Anda di halaman 1dari 139

NILAI AGAMA DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA

HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Rodhiatam Mardhiah
106013000712
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/ 1432 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rodhiatam Mardhiah
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 September 1988
NIM : 106013000712
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Januari 2011
Rodhiatam Mardhiah
NIM106013000712
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
NILAI AGAMA DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA
HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh
RodhiatamMardhiah
NIM106013000712
Di Bawah Bimbingan,
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd.
NIP 19640212 199703 02 001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M/1432 H
iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi berjudul: Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqasah pada 24 Februari 2011 di hadapan dewan penguji.
Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S. Pd.) dalam bidang
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Jakarta, 17 Maret 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda Tangan
Dra. Mahmudah Fitriah, ZA, M. Pd. () (.)
NIP 19640212 199703 2 001
Drs. E. Kusnadi () (.)
NIP 19460201 196510 1 001
Penguji I
Rosida Erowati, M. Hum. () ()
19771030 2000801 2 009
Penguji I
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.
1957100 5198703 1 003
v
ABSTRAK
RODHIATAM MARDHIAH. Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy. Skripsi. Jakarta: Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, Januari 2011.
Novel menjadi salah satu media yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau nilai-nilai dari suatu karya sastra. Maka dari itu,
Habiburrahman El Shirazy telah banyak menyerukan nilai-nilai agama melalui
media tulisan seperti novel, naskah drama, buku-buku terjemahan, kumpulan
kisah teladan, dan cerpen yang bernafaskan Islam. Salah satu karyanya yang
terbaik adalah novel Ayat-Ayat Cinta. Novel ini adalah bacaan yang bukan
sekedar novel belaka akan tetapi bisa menjadi motivasi hidup seorang muslim atau
muslimah menjadi lebih baik dalam mengarungi kehidupan ini.
Novel Ayat-Ayat Cinta mengandung nilai agama yang kental. Dari karya
sastra (novel) kita dapat mempelajari banyak hal salah satunya keagamaan.
Dewasa ini, banyak masyarakat yang jauh dari sifat-sifat kemanusiaan, tidak
mengerti ajaran agama yang benar, dan lupa terhadap kewajiban-kewajiban
hidupnya. Maka melalui novel yang berisi nilai agama, diharapkan dapat
digunakan untuk menyadarkan masyarakat (pembaca) untuk kembali ke jalan
yang benar.
Penelitian ini mengangkat judul Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat
Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dengan rumusan masalah bagaimana
nilai agama dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy. Pada
skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis
dekriptif. Penelitian analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui lebih jauh
mengenai nilai-nilai agama yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta. Penelitian
ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data/dokumen
untuk memperkuat informasi seperti buku bacaan, internet, lalu dilanjutkan
dengan menganalisis novel Ayat-Ayat Cinta dan diambil kesimpulannya.
Novel Ayat-Ayat Cinta berisi ajakan untuk kembali pada agama yang
mulia dengan ajakan yang lembut dan penuh makna. Nilai-nilai agama yang
terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy di
antaranya: nilai akidah, yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada malaikat,
iman kepada kitab, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada hari akhir, dan iman
kepada qada dan qadar. Nilai Syariah, yang meliputi: ibadah dan muamalah, serta
nilai akhlak yang meliputi: akhlak kepada Allah, akhlak kepada diri sendiri,
akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada alam lingkungan. Nilai agama
yang paling dominan dalam novel ini adalah nilai akhlak kepada manusia.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah. Tiada kata yang lebih indah kecuali puji syukur
ke Hadirat Illahi Robbi, Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Waktu berjalan begitu
cepat tak terasa amanat menuntut ilmu yang diamanatkan oleh orang tua kepada
penulis telah sampai hingga perguruan tinggi ditandai dengan kelahiran penulisan
skripsi ini sebagai syarat mencapai gelar sarjana. Hidup adalah perjuangan. Hidup
tidak boleh pantang menyerah apalagi berputus asa, proses pembuatan skripsi ini
merupakan setengah perjuangan yang menyenangkan. Sesudah kesulitan pasti ada
kemudahan itulah yang penulis rasakan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Walaupun sebelumnya berbagai hambatan menghadang penulis, tetapi sikap
yakin, optimis, dan semangat yang penulis lakukan berbuah kemudahan. Skripsi
ini pun dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih ya Allah. Sungguh karena
rida, rahmat, karunia, anugerah, nikmat, dan kekuatan dari Allah Swt skripsi dan
perkuliahan ini dapat selesai dengan baik.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula kiranya skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis akan menerima dengan penuh rasa hormat dan terima kasih atas kritik
dan saran yang membangun untuk menyempurnakan keseluruhan isi skripsi ini.
Dengan ini, penulis perlu mengurai untaian kata terima kasih kepada seluruh
pihak yang membantu penulis dalam menyusun skripsi ini:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku Dekan FITK Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku dosen pembimbing sekaligus
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu bersedia
memberi masukan yang amat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini dan
selalu memudahkan segala urusan skripsi dan perkuliahan. Suatu karunia
Allah yang sangat luar biasa mempunyai dosen pembimbing seperti ibu.
Semoga Allah Swt membalas segala kebaikan ibu. Semoga karunia dan
vii
rahmat Allah Swt selalu menyertai Ibu. Terima kasih sedalam-sedalamnya
Ibu.
3. Bapak Drs. E. Kusnadi, Dosen Penasihat Akademik yang telah memberikan
arahan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sebesar-
besarnya Pak.
4. Segenap dosen pengajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, terima kasih
telah membimbing penulis dan ikhlas memberikan ilmunya, mohon maaf
apabila dalam proses perkuliahan ada sikap penulis yang kurang berkenan di
hati Bapak/Ibu, penulis memohon rida dan doa dari Bapak/Ibu, semoga ilmu
yang didapat menuai keberkahan.
5. Ayah Bundaku tercinta, Ayahanda Awaluddin Muhammad Amin dan Ibunda
Bismar Hasan yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun
material, serta selalu mendukung untuk menyelesaikan skripsi dan perkuliahan
secepatnya. Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, semoga
Allah Swt selalu merahmati dan hanya Dialah yang mampu membalas segala
jasamu Ayah Bunda. Doakan Dyah ya. Semoga kelak menjadi anak yang
membanggakan dan memperoleh kesuksesan dunia dan akhirat.
6. Kakak-kakakku tercinta Kak Amin, Kak Salam, Kak Sanah, Kak Ade, serta
adik-adikku tersayang Akmal, Rahmat, Nazhif, Sayyidah, Arif, Fifi, dan Ziyad
yang selalu siap membantu penulis dalam segala urusan dan selalu memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Mempunyai keluarga seperti kalian
merupakan anugerah Allah yang luar biasa. Terima kasih saudara-saudaraku
yang selalu kubanggakan. Semoga kelak kita semua sukses dunia dan akhirat.
7. Sahabat tersayang penulis, Ruslah, Sri, Ani, Rini, Yanti. Mempunyai sahabat
seperti kalian merupakan hadiah terindah dari Allah Swt, serta sahabat-
sahabat seperjuangan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)
angkatan 2006. Pengalaman menuntut ilmu bersama kalian adalah karunia
Allah yang tiada tara. Semoga kita kelak menjadi orang yang sukses dan bisa
membawa nama harum PBSI dan menjadi lulusan yang membanggakan.
Salam sukses luar biasa!
viii
8. Bantuan Beasiswa DIPA, BAZIS DKI Jakarta, Yayasan Beasiswa Jakarta
(YBJ), dan Yayasan Amanah Takaful Indonesia. Terima kasih atas bantuan
materi demi kelancaran kebutuhan kuliah.
9. Semua pihak yang telah turut membantu tersusun skripsi ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Jakarta, Januari 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 4
D. Metodologi Penelitian................................................................ 5
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Nilai dan Agama ........................................................................ 9
B. Pengertian Novel ........................................................................ 11
C. Novel sebagai Bentuk Sastra...................................................... 14
D. Jenis-Jenis Novel........................................................................ 15
E. Unsur-Unsur Intrinsik Novel...................................................... 19
F. Nilai-Nilai Agama...................................................................... 29
BAB III PROFIL HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
A. Profil Habiburrahman El Shirazy............................................... 42
B. Karya-Karya Habiburrahman El Shirazy................................... 46
C. Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta................................................. 47
D. Unsur Intrinsik Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman
El Shirazy................................................................................... 48
x
BAB IV ANALISIS NILAI AGAMA DALAM NOVEL AYAT-AYAT
CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
A. Temuan Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy......................................................... 57
B. Analisis Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy......................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 100
B. Saran........................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 101
LEMBAR UJI REFERENSI.............................................................................. 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra Indonesia terus berkembang. Secara urutan waktu maka sastra
Indonesia terbagi atas beberapa angkatan: angkatan Pujangga Lama, Sastra
Melayu Lama, Balai Pustaka, Pujangga Baru, 1945, 1950 - 1960-an, 1966 -
1970-an, 1980 - 1990-an, Reformasi, dan 2000-an. Tema karya sastra yang
berkembang pun makin beragam. Tiap angkatan mempunyai ciri khas
tersendiri. Ciri khas sastrawan angkatan 2000-an, cenderung mengangkat tema
cinta, daerah, kosmopolitan, urban, dan agama. Sastrawan angkatan 2000-an
di antaranya: Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma, Afrizal Malna, Ahmadun
Yosi Herfanda, Ahmad Nurullah, Ahmad Syubanuddin Alwy, Dewi Lestari,
Raudal Tanjung Banua, Andrea Hirata, Ahmad Fuadi, Tosa, dan sastrawan
yang berkembang dari Forum Lingkar Pena (FLP): Habiburrahman El
Shirazy, Helvy Tiana Rosa, dan Asma Nadia.
Habiburrahman El Shirazy sebagai pemprakarsa berdirinya Forum Lingkar
Pena (FLP) di Kairo. Muhamad Mubarok menyatakan bahwa FLP merupakan
salah satu bentuk komunitas penulis yang bergerak intens dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah lewat karya tulis. Dalam jangka sepuluh
tahun sejak masa berdirinya hingga sekarang, FLP telah mampu mencetak
ribuan kader, yang bukan saja dikenal handal sebagai penulis, tetapi juga ulet
sebagai dai. Demikian juga, karya-karya yang terjamin secara kualitas telah
turut menghiasi deretan karya anak-anak negeri.
1
Habiburrahman El Shirazy atau yang biasa Kang Abik adalah penulis yang
mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan penulis FLP yang lainnya. Ciri
khas Kang Abik di antaranya: tema yang diangkat olehnya merupakan tema
cinta yang bernuansa Islam (agama), Kang Abik selalu mengangkat budaya
1
Http://flppatiku.multiply.com/journal/item/4, Muhammad Mubarok, Sekilas tentang FLP,
diakses pada hari Jumat, 11 Maret 2011, pkl. 15.00 WIB.
2
Mesir, volume karyanya sangat panjang, serta selalu memberikan kejutan
kepada pembaca.
Tema agama tidak hanya diangkat oleh Habiburrahman El Shirazy.
Banyak sastrawan yang mengangkat tema agama dalam karyanya. Tema
agama yang diangkat oleh Kristen protestan: Suparwata Wiraatmadja,
Darmanto Jt., dan lain-lain. Katolik: W.S. Rendra, Iwan Simatupang, dan lain-
lain. Agama Islam: A.A. Navis, Buya Hamka, Djamil Suherman, Mohammad
Diponegoro, Kunto Wijoyo, Ahmad Tohari, Danarto, Gus Mus, Helvy Tiana
Rosa, Asma Nadia, dan lain sebagainya.
Salah satu karya terbaik Habiburrahman El Shirazy adalah Novel Ayat-
Ayat Cinta. Novel ini sudah tiga puluh kali cetak ulang dengan tiras 500 ribu
eksemplar. Novel ini adalah karya best seller dan telah meraih Pena Award
Novel Terpuji Nasional 2005 dan telah meraih penghargaan The Most
Favorite Book 2005. Setelah membaca novel ini, Ahmadun Yosi Herfanda,
Sastrawan dan Redaktur Budaya Republika, berpendapat bahwa penulis novel
ini berhasil menggambarkan latar (setting) sosial-budaya Timur Tengah
dengan sangat hidup tanpa harus memakai istilah-istilah Arab. Bahasanya
mengalir, karakterisasi tokoh-tokohnya yang begitu kuat, dan gambaran
latarnya yang begitu hidup, membuat kisah dalam novel ini terasa benar-benar
terjadi. Ini contoh novel karya penulis muda yang sangat bagus. Menurut
Helvy Tiana Rosa, novelis dan mantan Ketua Umum Forum Lingkar Pena
(FLP), novel ini tidak klise dan tidak terduga pada setiap babnya.
Habiburrahman El Shirazy dengan sangat meyakinkan mengajak kita
menyusuri lekuk Mesir yang eksotis itu, tanpa lelah. Tak sampai di situ Ayat-
Ayat Cinta mengajak kita untuk lebih jernih, lebih cerdas dalam memahami
cakrawala keislaman, kehidupan, dan juga cinta.
Salah satu jenis karya sastra yang menarik untuk dikaji adalah novel.
Novel dapat dengan mudah mempengaruhi pembacanya dan isinya mudah
dicerna atau dipahami. Banyak remaja yang menyukai novel, bahkan novel
dapat meningkatkan keterampilan membaca bagi remaja. Remaja sangat
3
menyukai novel yang bertemakan tentang cinta. Novel ini dapat menyentuh
perasaan pembaca.
Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat dengan bebas berbicara
tentang kehidupan yang dialami oleh manusia dengan berbagai peraturan dan
norma-norma dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga dalam karya
sastra (novel) terdapat makna tertentu tentang kehidupan. Fiksi menceritakan
berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan
dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan.
2
Kehidupan manusia tidak pernah luput dari suatu masalah. Tidak jarang
manusia mengalami kekosongan jiwa, kekacauan berpikir, bahkan stress
karena tidak mampu mengatasi masalah yang dialaminya. Oleh karena itu,
karya sastra dapat berperan untuk membantu sebagai pencerahan serta sebagai
sarana pembelajaran sehingga dapat diambil manfaat dan pelajaran dalam
kehidupan.
Selain itu, dewasa ini banyak masyarakat yang jauh dari sifat-sifat
kemanusiaan, lupa terhadap kewajiban-kewajiban hidupnya, bersikap masa
bodoh terhadap permasalahan yang terjadi di sekelilingnya maka melalui
karya sastra (novel), diharapkan dapat digunakan untuk menyadarkan
masyarakat (pembaca) untuk kembali pada jalan yang benar.
Tema pokok karangannya yang bermanfaat bagi penyempurnaan manusia,
yaitu tema cinta dalam arti luas. Seperti terlihat dari judul novel, Ayat-Ayat
Cinta (sebuah novel pembangun jiwa) maka tema novel ini tak hanya
mengandung tema cinta manusia pada manusia semata, tetapi juga cinta
manusia kepada Tuhan dan Rasul-Nya. Novel ini tersirat adanya pengertian
cinta manusia kepada Tuhan yang diwujudkan dengan cara teguh menjaga
keimanan berdasarkan petunjuk-Nya. Selain itu, tema cinta tersebut
menyiratkan adanya pengertian cinta Tuhan kepada manusia yang diwujudkan
dengan diberikannya cobaan kehidupan dan wahyu berupa petunjuk ayat-ayat
Al-Quran dan Sunnah Nabi.
2
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005), cet. V, h. 3.
4
Perkembangan novel di Indonesia dari zaman dahulu sampai sekarang
banyak yang bertemakan masalah-masalah yang berhubungan dengan
keagamaan karena agama merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan. Berkaitan dengan hal ini, dalam novel Ayat-Ayat Cinta
digambarkan terutama tentang kehidupan tokoh utama yang sangat kuat
imannya, selalu taat kepada aturan agama. Mengetahui bagaimana berinteraksi
dengan sesama manusia, baik muslim maupun nonmuslim, muhrim, dan
bukan muhrim. Permasalahan yang menarik untuk dikaji dalam penelitian ini
adalah nilai agama yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi penelitian ini pada masalah nilai agama dalam novel
Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
2. Perumusan Masalah
Bagaimana nilai agama dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui nilai agama dalam novel Ayat-Ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Untuk menambah keilmuan dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra
Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan memperkaya
5
referensi keilmuan Bahasa dan Sastra Indonesia di Civitas Akademika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung mulai dari bulan Oktober 2010 sampai
dengan Januari 2011. Penelitian ini tidak terikat pada tempat tertentu
karena bersifat penelitian kepustakaan.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut
pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data
dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang
di tempat penelitian. Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai
jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Para peneliti yang menggunakan pendekatan ini harus mampu
menginterpretasikan segala fenomena dan tujuan melalui sebuah
penjelasan. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang penting untuk
memahami suatu fenomena sosial dan perspektif individu yang diteliti.
