Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(3)
Volume biobriket
= 0,25
(4)
JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 126-134
Dimana :
= Kerapatan biobriket (g/cm)
= Massa biobriket (gram)
= Jari jari (cm)
= Tinggi biobriket (cm)
= Volume biobriket (cm)
Kuat Tekan (Compressive Strength)
Kuat tekan menunjukkan ketahanan biobriket
terhadap tekanan luar sehingga mengakibatkan biobriket
itu pecah atau hancur. Semakin besar nilai kuat tekan
briket maka daya tahan biobriket semakin baik.
Ketahanan atau keteguhan tekan menunjukkan daya
tahan atau kekompakan biobriket terhadap tekanan luar
sehingga mengakibatkan biobriket itu pecah atau hancur.
Semakin besar nilai kuat tekan berarti daya tahan atau
kekompakan biobriket semakin baik. Kondisi tersebut
sangat menguntungkan didalam pengemasan, distribusi
maupun pengangkutan (Hendra dan Darmawan, 2000)
Analisa Kuat Tekan yaitu dilakukan dengan
menggunakan mesin press. Biobriket dibebani beban
tertentu sampai hancur.
Analisis Data
Analisis data menggunakan metode deskriptif,
yaitu dengan mendeskripsikan atau mengGambarkan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai realita
yang diperoleh selama pengujian. Data hasil penelitian
yang diperoleh dimasukkan dalam Tabel dan ditampilkan
dalam bentuk grafik. Selanjutnya dideskripsikan dengan
kalimat sederhana sehingga mudah dipahami untuk
mendapatkan jawaban dari permasalahan yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Hasil Penelitian
Data hasil pengukuran dan penimbangan massa
biobriket dari arang ampas tebu dan arang tempurung
kelapa dengan perekat tetes tebu. Hasil penelitiannya
seperti pada Tabel 3. dibawah ini :
Tabel 3. Spesifikasi Biobriket
Data hasil pengujian biobriket dari campuran
arang ampas tebu dengan arang tempurung kelapa dapat
dilihat pada Tabel 4. dibawah ini :
Tabel 4. Data hasil uji karakteristik pembakaran dan sifat
fisik biobriket
Analisis dan Pembahasan
Analisis Karakteristik Pembakaran Biobriket
Nilai Kalor
Tabel 5. berikut ini merupakan hasil uji nilai
kalor di laboratorium motor bakar universitas
brawijaya malang bila dibandingkan dengan standar
dari 4 negara.
Tabel 5. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar Nilai
Kalor 4 Negara.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006
Nilai kalor perlu diketahui dalam pembuatan
biobriket, karena untuk mengetahui nilai panas
pembakaran yang dapat dihasilkan oleh biobriket
sebagai bahan bakar. Semakin tinggi nilai kalor yang
dihasilkan oleh bahan bakar biobriket, maka akan
semakin baik pula kualitasnya.
Hasil pengujian nilai kalor biobriket yang
berasal dari campuran limbah arang ampas tebu dan
arang tempurung kelapa ini menggunakan bomb
calorimeter merk mesin PARR dengan model PARR
1241 220V 50Hz tahun 1987 yang dibuat USA, berat
pengujian kadar abu minimal 1 gram dalam setiap
sampel yang diujikan.
Hasil pengujian nilai kalor apabila dibuat dalam
bentuk grafik, maka dapat dilihat seperti Gambar
pada 2 seperti berikut :
Gambar 2. Grafik pengujian nilai kalor
Keterangan :
1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa
2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa
3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa
4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa
5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa
Berdasarkan Gambar 2. diatas menunjukkan
bahwa nilai kalor tertinggi berada pada campuran
10% arang limbah ampas tebu + 90% arang
tempurung kelapa yaitu dengan nilai kalor 6089,923
Biobriket Dari Campuran Arang Limbah Ampas Tebu dan Arang Tempurung Kelapa
129
kal/gr, sedangkan nilai kalor terendah didapat pada
campuran 90% arang limbah ampas tebu + 10%
arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai kalor
4646,567 kal/gr. Hubungan nilai kalor ini
berhubungan dengan kadar air dan kadar abu,
semakin rendah nilai kadar air maupun kadar abu
maka semakin tinggi pula nilai kalor yang didapat,
sebaliknya jika nilai kadar air dan kadar abu tinggi
maka bisa dipastikan nilai kalor yang didapat
menjadi rendah. Selain hal tersebut, faktor lain yang
mempengaruhi besar kecilnya nilai kalor adalah
kandungan carbon, oxygen dan ash yang dimiliki.
