Anda di halaman 1dari 21

Regenerasi Sel beserta Fungsi dan Strukturnya

Victor Morando Nainggolan


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510, Tlp : 5666952


Abstrak : Penyebab penyakit (etiologi) mekanisme terjadinya penyakit (patogenesis)
perubahan struktural yang ditimbulkan oleh penyakit di dalam sel jaringan (manifestasi
klinis) sel normal memerlukan keseimbangan antara kebutuhan fisiologik dan keterbatasan-
keterbatasan strukur sel dan kemampuan metabolik, hasilnya adalah hasil yang terus
seimbang atau homeostatis. Keadaan fungsional sel dapat berubah ketika bereaksi terhadap
stress yang ringan untuk mempertahankan keadaan yang seimbang. Konsep keadaan normal
bervariasi: Setiap orang berbeda satu dengan yang lain karena perbedaan susunan genetik
Setiap orang memiliki perbedaan dalam pengalaman hidup dan interaksinya dengan
lingkungan Pada tiap individu terdapat perbedaan parameter fisiologi karena adanya
pengendalian dalam fungsi mekanisme.
Kata kunci : perubahan struktural sel

Abstract: The cause of the disease (etiology) Mechanisms of disease (pathogenesis)
Structural changes caused by disease in the tissue cells (clinical manifestations) Normal cells
require a balance between physiological needs and limitations of the structure of cells and
metabolic capabilities, the result is the result of the continued balanced or homeostatic .
Functional state of the cell can be changed when the light reacts to stress to maintain a
balanced state. The concept of a normal state varies: Each person is different from one
another due to differences in genetic makeup Everyone has differences in life experience and
interaction with the environment In each individual there is a difference because of the
physiological parameters in the control mechanism functions.
Key words: structural changes in the cell.




Pendahuluan
Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan maupun manusia terdiri atas unit-unit kecil yang
disebut sel. Selama makhluk itu masih hidup banyak sekali proses perubahan yang terjadi di
dalam sel. Aktivitas yang terjadi dalam sel inilah yang menunjang fungsi organ-organ dalam
makhluk itu dan dengan demikian juga merupakan penunjang terlaksananya fungsi makhluk
hidup itu sendiri.
Fenomena kehidupan yang ditandai oleh adanya pertumbuhan dan reproduksi serta hal-
hal yang berkaitan merupakan ruang lingkup Biologi dan ilmu-ilmu yang relevan misalnya
ilmu kedokteran atau kesehatan.
Selain itu, pada sel terjadi proses pembelahan sel,yaitu mitosi dan meiosis, yang mana
proses pembelahan sel tersebut sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan, reproduksi dan
pewarisan sifat pada makhluk hidup.

Pembahasan
Struktur dan Fungsi Sel

1.1. Struktur sel prokariotik dan eukariotik
Istilah sel pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke, Ilmuwan Inggris, pada tahun
1665 yang berarti ruangan kosong. Ia meneliti sayatan gabus di bawah mikroskop yang terdiri
atas ruangan-ruangan yang dibatasi oleh dinding. Hal tersebut benar karena sel-sel gabus
merupakan sel-sel yang telah mati sehingga di dalam sel tersebut kosong, tidak berisi.
1
Semua sel mempunyai sifat-sifat dasar secara umum. Semua sel dibatasi oleh
membran plasma. Di dalamnya terdapat bahan semicair yang dinamakan sitosol yang
mengandung organel-organel. Semua sel mengandung kromosom, yang membawa gen-gen
(DNA, asam nukleat deoksiribosa). Semua sel mengandung ribosom yang merupakan organel
kecil yang berfungsi membentuk protein menur ut instruksi dari gen.
1
Berdasarkan keadaan intinya, sel dibedakan dalam dua macam, yaitu: sel prokariotik
dan sel eukariotik. Pada sel prokariotik, materi inti (DNA) terdapat dalam nukleoid yang
tidak dibatasi oleh membran inti. Contoh sel prokariotik ialah bakteri, dan gangang biru yang
termasuk Monera. Sedangkan pada sel eukariotik terdapat membran inti, yang memisahkan
materi inti (DNA dan protein histon membentuk kromosom) dari sitoplasma. Sel eukariotik
dijumpai pada Tumbuhan, Hewan, Cendawan, dan Protista.
1