Tujuan pokoknya adalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan
fenomena itu. Pemahaman fenomena ini dapat diperoleh dengan cara
mendeskripsikan dan mengeksplorasikannya dalam sebuah narasi.
3
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah novel Ayat-Ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik
dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data melalui pengumpulan
3
Syamsuddin AR dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet. II, h. 7374.
6
dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi. Teknik dokumentasi
bisa disebut sebagai strategi yang digunakan dengan mengumpulkan data-
data dari buku-buku, majalah, dan dokumen lainnya yang berkaitan
dengan objek penelitian.
Penulis dalam penelitian ini, meneliti buku-buku dan sumber lainnya
(seperti internet, artikel, dan sebagainya) yang berkaitan dengan nilai
agama dan novel Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
5. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
Setelah mengumpulkan data-data dari hasil dokumentasi kemudian
hasilnya diuraikan dan dijelaskan dalam deskripsi hasil penelitian. Untuk
menganalisis data, penulis menggunakan pola pendekatan analisis
deskriptif maka data-data yang terkumpul dari hasil dokumentasi
dijabarkan dengan memberikan analisis-analisis kemudian diambil
kesimpulan akhir.
Nyoman Kutha Ratna berpendapat bahwa metode analisis deskriptif
dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian
disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti
menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa
Yunani, analyein (ana = atas, lyein = lepas, urai), telah diberikan arti
tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan
penjelasan secukupnya.
4
Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan objektif. Pendekatan ini menitikberatkan pada unsur-unsur
intrinsik karya sastra yang terdiri atas: tema, alur, latar, penokohan, sudut
pandang, gaya bahasa, dan amanat. Permasalahan agama akan dibahas
dalam alur, penokohan, dan gaya bahasa.
E. Tinjauan Pustaka
Memang banyak sekali penelitian yang mengangkat tentang novel
khususnya tentang isi pesan yang disajikan. Dari tinjauan penulis, penelitian
4
Nyoman Kutha Ratna, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), cet. III, h. 53.
7
seperti ini lebih banyak ditulis oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi (FDK), Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Ada
beberapa penelitian yang mengangkat tentang pesan dalam novel, misalnya
skripsi yang berjudul Analisis Wacana Pesan Moral dalam Novel Laskar
Pelangi Karya Andrea Hirata, yang ditulis oleh Siti Aminah, 104051001804.
Namun, hal ini jelas berbeda, jika yang dilakukan saudari Siti Aminah adalah
mengangkat pesan moral yang berkaitan dengan akhlak, budi pekerti, tingkah
laku, dan lain-lain. Penulis dalam penelitian ini mengungkap nilai-nilai agama
dalam novel Ayat-Ayat Cinta.
Berbeda lagi yang dilakukan oleh saudari Zakiyah Fiddini, 10305102880,
yang menulis skripsi dengan judul Analisis Isi Pesan Dakwah dalam novel di
Atas Sajadah Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. Namun, hal ini jelas
berbeda, jika yang dilakukan saudari Fiddini adalah mengangkat pesan
dakwah yang berkaitan dengan pesan akidah, pesan akhlak, dan pesan syariah
serta subjek penelitiannya adalah novel di atas Sajadah Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy, sedangkan penulis mengangkat nilai agama yang
berkaitan dengan akidah, syariah, dan akhlak. Dengan subjek penelitian adalah
novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya masih memungkinkan bagi
penulis untuk menulis skripsi dengan judul Nilai Agama dalam Novel Ayat-
Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
Dalam penelitian mengenai Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta
Karya Habiburrahman El Shirazy ini, penulis menggunakan referensi buku
bacaan yang terkait dengan bahasan tersebut. Di antaranya: Novel Ayat-Ayat
Cinta, Perihal Sastra dan Religiusitas, Berkenalan dengan Prosa Fiksi, Teori
Pengkajian Fiksi, Ilmu, Filsafat, dan Agama, dan lain sebagainya.
F. Sistematika Tulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab memiliki subbahasan yaitu:
Bab I. Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
8
Bab II. Kajian Teoretis, yang mengungkap Nilai dan Agama, Pengertian
Novel, Novel sebagai Bentuk Karya Sastra, Jenis-Jenis Novel, dan Unsur
Intrinsik Novel, dan Nilai-Nilai Agama.
Bab III. Menjelaskan Profil Habiburrahman El Shirazy dan Karya-
Karyanya, yang terdiri dari Profil Habiburrahman El Shirazy, Karya-Karya
Habiburrahman El Shirazy, Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta, dan Unsur
Intrinsik Novel Ayat-Ayat Cinta.
Bab IV. Analisis Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy, yaitu mengenai Temuan Nilai Agama dalam
Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy dan Analisis Nilai
Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy.
Bab V. Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-Saran.
Bagian terakhir memuat Daftar Pustaka, Uji Referensi, dan Lampiran-
Lampiran.
9
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Nilai dan Agama
1. Pengertian Nilai
Menurut Desy Anwar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai
memiliki arti harga dalam arti tafsiran; harga sesuatu; harga sesuatu;
angka kedalaman; kadar mutu dan banyak sedikitnya mutu.
5
Nilai adalah
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai, berarti sesuatu itu berharga atau berguna.
6
Lebih lanjut Schwartz juga menjelaskan bahwa nilai adalah (1) suatu
keyakinan, (2) berkaitan dengan cara bertingkah laku atau tujuan akhir
tertentu, (3) melampaui situasi spesifik, (4) mengarahkan seleksi atau
evaluasi terhadap tingkah laku, individu, dan kejadian-kejadian, serta (5)
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya.
7
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang
diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus
kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan, atau prilaku.
8
Nilai adalah
sesuatu yang abstrak, tidak berupa barang kongkret. Nilai hanya bisa
dipikirkan, dipahami, dan dihayati. Nilai berkaitan dengan cita-cita,
keyakinan, harapan, dan hal-hal yang berkaitan dengan batiniah. Menilai
berarti menimbang, mengukur, dan membandingkan, yakni kegiatan
5
Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, (Surabaya: Amelia, 2003), cet. I,
h. 290.
6
Http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, Uzy Ibni Muhammad, Pengertian
Nilai, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.00 WIB.
7
Http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/nilai.html, Maria Antoinette, Belajar
Psikologi Bukan Hanya untuk Anda, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010. pkl. 20.10
WIB.
8
Zakiah Daradjat, dkk., Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996), cet.
X, h. 260.
10
manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk
mengambil suatu keputusan.
9
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, terlihat kesamaan
pemahaman tentang nilai, yaitu (1) suatu keyakinan, (2) berhubungan
dengan cara bertingkah laku dan tujuan akhir tertentu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah
laku, tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip
atau standar dalam hidupnya.
2. Pengertian Agama
Menurut Desy Anwar, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
agama memiliki arti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan (dewa dan
sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang telah
bertalian dengan kepercayaan itu.
10
Menurut Sutan Muhamad Zain, agama
memiliki arti kepercayan kepada kesaktian, ruh nenek moyang, dewa, atau
Tuhan.
11
Menurut Vergilius Ferm, seorang ahli ilmu pengetahuan keagamaan
dan perbandingan agama, agama adalah seperangkat makna dan kelakuan
yang berasal dari individu-individu yang religius.
12
Menurut Fachroeddin
Alkahiri, kata bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas: a
dan gama. A, dalam bahasa Sansekerta memiliki arti tidak; gama,
memiliki arti kocar-kacir, berantakan. Jadi kata agama ialah tidak
kocar-kacir atau tidak berantakan. Agama memiliki arti teratur. Agama
adalah satu peraturan yang mengatur keadaan manusia, mengenai sesuatu
yang gaib, atau mengenai budi pekerti, pergaulan hidup bersama dan
lainnya.
13
9
Http://jalius12.wordpress.com/2010/10/01/pengertian-nilai/, Jalius H. R., Pengertian Nilai,
diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.30 WIB
10
Anwar, Op. Cit., h. 18.
11
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat, dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991),
Cet. IX, h. 123.
12
Ibid., 120.
13
Ibid., h. 122.
11
Menurut Achmad Maulana, dalam Kamus Ilmiah Populer, agama
memiliki arti keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan; akidah.
14
Menurut Zakiah Daradjat, dkk., agama adalah risalah yang disampaikan
Tuhan kepada nabi sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum
sempurna untuk dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara
hidup yang nyata serta mengatur hubungan dan bertanggung jawab kepada
Allah, dirinya sendiri, manusia, masyarakat, serta alam sekitarnya.
15
Agak
berbeda pendapat yang dikemukakan oleh JB. Sudarmanto, agama adalah
cara tertentu untuk menghayati kepercayaan akan Allah Swt.
16
Sedangkan
Hamzah Yaqub berpendapat bahwa agama mengajarkan manusia
mengenal Tuhannya atas dasar wahyu (kitab suci) yang kebenarannya
dapat diuji dengan akal pikiran.
17
Agama menunjukkan kepada kebaktian Tuhan.
18
Biasanya agama
dikaitkan dengan perasaan keagamaan. Perasaan keagamaan adalah segala
perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan dosa, takut,
dan memuji kebesaran Tuhan.
19
Perasaan keagamaan merupakan salah
satu faktor yang menentukan motivasi dan perilaku manusia. Komitmen
agama merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perilaku
manusia, misalnya: di bidang politik, pendidikan, pemilihan teman hidup,
dan lain sebagainya.
20
Berdasarkan pengertian agama di atas, dapat disimpulkan bahwa
agama adalah tata keimanan dan keyakinan kepada Allah Swt. Agama
mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, manusia lainnya, dan
alam sekitarnya.
14
Achmad Maulana, dkk., Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2004), cet. II, h. 5.
15
Daradjat, Op. Cit., h. 58.
16
JB. Sudarmanto, Agama dan Ideologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), cet. I, h. 15.
17
Hamzah Yaqub, Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1992), cet. I, h. 12.
18
Y.B. Mangunwijaya, Sastra dan Religiositas, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), cet. I, h.12.
19
Subijantoro Atmosuwito, Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra, (Bandung: CV
Sinar Baru, 1989), h. 124.
20
Soerjono Soekanto, Sosiologi; Ruang Lingkup dan Aplikasinya. (Bandung: Remadja
Karya, 1985), cet. I, h. 97.
12
B. Pengertian Novel
Banyak bentuk karya sastra seperti: esai, puisi, novel, cerita pendek,
drama, dan novel. Karyakarya modern klasik dalam kesusastraan,
kebanyakan juga berisi karyakarya novel. Novel merupakan bentuk karya
sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar,
lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Novel yang baik,
dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang isinya
dapat memanusiakan para pembacanya.
Dalam Kamus Istilah Sastra, novel memiliki arti jenis prosa yang
mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan kehidupan
manusia atas dasar sudut pandang pengarang, mengandung nilai hidup dan
diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi
penulisan.
21
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif,
biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Sebutan novel
dalam bahasa Inggrisdan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia
berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara
harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil kemudian diartikan
sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Dewasa ini, istilah novella dan
novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette
(Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya
cukupan, tidak terlalu panjang namun tidak juga tidak terlalu pendek. Novel
dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih
banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai
permasalahan yang lebih kompleks.
22
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari
cerpen dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau
sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan
mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi
21
Abdul Rozak Zaidan, Anita K. Rustapa, dan Haniah, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2007), cet. III, h. 136.
22
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2005), cet. V, h. 1011.
13
yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari
roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau
tokoh cerita juga lebih banyak. Sebuah novel paling banyak dua-tiga orang
pelaku penting termasuk seorang yang jadi pelaku utama.
23
Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar
mengenai tempat (ruang) tertentu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
jika posisi manusia dalam masyarakat menjadi pokok permasalahan yang
selalu menarik perhatian para novelis. Masyarakat memiliki dimensi ruang
dan waktu. Sebuah masyarakat jelas berhubungan dengan dimensi tempat,
tetapi peranan seseorang (baca: tokoh) dalam masyarakat berubah dan
berkembang dalam waktu karena panjangnya novel memungkinkan untuk
itu.
24
Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu,
yang melukiskan para tokoh, gerak serta dengan adegan nyata representatif
dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau atau kusut. Pengertian novel
dalam pandangan H.B. Jassin, menyebutkan bahwa novel sebagai karangan
prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa
dari kehidupan orang-orang. Menurut Sumardjo dan Saini, istilah novel sama
dengan istilah roman, kata novel berasal dari bahasa Italia dan berkembang di
Inggris dan Amerika Serikat. Roman dan novel mempunyai perbedaan yakni
bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran luasnya
unsur cerita hampir sama.
25
Banyak sastrawan yang yang memberikan batasan atau definisi novel.
Batasan atau definisi yang mereka berikan berbeda-beda karena sudut pandang
23
Putu Arya Tirtawirya, Apresiasi Puisi dan Prosa, (Ende-Flores: Nusa Indah 1983), cet.
IV, h. 102.
24
Suminto A. Sayuti, Berkenalan dengan Prosa Fiksi, (Yogyakarta: Gama Media, 2000),
cet. I, h. 11.
25
Http://teguhwirwan.blogdetik.com/2009/07/19/kajian-unsur-psikologi-novel-
%E2%80%9Colenka%E2%80%9D-karya-budi-darma-dan-rencana-pembelajarannya-di-sma/,
Teguh Wirwan, Proses Aktualisasi Diri Tokoh Amid dalam Novel Lingkar Tanah Air Karya
Ahmad Tohari; sebuah Pendekatan Psikologi Sastra, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010,
pkl. 21.10.
14
yang mereka pergunakan juga berbeda-beda. Definisidefinisi itu antara lain
adalah sebagai berikut
26
:
1. Menurut Drs. Jakob Sumardjo, novel adalah bentuk sastra yang paling
populer di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling
banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat.
2. Menurut Dr. Nurhadi, Dr. Dawud, Dra. Yuni Pratiwi, M.Pd, dan Dra.
Abdul Roni, M.Pd, novel adalah bentuk karya sastra yang di dalamnya
terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan.
3. Menurut Drs. Rostamaji, M.Pd., dan Agus priantoro, S.Pd, novel
merupakan karya sastra yang mempunyai dua unsur, yaitu: unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik yang kedua saling berhubungan karena sangat
berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.
4. Menurut Paulus Tukam, S.Pd., novel adalah karya sastra yang berbentuk
prosa yang mempunyai unsur-unsur intrinsik.
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa novel
adalah karangan prosa yang menggambarkan kehidupan manusia yang
menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel biasanya
mengisahkan kehidupan nyata yang diperoleh dari hasil manifestasi atau
pengalaman pengalaman secara tidak langsung memberi suguhan pesan. Baik
itu pesan moral, sosial, maupun keagamaan.
C. Novel sebagai Bentuk Sastra
Buku yang pada kulitnya tertulis kata novel atau roman, kumpulan
cerpen, kumpulan drama, atau kumpulan puisi maka buku-buku tersebut
digolongkan ke dalam bentuk sastra. Sastra lahir karena adanya kegiatan
manusia dari kegiatan tersebut diolah dengan bahasa sastrawan masing-
masing. Sastra adalah hasil ciptaan atau kreasi yang objeknya manusia dan
kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya serta
mempunyai keindahan baik isi maupun ungkapannya.
26
Http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html, Arianto Samdi, Pengertian
Novel, diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.40 WIB.
15
Kata sastra berasal dari bahasa sansekerta. Artinya, tulisan. Kata sastra
mendapat kehormatan su- yang bermakna baik atau indah. Dengan
demikian, susastra berarti tulisan yang baik atau tulisan yang indah.
Selanjutnya, kata susastra mendapat konfiks ke-an menjadi kesusastraan.
Konfiks ke-an bermakna hal. Jadi, kesusastraan dapat diartikan hal tulisan
yang indah atau tentang tulisan yang indah.
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, kata susastra jarang dipakai.
