan ginjal dan penyimpangan haid. Beberapa obat membawa
risiko radang kandung kemih dan pendarahan ke dalam air kencing,
gangguan

pendengaran,

menyebabkan

masalah

dan

kerusakan

jantung

dan

hati

kulit.

Lainnya

Tahun-tahun

dapat
setelah

kemoterapi untuk osteosarkoma, pasien memiliki peningkatan risiko


kanker lainnya yang berkembang.

2.6.4 Kesempatan Sembuh


Hasil penelitian terakhir kesempatan sembuh antara 60% - 80%
untuk penderita yang kankernya belum menyebar
Studi baru-baru ini telah dilaporkan bahwa tingkat kelangsungan
hidup

dari

60%

menjadi

80%

adalah

memungkinkan

untuk

osteosarkoma yang belum tersebar di luar tumor, tergantung pada


keberhasilan kemoterapi.
Osteosarkoma yang telah tersebar tidak dapat selalu diobati
dengan berhasil. Selain itu, seseorang yang osteosarkoma terletak di
lengan atau kaki umumnya memiliki lebih dari satu prognosa penyakit
yang melibatkan tulang rusuk, bahu, punggung, atau tulang panggul.
Masa (kesempatan pemulihan) sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebelum dan setelah perawatan. Masa dari saat osteosarkoma
diobati tergantung pada berikut:
Lokasi yang bengkak
Ukuran yang bengkak

20

Tahapan dari kanker (apakah yang tersebar di mana ia


mulai dari tempat lain ke dalam tubuh)
Usia pasien
Hasil tes darah dan tes lainnya
Jenis Tumor (berdasarkan bagaimana melihat sel kanker di
bawah mikroskop)
Setelah osteosarkoma diolah, prognosis juga tergantung pada
berikut:

Berapa banyak yang dibunuh oleh kanker kemoterapi;


dan / atau

Berapa banyak dari tumor telah diambil oleh operasi.


Perlakuan perawatan tergantung pada pilihan berikut:
Lokasi yang bengkak
Tahapan dari kanker
Apakah kanker recurred (kembali) setelah perawatan
Usia dan kesehatan umum pasien

21

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
3.1 Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biologi-psikologi-sosial-spiritual
yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat, baik
sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Lokakarya Nasional, 1983).
Bila menilik kasus osteosarkoma, maka definisi yang diungkapkan
Virginia Henderson (Fourteen Basic needs, 1960) berikut ini menjadi
lebih sesuai:
Fungsi yang unik dari perawat adalah membantu individu
sehat

ataupun

sakit

untuk

menggunakan

kekuatan,

keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga


individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari
harinya, sembuh dari penyakit atau meninggal dengan
tenang.
Namun,

secara

keseluruhan,

keperawatan

juga

merupakan

serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan praktik


keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan
(Susan, 1994 : 80). Dimana, keperawatan harus dilakukan secara
holistic (menyeluruh) dan humanistik.
22

3.2 Konsep dan Teori Keperawatan


Konsep merupakan suatu abstraksi yang dibentuk atau ditarik
melalui generalisasi dari sesuatu yang spesifik, sedangkan teori
merupakan

set

hubungan

konsep-konsep,

proporsi

yang

menggambarkan pandangan sistematis terhadap suatu fenomena


dengan merinci (specifying) hubungan antar konsep yang bertujuan
untuk menjelaskan dan prediksi fenomena.
Konsep dan teori keperawatan itu sendiri berfungsi sebagai tolok
ukur

kita

dalam

meningkatkan

mutu

dan

kualitas

di

bidang

yaitu

human

keperawatan.
Konsep

keperawatan

meliputi

empat

faktor

(individu), environment (masyarakat), kesehatan (sehat-sakit) serta


keperawatan.

Dimana,

disempurnakan

dengan

karakteristik

teori

keperawatan yang merupakan hubungan konsep-konsep keperawatan


itu sendiri.
Empat faktor dari konsep keperawatan tersebut adalah :
1) Manusia/ Individu
Manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang
tidak stabil (meliputi: biologi-psikologi-sosial-spiritual-kultural)
2) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar indiviu.
Manusia berada dan ikut menentukan kondisi lingkungan yang
penuh dengan penyebab stressor.
3) Kesehatan
Menurut WHO, sehat berarti keadaan yang sempurna baik fisik,
mental, dan social, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Sedangkan menurut Undang Undang No. 23 1992,
sehat berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
4) Keperawatan
Keperawatan ialah perkembangan sistematik dari keperawatan
menuju kepada keperawatan sebagai profesi, bermula dari
23