Semakin tinggi kandungan carbon dan oxygen maka
makin tinggi pula nilai kalor yang didapat, tetapi
beda halnya dengan kandungan ash, jika semakin
tinggi kandungan ash. Maka nilai kalor yang
dihasilkan bisa dipastikan kecil.
Nilai kalor pada campuran bahan 1 sampai
dengan 4 belum memenuhi standart mutu briket
batubara Negara manapun, sedangkan untuk
komposisi no 5 yaitu 10% arang limbah ampas tebu
+ 90% arang tempurung kelapa memenuhi standart
SNI dan Negara Jepang sesuai Tabel 1 yaitu dengan
nilai kalor 6089,923 kal/gr.
Kadar Air
Tabel 6. berikut ini merupakan hasil kadar air di
laboratorium motor bakar universitas brawijaya
malang bila dibandingkan dengan standar dari 4
negara.
Tabel 6. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar Kadar
Air 4 Negara.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006
Semakin rendah kadar air semakin tinggi nilai
pembakaran dan daya pembakarannya, kadar air
yang tinggi dapat menyulitkan pembakaran
biobriket. Penetapan kadar ini ditujukan untuk
mengetahui sifat higrokopis (kemampuan menyerap
air) biobriket dengan komposisi bahan baku yang
digunakan.
Hasil pengujian kadar air biobriket yang berasal
dari campuran arang limbah ampas tebu dan arang
tempurung kelapa menggunakan alat Moisture meter
merk mesin Shimadzu dengan model Moisture
Balance MOC120H tahun 2011, berat pengujian
kadar air minimal 1 gram dalam setiap sampel yang
akan diujikan.
Hasil pengujian kadar air apabila dibuat dalam
bentuk grafik, maka dapat dilihat seperti Gambar
pada 3. seperti berikut :
Gambar 3. Grafik pengujian kadar air
Keterangan :
1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa
2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa
3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa
4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa
5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa
Berdasarkan Gambar 3. diatas menunjukkan
bahwa nilai kadar air tertinggi berada pada campuran
ke 1 yaitu 90% arang limbah ampas tebu + 10%
arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai kadar air
sebesar 10,23% , sedangkan nilai kadar air terendah
didapat pada campuran ke 5 yaitu 10% arang limbah
ampas tebu + 90% arang tempurung kelapa yaitu
dengan nilai kadar air sebesar 8,27%.
Tingginya nilai kadar air pada kandungan arang
ampas tebu disebabkan karena arang ampas tebu
memiliki pori pori yang besar sehingga
mengakibatkan arang ampas tebu ini dapat menyerap
perekat tetes tebu dengan baik. Sebaliknya untuk
arang tempurung kelapa yang cenderung keras dan
berpori kecil, daya serap terhadap perekat tetes tebu
tidak sebaik ampas tebu sehingga membuat kadar air
komposisi arang tempurung kelapa lebih kecil
dibandingkan ampas tebu.
Nilai kadar air pada campuran bahan 1 sampai
dengan 5 belum memenuhi standart mutu briket
batubara keempat negara sesuai Tabel 1, karena
memiliki nilai kadar air dari 8,27 10,23 %.
Kadar Abu
Tabel 7. berikut ini merupakan hasil kadar abu,
peneliti lakukan penelitian di laboratorium motor
bakar universitas brawijaya malang bila
dibandingkan dengan standar dari 4 negara.
Tabel 7. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar Kadar
Abu 4 Negara.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006
131
JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 126-134
Abu merupakan bagian sisa dari proses
pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon
lagi, unsur utama abu adalah silica dan pengaruhnya
kurang baik terhadap nilai kalor biobriket yang
dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin
rendah kualitas biobriket karena kandungan abu yang
tinggi dapat menurunkan nilai kalor.
Hasil pengujian kadar abu biobriket yang
berasal dari campuran limbah arang ampas tebu dan
arang tempurung kelapa ini menggunakan bomb
calorimeter merk mesin PARR dengan model PARR
1241 220V 50Hz tahun 1987 yang dibuat USA, berat
pengujian kadar abu minimal 1 gram dalam setiap
sampel yang diujikan.