Sebagai gantinya, digunakan kata sastra saja. Artinya pun berubah, mengalami
penyempitan makna. Arti semula tulisan yang indah sekarang berarti karya
sastra, yaitu hasil karangan sastrawan.
27
Menurut Usman Effendy definisi
sastra adalah ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang
dapat menimbulkan rasa bagus. Jadi, karangan yang bersifat buku pelajaran
atau bersifat laporan tidaklah termasuk dalam kesusastraan karena tidak
menimbulkan rasa bagus dan rasa indah.
28
Sastra ialah karya tulis. Jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain,
memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, serta
keindahan dalam isi dan ungkapannya.
29
Sastra bukanlah nama dari sesuatu
yang sederhana, tetapi merupakan sesuatu yang dapat mencakup sejumlah
kegiatan. Berbagai kegiatan manusia merupakan objek penulisan sastra.
D. Jenis-Jenis Novel
Novel dilihat dari segi mutu dibedakan atas novel literer (serius) dan
novel populer. Berikut ini beberapa pengertian jenis novel:
1. Novel Populer
Novel populer merupakan jenis sastra populer yang menyuguhkan
problema kehidupan yang berkisar pada cinta asmara yang bertujuan
menghibur. Sastra populer dikategorikan sebagai sastra hiburan dan
27
Asul Wiyanto, Kesusastraan Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2005), h. 1.
28
J.S. Badudu, Sari Kesusastraan Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Prima, 1984), cet.
XXXIV, h. 5.
29
Dendy Sugono, dkk., Buku Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003), h.
159.
16
komersial.
30
Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan
banyak penggemarnya. Khususnya pembaca di kalangan remaja. Ia
menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman namun
hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan
permasalahan kehidupan secara intens, tidak berusaha meresapi hakikat
kehidupan.
Novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena
ia memang semata-mata menyampaikan cerita. Ia tidak berpretensi
mengejar efek estetis melainkan memberikan hiburan langsung dari aksi
ceritanya. Masalah yang diceritakan pun yang ringan-ringan, tetapi aktual
dan menarik, yang terlihat hanya masalah itu-itu saja: cinta asmara
dengan model kehidupan yang berbau mewah. Novel populer lebih mudah
dibaca dan lebih mengejar selera pembaca, komersial, ia tak akan
menceritakan sesuatu yang bersifat serius sebab hal itu dapat berarti akan
berkurangnya jumlah penggemarnya.
31
Jenis novel populer misalnya Cintaku di Kampus Biru, Karmila,
Lupus, Ali Topan Anak Jalanan, novel karya Mira W., La Rose, dll.
Novel-novel populer Indonesia mempunyai ciri-ciri
32
:
a. Temanya cinta asmara, dengan tokoh cerita wanita-wanita muda yang
cantik. Pemilihan tema boleh dikatakan konservatif tanpa terlalu
banyak penjelajahan bagi pengembangan tema dan pengembangan
karakter dari tokoh protagonisnya.
b. Meskipun utuh alurnya datar dan sering mengabaikan karakterisasi
tokoh sehingga terasa dangkal.
c. Menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang
sentimental. Banyak novelis muda sekarang memakai bahasa anak
muda dengan segala rahasia mereka.
30
Ibid., h. 43.
31
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 1819.
32
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia (Bandung: UPI
Press, 2006), cet. I, h. 43.
17
d. Bertujuan hiburan sehingga cerita yang disuguhkan mengasyikkan,
ringan, namun tetap memiliki ketegangan, penuh aksi, warna, dan
humor.
e. Punya pembaca massal karena sifat komersial dan komunikatifnya.
2. Novel Literer (Serius)
Novel literer adalah novel bermutu sastra atau disebut juga novel
serius. Novel literer menyajikan persoalan-persoalan kehidupan manusia
secara serius. Novel serius di samping memberikan hiburan juga
terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca
atau paling tidak, mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara
lebih sungguh-sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan.
33
Novel
serius tidak bersifat mengabdi kepada selera pembaca dan memang
pembaca novel ini tidak mungkin banyak. Hal itu tidak perlu dirisaukan
benar (walau tentu saja hal itu tetap saja memprihatinkan).
34
Contoh novel literer: Harimau-Harimau (karya Muchtar Lubis),
Pada Sebuah Kapal (N.H. Dini), Telegram dan Stasiun (Putu Wijaya),
Merahnya Merah (Iwan Simatupang), dll.
Adapun ciri-ciri novel literer:
a. Temanya mengetengahkan persoalan kehidupan manusia yang
universal, seperti persoalan-persoalan, kejadian-kejadian dalam
kehidupan manusia yang serius, berat, kejadian-kejadian itu dialami,
sudah dialami, akan dialami manusia kapan saja dan di mana saja.
b. Pengarapan masalah cerita bukan sekedar permukaan, tetapi lebih jauh
lagi mendalam hakikat kehidupan dan memahaminya. Hal ini
diungkapkan karena kematangan pribadi pengarangnya sebagai
intelektual yang kaya dengan ide-ide, gagasan, moral, dan petuah-
petuah mengenai kehidupan.
33
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 19.
34
Ibid., h. 21.
18
c. Isi cerita penuh inovasi, segar, dan baru. Sastra adalah penafsiran
hidup yang jitu, merekam alam kehidupan dan menyajikan kembali
dengan serba kemungkinan
d. Bahasanya bahasa standar dan terpelihara, banyak inovasi, dan gaya
bahasanya menarik.
e. Mementingkan tema, karakteristik, plot, dan unsur-unsur cerita lainnya
dalam membangun cerita.
f. Novel ini kurang dibaca secara massal, tetapi pembaca yang
menikmatinya dengan serius dan berhasil dengan protagonis maka ia
akan kaya dengan pengalaman hidup baru, pengetahuan baru, dan
pandangan hidup baru sehingga pembaca akan semakin arif dalam
kehidupan.
3. Novel Picisan
Novel picisan isinya cenderung mengeksploitasi selera dengan
suguhan cerita yang mengisahkan cinta asmara yang menjurus ke
pornografi. Novel ini mempunyai ciri-ciri bertemakan cinta asmara yang
berselera rendah, alurnya datar, jalan ceritanya ringan dan mudah diikuti
pembaca, menggunakan bahasa yang aktual, bertujuan komersial.
4. Novel Absurd
Novel absurd merupakan sejenis fiksi yang ceritanya menyimpang
dari logika biasa, irrasional, realitas bercampur angan-angan, mimpi, dan
surrealisme. Tokoh-tokoh ceritanya anti tokoh seperti orang mati bisa
hidup kembali, mayat dapat berbicara, dll.
5. Novel Horor
Novel horor merupakan cerita yang melukiskan kejadian-kejadian
yang bersifat horor, seperti drakula penghisap darah, hantu-hantu yang
gentayangan, kuburan keramat, dan berbagai keajaiban supranatural yang
berbaur dengan kekerasan, kekejaman, kekacauan, dan kematian.
35
Jenis-jenis novel dapat dibedakan menjadi novel populer, novel
literer, novel picisan, novel absurd, dan novel horor. Novel Ayat-Ayat
35
Widjojoko, Op. Cit., h. 4445.
19
Cinta termasuk dalam jenis novel populer karena bertemakan cinta
asmara, mempunyai alur yang datar dengan karakterisasi yang hitam putih,
menggunakan bahasa yang aktual, lincah, dan gaya cerita yang
sentimental, bertujuan menghibur, dan mempunyai pembaca yang
komersial.
F. Unsur Intrinsik Novel
Novel memiliki unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya sastra
itu hadir sebagai karya sastra. Unsur itu adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir, sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut serta membangun cerita.
36
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya
sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem
organisme karya sastra. Secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-
unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra namun tidak
menjadi bagian di dalamnya. Yang termasuk unsur ekstrinsik, antara lain:
pendidikan pengarang, agama pengarang, pandangan hidup pengarang, latar
belakang budaya dan bahasa pengarang, dan keadaan masyarakat pada waktu
sastra itu ditulis. Pada pembahasan ini penulis tidak akan membicarakan unsur
ekstrinsik secara luas. Unsur intrinsik novel seperti berikut:
1. Tema
Menurut Suminto A. Sayuti, tema adalah makna cerita, gagasan
sentral, atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan dengan topik,
padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik dalam
suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan
36
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 23.
20
gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam dan
melalui karya fiksi.
37
Menurut Freir dan Lazarus, tema dinyatakan secara tidak terus
terang, meskipun ada dan dirasakan oleh pembaca, serta tema tidak lain
daripada ide pokok, ide sentral atau ide yang dominan dari karya sastra.
Menurut Anglo Saxon, tema mewakili pemikiran pusat, pemikiran dasar,
atau tujuan utama penulisan suatu hasil karya.
38
Tema adalah masalah yang menjadi pokok pembicaraan atau yang
menjadi inti topik dalam suatu pembahasan. Tema dapat juga berupa
makna atau gagasan yang mendasari karya sastra. Ada tiga cara untuk
menentukan tema, yaitu
39
:
a. Melihat persoalan mana yang paling menonjol.
b. Menentukan persoalan mana yang paling banyak menimbulkan
konflik, yakni konflik yang melahirkan peristiwa.
c. Dengan cara menghitung waktu penceritaan, yaitu waktu yang
diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh di dalam
sebuah karya sastra sehubungan dengan persoalan yang bersangkutan.
2. Alur
Pengertian alur sering disamakan dengan jalan cerita. Dua istilah ini
berbeda dan mempunyai makna yang berbeda. Pengertian alur sebagai
rangkaian peristiwa yang membangun cerita, dipahami sama seperti jalan
cerita yang terdiri atas rangkaian peristiwa. Jika Alur selalu didasari oleh
adanya hubungan sebab-akibat maka jalan cerita hanya berupa rangkaian
peristiwa saja. Dengan demikian, perbedaan asasi antara alur dan jalan
cerita terletak pada ada tidaknya hubungan sebab akibat.
40
37
Sayuti, Op. Cit., h. 187.
38
Made Sukada, Pembinaan Kritik Sastra Indonesia, (Bandung: Angkasa, 2005), h. 70.
39
S. R. H. Sitanggang, Joko Adi Sasmito, dan Maini Trisna Jayawati, Religiusitas dalam
Tiga Novel Modern: Kemarau, Khotbah di Atas Bukit, dan Kubah, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2003),
h. 8.
40
Maman S. Mahayana, 9 Jawaban Sastra Indonesia, (Jakarta: Bening Publishing, 2005), h.
152153.
21
Alur adalah struktur yang berwujud jalinan peristiwa di dalam karya
sastra yang memperlihatkan kepaduan tertentu yang diwujudkan antara
lain oleh hubungan sebab akibat, tokoh, tema, atau ketiganya.
41
Pada
umumnya alur cerita rekaan terdiri dari: alur buka, yaitu situasi mulai
terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan
kondisi berikutnya. Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak kearah
kondisi yang mulai memuncak. Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik
puncak sebagai klimaks peristiwa, serta alur tutup, yaitu kondisi
memuncak sebelumnya mulai menampakkan pemecahan atau
penyelesaian.
42
Fungsi alur adalah membawa pembaca kearah maju dalam
memahami cerita, sekalipun sesungguhnya tidak semua detail dapat
diketahuinya dan alur menyediakan tahap atau peluang bagi penulis untuk
meletakkan sesuatu yang dikehendakinya untuk diperlihatkan.
43
Alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun
secara logis. Alur dibangun oleh beberapa peristiwa. Unsur-unsur alur
ialah:
a. Perkenalan
b. Pertikaian
c. Perumitan
d. Klimaks/puncak
e. Peleraian
f. Akhir
Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu,
tetapi ada yang dari tengah terlebih dahulu, lalu kembali ke peristiwa awal,
kemudian berakhir. Ada pula yang dari akhir terus menuju ke tengah
kemudian sampai ke awal. Karena kedudukan unsur inilah maka ada yang
disebut alur maju, alur mundur, dan alur maju dan mundur.
Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur maka ada alur longgar
dan alur erat. Yang dimaksud alur longgar adalah jika sebagian
41
Bambang Trimansyah, Cerita Anak Kontemporer, (Yogyakarta: Nuansa, 1999), h. 41.
42
M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 44.
43
Sukada, Op. Cit., h. 72.
22
peristiwanya kita lepaskan (tidak dibaca) tidak mengganggu keutuhan
ceritanya, sedangkan alur erat, bila sebagian ceritanya kita tinggalkan akan
mengganggu keutuhan cerita.
44
3. Latar
Latar adalah waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi
dan tempat di mana cerita itu terjadi. Secara garis besar latar fiksi dapat
dikategorikan sebagai berikut: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Latar tempat menyangkut deskripsi tempat suatu peristiwa cerita terjadi.
Latar waktu mengacu pada saat terjadinya peristiwa, dalam plot secara
historis. Latar sosial merupakan lukisan status yang menunjukkan hakikat
seseorang atau beberapa orang tokoh dalam masyarakat yang ada di
sekelilingnya.
45
Menurut Asul Wiyanto, latar adalah tempat, waktu, dan suasana
terjadinya peristiwa dalam cerita. Jadi latar mencakupi tiga hal, yaitu latar
tempat, latar waktu, dan latar suasana.
46
a. Latar Tempat
Latar tempat adalah tempat peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa bisa
saja terjadi di halaman rumah, di stasiun, di tepi sungai, dll.
b. Latar Waktu
Latar waktu adalah kapan peristiwa itu terjadi. Sebuah peristiwa bisa
saja terjadi pada masa sepuluh tahun yang lalu, zaman Majapahit,
zaman revolusi fisik, atau zaman sekarang. Bisa juga pagi, siang, sore,
atau malam hari.
c. Latar suasana
Peristiwa itu terjadi dalam suasana apa. Suasana ada dua macam, yaitu
suasana batin dan suasana lahir. Yang termasuk suasana batin, yaitu
perasaan bahagia, sedih, tegang, cemas, marah, dan sebagainya yang
dialami para pelaku. Sementara yang termasuk suasana lahir ialah sepi
44
Widjojoko, Op. Cit., h. 46.
45
Sayuti, Op. Cit., h. 127.
46
Wiyanto, Op. Cit., h. 8182.
23
(tak ada gerak), sunyi (tak ada suara), senyap (tak ada suara), senyap
(tak ada suara dan gerak), romantis, hiruk-pikuk, dan lain-lain.
Menurut Hudson, latar terdiri atas: latar sosial dan latar fisik/material.
Latar sosial adalah tingkah laku, tata krama, adat istiadat, pandangan
hidup, penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial, sikapnya,
bahasa, dan lain-lain yang melatari peristiwa, sedangkan latar
fisik/material adalah lukisan latar belakang alam atau lingkungan
seperti bangunan dan daerah.
47
4. Penokohan
Tokoh dan perwatakan tokoh mestinya suatu struktur pula. Ia
memiliki fisik dan mental yang secara bersama-sama membentuk suatu
totalitas perilaku yang bersangkutan. Tokoh cerita biasanya mengemban
suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan isi oleh pengarang.
Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran mengenai tindak-
tanduk, ucapan, kebiasaan, dan sebagainya.
48
Wellek membedakan dua macam penokohan, yaitu penokohan
datar dan penokohan bulat. Dikatakan tokoh datar jika watak tokoh
dilukiskan tetap, tidak berubah-ubah sejak awal hingga akhir cerita.
Sebaliknya, tokoh bulat mengalami perubahan watak secara menonjol.
Berdasarkan peranannya, tokoh dapat dibedakan atas tokoh utama dan
tokoh bawahan. Tokoh utama memegang peranan utama; dia diceritakan
sejak awal hingga akhir cerita. Tokoh tambahan lebih berperan sebagai
pembantu untuk memperjelas peranan dan watak tokoh utama.
49
Tokoh juga dapat dibedakan menjadi tokoh utama, protagonis,
antagonis, tritagonis, dan tokoh pembantu.
a. Tokoh utama (protagonis)
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam
sebuah novel. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,
47
Sitanggang, Op. Cit., h. 7.
48
Semi, Op. Cit., h. 3637.
49
Sitanggang, Op. Cit., h. 78.
24
baik sebagai pelaku kejadian, maupun yang dikenai kejadian, termasuk
konflik sehingga tokoh tersebut mempengaruhi perkembangan plot.