pandangan dan pernyataan dari Florence Nightingale yang


mempunyai visi yang sangat maju tentang keperawatan.
Bila dikaitkan dengan kasus osteosarkoma yang terjadi, hemat
kami, konsep dan teori keperawatan yang hampir sesuai adalah
pernyataan tokoh di bawah ini:
1) Ernestine Wiedenbach (1964)
Perhatian utamanya adalah kepada aspek kiat atau aspek
praktik dari keperawatan. Menurut Wiedenbach keperawatan
klinik (clinical nursing) mempunyai empat komponen, yaitu
filasafat (Philosophy), kemanfaatan/ kegunaan (purpose), praktik,
dan kiat (art). Pandangan ini yang melandasi pendapatnya bahwa
pada praktik keperawatan terdapat tiga komponen, yaitu:
a) Mengidentifikasi kebutuhan klien/ pasien;
b) Melaksanakan bantuan yang diperlukan; dan
c) Mengevaluasi dan menyatakan (mensahkan) bahwa bantuan
yang diberikan memang bermanfaat.
Teori keperawatan ini kemudian dikenal sebagai the helping art
of clinical nursing.
2) Dorothea E. Orem (1971)
Orem melihat individu sebagai suatu kesatuan utuh yang
terdiri atas suatu yang bersifat fisik, psikologik dan social, dengan
derajat kemampuan mengasuh diri sendiri (self care ability) yang
berbeda beda. Berdasarkan pandangan ini, ia berpendapat
bahwa kegiatan atau tindakan keperawatan ditujukan kepada
upaya

memacu

kemampuan

mengasuh

diri

sendiri.

Ia

menyatakan bahwa teorinya, yaitu self-caredeficit theory of


nursing merupakan teori umum (general theory).
Pada teori ini, ia menggambarkan kapan keperawatan
diperlukan, keperawatan diberikan jika: (1) kemampuan kurang
dibandingkan dengan kebutuhan, (2) kemampuan sebanding
dengan kebutuhan, tetapi diprediksi untuk masa yang akan

24

datang

kemungkinan

terjadi

penurunan

kemampuan

dan

peningkatan kebutuhan.

3.3 Paradigma Keperawatan


Banyak

ahli

yang

mendefinisikan

paradigma,

diantaranya

paradigma adalah cara bagaimana kita memandang dunia (Adam


Smith, 1975) atau menurut Ferguson bahwa paradigma adalah pola
pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek tertentu dari setiap
kenyataan.
Selain itu, beberapa pengertian paradigma lainnya, paradigma
adalah hubungan teori teori yang membentuk susunan yang
mengukur teori itu berhubungan satu dengan yang lain sehingga
menimbulkan hal hal yang perlu diselidiki (Depkes RI, 1989).
Menurut Thomas Kuhn (1979) paradigma sebagai model, pola
atau pandangan dunia yang dilandasi pada dua karaktieristik yaitu
penampilan dari kelompok yang menunjukkan keberadaannya terhadap
sesuatu yang diyakini dan terbuka untuk penyelesaian masalah dalam
kelompoknya.
Paradigma

keperawatan

adalah

suatu

cara

pandang

yang

mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna,


menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dalam
keperawatan (La Ode Jumadi, 1999 : 38).
Berdasarkan beragam pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang
mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna,
menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada
dalam keperawatan.
Dengan demikian, paradigma keperawatan memberi arah kepada
perawat dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang
melingkupi

profesi

keperawatan

seperti

aspek

pendidikan

dan

pelayanan keperawatan serta kehidupan profesi.


Terdapat empat komponen paradigma keperawatan yaitu :
25

1. Manusia
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah
manusia sebagai sistem terbuka yang senantiasa berinteraksi
dengan lingkungan, sistem adaptif dengan kondisi di sekitarnya,
personal

dan

interpersonal

(pribadi

dan

juga

bagian

dari

masyarakat) yang secara umum dapat dikatakan holistik atau


utuh, yakni menyangkut aspek biologi, psikologi, sosial, kultural,
dan spiritual.
2. Keperawatan
Komponen yang kedua dalam paradigma keperawatan ini
adalah konsep keperawatan. Definisi keperawatan itu sendiri
telah dijelaskan sebelumnya.
Intinya, keperawatan sebagai paradigma merupakan suatu
instrumen

pendidikan

yang

memfasilitasi

kedisiplinan

yang

memiliki tujuan memfasilitasi kesehatan individu berdasarkan


prinsip prinsip keilmuan.
3. Konsep Sehat Sakit
Sehat adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan
sosial dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit
cacat dan kelemahan (WHO).
Kesakitan adalah perasaan tidak nyaman pada seseorang
akibat penyakit sehingga mendorongnya untuk mencari bantuan
(Kozier, 2000) .
Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh :
1. Politik, yang mencakup keamanan, penekanan, penindasan
2. Prilaku manusia, mencakup kebutuhan, kebiasaan dan adat
istiadat
3. Keturunan, genetik, kecacatan, etnis, faktor risiko dan ras
4. Pelayanan kesehatan, upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif
5. Lingkungan, tanah, udara, dan air
6. Sosial dan ekonomi meliputi pendidikan dan pekerjaan

26

4. Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan
pada lingkungan masyarakat yaitu lingkungan fisik, psikologis,
sosial, budaya dan spiritual.
Selain

keempat

komponen

diatas,

paradigma

keperawatan

menjelaskan tentang hubungan perawat sebagai tenaga kesehatan


yakni menekankan kegiatan peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit sebagai bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang penting
untuk dilaksanakan, hubungan perawat dengan pasien yakni suatu
bentuk

hubungan

profesional

dan

timbal

balik

yang

akan

mengakibatkan tercapainya kesehatan untuk pasien dapat berjalan


dengan cepat, serta hubungan perawat dengan lingkungannya yakni
tidak lepas dari interaksi dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan
lainnya yang memerlukan suatu kerjasama tim yang solid, sikap saling
menghargai dan menghormati.