Hasil pengujian kadar abu apabila dibuat dalam
bentuk grafik, maka dapat dilihat seperti pada
Gambar 4. seperti berikut :
Gambar 4. Grafik pengujian kadar abu
Keterangan :
1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa
2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa
3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa
4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa
5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa
Berdasarkan Gambar 4. diatas menunjukkan
bahwa nilai kadar abu tertinggi berada pada
campuran ke 1 yaitu 90% arang limbah ampas tebu +
10% arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai
kadar air sebesar 16% , sedangkan nilai kadar abu
terendah didapat pada campuran ke 5 yaitu 10%
arang limbah ampas tebu + 90% arang tempurung
kelapa yaitu dengan nilai kadar air sebesar 2%.
Hal ini disebabkan oleh kandungan ash pada
ampas tebu lebih besar dibandingkan dengan
tempurung kelapa, sehingga membuat nilai kadar
abu pada kandungan arang ampas tebu disebabkan
besar dibandingkan dengan arang tempurung kelapa.
Nilai kadar abu pada komposisi sampel no 1 4
belum mampu memenuhi standart mutu briket
batubara negara manapun sedangkan komposisi
sampel no 5 memperoleh nilai kadar ab sebesar 2%,
hal ini memenuhi standar mutu briket batubara
keempat negara.
Analisis Sifat Fisik Biobriket
Kerapatan
Tabel 8. berikut ini merupakan hasil kerapatan
di laboratorium beton / bahan teknik sipil Universitas
Negeri Surabaya bila dibandingkan dengan standar
dari 4 negara.
Tabel 8. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar
Kerapatan 4 Negara.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006
Kerapatan dipengaruhi oleh homogenitas
campuran perekat dengan arang, dengan pengadukan
yang merata, maka biobriket yang dihasilkan akan
semakin kuat, hal ini menyebabkan partikel arang
menjadi rata. Selain itu, semakin tinggi kerapatan
maka akan mempengaruhi nilai kalor pada setiap
sampel biobriket.
Namun, kerapatan yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan biobriket sulit terbakar, sedangkan
biobriket memiliki kerapatan yang tidak tinggi
sehingga memudahkan untuk pembakaran karena
semakin besar rongga udara atau celah yang dapat
dilalui oksigen dalam proses pembakaran. Biobriket
dengan kerapatan terlalu rendah dapat
mengakibatkan biobriket cepat habis dalam
pembakarannya karena bobotnya lebih rendah dan
terlalu banyak rongga udara.
Hasil pengujian kerapatan apabila dibuat dalam
bentuk grafik, maka dapat dilihat seperti Gambar
pada 5. seperti berikut :
Gambar 5. Grafik pengujian kerapatan
Keterangan :
1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa
2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa
3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa
4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa
5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa
Berdasarkan Gambar 5. diatas menunjukkan
bahwa nilai kerapatan tertinggi berada pada
Biobriket Dari Campuran Arang Limbah Ampas Tebu dan Arang Tempurung Kelapa
129
campuran ke 5 yaitu 10% arang ampas tebu + 90%
arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai kerapatan
sebesar 0,846 g/cm , sedangkan nilai kerapatan
terendah didapat pada campuran ke 1 yaitu 90%
arang ampas tebu + 10% arang tempurung kelapa
yaitu dengan nilai kerapatan sebesar 0,743 g/cm
Kerapatan biobriket erat kaitannya dengan
besarnya tekanan yang diberikan pada saat
pencetakan biobriket. Pada penelitian kali ini
tekanan yang diberikan rata rata 100 kg/cm atau
setara dengan 98,07 bar. Nilai kerapatan yang tinggi
menghasilkan kualitas biobriket yang baik, nilai
kerapatan yang tinggi ini disebabkan karena adanya
homogenitas atau keseragaman pada serbuk
arangnya sehingga menghasilkan kepadatan atau
kerapatan yang tinggi. Namun nilai kerapatan yang
terlalu tinggi mengakibatkan sulitnya biobriket
terbakar, sedangkan jika biobriket memiliki
kerapatan yang terlalu rendah akan memudahkan
proses pembakaran tapi biobriket tersebut akan
mudah habis karena memiliki rongga udara yang
besar.