Sel bakteri dibatasi oleh membran plasma. Di dalamnya terdapat nukleoid (DNA)
tanpa dibatasi oleh membran inti, dan ribosom (lihat Gambar 2.1 Di sebelah luar dari
membran plasma terdapat dinding sel yang disusun oleh peptidoglikan (kompleks gula dan
protein). Pada sebagian bakteri sel tersebut dibungkus oleh kapsul (disusun oleh gula).
Bakteri mempunyai alat gerak berupa flagel. Pada permukaan sel bakteri terdapat pili yang
dapat digunakan untuk menempel pada substratnya. Pada bakteri fotosintetik dan ganggang
hijau biru terdapat klorofil yang tersebar dalam sitoplasma, tanpa membran yang
membatasinya dengan bagian sel lainnya. Jadi, sel prokariotik ada yang mempunyai klorofil
tetapi tidak dalam kloroplas (plastid yang berwarna hijau). Sel prokariotik mempunyai ukuran
yang jauh lebih kecil (kurang lebih sepersepuluhnya) dari sel eukariotik.
1

Gambar 1.1 Sel bakteri prokariotik.
8

Pada sel tumbuhan, sel hewan, dan sel eukariotik lainnya, selain membran plasma
yang membatasi sel dengan lingkungan luarnya, juga terdapat sistem membran dalam
(internal) yang membatasi organel- organel di bagian dalam sel dengan sitoplasma (lihat
Gambar 2.2). Nukleus (inti) dibatasi oleh membran inti sehingga bahan-bahan yang ada di
dalamnya terpisah dari sitoplasma. Vakuola terpisah dari sitoplasma karena dibatasi oleh
membran (tonoplas). Demikian juga pada organel bermembran lainnya, yang terpisah satu
sama lain sehingga masing-masing organel menyelenggarakan reaksi-reaksi kimia secara
terpisah. Dengan kata lain, sel eukariotik telah mengalami kompartementasi, terbagi dalam
beberapa ruang.
1



Tabel 1.1. Perbedaan sel prokariotik dan sel eukariotik

Berdasarkan jumlah kromosom dan fungsinya, sel dibedakan ke dalam dua kelompok,
yaitu sel somatik dan sel reproduktif. Sel somatik merupakan sel-sel penyusun tubuh, dengan
jumlah kromosom 2n (diploid). Dalam proses pertumbuhan makhluk hidup multiseluler sel
somatik mengalami proses pembelahan mitosis. Sel reproduktif berfungsi untuk perbanyakan
makhluk hidup secara seksual. Sel ini dibentuk melalui proses meiosis sehingga mempunyai
jumlah kromosom n (haploid).
1
Bagian sel ada yang bersifat hidup dan ada yang mati. Bagian sel yang hidup dikenal
sebagai protoplasma, terdiri atas inti dan sitoplasma. Bagian mati berupa dinding sel dan isi
vakuola. Sel-sel pada tubuh hewan dan tumbuhan termasuk dalam golongan sel eukariotik,
sedangkan pada mikroorganisme ada yang eukariotik misalnya protozoa, protista, dan fungi.
Ada pula yang bersifat prokariotik misalnya pada bakteri dan ganggang biru.
2

1.2. Struktur dan fungsi organel sel
Sel merupakan kesatuan structural dan fungsional penyusun makhluk hidup yang
dapat memperbanyak diri. Aktivitas yang ada dalam sel terjadi dalam organel-organel yang
mendukung fungsi-fungsi tertentu.
2
Adapun fungsi dari bagian-bagian penyusun sel adalah sebagai berikut:

1.2.1. Dinding sel
Dinding sel bersifat permeabel, berfungsi sebagai pelindung dan pemberi bentuk
tubuh. Sel-sel yang mempunyai dinding sel antara lain: bakteri, cendawan, ganggang
(protista), dan tumbuhan. Kelompok makhluk hidup tersebut mempunyai sel dengan bentuk
yang jelas dan kaku (rigid). Pada protozoa (protista) dan hewan tidak mempunyai dinding sel,
sehingga bentuk selnya kurang jelas dan fleksibel, tidak kaku. Pada bagian tertentu dari
dinding sel tidak ikut mengalami penebalan dan memiliki plasmodesmata, disebut noktah
(titik).
2