3.4 Proses Keperawatan

27

Proses keperawatan awalnya diperkenalkan pada tahun 1950-an


sebagai

proses

yang

terdiri

dari

perencanaan

dan

evaluasi.

Kajian

penggunaan

dan

perbaikan

telah

tiga

tahap,

selama

yaitu

pengkajian,

bertahun

mengarahkan

perawat

tahun,
pada

pengembangan proses keperawatan menjadi lima langkah yang konkrit


(pengakajian, identifikasi masalah, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi).
Proses keperawatan adalah suatu metode dimana suatu konsep
diterapakan dalam praktek keperawatan. Hal ini bisa disebut sebagai
suatu pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu; teknik, dan
keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
klien/keluarga.
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk membuat
suatu kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu dari klien,
keluarga, dan masyarakat dapat terpenuhi.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang sequensial dan
berhubungan yakni pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual
problem solving, ketrampilan, dan sikap dalam mendefinisikan
tindakan keperawatan.
1. Pengkajian
Pengkajian

keperawatan

adalah

proses

sistematis

dari

pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase


proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data
dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan),

dan

analisis

data

sebagai

dasar

untuk

diagnosa

keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data (baik
subjektif yakni dari klien atau objectif berdasarkan observasi) tentang
kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik
kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Informasi

28

yang

terkandung

dasar

data

adalah

dasar

untuk

mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan, mengembangkan


dan memperbaiki sepanjang waktu asuhan perawatan untuk klien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa

keperawatan

adalah

suatu

pernyataan

yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan


pola) dari individu atau kelompok dimana perawat sebagai akontabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan manurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpernito, 2000).
NANDA menyatakan bahwa diagnosa

keperawatan adalah

keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat


tentang masalah kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi

keperawatan

untuk

mencapai

tujuan

asuhan

keperawatansesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosa


keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut NANDA
diartikan sebagai definisi karakteristik. Definisi karakteristik tersebut
dinamakan tanda dan gejala. Tanda adalah sesuatu yang dapat
diobservasi dan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien.
Tujuan dari diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi
masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau
penyakit, faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu
masalah

(etiologies),

kemampuan

klien

untuk

mencegah

atau

menyelesaikan masalah.
Dalam menentukan diagnosa keperawatan ada 4 langkah yang
harus kita tempuh, yaitu:
a.Klasifikasi dan Analisa Data
b.Interpretasi Data
c.Validasi Data
d.Perumusan diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan

29

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk


mencegah,

mengurangi

atau

mengoreksi

masalah-masalah

yang

diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah


menentukan

diagnosa

keperawatan

dan

menyimpulkan

rencana

dokumentasi (Iyer et al., 1996).


Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan dan
intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana keperawatan
merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada
klien. Setiap klien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu
perencanaan yang baik.

30

Tujuan perencanaan meliputi :


a. Tujuan Administratif

Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada klien atau


kelompok

Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi


kesehatan lainnya.

Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan


evaluasi keperawatan.

Untuk menyediakan klasifikasi klien.

b.Tujuan Klinik

Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.

Mengkomunikasikan dengan staf perawat ; apa yang diajarkan,


apa yang diobservasi, dan apa yang dilaksanakan

Menyediakan kriteria hasil (outcomes) sebagai pengulangan


dan evaluasi keperawatan

Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu,


keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya untuk melaksanakan
tindakan.

Dalam

melakukan

perencanaan

tahap-tahap

yang

harus

tindakan

untuk

dilakukan,yaitu:
1. Menentukan prioritas
2. Menentukan kriteria hasil
3. Menentukan rencana tindakan
4. Dokumentasi
4. Implementasi
Implementasi

adalah

inisiatif

dari

rencana

mencapai tujuan yang spesifik (Iyer et al., 1996). Tahap implementasi


dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karana

itu

rencana

tindakan

yang

spesifik

dilaksanakan

untuk

31

memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan


klien.
Tahap dalam tindakan implementasi keperawatan meliputi :
1.

Persiapan

2.

Perencanaan

3.