Merujuk pada Tabel 1. nilai kerapatan pada
campuran bahan 1 sampai no 5 belum lebih rendah
daripada standar mutu buatan Amerika dan Jepang
namun lebih tinggi dibanding nilai standar mutu
briket negara Inggris.
Kuat Tekan
Tabel 9 berikut ini merupakan hasil kerapatan di
laboratorium dasar bersama Universitas Airlangga
Surabaya bila dibandingkan dengan standar dari 4
negara.
Tabel 9. Data Hasil Uji Biobriket dan Standar Kuat
Tekan 4 Negara.
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006
Kuat tekan menunjukkan daya tahan atau
kekompakan biobriket terhadap tekanan luar
sehingga mengakibatkan biobriket tersebut pecah
atau hancur. Semakin besar nilai kuat tekan berarti
menunjukkan daya tahan dan kekompakan biobriket
tersebut semakin baik.
Hasil pengujian kuat tekan pada biobriket yang
berasal dari campuran arang limbah ampas tebu dan
arang tempurung kelapa ini menggunakan brinel test
dengan mesin Autograph Shimadzu dengan type
SFL-100kNAG.
Data hasil pengujian kuat tekan biobriket pada
berbagai komposisi campuran arang ampas tebu dan
arang tempurung kelapa dengan perekat tetes tebu
dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan pada
Gambar 6. sebagai berikut :
Gambar 6. Grafik pengujian kuat tekan
Keterangan :
1. : 90% ampas tebu + 10% tempurung kelapa
2. : 70% ampas tebu + 30% tempurung kelapa
3. : 50% ampas tebu + 50% tempurung kelapa
4. : 30% ampas tebu + 70% tempurung kelapa
5. : 10% ampas tebu + 90% tempurung kelapa
Berdasarkan Gambar 6. diatas menunjukkan
bahwa nilai kuat tekan tertinggi berada pada
campuran ke 1 yaitu campuran 90% arang limbah
ampas tebu + 10% arang tempurung kelapa yaitu
dengan nilai kuat tekan sebesar 15,68 kg/cm ,
sedangkan nilai kuat tekan terendah didapat pada
campuran ke 5 yaitu 10% arang limbah ampas tebu
+ 90% arang tempurung kelapa yaitu dengan nilai
kuat tekan sebesar 12,75 kg/cm.
Nilai kuat yang tinggi disebabkan karena ampas
tebu memiliki kandungan silikat atau SiO2 sebesar
3,01 % yang membuat biobriket menjadi kuat dan
ulet saat ditekan, dan juga kandungan ampas tebu
mampu menyerap air dengan kuat, sehingga
membuat ketahanan saat ditekan menjadi lebih baik .
Dan kandungan karbon yang dimiliki tempurung
kelapa lebih besar dibanding ampas tebu sehingga
menjadikan arang dengan komposisi tempurung
kelapa lebih rapuh dibanding ampas tebu menjadikan
nilai kuat tekan lebih kecil.
Nilai kuat tekan pada campuran bahan 1 sampai
5 masing masing sebesar 15,88 kg/cm , 14,98
kg/cm, 13,72 kg/cm, 13,47 kg/cm, dan 12,75
kg/cm, dapat memenuhi standart mutu briket
batubara Inggris yakni sebesar 12,7 kg/cm, namun
belum memenuhi standart mutu briket batubara
negara Jepang dan Amerika.
Dari data hasil penelitian diatas, menunjukkan
bahwasanya sampel no 5 yaitu pada campuran 90%
arang limbah ampas tebu + 10% arang tempurung
kelapa dengan penambahan 40 gram perekat tetes
tebu adalah campuran terbaik, berikut adalah data
hasil penelitian :
133
JTM. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, 126-134
Tabel 10. Perbandingan Hasil Penelitian Terbaik
Dengan Standart Mutu Biobriket di Negara Jepang,
Inggris, Amerika dan Indonesia
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1994 dalam Triono, 2006
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan
pembahasan yang telah dilakukan tentang biobriket
berbahan dasar arang ampas tebu dan arang tempurung
kelapa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut ini :
Perbandingan ideal antara arang limbah ampas tebu
dan arang tempurung kelapa adalah campuran 10%
arang limbah ampas tebu dengan 90% arang
tempurung kelapa yaitu dengan nilai kalor 6089,923
kal/g, kadar air 8,27%, kadar abu 2%, kerapatan
0,846 g/cm dan kuat tekan 12,75 kg/cm.