1.2.2. Membran plasma
Membran plasma membatasi sel dengan lingkungan luar, bersifat semi/selektif permeabel,
berfungsi mengatur pemasukan dan pengeluaran zat ke dalam dan ke luar sel dengan cara
difusi, osmosis, dan transport aktif. Membran plasma disusun oleh fosfolipid, proten,
kolesterol.
2

1.2.3. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan cairan sel yang berada di luar inti, terdiri atas air dan zat-zat yang
terlarut serta berbagai macam organel sel hidup. Organel-organel yang terdapat dalam
sitoplasma antara lain:
2
1. Retikulum Endoplasma (RE)
Berupa saluran-saluran yang dibentuk oleh membran RE terbagi dua macam, yaitu RE
halus dan RE kasar.
2


Gambar 1.2 Retikulum Endoplasma.
9


Pada RE kasar terdapat ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Sedangkan pada
RE halus tidak terdapat ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis lipid.

2. Ribosom terdiri atas dua unit yang kaya akan RNA, berperan dalam sintesis protein.
Ribosom ada yang menempel pada RE kasar dan ada yang terdapat bebas dalam
sitoplasma.
2

3. Mitokondria memiliki membran rangkap, membran luar dan membran dalam. Di
antara kedua membran tersebut terdapat ruang antar membran. Membran dalam
berlekuk-lekuk disebut krista yang berfungsi untuk memperluas bidang permukaan
agar proses penyerapan oksigen dan pembentukan energi lebih efektif. Pada bagian
membrane dalam terdapat enzim ATP sintase yang berfungsi sebagai tempat sintesis
ATP. Fungsi mitokondria ini adalah tempat respirasi aerob.
2




Gambar 1.3. Mitokondria.
10

4. Lisosom berupa butiran kecil/bundar, berisi enzim pencerna yang berfungsi dalam
pencernaan intrasel.
2

5. Aparatus Golgi (Badan Golgi)
Berupa tumpukan kantung-kantung pipih, berfungsi sebagai tempat sintesis dari sekret
(seperti getah pencernaan, banyak ditemukan pada sel kelenjar), membentuk protein
dan asam inti (DNA/RNA), serta membentuk dinding dan membran sel.
2
6. Plastida
Berbentuk bulat cakram yang ditemukan pada tumbuhan, terbagi atas tiga macam:
Leukoplas = Amiloplas: plastida yang tidak berwarna, dapat membentuk dan
menyimpan butir-butir zat tepung/pati.
2

Kromoplas adalah plastida berwarna selain hijau, karena adanya pigmen: melanin
(hitam), likopin (merah), xantophil (kuning), karoten (jingga), fikosianin (biru), dan
fikoeritrin (coklat).
2


Kloroplas merupakan plastida berwarna hijau, karena mengandung zat hijau daun
(klorofil), terdiri atas: klorofil a (warna hijau biru=C55H72O5N4Mg) dan klorofil b
(warna hijau kuning=C55H70O6N4Mg).
2



Gambar 1.4. Kloroplas.
11

7. Vakuola berbentuk rongga bulat, berisi senyawa kimia tertentu atau sisa produk
metabolisme sel, yang mengandung berbagai macam zat sesuai pada jenis selnya.
Misalnya dapat berisi garam nitrat pada tanaman tembakau, tanin pada sel-sel kulit
kayu, minyak eteris pada kayu putih dan mawar, terpentin pada damar, kinin pada
kina, nikotin pada tembakau, likopersin pada tomat, piperin pada lada.
2


8. Nukleus (Inti sel) dibatasi oleh membran inti, mengandung benang- benang kromatin
dan nukleolus (anak inti sel). Membran inti terdiri atas dua lapis dan mempunyai pori.
Benang-benang kromatin akan memendek pada waktu proses pembelahan sel
membentuk kromosom. Nukleus berfungsi mengatur segala aktivitas yang terjadi
dalam sel.
2