Dokumentasi

Tujuan

dari

implementasi

adalah

membantu

klien

dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan


kesehatan,

pencegahan

penyakit,

pemulihan

kesehatan

dan

memfasilitasi koping. Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat


dilaksanakan dengan baik, jika klien mempunyai keinginan untuk
berpartisipasi dalam implementasi tindakan keperawatan. Selama
tahap implementasi, perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih tindakan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan
klien. Semua tindakan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan
oleh instansi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan implementasi sudah berhasil dicapai. Melalui
evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan yang
terjadi

selama

tahap

pengkajian,

analisa,

perencanaan

dan

implementasi.

32

Proses evaluasi terdiri dari 2 tahap :

Mengukur pencapaian tujuan klien

Membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan


pencapaian tujuan.

Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien


dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah
mencapai

tujuan

yang

telah

ditetapkan),

memodifikasi

rencana

tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan dalam mencapai


tujuan), meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).

BAB IV
WEB OF CAUSION
VIRUS
ONKOGENIK

GENETIKA

KELAINAN GENETIK
PADA LENGAN PANJANG
KROMOSOM 13

TERPAPAR
RADIASI

TUMOR

MASUK KEDALAM TUBUH

TUMBUH KEDALAM JARINGAN METAFIN


TERJADI DELESI PADA TULANG

OSTEOLITIK

MENGEROSI KORTEKS
PERTUMBUHAN
TULANG ABNORMAL

OSTEOBLASTIK

OSTEOSARKOMA

JARINGAN LUNAK TERSERANG

TULANG RUSAK

TULANG HUMERUS

TIMBUL LESI
DESTRUKTIF
IREGULAR

PARU
NYERI TULANG RAWAN
METASTASIS PARU
MK:GANGGUAN
RASA NYAMAN
TIMBUL BENJOLAN

MK:
INFEKSI

33

MK:KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT

TERAPI

MK:KOMPLIKASI
PENYAKIT

RADIASI X-RAY
BEDAH
KEMOTERAPI

MK:KELETIHAN

MK:
KERUSAKAN
INTEGRITAS
KULIT

BIOPSI

MK:
GANGGUAN
RASA
NYAMAN

ALOPESIA

AMPUTASI

BERAT
BADAN
TURUN

MK:GANGGUAN
CITRA TUBUH

MUAL/
MUNTAH

MK:
PERUBAHAN
NUTRISI

MK:KERUSAKAN MOBILITAS FISIK

BAB V
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pasien didorong untuk mendiskusikan awal dan perjalanan gejala.
Selama wawancara, perawat mencatat pemahaman pasien mengenai
proses

penyakit,

bagaimana

pasien

dan

keluarganya

mengatasi

masalah dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dirasakannya.


Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi dengan lembut, ukuran
dan pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya, dan nyeri
tekan dicatat. Pengkajian status neurovaskuler dan tentang gerak
ekstremitas merupakan data dasar sebagai pembanding kelak.
Mobilitas dan kemampuan pasien melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari dievaluasi.
2. Diagnosis

34

A. Berdasar data pengkajian, diagnosis keperawatan utama meliputi


berikut ini:
-

Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program


terapeutik

Nyeri

yang

berhubungan

dengan

proses

patologik

dan

pembedahan
-

Risiko

terhadap

cedera

misalnya

fraktur

patologik

yang

berhubungan dengan tumor


-

Koping tidak efektif yang berhubungan dengan rasa takut tentang


ketidaktahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem
pendukung tidak adekuat

Gangguan harga diri yang berhubngan dengan hilangnya bagian


tubuh atau perubahan kinerja peran

B. Sedangkan diagnosis keperawatan spesifiknya antara lain:


1. Diagnosa

keperawatan

esensial

yang

berhubungan

dengan

diagnosa sarkoma

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis


kanker dan proognosis yang tidak pasti

Perubahan penampilan peran berhubungan dengan dampak


diagnosis kanker pada peran pasien dalam keluarga dan
komunitasnya

Berduka antisipasi berhubungan dengan kehilangan yang


nyata dan/ atau dirasakan karena kanker seperti kehilangan
kesehatan, hidup, pekerjaan, privasi, keintiman, dan hubungan

Perubahan proses keluarga berhubungan dengan dampak


diagnosis kanker dan prognosis yang tidak pasti

2. Diagnosa

keperawatan

esensial

yang

berhubungan

dengan

kemoterapi

35

Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan penatalaksanaan


kemoterapi

karena

destruksi

pembelahan

sel-sel

hematopoietik yang cepat dan mengakibatkan immunosupresi


Resiko terhadap cedera berhubungan dengan supresi sumsum
tulang sebagai akibat dari trombositopenia
Perubahan