50
b. Tokoh Antagonis
Yaitu tokoh yang menimbulkan konflik terhadap tokoh utama
(protagonis).
c. Tokoh Tritagonis
Yaitu tokoh menjadi penengah antara pelaku protagonis dan antagonis.
d. Tokoh pembantu atau tambahan
Yaitu pelaku bertugas membantu pelaku utama dalam rangkaian mata
rantai cerita pelaku pembantu, mungkin berperan sebagai pahlawan,
mungkin juga sebagai penenang atau sebagai penegah jika terjadi
konflik.
Uraian mengenai cara menggambarkan karakterisasi ini yang agak
terperinci diberikan oleh M. Saleh Saad, yang dapat diuraikan pokok-
pokoknya di sini sebagai berikut
51
:
a. Cara analitik, pengarang dengan kisahnya dapat menjelaskan
karakterisasi seorang tokoh.
b. Cara dramatik, menggambarkan apa dan siapanya tokoh itu tidak
secara langsung, tetapi melalui hal-hal lain:
1) menggambarkan tempat atau lingkungan sang tokoh
2) cakapan (percakapan) antara tokoh dengan tokoh lain atau
percakapan tokoh-tokoh lain tentang dia
3) pikiran sang tokoh atau pendapat tokoh-tokoh lain atau dia
4) perbuatan sang tokoh
c. Cara analitik yang panjang ditutup dengan dua-tiga kalimat cara
dramatik dan cara dramatik yang panjang ditutup dengan dua-tiga
kalimat cara analitik.
50
Nurgiyantoro, Op. Cit., h. 176.
51
Sukada, Op. Cit., h. 6465.
25
5. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam narasi (cerita) itu menyatakan bagaimana
fungsi seorang pengisah (narrator) dalam sebuah narasi, apakah ia
mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian atau
sebagai pengamat terhadap objek dari seluruh aksi atau tindak-tanduk
dalam narasi.
52
Sudut pandang atau titik kisah adalah posisi pencerita
(pengarang) tehadap kisah yang diceritakannya.
53
Sudut pandang terdiri atas :
a. Sudut Pandang Orang Ketiga Diaan
Sudut pandang ketiga dia digunakan dalam pengisahan cerita dengan
gaya dia. Narator atau pencerita adalah seseorang yang menampilkan
tokoh-tokoh cerita yang menyebut nama, misalnya John, Mary, dan
sebagainya atau penggunaan kata ganti seperti: ia, dia, mereka. Nama-
nama tokoh cerita, khususnya yang utama kerap atau terus menerus
disebut dan sebagai variasi, pengarang menggunakan kata ganti. Sudut
pandang orang ketiga terdiri atas:
1) Teknik Pencerita Diaan Mahatahu
Teknik pencerita diaan maha tahu yakni pencerita yang
berada di luar cerita yang melaporkan peristiwa-peristiwa yang
dialami para tokoh dari sudut pandang dia. Pencerita mengetahui
berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan termasuk
motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan
menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita,
berpindah-pindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya, menceritakan
atau menyembunyikan ucapan dan tindakan tokoh. Bahkan,
pencerita mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, pandangan,
dan motivasi tokoh secara jelas seperti halnya ucapan dan tindakan
nyata.
52
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet.
XV, h. 191.
53
Wiyanto, Op. Cit., h. 83.
26
2) Teknik Pencerita Diaan Terbatas
Sudut pandang yang menggunakan teknik pencerita diaan
terbatas , dia berfungsi sebagai pengamat, yaitu pencerita berada
di luar cerita dan biasanya ia mengetahui segala sesuatu tentang
diri seorang tokoh sajabaik tindakan dan batin si tokoh tersebut.
Selanjutnya teknik ini menyajikan kepada pembaca pengamatan-
pengamatan luar yang berpengaruh terhadap pikiran, ingatan, dan
perasaan yang membentuk kesadaran total pengamatan. Dengan
demikian, sudut pandang cerita menjadi objektif. Pengarang tidak
mengganggu dengan memberikan komentar dan penilaian yang
bersifat subjektif terhadap peristiwa, tindakan tokoh-tokoh yang
diceritakan. Ia hanya berlaku sebagai pengamat, melaporkan segala
sesuatu yang dialami dan dijalani oleh seorang tokoh.
b. Sudut Pandang Orang Pertama Akuan
Sudut pandang orang pertama aku terdiri atas: aku tokoh
utama yaitu pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh utama,
melaporkan cerita dari sudut pandang aku dan menjadi fokus atau
pusat cerita dan aku tokoh tambahan, yaitu pencerita yang tidak ikut
berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif
sebagai pendengar atau penonton dan hanya untuk melaporkan cerita
kepada pembaca dari sudut pandang saya.
Sudut pandang orang pertama aku terbagi atas: pertama, aku
tokoh utama, yaitu pencerita yang ikut berperan sebagai tokoh utama,
melaporkan cerita dari sudut pandang aku dan menjadi fokus atau
pusat cerita. Kedua, aku tokoh tambahan, yaitu pencerita yang tidak
turut serta berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh tambahan yang
aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya untuk melaporkan
cerita kepada pembaca dari sudut pandang aku.
1) Teknik Pencerita Akuan Sertaan
27
Teknik pencerita akuan sertaan digunakan bila pencerita
berlaku sebagai tokoh yang terlibat langsung dengan kejadian-
kejadian dalam cerita. Teknik pencerita akuan sertaan adalah
apabila cerita disampaikan oleh seorang tokoh dengan
menggunakan aku. Salah seorang tokoh dalam cerita berkisah
dengan mengacu pada dirinya dengan kata ganti orang pertama
aku dan ia berperan dalam pengisahan.
Bila pencerita akuan sertaan menggunakan aku sebagai
tokoh utama, ia menceritakan segala-galanya mengenai dirinya,
pengalaman, pandangan, keyakinan, dan lain-lain. Nuansanya lebih
subjektif dan pembaca seakan-akan dibawa oleh si pencerita
mengikuti apa yang dialaminya dan apa yang diyakininya.
Pembaca kerap bertanya-tanya apakah semua ini merupakan
ide/gagasan si pengarang.
2) Teknik Pencerita Akuan Tak Sertaan
Teknik pencerita akuan tak sertaan digunakan bila pencerita
tidak terlibat langsung dalam cerita walaupun ia berada di
dalamnya.
3) Teknik pencerita Aku tokoh utama dan Aku tokoh tambahan
Teknik pencerita aku tokoh utama menceritakan berbagai
peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya secara fisik dan
batiniah serta hubungannya dengan segala sesuatu di luar dirinya.
Pada teknik pencerita aku tokoh tambahan, si pencerita atau
aku menampilkan kepada pembaca tokoh lain yang dibiarkannya
bercerita tentang dirinya. Si pencerita inilah yang menjadi tokoh
utama dengan menampilkan berbagai pengalaman, peristiwa,
lakuan, dan hubungannya dengan tokoh lain.
c. Sudut Pandang Campuran
Sudut pandang campuran terdapat dalam sebuah novel apabila si
pengarang menggunakan lebih dari satu teknik pencerita. Pengarang
berjalan berganti-ganti dari satu teknik ke teknik lainnya. Misalnya
28
penggunaan sudut pandang persona ketiga dengan teknik dia
mahatahu dan dia sebagai pengamat, persona pertama dengan teknik
aku sebagai tokoh utama dan aku sebagai tokoh tambahan atau
sebagai saksi.
54
6. Gaya Bahasa
Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan
bahasa.
55
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan
suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta
menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik
harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan
menarik.
56
Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimat-kalimat yang dihasilkannya
menjadi hidup. Karena itu, gaya bahasa dapat menimbulkan reaksi tertentu
dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca. Semuanya itu
menyebabkan karya sastra menjadi indah dan bernilai seni.
57
Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat,
majas, citraan, pola rima, matra, yang digunakan seorang sastrawan atau
yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Kita dapat menduga siapa
pengarang sebuah karya sastra karena kita menemukan ciri-ciri
54
Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Obor Jakarta,
2005), cet I, h. 96112.
55
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), cet.
XIX, h. 113.
56
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2009), cet. I, h.
45.
57
Wiyanto, Op. Cit., h. 84.
29
penggunaan bahasa yang khas, kecenderungannya untuk secara konsisten
menggunakan struktur tertentu, gaya bahasa pribadi seseorang.
58
7. Amanat
Amanat adalah unsur pendidikan, terutama pendidikan moral yang
ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karya sastra
yang ditulisnya. Unsur pendidikan ini tentu saja tidak disampaikan secara
langsung. Pembaca karya sastra baru dapat mengetahui unsur
pendidikannya setelah membaca seluruhnya.
59
Amanat adalah pesan
tersurat atau tersirat yang didapat oleh pembaca dari karya sastra yang
ditulis oleh pengarang tersebut.
Jadi, Unsur intrinsik novel terdiri atas: tema, alur, latar, penokohan,
sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.
G. Nilai-Nilai Agama
Ajaran Islam merupakan ajaran yang sempurna, lengkap, dan universal
terangkum dalam tiga hal pokok: akidah, syariaat, dan akhlak. Begitupun
penulis membagi nilai-nilai agama berdasarkan tiga pokok agama tersebut.
1. Akidah
Akidah menurut bahasa artinya: simpulan atau ikatan. Secara
terminologis diartikan sebagai kepercayaan dan keyakinan. Adapun yang
dimaksud dengan Akidah Islam ialah perkara yang dipercayai dan diyakini
kebenarannya dalam Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul.
60
Akidah adalah bentuk jamak dari kata Aqaid, adalah beberapa perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman
jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-
raguan. Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar), dan fitrah.
58
Panuti Sudjiman, Bunga Rampai Stilistika, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1993), cet.
I, h. 1314.
59
Wiyanto, Op. Cit., h. 84.
60
Hamzah Yaqub, Pemurnian Aqidah dan Syariah Islam, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya,
1998), h. 46.
30
Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan ditolak oleh segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.
61
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 177:
_,l l l. >>`>` _, _:.l ,-.l _>.l l _. _.,
<!, ,,l > .l.l ..>l _.,,.l _., _!.l _ls
.,`> _: 1l _...,l _,>...l _ _,,.l _!.l _
!l ,! :l.l _., :l _.l >.-, :|
..s _..l _ ,!.!,l ,.l _,> _!,l ,.l` _
.. ,.l` `> 1`..l __
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-
nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta dan
memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan
zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya) dan
mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah: 177)
Penjelasan ruang lingkup pembahasan akidah termasuk dalam rukun
iman, yaitu:
a. Iman kepada Allah Swt
Pengertian iman kepada Allah ialah:
1) Membenarkan dengan yakin akan adanya Allah
2) Membenarkan dengan yakin keesan-Nya, baik dalam perbuatan-
Nya menciptakan alam, makhluk seluruhnya, maupun dalam
menerima ibadah seluruh makhluknya.
61
Http://muslimcianjur.blogspot.com/2007/04/aqidah-syariah-dan-akhlak-dalam-islam.html,
Ginan Nuruzaman Asidiqi, Muslim Sejati: Dunia Ibarat Neraka, Hidup bagai Layang-Layang,
diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.11 WIB.
31
3) Membenarkan dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala
sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan yang suci pula dari
menyerupai segala yang baru (makhluk).
Allah adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala sesuatu yang mengenai
Tuhan disebut ketuhanan. Dengan demikian, setelah kita mengimani
Allah, kita harus membenarkan segala perbuatan dengan beribadah
kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala
larangan-Nya.
b. Iman kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah
mempunyai makhluk yang dinamai malaikat yang tidak pernah
durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman kepada
malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara
Allah dengan rasul-rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada rasul-
rasul-Nya. Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan
patuh akan segala perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan
durhaka kepada Allah Swt.
Mengenai nama-nama dan tugas para malaikat tidak bisa
diperkirakan sesama mereka juga ada perbedaan dan tingkatan-
tingkatan, baik dalam kejadian maupun dalam tugas, pangkat, dan
kedudukannya baik yang berada dan tugas di alam ruh maupun ada
yang bertugas di dunia.
Di antara nama-nama dan tugas malaikat adalah:
1) Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada nabi-
nabi dan rasul.
2) Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan alam seperti melepaskan angin, menurunkan hujan,
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.
3) Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan
hari kebangkitan nanti.
32
4) Malaikat Izrail (malaikal maut) bertugas mencabut nyawa
manusia dan makhluk hidup lainnya.
5) Malaikat Raqib dan Atid, bertugas mencatat amal perbuatan
manusia.
6) Malaikat Ridwan bertugas menjaga surga dan memimpin para
pelayan surga.
7) Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan pemimpin para
malaikat menyiksa penghuni neraka.
8) Malaikat Munkar dan Nakir bertugas menanyakan manusia di
alam kubur.
Dengan beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, kita akan lebih
mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah swt, lebih bersyukur akan
nikmat yang diberikan, berusaha selalu berbuat kebaikan, dan
menjauhi segala larangannya. Malaikat selalu mengawasi dan mencatat
amal perbuatan manusia.
c. Iman kepada Kitab
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga.
Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani
sebagaimana yang diterangkan oleh Al-Quran dengan tidak
menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang diturunkan Allah telah
turun berjumlah banyak. Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil
kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud, dan Al-Quran kepada
Nabi Muhammad.
Kitab-kitab Allah yang diturunkan sebelum kitab suci Al-Quran
tidak bersifat universal seperti Al-Quran, tapi hanya bersifat lokal
untuk umat tertentu. Tidak berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu,
tidak memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadaan kitab-
kitab tersebut sepanjang zaman sebagaimana halnya Allah memberikan
jaminan terhadap Al-Quran.
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang memuat wahyu Allah
yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
33
selama masa kerasulannya. Al-Quran merupakan kitab suci yang
mempunyai kesempurnaan di atas kitab-kitab sebelumnya atau menjadi
penyempurnaan, kelebihan Al-Quran tidak dapat diragukan lagi. Al-
Quranul Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan
sifat. Salah satu di antaranya, Al-Quran adalah kitab yang dijamin
oleh Allah keotentikannya dan ia selalu dipelihara.
Al-Quran membahas segala aspek kehidupan. Banyak ayat secara
terperinci membahas tentang kehidupan dunia ini dan sesudahnya yang
dijelaskan dengan cara yang amat masuk akal. Kesederhanaan Al-
Quran membuatnya dipahami oleh semua orang sehingga mereka
yang tidak bertakwa atau bahkan membenci Allah, memandang Al-
Quran dengan prasangka buruk akan dapat mengambil kebaikan dari
ajaran yang agung.
d. Iman kepada Nabi dan Rasul
Yakin pada para nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat.
Perbedaan antara nabi dan rasul terletak pada tugas utama. Para nabi
menerima tuntunan berupa wahyu akan tetapi tidak mempunyai
kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia.
Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu
yang diterima kepada umat manusia.
Di dalam Al-Quran disebut nama dua puluh lima orang nabi,
beberapa di antaranya berfungsi juga sebagai rasul ialah (Daud, Musa,
Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang
diterima kepada manusia dan menunjukkannya cara pelaksanaannya
dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana manusia biasa lainnya nabi
dan rasul pun hidup seperti kebanyakan manusia yaitu makan, minum,
tidur, berjalan-jalan, mati dan sifat-sifat manusia lainnya.
Nabi Muhammad saw., sebagai nabi sekaligus rasul terakhir tidak
ada lagi rangkaian nabi dan rasul sesudahnya. Seorang muslim wajib
beriman kepada seluruh nabi dan rasul-Nya yang telah diutus oleh
Allah Swt. Baik yang disebutkan namanya. maupun yang tidak
34
disebutkan namanya. Seorang muslim wajib membenarkan semua
rasul dengan sifat-sifat, kelebihan, keistimewaan satu sama lain, tugas,
dan mukjizatnya masing-masing seperti yang diperintahkan oleh Allah
Swt.
e. Iman kepada Hari Akhir
Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir.
Keyakinan ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman
lainnya sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama halnya dengan
orang yang tidak mempercayai agama Islam. Hari akhir merupakan
hari yang tidak diragukan lagi. Hari akhirat ialah hari pembalasan yang
pada hari itu Allah menghitung (hisab) amal perbuatan setiap orang
yang sudah dibebani tanggung jawab dan memberikan putusan
ganjaran sesuai dengan hasil hitungan itu.