Gambar 1.5. Nukleus dan Retikulum Endoplasma.
12
2.1. Siklus Sel dan Pembelahan Sel
Sel adalah unsur terkecil yang menyusun suatu organisme. Dalam perjalanan
hidupnya, sel tidaklah statis, namun ia senantiasa melakukankegiatan memperbanyak
diri dalam konteks perkembangbiakan pembelahan sel bertujuan agar reproduksi dan
embriogenesis dapat berkelanjutan. Sel induk gamet (gametogonium) harus terlebih
dahulu berploriferasi, setelah itu gametosit mengalami pembelahan reduksi. Bila
pembuahan terjadi, maka embryogenesis terjadi yang pada prinsipnya berlangsung
dengan cara perbanyakan satu sel zygote menjadi ribuan sampai milyaran sel.
3
Siklus sel yang berlangsung kontinu dan barulang (siklik) disebut poliferasi.
Keberhasilan sebuah poliferasi membutuhkan transisi unidireksional dan teratur dari
satu fase siklus sel menuju fase berikutnya. Jenjang reaksi kimia organic yang terjadi
seyogyanya diselesaikan sebelum jenjang berikutnya dimulai. Sebagai contoh,
dimulainya fase mitosis sebelum selesainya tahap replikasi DNA akan menyebabkan
sel tereliminasi.
3
Pada sel prokariota yang tidak memiliki inti sel, siklus sel terjadi melalui suatu
proses yang disebut pembelahan biner, sedang pada sel eukariota yang memiliki inti
sel, siklus sel terbagi menjadi dua fase fungsional, fase S dan M, dan fase persiapan,
G
1
dan G
2
:
1. Fasa S (sintesis)
Merupakan tahap terjadinya replikasi DNA. Pada umumnya, sel tubuh
manusia membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk menyelesaikan tahap ini. Hasil
replikasi kromosom yang telah utuh, segera dipilah bersama dengan dua nuklei
masing-masing guna proses mitosis pada fase M.
3
2. Fasa M (mitosis)
Interval waktu fase M kurang lebih 1 jam. Tahap di mana terjadi pembelahan
sel (baik pembelahan biner atau pembentukan tunas). Pada mitosis, sel membelah
dirinya membentuk dua sel anak yang terpisah. Dalam fase M terjadi beberapa
jenjang fase, yaitu:
Profase, fase terjadinya kondensasi kromosom dan pertumbuhan pemintalnya. Pada
saat ini kromosom terlihat di dalam sitoplasma.
3

Prometafase, pada fase ini sampul inti sel terlarut dan kromosom yang mengandung 2
kromatid mulai bermigrasi menuju bidang ekuatorial (piringan metafase).
3

Metafase. kondensasi kromosom pada bidang ekuatorial mencapai titik puncaknya.
3

Anafase. Tiap sentromer mulai terpisah dan tiap kromatid dari masing-masing
kromosom tertarik menuju pemintal kutub.
3

Telofase. Kromosom pada tiap kutub mulai mengalami dekondensasi, diikuti dengan
terbentuknya kembali membran inti sel dan sitoplasma perlahan mulai membelah.
3

Sitokinesis. Pembelahan sitoplasma selesai setelah terjadi oleh interaksi antara
pemintal mitotik, sitoskeleton aktomiosin dan fusi sel, dan menghasilkan dua sel anak
yang identik.
3

3. Fasa G (gap)
Fasa G yang terdiri dari G
1
dan G
2
adalah fase sintesis zat yang diperlukan
pada fase berikutnya. Pada sel mamalia, interval fase G
2
sekitar 2 jam, sedangkan
interval fase G
1
sangat bervariasi antara 6 jam hingga beberapa hari. Sel yang berada
pada fase G
1
terlalu lama, dikatakan berada pada fase G
0
atau quiescent. Pada fase
ini, sel tetap menjalankan fungsi metabolisnya dengan aktif, tetapi tidak lagi
melakukan proliferasi secara aktif. Sebuah sel yang berada pada fase G
0
dapat
memasuki siklus sel kembali, atau tetap pada fase tersebut hingga terjadi apoptosis.
3
Pada umumnya, sel pada orang dewasa berada pada fase G
0
. Sel tersebut dapat
masuk kembali ke fase G
1
oleh stimulasi antara lain berupa: perubahan kepadatan sel,
mitogen atau faktor pertumbuhan, atau asupan nutrisi.
3