Nutrisi

yaitu

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, dan diare


Gangguan

citra

penurunan

berat

tubuh
badan,

berhubungan
dan/atau

dengan

alopesia,

perubahan

sekunder

terhadap kemoterapi
Risiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
ekstravasasi kemoterapio vesikan seperti adriamisin dan/atau
vinkristin
Perubahan

eliminasi

urinarius

berhubungan

dengan efek

samping kemotrapi ifosfamid (IFEX) atau kemoterapi sitoksan


dosis

tinggi

yang

mengakibatkan

hematuria

dan/atau

toksisitas ginjal
Perubahan persepsi/sensotik, kinestetik berhubungan dengan
toksisitas SSP kerena Ifosfamide (IFEX)
3. Diagnosa

keperawatan

esensial

yang

berhubungan

dengan

pembedahan

Defisit

pengetahuan

yang

berhubungan

dengan

pembedahan
Intervensi:
o Jelaskan prosedur bedah
-Biopsi insisi
-Eksisi local
-Eksisi dengan batas luas
-Penggunaan implant dan pencangkokan khusus
-Reseksi en bloc
-Amputasi
-Reseksi metastasis
36

-Pembedahan sitoreduksi
o Jelaskan

istilah-istilah

dan

prosedur

umum

yang

berhubungan dengan bahan patologi


o Nahas kemungkinan hasil pembedahan
-Perubahan bentuk tubuh
-Perubahan fungsi tubuh
-Keterbatasan gerak
-Kehilangan ekstremitas
o Jelaskan persiapan praoperasi
-Alat-alat persiapan pembedahan dan pembersihan usus
-Pengangkatan prostesis dan alat lainnya
-Keterbatasan gerak
-Kehilangan ekstremitas
o Sediakan

bahan-bahan

pengajaran/video

pengetahuan

tentang pembedahan
o Jelaskan

kebiasaan

rutin

yang

dilakukan

setelah

pembedahan
-Mekanisme pembersihan paru, pengelolaan gerak pasien,
dan rasa nyeri
-Kemungkinan penggunaan alat-alat seperti drain, penutup
luka, slang toraks, slang nasogastrik, kateter urine, dll.

Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan


amputasi ekstremitas
Agen kemoterapi osteosarkoma:
Dozorubisin, Sisplatin, Metotreksat, Siklofosfamid, Ifosfamid,
Daktinomisin, Bleomisin
Intervensi:
o Kaji status emosi
o Tentukan dan evaluasi :
-Pertumbuhan dan perkembangan
-Rentan gerak sendi, kekuatan otot
-Cara berjalan, keseimbangan, dan koordinasi
37

-Status vascular (sirkulasi dan sensasi)


o Pengkajian pascaoperasi meliputi:
-Status fisik umum, tanda vital
-Penempatan posisi tubuh yang benar
-Tanda

dan

gejala

komplikasi

pascabedah

yang

berhubungan dengan pembedahan (perdarahan, infeksi,


sindrom kompartemen, emboli paru, pemecahan kulit)
-Tanda dan gejala komplikasi yang berhubungan dengan
gangguan

mobilitas

(konstipasi,

pemecahan

kulit,

pneumonia, retensi urine, anoreksia)


-Pengelolaan nyeri (nyeri fantom setelah amputasi)
-Kemampuan

untuk

melakukan

latihan

rentang

gerak

dan/atau penggunaan alat bantu (tongkat penyangga,


prostesis, dll)
-Kemampuan

untuk

merawat

puntung

amputasi

dan

prostesis
o Koordinasikan terapi rehabilitasi dengan tim multidisiplin
(terapis fisik, terapis pekerjaan, ahli prostesis, dll)
o Rancang

pertemuan

dengan

pasien

rehabilitasi

jika

memungkinkan
o Ajarkan pasien:
-Bahas pentingnya terapi fisik (latihan rentang gerak,
kemampuan berjalan)
-Ajarkan pentingnya nutrisi yang baik dan hidrasi
-Bahas dengan pasien/keluarga kemungkinan komplikasi
yang

berhubungan

dengan

amputasi

(iritasi

kulit,

perubahan penyangga, pembengkakan atau nyeri yang


lebih hebat, demam, masalah mekanis dengan prostesis)
-Tekankan pentingnya komunikasi yang terbuka
-Sediakan

informasi

untuk

mendapatkan

dukungan

kelompok bagi pasien/keluarga

Nyeri berhubungan dengan intervensi pembedahan

38

Gangguan citra tubuh berhubngan dengan amputasi, reseksi


luas terhadap jaringan lunak, atau pemendekan anggota
badan karena sarcoma

Risiko

terhadap

perubahan

sensori/persepsi

yakni

taktil

berhubungan dengan kemungkinan adanya kerusakan saraf


karena pembedahan sebagian anggota gerak

Risiko terhadap koping individu takefektif berhubungan dengan


penggunaan donor mayat untuk tandur tulang

4. Diagnosa keperawatan esensial yang berhubungan dengan terapi


radiasi
Risiko terhadap kerusakan kulit berhubungan dengan trauma
jaringan dan terapi radiasi
Keletihan berhubungan dengan efek samping terapi radiasi
Kurang pengetahuan berhubungan dengan terapi radiasi pada
daerah ekstremitas yang sakit
3. Perencanaan dan Implementasi
Sasaran. Sasaran utama pasien meliputi pemahaman mengenai
proses penyakit dan program terapi, pengontrolan nyeri, tiadanya
fraktur patologik, pola penyelesaian masalah yang efektif, peningkatan
harga diri dan tiadanya komplikasi
Asuhan keperawatan pasien yang menjalani eksisi tumor tulang
pada