Pembahasan tentang hari akhir dimulai dari pembahasan tentang
alam kubur karena peristiwa kematian sebenarnya sudah merupakan
kiamat kecil dan orang-orang yang sudah meninggal dunia telah
memasuki bagian dari proses transisi dari kehidupan di dunia menuju
kehidupan di akhirat. Menurut sebagian ahli tauhid, hari akhirat ialah
hari manusia dibangkitkan dari kubur untuk digiring kepada Padang
Mahsyar, tempat mereka dikumpulkan sementara dan belum lagi
ditentukan tempat mereka, surga atau neraka. Dikatakan akhirat,
karena hari itu adalah hari penghabisan yang dinantikan oleh makhluk
hidup dan tidak ada lagi yang hidup dan ditunggu-tunggu sesudah hari
kiamat terjadi.
Keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada
hari akhir. Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal
perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna dengan
keyakinan tentang adanya hari akhirat. Demi tegaknya keadilan, harus
ada suatu kehidupan baru di mana semua pihak akan memperoleh
secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas
pilihannya masing-masing.
35
Hari akhir ini ada baiknya kembali kita ingat bahwa seorang
mukmin wajib beriman dengan hari akhir dengan segala proses,
peristiwa, dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa-apa
yang telah diberikan dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw.
tanpa mengurangi dan menambahnya. Keyakinan kepada hari akhirat
juga menolong manusia memperkembangkan kepribadiannya.
f. Iman kepada Qada dan Qadar
Dalam menciptakan sesuatu, Tuhan selalu berbuat menurut
Sunnahnya, yaitu hukum sebab akibat. Sunnah-Nya ini adalah tetap
tidak berubah-ubah, kecuali dalam hal-hal khusus yang sangat jarang
terjadi. Sunnah Tuhan ini mencakup dalam ciptaannya, baik yang
jasmani maupun yang bersifat rohani.
Makna qadar dan takdir ialah aturan umum berlakunya hukum
sebab akibat, yang ditetapkan olehnya sendiri. Definisi segala
ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan
secara pasti oleh Allah Swt untuk segala yang ada. Pengertian di atas
sejalan dengan penggunaan qadar di dalam Al-Quran berbagai
macam bentuknya yang pada umumnya mengandung pengertian
kekuasaan Allah SWT, yang termasuk hukum sebab akibat yang
berlaku bagi segala makhluk hidup maupun yang mati.
Untuk memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar,
dalam kehidupan sehari-harinya takdir Ilahi berkaitan erat dengan
usaha manusia dan diiringi dengan doa dan tawakkal. Seorang muslim
wajib beriman dengan qada dan qadar kesalahan dalam memahaminya
akan melahirkan dan sikap yang salah pula dalam menempuh di
kehidupan di dunia ini.
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik dari keimanan kepada
qada dan qadar, ini antara lain:
1) Melahirkan kesadaran bagi umat manusia bahwa segala sesuatu di
dalam semesta ini berjalan sesuai dengan hukum-hukum yang telah
ditetapkan pasti oleh Allah SWT.
36
2) Mendorong manusia untuk terus beramal dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai kehidupan baik di dunia maupun di akhirat,
mengikuti hukum sebab akibat dari Allah SWT.
3) Mendorong manusia untuk semakin dekat dengan Allah SWT.
4) Menanamkan sikap tawakkal dalam diri manusia, karena manusia
hanya bisa berusaha dan berdoa, sedangkan nasibnya diserahkan
kepada Allah SWT.
5) Mendatangkan ketenangan jiwa dan ketentraman hidup, karena
menyakini apapun yang terjadi adalah atas kehendak dan qadar
Allah SWT.
62
Nilai agama yang berkaitan dengan akidah meliputi rukun iman
yang enam, yaitu: iman kepada Allah Swt., iman kepada malaikat,
iman kepada kitab, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada hari
akhir, dan iman kepada qada dan qadar.
2. Syariah
Nilai agama yang kedua berkaitan dengan syariah. Secara etimologis,
syariah berarti jalan menuju ke sumber air atau jalan ke arah sumber
pokok bagi kehidupan. Kata ini merupakan derivasi dari akar syaraa yang
berarti menetapkan. Syariah adalah jalan yang ditetapkan Allah Swt dan
manusia harus mengarahkan hidupnya untuk merealisirkan kehendak
Tuhan. Ia adalah konsep praktis yang menyangkut seluruh tingkah laku
manusia, spiritual, mental, dan fisik.
63
Syariah adalah tata cara pengaturan mengenai perilaku hidup
manusia untuk mencapai keridoan Allah Swt.
64
Menurut Imam Abu
Hanifah, syariah adalah semua ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw.
Menurut Imam Syafii, syariah adalah segala peraturan-peraturan lahir
bagi umat Islam yang bersumber pada wahyu dan kesimpulan-kesimpulan
62
Http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/, M. Zainal Abidin, Aqidah
Akhlak, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB.
63
Sukron Kamil, Syariah Islam dan Ham, (Jakarta: CSRC, 2007), cet. I, h. 24.
64
Daradjat, Op. Cit., h. 297.
37
yang ditarik dari wahyu. Peraturan-peraturan lahir itu meliputi cara-cara
manusia berhubungan dengan makhluk atau sesama manusia.
65
Firman Allah dalam Surat Al-Jatsiyah ayat 17-18:
,..., .., _. . !. l.> | _. .-, !. `>,l> `l-l
!,-, `., | `, _.1, '., , ..,1l !., .l ,
_l.> _ . ,..l-> _ls -,. _. . !-,.! _,..
,> _ .l-, _
Artinya: Dan kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata tentang urusan (agama); Maka mereka tidak berselisih
melainkan sesudah datang kepada mereka pengetahuan Karena
kedengkian yang ada di antara mereka. Sesungguhnya Tuhanmu
akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa
yang mereka selalu berselisih padanya. Kemudian kami jadikan
kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
(agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti
hawa nafsu orang-orang yang tidak Mengetahui.
(Q.S. Al-Jatsiyah: 17-18)
Ruang lingkup syariah terdiri atas: ibadah dan muamalah.
a. Ibadah
Ibadah menurut bahasa adalah taat.
66
Menurut Ibnu Taimiyah
ibadah adalah nama yang cakupannya menyeluruh untuk setiap apa
yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt, dari perkataan dan amal
perbuatan, baik yang lahir maupun yang batin dan Ibnu Katsir
mendefinisikannya dengan setiap apa yang menyatukan kesempurnaan
rasa cinta, rasa patuh, dan rasa takut. Menurut Ibnu Taimiyah, asal
makna ibadah adalah rendah. Ibadah yang diperintahkan kepada kita
65
Yaqub, Op. Cit., h. 46.
66
Jaenal Aripin dan Azharudin Lathif, Filsafat Hukum Islam Tasyri dan Syari, (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2006), cet. I, h. 89.
38
mempunyai makna merendah kepada Allah Swt dengan tujuan
mencintai Allah.
67
Ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
langsung dengan Allah Swt, terdiri atas:
1) Rukun Islam: mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan
salat, zakat, puasa, dan menunaikan ibadah haji jika mampu.
2) Ibadah lainnya, yaitu ibadah yang berhubungan dengan rukun
Islam:
a) Badani (bersifat fisik): bersuci meliputi wudu, mandi,
tayamum, pengaturan menghilangkan najis, peraturan air,
istinja, dan lain-lain, azan, qomat, itikaf, doa, shalawat, umrah,
tasbih, istigfar, khitan, pengurusan mayat, dan lain-lain.
b) Mali (bersifat harta): qurban, aqiqah, wakaf, fidyah, hibbah,
dan lain-lain.
68
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu amal
perbuatan dikatakan sebagai ibadah jika memenuhi dua hal:
Pertama, berpegang teguh dengan apa yang disyariatkan oleh Allah
dan apa yang diseru oleh para rasul-Nya, baik itu perintah maupun
larangan, baik halal maupun haram. Ini adalah unsur ketaatan dan
kepatuhan kepada Allah. Kedua, Sikap berpegang teguh pada agama
Allah harus bersumber dari hati yang mencintai Allah Swt.
Tidak ada sesuatu pun yang pantas dicintai selain Allah Swt, Dia
adalah pemilik segala kemuliaan dan kebaikan yang telah menciptakan
manusia yang sebelumnya tidak ada satu pun tentangnya. Semua yang
ada di langit dan di bumi patuh kepada Allah dan Dia yang akan
menyempurnakan nikmat-nikmatnya, baik yang lahir, maupun yang
batin.
Ibadah adalah tujuan diciptakannya manusia. Inilah rahasia dari
perluasan makna ibadah dalam Islam sehingga manusia selalu
67
Ibid., h. 8990.
68
Daradjat, Op. Cit., h. 298299.
39
mempunyai hubungan dengan Tuhannya, selalu menjaga kehadiran-
Nya sehingga manusia pun menjadikan dunia sebagai jalan untuk
kebahagiaan akhiratnya.
b. Muamalah
Muamalah adalah peraturan yang mengatur hubungan seseorang
dengan lainnya dalam hal tukar menukar harta (jual beli dan yang
searti), di antaranya: dagang, pinjam-meminjam, sewa-menyewa,
kerjasama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan
perang, utang piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan,
jizyah, pesanan, dan lain-lain
69
.
3. Akhlak
Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang kata asalnya
khuluqun yang berarti: perangai, tabiat, adat, atau khalqun yang berarti
kejadian, buatan, atau ciptaan. Jadi, secara etimologi akhlak itu berarti
perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat.
70
Prof. KH. Farid
Maruf mendefinisikan akhlak adalah kehendak jiwa manusia yang
menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan tanpa
menimbulkan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
71
Akhlak adalah sifat atau karakter apabila mengandung kebaikan
disebut akhlak baik atau akhlak mulia. Adapun yang mengandung
keburukan disebut akhlak buruk atau tercela. Seorang ulama
mendefinisikan bahwa akhlak adalah kemauan yang kuat tentang sesuatu
yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya
yang mengarah pada kebaikan atau keburukan. Terkadang adat itu terjadi
69
Ibid., h. 299.
70
Ibid., h. 253.
71
Http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/, M. Zainal Abidin, Aqidah
Akhlak, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB.
40
secara kebetulan tanpa disengaja atau dikehendaki. Mengenai yang baik
atau yang buruk, hal itu tidak dinamakan akhlak.
72
Menurut Imam Al-Ghazali, sesungguhnya akhlak adalah hal ihwal
yang melekat dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa dipikir dan diteliti. Tujuan dari akhlak adalah membuat amal
yang dikerjakan menjadi nikmat.
73
Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:
.1l l >l _ _. < :`. ..> _.l l `>, < ,l
> : < ,: _
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. (Q.S. Al-ahzab: 21)
Definisi-definisi akhlak dapat dilihat pada lima ciri yang terdapat
dalam perbuatan akhlak, yaitu:
a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam
jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya
b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan
tanpa pemikiran
c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar
d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan ikhlas semata
karena Allah swt, bukan karena ingin mendapat pujian.
Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan akhlak al-karimah
adalah faktor penting dalam pembinaan umat oleh karena itu,
pembentukan akhlak al-karimah dijadikan sebagai bagian dari tujuan
72
Bambang Trim, Meng-Instal Akhlak Anak, (Jakarta: Hamdalah, 2008), cet. I, h. 56.
73
Ibid., h. 78.
41
pendidikan. Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi pekerti
adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan mencapai kesempurnaan akhlak
merupakan tujuan pendidikan Islam.
74
Dalam bahasa populer saat ini,
akhlak disebut juga dengan kecerdasan emosi (EQ) lalu dimensi spiritual
yang melatarinya bahwa akhlak mulia adalah bagian dari iman melahirkan
apa yang disebut kecerdasan spiritual (SQ). Sampailah para ahli pun
meyakinkan bahwa faktor pencapaian sukses seseorang bukanlah
disebabkan (utamanya) oleh kecerdasan intelektual (IQ), melainkan oleh
kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
75
Akhlak juga merupakan subsistem dari sistem ajaran Islam, maka
pembidangan akhlak juga vertikal dan horizontal.
76
Secara rinci akhlak dalam Islam dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu
77
:
a. Akhlak kepada Allah Swt.
b. Akhlak kepada dirinya sendiri.
c. Akhlak kepada sesama.
d. Akhlak manusia terhadap alam lingkungannya.
Akidah, syariah, dan akhlak pada dasarnya merupakan satu kesatuan
dalam agama Islam. Ketiga unsur tersebut dapat dibedakan, tetapi tidak
bisa dipisahkan. Aqidah sebagai sistem kepercayaan yang bermuatan
elemen-elemen dasar keyakinan, menggambarkan sumber dan hakikat
keberadaan agama. Syariah sebagai sistem nilai berisi peraturan yang
menggambarkan fungsi agama serta akhlak sebagai sistematika
menggambarkan arah dan tujuan yang hendak dicapai agama.
74
Http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/, M. Zainal Abidin, Aqidah
Akhlak, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB.
75
Trim, Op. Cit., h. 6.
76
Http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/09/dimensi-ajaran-islam.html, Achmad
Mubarok, Dimensi Ajaran Islam, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.28 WIB.
77
Http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/, M. Zainal Abidin, Aqidah
Akhlak, diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB.
42
BAB III
PROFIL HABIBURRAHMAN DAN KARYA-KARYANYA
A. Profil Habiburrahman El Shirazy
Habiburrahman El Shirazy yang sempat diberi nama Muhammad
Habibulwahid merupakan anak dari KH. Saerozi Noor dan Hj. Siti Khadijah
yang lahir di Semarang, pada hari Kamis, 30 September 1976. Ia merupakan
anak dari enam bersaudara yaitu, Habiburrahman El Shirazy, Anif Sirsaeba El
Shirazy, Ahmad Mujib, Ali Imron, Faridatul Ulya, dan Muhammad Ulin
Nuha.
Kang Abik, panggilan sayang dari adik-adiknya, termasuk anak yang
sering sakit-sakitan namun karena keterbatasan ekonomi tidak dibawa ke
dokter oleh kedua orang tuanya maka tubuh Kang Abik sulit disembuhkan dan
semakin parah. Namun, setelah ganti nama dari nama Muhammad Habibul
Wahid menjadi Habiburrahman El Shirazy, penyakit Kang Abik mulai
membaik dan jarang sakit-sakitan.
Kang Abik yang memulai pendidikan di tingkat sekolah Madrasah
Ibtidaiyah di Semarang kemudian dilanjutkan ke pendidikan menengahnya di
MTs Futuhiyyah 1 Mranggen, Demak di bawah asuhan KH. Abdul Bashir
Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke Kota Budaya Surakarta untuk
belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada
tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas
Ushuluddin, Jurusan Hadis, Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada
tahun 1999. Telah merampungkan Postgraduate Diploma (Pg.D.) S2 di The
Institute for Islamic Studies in Cairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri
(2001). Profil diri dan karyanya pernah menghiasi beberapa koran dan
majalah, baik lokal maupun nasional, seperti: Solo Pos, Republika, Annida,
Saksi, Sabili, Muslimah, dll.
Kang Abik semasa di SLTA pernah menulis naskah teatrikal puisi
berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradai pementasannya bersama Teater
Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Swedari Surakarta (1994). Pernah
43
meraih Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994). Pernah
menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi religius tingkat SLTA se-Jateng
(diadakan oleh panitia Book Fair 94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang,
(1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eksKaresiden Surakarta
(diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Kang Abik
juga pemenang I lomba pidato bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan
oleh UMS Surakarta (1994). Ia juga peraih juara I lomba baca puisi Arab
tingkat Nasional yang diadakan IMABA UGM Jogyakarta (1994). Pernah
mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi
Syahril Quran setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5
dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan
K Jateng (1995) dengan judul tulisan Analisis Dampak Film Laga terhadap
Kepribadiaan Remaja.
Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Kang Abik pernah memimpin
kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Studi Yurisprudens dan Kajian
Pengetahuan Islam) di Kairo (1996-1997). Pernah terpilih menjadi duta
Indonesia untuk mengikuti Perkemahan Pemuda Islam Internasional Kedua
yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem Youth) selama
sepuluh hari di Kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam perkemahan itu, ia
berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul Amni Was Salam Fil
Alam Bil Islam (Realisasi Keamanan dan Perdamaian di Dunia dengan
Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi terbaik kedua dari semua orasi
yang disampaikan peserta perkemahan berskala internasional tersebut. Pernah
aktif di Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Kairo (1998-2000) dan
pernah menjadi koordinator sastra Islam ICMI Orsat Kairo selama dua periode
(1998-1999 dan 2000-2002). Sastrawan muda ini juga pernah dipercaya untuk
duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama yang
berpusat di Cairo dan sempat memprakarsai berdirinya Forum Lingkar Pena
(FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Cairo.