4. Interfase
Merupakan sebuah jedah panjang antara satu mitosis dengan yang lain. Jedah tersebut
termasuk fase G
1
, S, G
2
.
3


Gambar 1.6. Siklus Sel.
13

Mitosis

Pembelahan mitosis adalah pembelahan yang menghasilkan sel anak yang dapat
membelah lagi. Pembelahan ini bertahap dan terjadi pada sel tubuh (somatis) dengan tujuan
pertumb uhan, pertambahan sel, dan regenerasi sel. Pada sel-sel meristematik hewan dan
tumbuhan, pembelahan yang terjadi adalah pembelahan mitosis yang berguna untuk
pertumbuhan. Pembelahan mitosis menghasilkan dua sel anak yang identic dengan induknya.
Hal ini berarti sel haploid akan menghasilkan 2 sel haploid dan sel diploid akan menghasilkan
2 sel diploid.
1
Dalam tahap kariokinesis, pembelahan mitosis hanya berlangsung dalam satu
ProMAT dan sebelumnya ada tahap interfase. ProMAT merupakan proses pembelahan yang
terdiri dari profase, metafase, anafase, dan telofase.
1



Gambar 1.7. Mitosis.
14
A. Interfase

Pada tahap ini sel tidak membelah. Nukleus terdiri dari RNA ribosom dan merupakan
tempat sintesis protein serta materi yang berwarna gelap dikenal sebagai kromatin atau
bentuk benang-benang kromosom sehingga bentuk kromosom tidak dapat dilihat secara
jelas. Pada salah satu ujung sel, terdapat 2 pasang protein yang disebut sentrioles, tetapi
pada tumbuhan, sentriosol tidak muncul.
1

B. Profase
Pada tahap ini sentriosol bergerak ke ujung sel yang berlawanan dan disebut sebagai
kutub. Sentriosol mempunyai 2 sentriol dan akan dikelilingin strands (helai) yang
menyala dan disebut sebagai aster. Selain itu, Kromosom membentuk menjadi sinlinder
dan berduplikat menjadi 2 kromatid. Setiap kromatid mengandung DNA dan protein
serta melekat berpasangan pada sentromer. Pada tumbuhan, aster tidak ada, membrane
nukleus hancur, seta kromosom memendek sehingga terlihat seperti batang.
1



C. Metafase
Pada fase ini, kromosom berpindah menjadi satu garis yang disebut the equator.
Selain itu, muncul benang-benang yang disebut spindel dan melekat pada sentromer
setiap kromosom. Spindel ini menghubungkan kromosom ke 2 kutub sentrisol yang
berlawanan.
1

D. Anafase
Kromatid pada tahap ini berpisah dan bergerak kearah kutub yang berbeda. Penarikan
terjadi karena pemendekan benang spindel. Kromatid pada fase ini tidak disebut
sebagai kromatid, tetapi kromosom tunggal.
1


E. Telofase
Pada tahap ini kromosom mulai mengatur membentuk nukleus yang terpisah dan
dikelilingin memberan nukleus. Cleavage Burrow/ pembelahan alur menyempit dan
lama kelamaan membelah sel. Berbeda dengan itu, pada tumbuhan, pembelahan terjadi
dengan cell plate daripada cleavage burrow. Pembelahan sitoplasma ini biasa disebut
sitokinesis.
1



Gambar 1.8 Mitosis.
15
Setelah pembelahan, sel akan kembali ke fase interfase dan sentriosol menjadi empat
(2 di setiap sel) serta aster hilang. Kromosom akan berubah kembali menjadi benang-benang.
Beberapa jenis kromosom yang mengalami pembelahan adalah kromosom parental dan
maternal dapat dilihat pada gambar.
1
Meiosis
Pembelahan meiosis merupakan pembelahan yang menghasilkan gamet. Gamet ini tidak
dapat membelah lagi sampai tahap pembuahan (fertilisasi). Pembelahan ini terjadi pada
pembentukan sel kelamin (gametogenesis) pada kelenjar kelamin (gonad) pada hewan dan
tumbuhan. Tujuan pembelahan ini adalah mengurangi jumlah kromosom yang berguna
untuk menyamakan komposisi kromosom anak dan induk.
3