beberapa

hal

sama

dengan

pasien

lain

yang

menjalani

pembedahan skeletal. Tanda vital dipantau, kehilangan darah dikaji,


dilakukan observasi untuk mengkaji timbulnya komplikasi seperti
trombosis

vena

profunda,

emboli

paru,

infeksi,

kontraktur,

dan

atrofidisuse. Bagian yang dioperasi harus ditinggikan untuk mengontrol


pembengkakan; status neurovaskuler ekstremitas harus dikaji. Biasanya
daerah tersebut diimobilisasi dengan bidal, gibs, atau pembalut elastis
sampai tulang menyembuh.

39

4. Intervensi Keperawataan
Memahami Proses Penyakit dan Terapi. Pendidikan pasien
dan keluarganya mengenai proses dan diagnosis penyakit serta
program

penanganan

sangat

penting.

Penjelasan

mengenai

uji

diagnostik, penanganan (misal, perawatan luka), dan hasil yang


mungkin terjadi (misal, penurunan rentang gerak, kebas, perubahan
kontur tubuh) dapat membantu pasien menyesuaikan diri dengan
prosedur dan perubahan yang terjadi. Kerja sama dan kepatuhan
terhadap program terapi harus didorong melalui pemahaman. Perawat
dapat menekankan dan menjelaskan informasi yang diberikan oleh
dokter paling efektif bila perawat hadir selama diskusi antara dokter
dan pasien. Pasien didorong agar bisa sedapat mungkin mandiri.
Pengontrolan Nyeri. Teknik penatalaksanaan nyeri psikologik
dan farmakologik dapat digunakan untuk mengontrol nyeri dan
meningkatkan tingkat kenyamanan pasien. Perawat bekerja sama
dengan pasien dalam merancang program manajemen nyeri yang
paling efektif, sehingga akan meningkatkan pengontrolan pasien
terhadap nyeri. Perawat mempersiapkan pasien dan memberikan
dukungan selama prosedur yang menyakitkan.
Setelah pembedahan, pasien akan merasakan nyeri baik di
bagian yang dibedah maupun tempat donor. Analgetika opioid sesuai
resep dapat digunakan selama periode pascaoperasi awal. Kemudian,
setelah

itu

analgetika

non-opioid

oral

sudah

memadai

untuk

mengurangi nyeri.
Mencegah Fraktur Patologik. Tumor tulang akan melemahkan
tulang sampai ke titik di mana aktivitas normal atau perubahan posisi
dapat mengakibatkan fraktur. Selama asuhan keperawatan tulang yang
sakit harus disangga dan ditangani dengan lembut. Penyangga luar
(misal, bidai) dapat dipakai untuk perlindungan tambahan.
Pembatasan beban berat badan yang dianjurkan harus diikuti.
Pasien diajar bagaimana mempergunakan alat Bantu dengan aman dan
bagaimana memperkuat ekstremitas yang sehat.

40

Koping

Efektif.

Pasien

dan

keluarganya

didorong

untuk

mengungkapkan rasa takut, keprihatinan, dan perasaan mereka.


Mereka membutuhkan dukungan dan perasaan diterima agar mereka
mampu menerima dampak tumor tulang maligna. Perasaan terkejut,
putus asa, dan sedih pasti akan terjadi. Maka rujukan ke perawat
psikiatri, ahli psikologi, konselor, atau rohaniawan perlu diindikasikan
untuk bantuan psikologik khusus.
Meningkatkan Harga Diri. Kemandirian versus ketergantungan
merupakan isu pada pasien yang menderita keganasan. Gaya hidup
akan berubah secara dramatis, paling tidak sementara. Keluarga harus
didukung dalam menjalankan penyesuaian yang harus dilakukan.
Perubahan citra diri akibat pembedahan dan kemungkinan amputasi
harus diketahui. Peyakinan yang masuk akal mengenai masa depan dan
penyesuaian

aktivitas

yang

berhubungan

dengan

peran

harus

dilakukan. Perawatan diri dan sosialisasi harus didorong. Pasien harus


berpatisipasi dalam perencanaan aktivitas harian. Keterlibatan pasien
dan keluarganya sepanjang terapi dapat mendorong kepercayaan diri,
pengembalian konsep diri, dan perasaan dapat mengontrol hidupnya
sendiri.
Penyembuhan

Luka.

Penyembuhan

luka

dapat

terlambat

karena trauma jaringan akibat pembadahan atau radiasi sebelumnya.


Tekanan pada daerah luka harus dioptimalkan untuk memperbaiki
peredaran darah ke jaringan. Balutan luka nontraumatik dan aseptik
akan mempercepat penyembuhan. Pemantauan dan pelaporan temuan
laboratorium memungkinkan pemberian intervensi untuk memperbaiki
homeostasis dan penyembuhan luka.
Mengubah posisi pasien sesering mungkin akan mengurangi
insidensi kerusakan kulit akibat tekanan. Nyeri dan penghindaran
gerakan menunjukan potensial terjadinya kerusakan kulit. Tempat tidur
terapeutik khusus diperlukan untuk mencegah kerusakan kulit dan
memperbaiki

penyembuhan

luka

setelah

pembedahan

plastik

konstruktif dan grafting ekstensif.