Selain itu, Kang Abik telah menghasilkan beberapa naskah drama dan
menyutradarai pementasannya di Kairo, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang
44
Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul Alim Wa
Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca
Insaniyyah al Islam terkodifikasi dalam buku Wacana Islam Universal
(diterbitkan oleh Kelompok MISYKATI Kairo, 1998). Berkesempatan
menjadi Ketua Tim Kodifikasi dan Editor Antologi Puisi Negeri Seribu
Menara NAFAS PERADABAN (diterbitkan oleh ICMI Orsat Kairo, 2000).
Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, Kang Abik diundang oleh
Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober) untuk
membacakan puisinya-puisinya berkeliling Malaysia dalam momen Kuala
Lumpur World Poetry Reading Ke-9, bersama penyair-penyair dunia lainnya.
Puisinya juga termuat dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan
Majalah Dewan Sastera (2002) yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka
Malaysia dalam dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair dunia yang
lain, puisi Kang Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (1986-
2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004).
Pada pertengahan Oktober 2002, Kang Abik tiba di Tanah Air, saat itu
juga, ia langsung diminta oleh Pusat Pengembangan Mutu Pendidikan (P2MP)
Jakarta untuk ikut mentashih Kamus Populer Arab-Indonesia yang disusun
oleh KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, (Juni 2003). Ia
juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedi Intelektualisme
Pesantren; Potret Tokoh dan Pemikirannya, (terdiri atas tiga jilid dan
diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003). Mengikuti panggilan jiwa, antara
tahun 2003 hingga 2004, Kang Abik memilih mendedikasikan ilmunya di
MAN I Jogjakarta. Selanjutnya, sejak tahun 2004 hingga tahun 2006 ini, Kang
Abik tercatat sebagai dosen di Lembaga Pengajaran Bahasa Arab dan Islam
Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta.
Selain menjadi dosen di UMS Surakarta, kini Kang Abik sepenuhnya
mendedikasikasikan dirinya di dunia dakwah dan pendidikan lewat karya-
karyanya, lewat Pesantren Karya dan Wirausaha BASMALA INDONESIA,
45
yang sedang dirintisnya bersama sang adik tercinta, Anif Sirsaeba dan
budayawan kondang Prie GS di Semarang dan lewat dakwah lainnya.
78
Proses lahirnya Ayat-Ayat Cinta, berawal dari kepulangan Kang Abik
dari Mesir pada tahun 2003 lalu sebuah kecelakaan menimpanya. Kaki
kanannya patah sehingga ia tidak bisa mengajar di Yogyakartayang hanya
bergaji Rp 100. 000, 00dan tidak bisa pula mementaskan teater lalu ia
menumpahkan waktunya untuk menulis novel. Awalnya Kang Abik menulis
cerita pendek kemudian membuat kisah-kisah Islami. Saat itulah ia menulis
Ayat-Ayat Cinta dalam kondisi tidak bisa ke mana-mana. Siang malam ia
menulis novel Ayat-Ayat Cinta. Adapun inspirasi novel Ayat-Ayat Cinta,
berasal dari ayat Al-Quran Surat Az-Zuhruf ayat 67, yang artinya: Orang-
orang yang saling mencintai satu sama lain pada hari kiamat akan
bermusuhan kecuali orang-orang yang bertaqwa. Jatuh cinta dan saling
mencintai tetap akan bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertaqwa. Jadi,
hanya cinta yang bertaqwa yang tidak akan menyebabkan orang bermusuhan.
Itu yang kemudian sempat menjadi renungan saya. Saya ingin juga menulis
novel tentang cinta, tetapi yang sesuai dengan ajaran Islam; yang menurut
saya benar, kata Kang Abik.
79
Ia mengakui bahwa karya-karyanya memadukan antara sastra dan
pesantren karena ia lebih menguasai dan menjiwai latar pesantren. Ia hanya
akan menulis sesuatu yang ia kuasai. Inspirasi Kang Abik untuk karya-
karyanya adalah Al-Quran dan hadis Rasulullah. Kang Abik merasa dengan
beliau berkarya melalui menulis ia menyerahkan jiwanya untuk agama Allah
Swt dan memanfaatkan semua apa yang beliau miliki untuk dimanfaatkan
demi perkembangan Islam, dari Islam untuk Islam. Inilah yang mendorong
beliau terus semangat dan beribadah dengan terus berkarya melalui tulisannya.
Selain menulis, beliau juga beribadah kepada Allah Swt.
78
Habiburrahman El Shirazy, Ayat-Ayat Cinta, (Jakarta: Republika, 2008), cet. XIX, h.
407410.
79
Http://id.shvoong.com/social-sciences/1781192-habiburrahman-el-shirazy-karya-sastra/,
Adinda Ferra Najwa El-Kasih, Membaca Jauh dari Kebodohan, Kebodohan = Kemiskinan =
Kejahatan, diakses pada hari Sabtu, 9 Oktober 2010, pkl. 15.00 WIB.S.
46
Kang Abik tidak pernah menjadikan dirinya dan menyebut dirinya
sebagai seorang dai. Beliau hanya menjalankan apa yang Allah Swt telah
perintahkan dan apa yang telah Allah larang sesuai dengan Al-Quran.
Artinya, Kang Abik tidak merasa berdakwah, tetapi hanya menjalankan
kewajiban seorang muslim yang kaffah, yaitu melakukan suatu hal yang kita
bisa lakukan untuk menyebarkan dan mengembangkan agama Islam. Keahlian
Kang Abik adalah membuat karya tulis maka beliau memfokuskan dan terus
menunjukkan eksistensi dirinya untuk sebuah karya yang indah dan manis
dalam bentuk kata-kata yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh pembaca yang
setia. Yang terpenting bagi Kang Abik adalah tetap berpegang teguh pada Al-
Quran.
Kang Abik sangat mencintai bidang menulis, hidup dan matinya memang
telah difokuskan pada dunia tulis menulis. Pada awalnya, menulis adalah
hobinya dari kecil dan hasil karyanya memang sangat membanggakan untuk
kancah nasional, bahkan sampai internasional. Dari hobi yang memang
panggilan jiwa untuk menulis dan membuat karya tulis maka kini menjadi
salah satu yang memang membanggakan.
B. Karya-Karya Habiburrahman El Shirazy
Habiburrahman El Shirazy telah menghasilkan banyak karya. Karya-
karyanya banyak dinikmati tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-
negara tetangga seperti: Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain-
lain. Berikut ini adalah karya-karya Kang Abik sebagai berikut:
1. Naskah Drama:
a. Wa Islama (1999)
b. Sang Kyai dan Sang Durjana (gubahan dari karya Dr. Yusuf Qardhawi
yang berjudul asli Alim Wa Thaghiyyah, 2000)
c. Darah Syuhada
2. Buku-buku Terjemahan
a. Ar-Rasul (GIP, 2001)
b. Biografi Umar Abdul Aziz (GIP, 2002)
c. Menyucikan Jiwa (GIP, 2005)
47
d. Rihlah Illallah (Era Intermedia, 2004), dan lain sebagainya.
3. Cerpen-Cerpen Islami
a. Ketika Duka Tersenyum (FBA, 2001)
b. Bercinta Untuk Surga (Grenada Busur Budaya, 2003)
c. Merah di Jenin (FBA, 2002)
d. Ketika Cinta Menemukannya (GIP, 2004), dan lain-lain
4. Kisah-Kisah Islami
a. Ketika Cinta Berbuah Syurga
b. Di Atas Sajadah Cinta
5. Novel-Novel Islami
a. Pudarnya Pesona Cleopatra
b. Ayat-Ayat Cinta
c. Ketika Cinta Bertasbih
d. Dalam Mihrab Cinta
C. Sinopsis Novel Ayat-Ayat Cinta
Novel Ayat-Ayat Cinta merupakan novel yang menceritakan tentang
tokoh utama bernama Fahri sebagai seorang mahasiswa berasal dari Indonesia
yang kuliah di Universitas Al-Azhar Mesir. Ia tinggal di apartemen milik
keluarga Boutros bersama mahasiswa-mahasiswa asal Indonesia (Rudi dan
Saiful). Dalam kehidupan sehari-hari, Fahri selalu berusaha meneladani
Rosulullah saw. Hal ini tercermin dari perilakunya di apartemen, mereka
selalu saling mengingatkan, saling mendoakan, tolong menolong. Mereka juga
mempunyai tanggung jawab masing-masing. Fahri sebagai tokoh utama juga
meneladani Rasulullah SAW dalam hal bertetangga dan berinteraksi dengan
lawan jenis.
Dalam berinteraksi ia selalu mendasarkan diri pada Al quran dan Al
hadist. Dakwah adalah aktivitas keseharian Fahri. Baginya, dakwah
merupakan pekerjaan utama yang sangat mulia yang bisa dilakukan di mana
saja kapan saja. Di ceritakan bagaimana seorang fahri di dalam metro
48
mengingatkan kepada penumpang untuk menghormati tamu dari negara lain
(Amerika Serikat).
Cerita Fahri dalam novel ini berkaitan dengan aktivitas di kampus,
hubungan kepada para perempuan, terhadap Maria sebagai gadis Koptik,
Naura , Nurul, Aisya. Fahri juga memiliki aktivitas di luar kampus seperti
(Tallaqi, ceramah, penerjemah). Kehidupan Fahri berubah 180 derajat ketika
menikah dengan Aisyah seorang muslimah Turki anak orang kaya. Dari
pernikahan itu kehidupan Fahri otomatis di kelilingi kekayaan yang melimpah.
meskipun demikian, ia tetap rendah hati dan tidak sombong. Sejak
membangun rumah tangga dengan Aisyah hidupnya serasa mimpi, ia
mempunyai istri cantik solihah dan kaya. Mereka tinggal di apartemen di
kawasan elit Kairo yang juga merupakan tempat tinggal orang-orang penting
Mesir.
Ketika Fahri menikah dengan Aisyah itu ternyata membuat kecewa tiga
gadis lainnya. Maria sampai sekarat, Nurul hampir patah hati, dan Noura tega
menjebloskannya ke penjara dengan tuduhan telah memperkosanya.
Keimanan dan keikhlasan Fahri diuji ketika ia harus masuk di dalam penjara
oleh gadis Mesir yang ditolongnya. Dalam penjara pun Fahri konsisten
menjalankan perintah Allah dengan berpuasa dan sholat lima waktu dan sholat
sunnah. Tidak hanya itu ia juga belajar ilmu dari seorang guru besar ekonomi
yang di penjara karena kritiknya yang pedas. Setelah bukti-bukti menyatakan
bahwa Fahri tidak bersalah, ia pun bebas dari penjara. Setelah Fahri bebas,
Maria kembali dirawat ke rumah sakit hingga pada akhirnya meninggal
setelah masuk islam dan menikah dengan Fahri.
C. Unsur Intrinsik Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
Beberapa unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta
sebagai berikut:
1. Tema
Tema dari novel ini adalah kedua orang yang saling mencintai karena
Allah Swt.
49
2. Alur
Alur dalam novel ini adalah maju. Serangkaian peristiwa yang terus
maju. Untuk memudahkan pembaca penulis akan menyajikan alur novel
ini dengan model sekuen.
a. Fahri pergi mengaji dengan Syaikh Utsman di Shubra dengan naik
metro.
b. Fahri orang Amerika dicaci maki oleh orang Mesir.
c. Fahri menolong orang Amerika.
d. Fahri bertemu pertemuan dengan Aisha untuk pertama kalinya di
dalam metro.
e. Fahri melihat Noura yang disiksa Ayahnya (Bahadur).
f. Fahri menolong Noura.
g. Fahri dikirimi surat cinta oleh Noura.
h. Fahri tidak menanggapi cinta Noura.
i. Fahri dijodohkan dengan Aisha oleh Syaikh Utsman.
j. Fahri menikah dengan Aisha.
k. Maria kecewa dan frustasi karena penikahan Fahri dengan Maria.
l. Fahri bermesraan dengan Aisha.
m. Fahri dimasukkan ke penjara karena dituduh memperkosa Noura.
n. Maria sakit parah dan dirawat di rumah sakit.
o. Madame Nahed dan Tuan Boutros memohon kepada Fahri agar
menjenguk dan menyembuhkan Maria.
p. Fahri menjenguk Maria yang sakit.
q. Aisha meminta Fahri menikahi Maria.
r. Maria masuk Islam.
s. Fahri menikahi Maria.
t. Maria memberi kesaksian bahwa Fahri tidak bersalah di pengadilan.
u. Fahri bebas dari penjara.
v. Maria meninggal dunia.
w. Fahri hidup bersama Aisha.
50
3. Sudut Pandang
Sudut pandang dalam novel ini, menggunakan sudut pandang orang
pertama akuan dengan teknik pencerita akuan sertaan atau dapat juga
disebut orang pertama pelaku utama. Pada novel ini, cerita berpusat pada
tokoh aku yaitu Fahri. Novel ini berpusat pada kehidupan Fahri. dari
perihal Fahri menjadi Mahasiswa di Kairo, cinta Fahri, sampai kehidupan
rumah tangga Fahri, dan lain sebagainya.
4. Latar
a. Tempat
Latar tempat secara tipikal, bertempat: di Kairo, Mesir, Masjid Al-
Fath Al-Islami, Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Masjid Rabah El-
Adawea, Maadi (sebuah kawasan elite di Kairo), di dekat Sungai Nil,
Wisma Nusantara, Cleopatra Restaurant, Hadayek Helwan, warnet
@lfenia, gedung Sekolah Indonesia Cairo (SIC), Darul Munasabat, dan
Stefano, Alexandria. Latar tempat yang netral, bertempat: di dalam
flat, metro, tempat penjualan tiket, ruang tengah, rumah sakit, ruang
tamu, perpustakaan, tempat hiburan musik klasik, penjara, dan
pengadilan.
b. Waktu
Latar waktu dalam novel ini adalah: pagi, siang, sore, dan malam
hari. Pada novel ini tidak disebutkan secara langsung tahun terjadinya
peristiwa.
c. Suasana
Latar suasana dalam novel ini adalah: tegang, gembira, haru,
gelisah, romantis, sedih, dan menderita. Namun, latar suasana yang
paling dominan adalah sedih. Novel ini menceritakan tentang kondisi
Fahri yang mengalami kesedihan dan kemalangan karena berbagai
peristiwa yang terjadi di dalam kehidupannya. Seperti ia di penjara
karena dituduh memitnah Maria, Ia mengalami ujian yang sangat
dahsyat yaitu ia harus menikahi Maria, wanita yang tidak seiman
dengannya dan ia begitu mencintai Aisha. Di akhir cerita ia harus
51
kehilangan Maria, istri keduanya yang menghadap Sang Khalik.
Namun, Suasana dalam novel ini juga diliputi kebahagiaan karena
Fahri telah menemukan cinta sejatinya yaitu Aisha dan hidup dengan
bidadarinya.
Jika dikaitkan dengan suasana Mesir secara umum dalam novel ini,
cerita ini terjadi pada saat pemerintah Amerika menuduh pemerintah
Mesir dan kaum muslimin berlaku serta merta pada umat Koptik.
Tentu saja tuduhan tersebut membuat gerah seluruh penduduk Mesir.
Tuduhan tersebut bertujuan untuk menghancurkan sendi-sendi
persaudaraan umat Islam dengan umat Koptik. Akibatnya, Orang
Mesir sangat membenci orang Amerika. Hanya sedikit yang berwajah
manis jika bertemu dengan orang Amerika.
Suasana Mesir juga saat itu sedang bergejolak karena diliputi
berbagai kritik tajam dan demonstrasi, pemerintah Mesir sangat tidak
pengertian, dan cenderung diktator. Banyak orang yang di penjara
karena memberikan kritik tajam kepada pemerintah Mesir di media
massa dan karena melakukan berbagai demonstrasi, seperti:
demonstrasi menentang agresi Amerika ke Afganistan, demonstrasi
mengutuk tindakan Ariel Sharon menginjak-injak Masjidil Aqsha dan
perlakuan kejam Israel pada anak-anak Palestina, dan demonstrasi
mengenai penembakan Muhammad Al Dorah.
5. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam cerita ini dibedakan menjadi tokoh utama, antagonis,
tritagonis, dan tokoh tambahan (pembantu).
a. Tokoh Utama (protagonis)
Tokoh utama dalam novel ini adalah: Fahri, Aisha, Nurul, dan Noura.
b. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis dalam novel ini adalah Maria, Bahadur, Mona dan
Suzana (kakak Noura), dan polisi penjara (si hitam, si gendut, dan si
kumis).
52
c. Tokoh Tritagonis
Tokoh tritagonis dalam novel ini adalah Syaiful, Rudi, Mishbah,
Hamdi, Alicia, Madame Nahed, Yousef, paman Eqbal, bibi Sarah,
ummu Aiman (istri Syaikh Utsman), Tuan Boutros, Syaikh Utsman,
Prof. Dr. Abdul Rauf Manshour, dan Syaikh Ahmad, Ustadz Jalal, dan
Ustadzah Maemunah.
d. Tokoh tambahan atau pembantu
Ashraf, nenek bule di metro, saudara Alicia, Dokter Ramzi, gadis kecil
di metro, para penumpang metro, Amena dan Hasan (keponakan
Aisha), Elena Hasyim, Ali Farougi, Magdi, Hasan, Hamada, Marwan,
dan Ismail.
Karena banyak tokoh dalam novel ini, penulis akan menguraikan
penokohan berdasarkan tokoh utama (terpenting) dalam novel ini.
a. Fahri
Fahri merupakan sosok laki-laki, baik, disiplin, tapat waktu,
bertanggung jawab, pintar, kuat imannya, suka menolong orang lain,
perhatian, dermawan, rendah hati, ramah, penyayang, tegar, lucu,
romantis, banyak dicintai wanita. Namun, terkadang Fahri adalah
sosok yang mudah rapuh dan menangis.
b. Aisha
Aisha adalah sosok wanita yang lembut, cantik, penyayang, suka
menolong, baik, patuh pada suami, dan selalu ikhlas.
c. Maria
Maria adalah sosok wanita yang aneh, ia gadis Koptik, tetapi hafal
Al-Quran. Baik, cerdas, suka menolong, sangat perhatian pada Fahri,
cerdas, suka memberi kepada orang lain, mencintai seseorang secara
berlebihan, dan jujur.
d. Nurul
Sosok wanita yang baik, suka menolong, pintar, dan rela berkorban
untuk orang yang dicintainya.
53
e. Noura
Sosok wanita yang pendiam, selalu menderita dan sengsara akibat
ulah Bahadur, ia mencintai Fahri namun Fahri tidak menyukainya.
Fahri telah menganggapnya sebagai adik, Noura pun menjadi sakit hati
dan benci pada Fahri, Ia berbuat jahat pada Fahri. Di akhir cerita ia
benar-benar menyesal dan meminta maaf kepada Fahri atas tingkah
lakunya, ia benar-benar menyesal telah berbuat jahat pada orang yang
telah menolongnya dan mengeluarkannya dari penderitaan.
6. Amanat
Pesan yang ingin disampaikan melalui novel ini adalah kita harus
berpegang teguh dan bertakwa pada Allah Swt, saling tolong menolong
kepada orang lain, menghormati tetangga, saling mencintai karena Allah,
dan lain sebagainya.
7. Gaya Bahasa
Dalam novel ini terdapat campur kode antara bahasa Indonesia, bahasa
Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Ada beberapa puisi yang
terdapat dalam novel dan diksinya sangat indah sehingga membuat
pembaca merasa tertarik untuk membacanya dan tidak pernah bosan.
Terdapat penggunaan majas dalam novel ini yaitu majas metafora dan
litotes, dan personifikasi.
Berikut kutipan novel yang terdapat campur kode antara bahasa
Jerman dengan bahasa Arab dan penggunaan majas personifikasi. Kutipan
novel ini berada pada saat Aisha menelpon Fahri untuk mengajaknya
bertemu dengan Alicia karena Alicia ingin sekali berbincang dengan Fahri
seputar Islam dan ajaran moral yang dibawanya, terjadi di flat Fahri, pada
siang hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 90.
Aku kembali menelentangkan badan badan di atas kasur.
Saatnya tidur. Baru dua detik mata terpejam, handphone ku menjerit.
Nomor yang tak kukenal. Siapa ya?Kuangkat.
Assalamualaikum,
Walaikum salam. Ini siapa ya?
Sind Sie Herr Fahri?
54
Ja. Sie Aisha?
Ja. Herr Fahri, haben Sie zeit
Heute?
Ja. Heute, bada shalat el ashr.
Nein dank, heute bada shalat al ashr habe ich leider keine
Zeit! Ich habe schoen eine verab redung.
Pada kutipan novel tersebut Aisha melakukan campur kode antara
bahasa Jerman dengan bahasa Arab. Terdapat majas personikasi pada
klausa handphoneku menjerit kegiatan menjerit biasanya dilakukan oleh
makhluk hidup, tetapi penggunaan kata menjerit digunakan Kang Abik
untuk handphone yang berdering.
Berikut ini kutipan campur kode antara bahasa Arab dan bahasa
Indonesia yang dibicarakan antara Fahri daengan Yousef, dalam situasi
Yousef memberitahu Fahri mamanya membatalkan acara ke Alex karena
Fahri tidak bisa ikut serta dan menggantinya dengan mengajak Fahri dan
teman-temannya makan malam di Cleopatra Restaurant bersama
keluarga Yousef dalam rangka merayakan ulang tahun Madame Nahed, di
flat Fahri, malam hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 118-119.
Begini Fahri. Setelah aku beritahukan semuanya, Mama
memutuskan untuk membatalkan rencana ke Alex, ucap Yousef
dengan kerut muka sedikit agak kecewa.
Kenapa?
Karena kau tidak bisa ikut.
Kan acara tetap bisa berjalan dengan baik tanpa keikutsertaanku.
Pokoknya itu keputusan mama.
Ana asif jiddan! Wallahi, ana asif jiddan! ucapku sedih. Sebetulnya
aku tidak ingin mengecewakan siapapun juga.
Tak apa-apa. Mama ingin menggantinya dengan sebuah acara yang
tidak akan menyita waktu bannyak. Untuk acara ini mama minta
dengan sangat kalian bisa ikut semua. Sekali lagi dengan sepenuh
permohonan, tidak boleh ada yang yang tidak bisa.
Berikut ini kutipan novel alih kode dari bahasa Inggris ke bahasa
Jerman, percakapan ini dilakukan oleh Fahri dan Aisha dalam situasi
Aisha berterima kasih kepada Fahri karena telah menolongnya dan orang
Amerika dari tingkah laku jahat orang Mesir, di metro, siang hari, kutipan
novel ini terdapat pada halaman 55.
55
Indonesian, thank you.
Aku teringat dia orang Jerman. Aku iseng menjawab dengan
bahasa Jerman.
Bitte!
Spreechen Sie Deutsch?
Ja, ein wenig.
Berikut ini kutipan novel yang menggunakan majas metafora, kutipan
novel ini terjadi pada saat Fahri bimbang menentukan pilihan untuk
hidupnya. Ia dijodohkan dengan Aisha oleh Syaikh Utsman. Setelah tiga
hari, ia salat Istikharah, Fahri bermimpi bertemu dengan ibunya. Ia
memang sangat rindu pada ibunya karena sudah tujuh tahun tidak
berjumpa. Ia pun bergegas menelepon ibunya yang ada di Jakarta dan
minta persetujuan ibunya, cerita ini terjadi di Flat Fahri, pada siang hari,
kutipan novel ini terdapat pada halaman 203.
Oh ibu. Jika engkau adalah matahari, aku tak ingin datang
malam hari. Jika engkau adalah embun, aku ingin selalu pagi hari.
Ibu, durhakalah aku jika di telapak kakimu tidak aku temui sorgamu.
Kerinduan Fahri kepada ibunya tertuang dalam puisi di atas. Ia sangat
mencintai dan mengagumi ibunya dengan mengibaratkan.ibunya seperti
matahari dan malam hari. Puisi ini bermakna seorang anak yang sangat
mencintai ibunya.
Berikut ini kutipan novel yang menggunakan majas litotes, kutipan
kutipan novel ini terjadi pada saat Fahri merasa rendah diri, ia merasa orng
yang paling hina, dan tidak mungkin akan mendapatkan wanita yang
berkedudukan tinggi apalagi anak kiai besar, cerita ini terjadi pada saat
Fahri tidak percaya akan kenyataan hidupnya, ia akan menikah dengannya,
seorang bidadari akan menikahi seorang yang hina, begitu gumamnya.
Cerita ini di flat Fahri, pada siang hari, dan kutipan puisi ini terdapat pada
halaman 222.
56
Aku adalah lumpur hitam
Yang menderu
Menempel di sandal sepatu
Hinggap di atas aspal
Terguyur hujan
Terpelanting
Masuk comberan
Siapa sudi memandang
Atau mengulurkan tangan?
Tanpa uluran tangan Tuhan
Aku adalah lumpur hitam
Yang malang
Pada kutipan novel tersebut tokoh Fahri merasa rendah diri dan
merasa orang yang hina padahal ia adalah mahasiswa Al-Azhar yang
tampan, pintar, pekerja keras, dan berakhlak mulia.
57
BAB IV
ANALISIS NILAI AGAMA DALAM NOVEL AYAT-AYAT
CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
A. Temuan Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy
Setelah peneliti melakukan analisis, ternyata ada tiga nilai agama yang
terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta, yaitu:
1. Akidah
Yang meliputi nilai akidah yaitu iman kepada Allah Swt., iman kepada
malaikat, iman kepada kitab, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada
hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar.
2. Syariah
Yang meliputi nilai syariah yaitu ibadah dan muamalah.
3. Akhlak
Yang meliputi nilai akhlak yaitu akhlak kepada Allah Swt., akhlak kepada
dirinya sendiri, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada alam
lingkungan.
Untuk lebih memudahkan pembaca dalam memahaminya, peneliti
menguraikannya sebagai berikut:
Kategori Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy
No Kategori Subkategori
1 Nilai Akidah a. Iman kepada Allah Swt.
b. Iman kepada malaikat
c. Iman kepada kitab
d. Iman kepada nabi dan rasul
e. Iman kepada hari akhir
f. Iman kepada qada dan qadar.
58
2. Nilai Syariah a. Ibadah
b. Muamalah
3. Nilai Akhlak a. Akhlak kepada Allah Swt.
b. Akhlak kepada dirinya sendiri
c. Akhlak kepada sesama manusia
d. Akhlak kepada alam lingkungan.
B. Analisis Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy
Novel Ayat-Ayat Cinta berisi ajakan untuk kembali pada agama yang
mulia dengan ajakan yang lembut dan penuh makna. Novel ini mampu
menggugah jiwa memberikan nafas baru untuk ruhani yang merindu nur illahi.
Membaca novel ini membuat wawasan kita tentang Islam bertambah. Novel
ini adalah goresan pena penuh gizi. Banyak nilai-nilai agama yang terkandung
di dalamnya dan gaya bahasa yang digunakan tidak terkesan menggurui.
Novel ini bukan novel tanpa kesan, melainkan novel yang berisi pengajaran
agama yang sangat kental dan kesan yang mendalam. Nilai-nilai agama yang
terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy
tersebut, seperti terlihat dalam uraian berikut:
1. Akidah
Novel ini mengandung nilai akidah yaitu: iman kepada Allah Swt,
iman kepada malaikat, iman kepada kitab, iman kepada nabi dan rasul,
iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar
a. Iman kepada Allah Swt
Dalam novel ini terdapat nilai iman kepada Allah Swt, seperti:
tokoh Fahri dalam novel ini meyakini hanya Allah Swt yang berhak
memberi hidayah kepada manusia. Allah maha penyayang dan sangat
dekat dengan hamba-Nya lebih dekat dari urat leher dan jantung yang
berdetak.
59
Allah maha adil, Allah menyertai orang yang selalu berbuat
kebajikan. Allah mengetahui segala permasalahan hamba-Nya. Jika
kita mempunyai masalah, Allah tempat mengadu yang tepat,
berserahdirilah kepada Allah, dan kita harus yakin Allah akan
memberikan jalan keluar. Kita harus minta penerang dan kekuatan
kepada Allah, hanya Allah yang dapat menyelamatkan manusia baik
dalam urusan dunia maupun akhirat. Hanya Allah yang menentukan
hidup dan mati seorang hamba. Allah yang menentukan segala-
galanya. Allah selalu mencintai orang-orang yang sabar.
Berikut ini adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan
analisis mengenai nilai iman kepada Allah Swt.
Kutipan novel di bawah ini adalah pernyataan pemikiran Fahri
yang merasa kasihan kepada Maria karena menyayangkan jika gadis
sebaik dia harus menjadi gadis Koptik bukan muslimah, yang terdapat
pada halaman 27.
Di dunia ini banyak sekali hal-hal yang misterius. Masalah
hidayah dan iman adalah misterius sebab hanya Allah saja yang
berhak menentukan siapa-siapa yang patut diberi hidayah.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri meyakini hanya
Allah Swt yang berhak memberi hidayah kepada manusia. Fahri sadar
dan meyakini bahwa hanya Allah yang menghendaki manusia berada
di jalan yang benar atau tidak. Semuanya kuasa Allah Swt. Sebagai
manusia kita tidak mempunyai daya dan upaya segala kehidupan
manusia sudah diatur oleh Allah. Nilai iman kepada Allah dalam novel
ini adalah kita harus yakin bahwa hanya Allah yang berhak memberi
hidayah kepada manusia.
Kutipan novel ini menunjukkan doa Fahri yang meyakini hanya
Allah yang memberikan ia rezeki, bertempat di Masjid Al-Fath Al-
Islami, sore hari, kutipan novel ini terdapat pada halaman 29. Tempat
aku mengadu pada Yang Maha Pemberi Rezeki saat berada dalam
60
keadaan kritis kehabisan uang. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa
tokoh Fahri meyakini hanya Allahlah tempat mengadu yang tepat.
Nilai iman kepada Allah dalam novel ini adalah meyakini bahwa
hanya Allahlah tempat mengadu yang tepat. Manusia hendaknya
memohon pertolongan hanya kepada Allah.
Kutipan novel ini menunjukkan rasa syukur Fahri kepada Allah
Swt karena proposal tesisnya diterima, bertempat di flat Fahri, terjadi
pada saat musim panas atau siang hari, yang terdapat pada halaman 71.
Dalam segala musim, Tuhan selalu penyayang. Itu yang aku rasakan.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri dalam novel ini sangat
meyakini Allah maha penyayang kepada setiap hambanya. Nilai iman
kepada Allah dalam novel ini adalah meyakini bahwa Allah maha
penyayang.
Kutipan novel ini adalah keyakinan Hamdi atas pertolongan Allah
yang dapat membuatnya hidup. Ini adalah kalimat yang diucapkan
Hamdi kepada Fahri, Syaiful, dan Rudi, pada saat mengisahkan
pengalamannya yang menegangkan selama tersesat di lereng Gunung
Lawu, saat ia menginap bersama teman-temannya ketika masih aliyah,
terdapat pada halaman 73. Hanya pertolongan dari Allah yang
membuat kami tetap hidup. Dalam kutipan novel ini Hamdi
mengisahkan ia dan teman-temannya benar-benar tesesat dalam hutan
Gunung Lawu namun akhirnya ada pertolongan dari Allah sehingga
mereka bisa keluar dari hutan tersebut. Nilai iman kepada Allah dalam
novel ini adalah meyakini bahwa hanya Allah yang dapat menolong
hambanya. Allah akan menolong hamba yang beriman kepada-Nya.
Kutipan novel ini menunjukkan kepasrahan Fahri setelah ia
membuat peta hidup untuk dirinya dan menyerahkan segala-galanya
hanya kepada Allah Swt, bertempat di flat Fahri, pada saat siang hari,
terdapat pada halaman 144. Semuanya saya serahkan kepada Tuhan.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri menyerahkan segala
urusannya hanya kepada Allah karena Allahlah yang akan menentukan
61
segala-galanya. Nilai iman kepada Allah dalam novel ini adalah kita
harus menyerahkan segala-galanya hanya kepada Allah Swt.