Gambar 1.9. Meiosis.
16
Berbeda dengan proses mitosis, pembelahan ini menghasilkan 4 sel yang tidak identik
dengan induknya (diploid menjadi haploid) akibat pengurangan kromosom. Inilah mengapa
pembelah ini juga dikenal dengan pembelahan reduksi. Pembelahan ini memiliki proses
ProMAT I dan ProMAT II. Proses pembelahannya kurang lebih sama kecuali pada proses
Profase I. Pada tahap profase I terdiri dari leptoten, zigoten, pakiten, diploten, diakinesis.
3

Gambar 2.1 Meiosis.
17
1. Leptoten
Leptoten adalah tahap dimana benang kromatin berubah menjadi kromosom. Hal ini
dilakukan dengan cara memadatkan diri.
3
2. Zigoten/Zigonema
Pada tahap ini, kromatid homolong saling berpasangan atau bersinapsis membentuk
bivalen. Sentrosom terbelah 2 menjadi sentriol dan bergerak ke kutub berlawanan.
3
3. Pakiten/Pakinema
Kromosom kemudian berdupkikat menjadi 4 pada tahap ini dan disebut tetrad
(kromosom homolog yang mengganda sehingga ada 4 kromatid berpasangan). Pada
tahap ini sering terjadi rekombinasi gen melalui proses perpindahan silang.
3
4. Diploten
Kromosom homolog yang tadinya bivalen terpisah. Bila terjadi perpindahan silang, akan
terdapat kiasma sebagai tanda.
3
5. Diakinesis
Pada fase diakinesis, nukleolus (membrane inti) akan hilang dan sentriol bergerak ke
masing-masing kutub serta membentuk benang-benang spindel.
3
Setelah ke lima tahap ini, proses pembelahan akan berlanjut ke metafase, anafase,
telofase, dan kemudian mengulang sekali lagi tanpa melewati profase yang di atas (profase
biasa, yang terjadi di mitosis).
3
3.1 Regenerasi dan Deferensiasi Sel
Regenerasi adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang bertujuan
untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian yang rusak.
Regenerasi sel juga diartikan proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang
mati yang diatur mulai tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Setiap saat, setiap detik sel
pada tubuh kita ada yang mati dan setiap itu pula lahirlah sel yang menggantikannya
atau disebut proses regenerasi. Proses regenerasi dominant mulai usia anak anak
sampai kira kira 30 tahun. Kemudian digantikan dengan proses degenerasi yang
paling dominant. Namun pada dasarnya regenerasi ( pembentukan ) dan degenerasi (
perusakan ) sel akan selalu terjadi dalam tubuh kita.
4
Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan
fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis
hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit.
4
Saat sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami pembelahan
berulang kali dan menghasilkan pola akhir dengan keakuratan dan kompleksitas yang
spektakuler, sel itu telah mengalami regenerasi dan diferensiasi.
4

4.1. Defenisi Stem Cell
Stem Cell (Sel Induk) adalah sel biologis terdiferensiasi, yang dapat berdiferensiasi
(Berkembang) menjadi sel-sel khusus dan dapat membagi diri untuk menghasilkan sel induk
yang baru. Sel Induk ini ditemukan dalam organisme bersel banyak. Pada mamalia, ada dua
jenis Stem Cell, yaitu: sel induk embrionik , yang terisolasi dari massa dalam sel blastokista ,
dan sel-sel induk dewasa , dan ditemukan di berbagai jaringan.
6
Pada organisme dewasa, sel-
sel batang dan sel-sel progenitor bertindak sebagai sistem perbaikan tubuh, dan sekalugus
berfungsi sebagai jaringan penunjang. Dalam embrio yang berkembang, sel induk dapat
berdiferensiasi menjadi semua sel, berupa: ectoderm, endoderm dan mesoderm, demikian
pula sel induk ini juga dapat mempertahankan jumlah sel normal pada organ regeneratif,
seperti darah, kulit, atau jaringan usus .
6
Pada manusia, ada tiga sumber utama sel induk
dewasa, yaitu: 1). Sumsum Tulang, 2). Jaringan Lemak (Adipose), dan 3). Darah yang dapat
diekstraksi dari darah donor. Sedang yang bersifat embrional, Stem Cells (Sel induk) juga
dapat diambil dari darah tali pusat setelah lahir .
6
Stem Cell dewasa dapat secara rutin digunakan dalam terapi medis, misalnya: dalam
transplantasi sumsum tulang. Stem Cell, dewasa ini dapat tumbuh dan berubah menjadi jenis
sel khusus dengan karakteristik yang konsisten dengan sel pda berbagai jaringan, seperti: otot
atau saraf melalui Kultur sel.
6
5.1. Kerusakan Sel
Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas adaptif
sel akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak mampu lagi mengkompensasi
tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami kematian dapat dikenali dengan
adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan berbagai unsur sel serta timbulnya
peradangan. Leukosit akan membantu mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai
terjadi perubahan-perubahan secara morfologis.
7
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut
nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain
karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian
sel yang sudah terprogram dimana setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan
mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri (bunuh
diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan iskemia.
7
Apoptosis
Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death), adalah
suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons
dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara
terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.
7

Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup tertentu,
menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel. Kemudian
sel akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen tersebut diabsorpsi
sehingga sel yang mati menghilang.
7


Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
7.5


Gambar 2.2 Apoptosis dan Nekrosis

Penyebab Kerusakan Sel
I. Phisik : trauma, temperature yang tinggi/rendah, radiasi, sengatan listrik,
perubahan tekanan yang tiba-tiba.
7

II. Zat kimia dan obat-obatan : perubahan kadar yang tiba-tiba.
7

III. Mikroorganisme : prion, virus, ricketsia, bakteri, fungi, parasit.
7

IV. Kelainan genetic.
7

V. Ketidakseimbangan nutrisi. Kerusakan protein dan DNA.
7


1. Perubahan Mikroskopis
Perubahan pada sel yang nekrotik terjadi pada sitoplasma dan organel-organel sel
lainnya. Inti sel yang mati akan menyusut (piknotik), menjadi padat, batasnya tidak
teratur dan berwarna gelap. Selanjutnya inti sel hancur dan meninggalkan pecahan-
pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel. Proses ini disebut karioreksis.
Kemudian inti sel yang mati akan menghilang (kariolisis).
7
2. Perubahan Makroskopis
Perubahan morfologis sel yang mati tergantung dari aktivitas enzim lisis pada
jaringan yang nekrotik. Jika aktivitas enzim lisis terhambat maka jaringan nekrotik
akan mempertahankan bentuknya dan jaringannya akan mempertahankan ciri
arsitekturnya selama beberapa waktu. Nekrosis ini disebut nekrosis koagulatif,
seringkali berhubungan dengan gangguan suplai darah. Contohnya gangren.
7
Jaringan nekrotik juga dapat mencair sedikit demi sedikit akibat kerja enzim dan
proses ini disebut nekrosis liquefaktif. Nekrosis liquefaktif khususnya terjadi pada
jaringan otak, jaringan otak yang nekrotik mencair meninggalkan rongga yang berisi
cairan.
7
Pada keadaan lain sel-sel nekrotik hancur tetapi pecahannya tetap berada pada
tempatnya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun dan tidak bisa dicerna.
Jaringan nekrotik ini tampak seperti keju yang hancur. Jenis nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa, contohnya pada tuberkulosis paru.
7
Jaringan adiposa yang mengalami nekrosis berbeda bentuknya dengan jenis
nekrosis lain. Misalnya jika saluran pankreas mengalami nekrosis akibat penyakit atau
trauma maka getah pankreas akan keluar menyebabkan hidrolisis jaringan adiposa
(oleh lipase) menghasilkan asam berlemak yang bergabung dengan ion-ion logam
seperti kalsium membentuk endapan seperti sabun. Nekrosis ini disebut nekrosis
lemak enzimatik.
7