41

Nutrisi Adekuat. Karena kehilangan selera makan, mual, dan


muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi,
maka perlu diberikan nutrisi yang memadai untuk mempercepat
penyembuhan dan kesehatan. Antiemetika dan teknik ralaksasi dapat
mengurangi reaksi gastrointestinal. Stomatitis dapat dikontrol dengan
obat cuci mulut anestetik atau antijamur. Hidrasi yang memadai sangat
penting. Suplemen nutrisi atau parenteral total dapat diresepkan untuk
mendapatkan nutrisi yang memadai.
Infeksi Luka Operasi. Antibiotik profilaksis dan teknik balutan
aseptik ketat dilakukan untuk mengurangi terjadinya osteomielitis dan
infeksi luka operasi. Selama penyembuhan, infeksi lain (misal: infeksi
saluran napas atas) harus dihindari sehingga penyebaran hematogen
tak akan berakibat osteomielitis.
Bila pasien mendapat kemoterapi, hitung jenis dan harus
dipantau dan pasien harus diintruksikan untuk menghindari bertemu
dengan orang yang sedang menderita demam atau infeksi.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan Rumah.
Persiapan dan koordinasi untuk perawatan ksehatan berkelanjutan
dimulai sejak dini sebagai suatu tindakan multidisiplin. Pendidikan
pasien ditujukan pada pengobatan, pembalutan, dan program terapi,
selain program terapi fisik dan okupasi. Penggunaan peralatan khusus
secara aman harus dijelaskan. Pasien dan keluarga harus mempelajari
tanda dan gejala kemungkinan komplikasi. Pasien diminta untuk
mencatat nomor telepon orang yang dapat segera dihubungi bila
sewaktu-waktu timbul masalah. Kadang, perjanjian dibuat bersama
agen asuhan kesehatan untuk supervisi perawatan di rumah dan tindak
lanjut. Perlunya supervisi kesehatan jangka panjang ditekankan untuk
meyakinkan

telah

terjadi

penyembuhan

atau

untuk

mendeteksi

kekambuhan tumor atau metastasis.


5. Evaluasi
Hasil yang Diharapkan

42

1.Menerangkan proses penyakit dan program terapi


a.Menerangkan proses patologik
b.Menentukan sasaraan program terapeutik
c.Mencari penjelasan informasi
2. Mampu mengontrol nyeri
a. Memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri, termasuk obat yang
diresepkan
b.Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat
istirahat, selama menjalankan aktivitas sehari-hari, atau tempat
operasi
3. Tidak mengalami patah tulang patologik
a. Menghindari stres pada tulang yang lemah
b. Mempergunakan alat bantu dengan aman
c. Memperkuat ekstremitas yang sehat
4. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif
a. Mengemukakan perasaannya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi kekakuan dan kemampuannya
c. Membuat keputusan
d. Meminta bantuan bila perlu
5. Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Mengindentifikasi tanggung jawab rumah tangga dan keluarga yang
mampu ditanggungnya
b. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya
c. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
d. Memperlihatkan kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari
6. Memperlihatkan tiadanya komplikasi
a. Memperlihatkan penyembuhan luka

43

b. Tidak mengalami kerusakan kulit


c. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
d. Tidak mengalami infeksi
e. Mengatasi efek samping terapi
f. Melaporkan gejala toksisitas obat atau komplikasi pembedahan
7. Berpatisipasi dalam perawatan kesehatan berkelanjutan di rumah
a. Mematuhi regimen yang ditentukan (mis, menelan setiap obat yang
diresepkan, tetap menjalankan program terapi fisik dan okupasi)
b. Menyetujui perlunya supervisi kesehatan jangka panjang
c. Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak lanjut
d. Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi

BAB VI
44

PENUTUP
6.1 Simpulan
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma
tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis
tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian
ujung tulang panjang, terutama lutut. Kasus sarkoma osteogenik paling
banyak menyerang anak remaja dan mereka yang baru menginjak
masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang penderita penyakit Paget
yang berusia lebih dari 50 tahun.
Penyebab utama masih misteri, tetapi faktor genetik, virus
onkologi, dan terpapar radiasi disinyalir sebagai asal muasal timbul
sarkoma osteogenik ini. Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan
erosi adalah gejala umum dari penyakit ini.
Beberapa jenis tumor primer seperti sarkoma osteogenik dapat
dirawat

paling

baik

dengan

jalan

amputasi

atau

melakukan

pembedahan ablative secara menyeluruh. Meskipun kemoterapi dan


imunoterapi

agaknya

juga

mempunyai

kemampuan

untuk

menyembuhkan, tetapi sering kali perlu dilakukan pembedahan untuk


membuang tumor dan semua jaringan di sekitarnya. Selain itu, juga
dikembangkan terapi x-ray sinar tingkat tinggi.