Karakteristik biobriket dari arang limbah ampas tebu
dan arang tempurung kelapa dengan perekat tetes
tebu, nilai kalor sampel no 1 adalah 4646,567 kal/g;
sampel 2 = 4819,16 kal/g; sampel 3 = 4843,516
kal/g; sampel 4 = 4917,384 kal/g; sampel 5 =
6089,923 kal/g, kadar air sampel 1 = 10,23%; sampel
2 = 9,89%; sampel 3 = 9,5%; sampel 4 = 8,63%;
sampel 5 = 8,27%, kadar abu sampel 1 = 16%;
sampel 2 = 14%; sampel 3 = 12%; sampel 4 = 12%;
sampel 5 = 2%, kerapatan sampel 1 = 0,743 g/cm;
sampel 2 = 0,765 g/cm; sampel 3 = 0,812 g/cm;
sampel 4 = 0,824 g/cm; sampel 5 = 0,846 g/cm, dan
kuat tekan sampel 1 = 15,68 kg/cm; sampel 2 =
14,98 kg/cm; sampel 3 = 13,72 kg/cm; sampel 4 =
13,47 kg/cm; sampel 5 = 12,75 kg/cm.
Biobriket campuran arang limbah ampas tebu dan
arang tempurung kelapa dengan zat perekat tetes
tebu yang dapat memenuhi beberapa karakteristik
umum briket batubara sesuai standar mutu negara
Jepang, dan Indonesia (SNI) adalah no sampel 5
dengan campuran 10% arang limbah ampas tebu
dengan 90% arang tempurung kelapa yaitu dengan
nilai kalor 6089,923 kal/g, kadar air 8,27%, kadar
abu 2%, kerapatan 0,846 g/cm dan kuat tekan 12,75
kg/cm.
Saran
Dari serangkaian pengujian, perhitungan dan
analisa data serta pengambilan simpulan yang telah
dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut:
Penelitian pada biobriket selanjutnya harus
menyertakan hasil uji zat terbang (volatile matter).
Karena penyalaan biobriket tidak hanya dipengaruhi
oleh kadar abu melainkan juga kandungan volatile
matter.
Penelitian ini mempunyai kuat tekan yang tidak
terlalu bagus, disebabkan karena tidak kuatnya alat
pengepresan yang dibuat dan masih menggunakan
tenaga manual, penelitian selanjutnya diharapkan
sudah menggunakan tenaga otomatis saat
pengepresannya maupun dengan alat pencetak
biobriket yang kuat dan tahan lama.
Bahan perekat yang digunakan adalah tetes tebu,
bahan ini bukan bahan limbah sehingga masih
diperlukan biaya untuk pembelian bahan tersebut,
penelitian selanjutnya bisa menggunakan bahan yang
tidak terpakai misalnya limbah oli bekas ataupun
yang lainnya.
Bahan ampas tebu yang digunakan adalah ampas
tebu sisa penjualan, hal ini merupakan sesuatu yang
baru dalam dunia penelitian biobriket, namun
campuran yang digunakan adalah tempurung kelapa
yang penggunaannya masih bisa digunakan dengan
berbagai jenis peralatan misalnya karbon aktif, bahan
kerajinan dari tempurung kelapa dan lain sebagainya.
Penelitian berikutnya diharapkan tidak menggunakan
tempurung kelapa, bisa menggunakan bahan yang
lain yang berbentuk limbah yang tidak terpakai
dirumah tangga.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Peneliti dan Pengembangan Kehutanan. 1994.
Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang.
Departemen Kehutanan Bogor.
Hendra D dan S. Darmawan. 2000. Pembuatan Briket
Arang dari Serbuk gergajian kayu dengan
penambahan kelapa. Buletin Penelitian Hutan 18
(1) : 1-9
Palungkun, R, 2003 Aneka Produk Olahan Kelapa,
Cetakan ke Sembilan, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta..
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari serbuk
gergajian kayu afrika (Maesopsis eminii Engl)
dan sengon (Paraserienthes falcatia) dengan
penambahan Tempurung kelapa. ITB: Bogor.