3. Perubahan Kimia Klinik
Kematian sel ditandai dengan menghilangnya nukleus yang berfungsi mengatur
berbagai aktivitas biokimiawi sel dan aktivasi enzim autolisis sehingga membran sel
lisis. Lisisnya membran sel menyebabkan berbagai zat kimia yang terdapat pada
intrasel termasuk enzim spesifik pada sel organ tubuh tertentu masuk ke dalam
sirkulasi dan meningkat kadarnya di dalam darah.
7
Misalnya seseorang yang mengalami infark miokardium akan mengalami
peningkatan kadar LDH, CK dan CK-MB yang merupakan enzim spesifik jantung.
Seseorang yang mengalami kerusakan hepar dapat mengalami peningkatan kadar
SGOT dan SGPT. Namun peningkatan enzim tersebut akan kembali diikuti dengan
penurunan apabila terjadi perbaikan.
7


Dampak Nekrosis
Jaringan nekrotik akan menyebabkan peradangan sehingga jaringan nekrotik
tersebut dihancurkan dan dihilangkan dengan tujuan membuka jalan bagi proses
perbaikan untuk mengganti jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik dapat digantikan oleh
sel-sel regenerasi (terjadi resolusi) atau malah digantikan jaringan parut. Jika daerah
nekrotik tidak dihancurkan atau dibuang maka akan ditutup oleh jaringan fibrosa dan
akhirnya diisi garam-garam kalsium yang diendapkan dari darah di sekitar sirkulasi
jaringan nekrotik . Proses pengendapan ini disebut kalsifikasi dan menyebabkan
daerah nekrotik mengeras seperti batu dan tetap berada selama hidup.
7

Perubahan-perubahan pada jaringan nekrotik akan menyebabkan :
a. Hilangnya fungsi daerah yang mati.
7

b. Dapat menjadi fokus infeksi dan merupakan media pertumbuhan yang baik
untuk bakteri tertentu, misalnya bakteri saprofit pada gangren.
7

c. Menimbulkan perubahan sistemik seperti demam dan peningkatan leukosit.
7

d. Peningkatan kadar enzim-enzim tertentu dalam darah akibat kebocoran sel-sel
yang mati.
7










Kesimpulan
Organisme multiseluler tergantung pada pembelahan sel untuk perkembangan
pertumbuhan dan merapair sel. Perkembangan dan pertumbuhan sel normal yang terus
menerus beradaptasi mengakibatkan sel tidak tahan hingga akhirnya sel rusak dan sel yang
telah rusak dan mati. Beberapa factor yang mengakibatkan sel rusak hingga mati factor
eksternal salah satu penyebabnya yakni trauma atau stress. Ketika sel rusak dan tidak dapat
pulih akibat stress sehingga perkembangan pertumbuhan dan repair tetap mengalami
kerusakan sehingga sel akan tetap rusak atau mati (nekrosis atau apaptosis).
























DAFTAR PUSTAKA

1. Priastini R, Hartono B, Timotius KH, Rijadi A, Goenawan J. Dasar biologi sel
1.Jakarta; 2011
2. Priastini R, Hartono B, Hudyono J. Buku ajar biologi : dasar biologi sel.
Jakarta; 2011
3. Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga,
2002.
4. Aryulina D. Biologi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004.h. 105.
5. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC, 2003.
6. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedoteran. Edisi XX. Diterjemahkan oleh : Edi
Nugroho RF Maulany. Jakarta : EGC. hal 195-196
7. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7
nd
ed , Vol. 1. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007 : 189-1.
8. Diunduh dari:http://www.google.com/Sel bakteri prokariotik/:Desember 13,
2013.
9. Diunduh dari:http://www.google.com/Retikulum Endoplasma/:Desember 13,
2013.
10. Diunduh dari:http://www.google.com/Mitokondria/:Desember 13, 2013.
11. Diunduh dari:http://www.google.com/kloroplas/:Desember 13, 2013.
12. Diunduh dari:http://www.google.com/Nukleus dan Retikulum
Endoplasma/:Desember 13, 2013.
13. Diunduh dari:http://www.google.com/siklus sel/:Desember 13, 2013.
14. Diunduh dari:http://www.google.com/mitosis/:Desember 13, 2013.
15. Diunduh dari:http://www.google.com/mitosis/:Desember 13, 2013.
16. Diunduh dari:http://www.google.com/meiosis/:Desember 13, 2013.
17. Diunduh dari:http://www.google.com/meiosis/:Desember 13, 2013.
18. Diunduh dari:http://www.google.com/Apoptosis dan Nekrosis/:Desember 13,
2013.

Anda mungkin juga menyukai