6.2 Saran
Setelah penulis menjabarkan mengenai kasus osteosarkoma,
diharapkan

memberi

suatu

pencerahan

dan

tambahan

ilmu

pengetahuan mengenai kasus ini. Namun, dalam uraiannya, penulis


sadar bahwa masih banyak hal yang dirasa kurang dan oleh karenanya
penulis mengharapkan suatu masukan dan saran untuk kebaikan
mendatang dalam segala bidang, terutama kasus osteosarkoma ini.
Penelusuran lebih jauh dan dalam lagi mengenai perkembangan kasus

45

osteosarkoma ini merupakan jalan terbaik untuk mendapat informasi


yang lebih relevan disamping makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
edisi 8. Jakarta : EGC
Kusnanto, S.Kp., M.Kes. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC
Robbin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II edisi 4. Jakarta :
EGC
Chandrasoma, Parakrama; Taylor, Clive R. 2005. Ringkasan
Patologi Anatomi. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A., dkk. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, edisi 4. Jakarta : EGC
Otto, Shirley E. 2003. Pocket Guide to Oncology Nursing 2nd
edition. Kansas : Mosby-Year Book, Inc
Gale, RN, MS, Danielle; Charatte, RN, BSN, OCN, Jane. 1995.
Oncology Nursing Care Plans. Texas : Skidmore-Roth Publishing
Meyer WH; Malawer MM. 1991. Osteosarcoma : Clinical
features

and

Evolving

Surgical

and

Chemotheraputic

Strategies, Pediatr Clin North Am 38:317


Nursalam.

2008.

Proses

dan

Dokumentasi

Keperawatan

Konsep dan Praktik, edisi 2. Jakarta : Salemba Medika


Akses internet tanggal 30 Oktober 2008 pukul 10 WIB :
http://en.wikipedia.org/wiki/Osteosarcoma
http://www.cancerindex.org/ccw/faq/osteo.htm#q51
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001650.htm
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma/Health
Professional/
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=338687
http://www.emedicine.com/orthoped/TOPIC531.HTM

46

http://www.cancer.org/docroot/CRI/CRI_2_3x.asp?dt=52
http://www.cancer.org/docroot/CRI/CRI_2_1x.asp?rnav=criov&dt=52
Akses internet tanggal 31 Oktober 2008 pukul 21 WIB :
http://emedicine.medscape.com/article/1256857-overview
http://content.nejm.org/cgi/content/full/356/26/2721
http://content.nejm.org/cgi/content/full/341/16/1217
http://content.nejm.org/cgi/content/full/350/16/1655
http://kidshealth.org/parent/medical/cancer/cancer osteocacoma.html
http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://kidshealth.org/parent/medical/cancer/cancer_ost
eosarcoma.html&sa=X&oi=translate&resnum=3&ct=result&prev=/sear
ch%3Fq%3Dosteosarcoma%26hl%3Did
www.google.co.id/gwt/n?
eosr=on&q=osteosarkoma&hl=in&ei=uWdASciXGoSE6AO7saeaAg&
source=m&sa=X&oi=blended&ct=res&cd=2&rd=1&u=http%3A%2F
%2Fwww.indonesiaindonesia.com%2Ff%2F9862-kanker-tulang-primer
%2F
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/osteosarcoma

47

LAMPIRAN

Picture 1. Osteosarcoma (Tumor of the bone)

Picture 2. Clinical appearance of a teenager who presented with


osteosarcoma of the proximal humerus. Note the impressive
swelling throughout the deltoid region, as well as the disuse atrophy
of the pectoral musculature.

48

Picture 3. Sarcoma Osteogenic or Osteosarcoma

Picture 4. Chest radiograph of patient with osteosarcoma who died from


pulmonary

metastatic

disease.

Note

the

presence

of

pneumothorax as well as radiodense (bone-forming) metastatic


lesions.

Picture 5. Radiographic appearance (plain radiograph) of a proximal


humeral

osteosarcoma

Note

the

radiodense

matrix

of

the

intramedullary portion of the lesion, as well as the soft-tissue extension


and aggressive periosteal reaction.

49

Picture 6. Magnetic resonance image appearance (T1-Weighted Image)


of Osteosarcoma of the proximal humerus. Note the dramatic tumor
extension into adjacent soft-tissue regions.

Picture 7. Core needle biopsy instruments commonly used for bony


specimens. Craig needle set.

Picture 8. Resected specimen of a proximal tibia osteosarcoma. The


primary lesion was such that the knee joint was resected with the
primary lesion. Note that the previous longitudinal biopsy tract was
completely excised with the specimen performed.

50

Picture 9. Intraoperative photograph of Van Ness rotationplasty


procedure osteosynthesis of the tibia to the residual femur is being
performed.

51

Anda mungkin juga menyukai