Kutipan novel ini menunjukkan keyakinan Fahri kepada Allah Swt,
ia ingin menolong Noura untuk menyelesaikan masalah hidupnya yang
selalu menderita karena selalu disiksa oleh keluarganya, bertempat di
flat Fahri, pada siang hari, terdapat pada halaman 199. Siapa yang
bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan untuknya jalan
keluar. Aku lega. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri,
yakin bahwa Allah akan memberinya jalan keluar atas segala
permasalahan yang sedang ia hadapi. Nilai iman kepada Allah dalam
novel ini adalah meyakini bahwa hanya Allahlah yang akan memberi
jalan keluar atas segala permasalahan hamba-Nya.
Kutipan novel ini menunjukkan harapan Fahri kepada Allah Swt,
saat itu ia ingin dijodohkan dengan Aisha oleh Syaikh Utsman,
bertempat di Shubra, pada siang hari, terdapat pada halaman 202. Siap
atau tidak. Aku harus minta penerang dari Allah Swt. Tokoh Fahri
dalam novel ini sedang dilanda kebimbangan karena ia akan
dijodohkan dengan Aisha. Ia tidak tahu apakah Aisha gadis yang tepat
dan terbaik untuknya. Di tengah kebimbangan yang melandanya ia
hanya serahkan segalanya kepada Allah dan meminta penerangan
kepada Allah agar Allah memberi petunjuk yang terbaik. Nilai iman
kepada Allah dalam novel ini adalah meyakini bahwa Allah akan
memberikan penerang dan petunjuk yang terbaik bagi manusia
Kutipan novel ini menunjukkan keyakinan Aisha bahwa Allah
mencintai orang yang sabar, saat itu Fahri dan Aisha sudah menikah
Fahri sangat merindukan Aisha, kalimat ini diucapkan Aisha kepada
Fahri, bertempat di flat Fahri, pada siang hari, dan terdapat pada
halaman 242. Aku sudah tahu. Bersabarlah. Allah mencintai orang-
orang yang sabar. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Aisha
sangat yakin bahwa Allah mencintai orang-orang yang sabar atas
62
masalah yang dihadapinya. Nilai iman kepada Allah dalam novel ini
adalah meyakini bahwa Allah mencintai orang-orang yang sabar.
Kutipan novel ini menunjukkan rasa syukur Aisha kepada Allah
Swt, saat itu Robin (saudara tiri Aisha) berbuat jahat kepadanya yaitu
merekam Aisha pada saat mandi, untungnya ia memakai kain basahan
ketika mandi sehingga aurat yang paling terpenting tidak terlihat. Ini
adalah kalimat yang diucapkan Aisha kepada Fahri, terjadi di rumah
Aisha dan Fahri, pada malam hari, dan terdapat pada halaman 263.
Untungnya, Allah masih menyelamatkan kehormatanku. Dari
kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Aisha sangat bersyukur karena
Allah telah melindunginya dan menjaga kehormatannya. Nilai iman
kepada Allah dalam novel ini adalah meyakini bahwa hanya Allahlah
yang dapat melindungi dan menyelamatkan manusia. Allah akan
menyelamatkan orang-orang yang beriman kepadanya.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan nasihat Haj Rashed
kepada Fahri di tengah keputusasaan Fahri menghadapi hidupnya,
bertempat di penjara, pada siang hari, dan terdapat pada halaman 350.
Namun, Kau jangan kecil hati Fahri, di atas segalanya
Allahlah yang menentukan. Daya dan kekuatan manusia tiada
berarti apa-apa di hadapan kemahakuasaan Allah. Jika Dia
berkehendak apa pun bisa terjadi.
Tokoh Fahri sedang diliputi masalah yang besar, ia difitnah telah
memperkosa Noura hingga hamil lalu ia dimasukkan ke penjara. Fahri
hampir putus asa namun Haj Rashed menasihatinya bahwa hanya
Allah yang dapat menentukan segala-galanya. Sesuatu yang buruk
bisa menjadi baik begitupun sebaliknya kebenaran pasti akan
terungkap dan manusia yang telah memfitnahnya tidak punya kuasa
apa-apa jika Allah berkehendak untuk mengungkap kebenaran
tersebut. Nilai iman kepada Allah dalam novel ini adalah meyakini
bahwa hanya Allahlah yang mempunyai kuasa atas segala sesuatu.
63
Kutipan novel ini menunjukkan kepasrahan Fahri kepada Allah. Ia
yakin hanya Allah yang mengetahui akhir nasib manusia, kutipan
novel ini terjadi pada saat Aisha mengatakan akan melakukan apapun
asalkan suaminya keluar dari penjara dan hal ini membuat Fahri
bersedih. Bertempat di penjara, pada sore hari, dan terdapat pada
halaman 355. Hanya Tuhanlah yang tahu akan akhir nasibku. Nilai
iman kepada Allah dalam novel ini adalah meyakini bahwa hanya
Allahlah yang mengetahui nasib manusia. Hidup adalah misteri illahi
hanya Allah yang mengetahui segala kejadian yang kita alami dan
akhir nasib kita kelak. Baik atau buruk akhir nasib kita nanti hanya
Allah yang tahu. Manusia hanya bisa berusaha sekuat tenaga agar
kebaikan selalu meliputinya.
Kutipan novel ini menunjukkan nasihat Fahri kepada Aisha karena
Aisha begitu takut kehilangan Fahri, terjadi di rumah sakit, pada siang
hari, dan terdapat pada halaman 376. Aisha, hidup mati ada di
tangan Allah. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Aisha begitu takut
kehilangan Fahri. Sejak Fahri masuk penjara, ia begitu menderita. Ia
takut akan kehilangan Fahri untuk selama-lamanya. Ia takut kehilangan
ayah dari anak yang sedang ia kandung. Namun, Fahri meyakinkan
Aisha bahwa hanya Allah yang menentukan hidup dan mati seorang
hamba. Mati seorang hamba bukan ditentukan karena ia masuk
penjara, tetapi karena kehendak Allah Swt. manusia jangan pernah
takut atas segala sesuatu yang menimpa dirinya. Nilai iman kepada
Allah dalam novel ini adalah meyakini bahwa hanya Allah yang
menentukan hidup dan mati manusia.
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat Aisha memohon pada
Fahri untuk menikahi Maria. Tujuan Aisha adalah agar Maria cepat
sembuh dan dapat memberikan kesaksian di pengadilan dan Fahri
cepat bebas dari penjara. Kalimat ini diucapkan Fahri kepada Aisha,
Fahri meyakinkan Aisha bahwa keyakinan agamanya dengan Maria
64
berbeda, terjadi di rumah sakit, pada siang hari, dan terdapat pada
halaman 377.
Dalam interaksi sosial kita bisa toleran kepada siapa saja.
Tapi untuk masalah keyakinan aku tidak bisa main-main. Aku tidak
bisa menikah kecuali dengan perempuan yang bersaksi dan
meyakini tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah. Kalau untuk bertetangga, berteman, bermasyarakat aku bisa
dengan siapa saja. Untuk berkeluarga tidak bisa Aisha. Tidak
bisa!
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri sangat kuat
imannya ia tidak ingin menikahi Maria yang berbeda keyakinan
dengannya. Ia begitu takut kepada Allah Swt. Ia begitu yakin dan
menjalankan ajaran Allah Swt. Kedua orang yang berbeda keyakinan
tidak boleh menikah. Jika kedua orang yang berbeda keyakinan
menikah, mereka seperti berzina dan pernikahan mereka sama sekali
tidak sah di sisi Allah Swt. Tokoh Fahri sangat paham akan hal ini.
Nilai iman kepada Allah dalam novel ini adalah kita harus bertakwa
kepada Allah Swt.
Kutipan novel ini menunjukkan keyakinan Fahri bahwa hanya
Allah yang dapat menghapus kesedihan hambanya. Terjadi pada saat ia
mendengar kabar baik dari Alicia, yaitu buku yang Alicia tulis
mengenai masalah perempuan dalam Islam laku terjual dan ia
mendapat honorium. Fahri berperan sebagai nara sumber dalam buku
tersebut. Selain itu, karena penjelasannya mengenai Islam maka Alicia
kini masuk Islam. Walaupun ia sangat sedih karena masalah yang ia
hadapi, mendengar kabar tersebut ia jadi senang. Hanya Allah yang
dapat membolak-balikkan hati manusia. Terjadi di rumah sakit, pada
siang hari, dan terdapat pada halaman 391.
Sangat mudah bagi Tuhan untuk menghapus duka dan kesedihan
hamba-Nya. Nilai iman kepada Allah dalam novel ini adalah meyakini
bahwa hanya Allah yang dapat menghapus kesedihan manusia. Hanya
65
Allah yang menghendaki sesuatu. Hanya Allah yang dapat membolak-
balikkan hati manusia. Allah dapat menghapus kesedihan manusia
dengan seketika.
b. Iman kepada Malaikat
Iman kepada malaikat adalah meyakini adanya malaikat-malaikat
Allah. Iman kepada malaikat bisa diartikan juga percaya kepada alam
gaib. Pada novel ini tokoh Fahri meyakini bahwa malaikat itu makhluk
Allah yang baik. Tokoh Noura juga mengibaratkan pertolongan Maria
bagaikan Malaikat Jibril yang membawa keberuntungan bagi dirinya.
Dalam novel ini terdapat nilai iman kepada malaikat. Berikut ini
adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan analisis
mengenai nilai iman kepada malaikat.
Kutipan novel ini menunjukkan pikiran Fahri terhadap sikap orang
Mesir. Bertempat di metro, pada siang hari, terdapat pada halaman 51.
Salah satu keindahan hidup di Mesir adalah penduduknya yang
lembut hatinya. Jika sudah tersentuh mereka akan memperlakukan
kita seumpama raja. Mereka terkadang keras kepala, tapi jika
sudah jinak dan luluh mereka bisa melakukan kebaikan seperti
malaikat.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri meyakini bahwa
malaikat itu makhluk Allah yang baik. Nilai iman kepada malaikat
dalam novel ini adalah meyakini bahwa malaikat adalah makhluk
Allah yang baik. Malaikat diciptakan Allah tidak mempunyai hawa
nafsu. Ia selalu tunduk dan patuh kepada Allah Swt.
Kutipan novel ini menunjukkan perumpamaan pertolongan Maria
seperti Malaikat Jibril, kalimat yang diucapkan Noura kepada Fahri,
yang tertuang dalam surat Noura, terdapat pada halaman 166.
Ketika setan nyaris membalik ketegaran imanku, datanglah
Maria menghibur dengan segala kelembutan hatinya. Ia datang
66
bagaikan malaikat Jibril menurunkan hujan pada ladang-ladang
yang sekarat menanti kematian.
Tugas dari Malaikat Jibril adalah menyampaikan wahyu dan
menurunkan hujan. Tokoh Noura selalu menderita karena ia selalu
disiksa oleh ayahnya, ia sering ditampar dan diseret seperti binatang.
Ketika malam hari ia disuruh tidur di jalan lalu Maria menolongnya.
Maria ingin menyelamatkan Noura atas perintah Fahri. Tokoh Noura
mengibaratkan pertolongan Maria bagaikan Malaikat Jibril yang
membawa keberuntungan bagi dirinya. Tokoh Noura meyakini bahwa
tugas Malaikat Jibril adalah menyampaikan wahyu. Nilai iman kepada
malaikat dalam novel ini adalah meyakini bahwa tugas malaikat jibril
adalah melaksanakan kebaikan.
Kutipan novel ini menunjukkan mimpi Fahri ketika bertemu
dengan Abdullah bin Masud. Bertempat di rumah sakit, pada siang
hari, terdapat pada halaman 181.
Dalam gelap aku tidak tahu berada di alam apa. Tiba-tiba aku
berjumpa dengan orang yang kurus dan bercahaya wajahnya,
orang yang belum pernah aku berjumpa dengannya. Dia
mengenalkan dirinya sebagai Abdullah bin Masud.
Tokoh Fahri bermimpi dengan Abdullah bin Masud. Abdullah bin
Masud adalah satu-satunya sahabat yang Baginda Nabi Muhammad
ingin mendengar bacaan Al-Quran darinya. Hanya orang-orang mulia
yang dapat bermimpi dengan orang yang mulia. Orang yang mimpi
bertemu dengan orang yang mulia maka akan memperoleh
keberuntungan (keselamatan). Setelah Fahri mimpi bertemu dengan
Abdullah bin Masud, ia sembuh dari penyakit yang dideritanya.
c. Iman kepada Kitab
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam dan merupakan mukjizat
yang diberikan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam novel
ini terdapat nilai keimanan kepada Allah Swt, seperti: kita harus
67
mengimani, mempelajari, dan mengajarkan Al-Quran. Dalam novel
ini terdapat ajaran Al-Quran yang melarang seorang pria bersentuhan
dengan perempuan kecuali istri dan mahramnya. Al-Quran juga
mengakui adanya persaudaraan di luar keimanan dan keyakinan.
Dalam novel ini terdapat nilai iman kepada kitab. Berikut ini
adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan analisis
mengenai nilai iman kepada kitab.
Kutipan novel ini terjadi pada saat Fahri ingin pergi mengaji Al-
Quran di Shubra, bertempat di flat Fahri, pada siang hari, dan terdapat
pada halaman 140. Siang itu aku kembali menantang panas sahara
untuk mengaji Al-Quran di Shubra. Tokoh Fahri adalah sosok yang
sangat rajin dan beriman kepada kitab. Meskipun cuaca sangat panas,
dia tetap mengaji Al-Quran di Shubra. Nilai iman kepada kitab dalam
novel ini adalah kita harus selalu membaca dan mempelajari Al-
Quran.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan iman kepada kitab,
terjadi pada saat Fahri dan teman-teman ingin membiasakan membaca
Al-Quran, bertempat di flat Fahri, pada pagi hari, terdapat pada
halaman 79.
Teman-teman sangat melestarikan kegiatan rutin tiap pagi ini.
Selama ada di rumah, membaca Al-Quran tetap berjalan
meskipun pagi ini kulihat mata Syaiful dan Rudi melek merem
menahan kantuk.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa teman-teman Fahri juga sangat
beriman kepada kitab, mereka tetap membaca Al-Quran setiap pagi
(setelah Salat Subuh) walaupun kantuk mendera mereka. Nilai iman
kepada kitab dalam novel ini adalah kita harus selalu membaca Al-
Quran.
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat Maria mengajak Fahri
untuk berdansa, kalimat ini diucapkan Fahri kepada Maria, bertempat
68
di tempat hiburan musik klasik, pada malam hari, dan terdapat pada
halaman 133.
Maafkan aku Maria. Maksudku aku tidak mungkin bisa
melakukannya. Ajaran Al-Quran dan Sunnah melarang aku
bersentuhan dengan perempuan kecuali dia istri atau mahramku.
Kuharap kau mengerti dan tidak kecewa.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri tidak ingin
menyentuh seorang wanita kecuali mahramnya. Tokoh Fahri sangat
menjalankan ajaran Al-Quran. Nilai iman kepada kitab dalam novel
ini adalah meyakini ajaran Al-Quran yang melarang seorang pria
bersentuhan dengan perempuan kecuali istri dan mahramnya. Dalam
Al-Quran terdapat ajaran yang mulia. Islam memang sangat indah
dan sangat memelihara kesucian setiap insan sehingga dalam Al-
Quran tidak diperkenankan menyentuh seseorang yang bukan
muhrim.
Kutipan novel ini menunjukkan inspirasi Fahri untuk hidupnya,
kalimat ini diucapkan Fahri kepada Maria, terjadi pada saat Maria
melihat peta masa depan yang ditempel di kamar Fahri. Bertempat di
kamar Fahri, pada malam hari, dan terdapat pada halaman 144. Peta
masa depan ini saya buat terus terang saja berangkat dari semangat
spiritual ayat suci Al-Quran yang saya yakini. Dari kutipan tersebut
terlihat bahwa tokoh Fahri sangat meyakini kebenaran isi Al-Quran.
Ia membuat peta masa depan bersumber dari ajaran Al-Quran. Dalam
Al-Quran Surat Ar-Raad ayat sebelas Allah befirman, Sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri
yang mengubah nasibnya. Jadi, sukses atau gagalnya kita bergantung
kita sendiri dan Al-Quran sudah mengingatkan kita. Nilai iman
kepada kitab dalam novel ini adalah meyakini kebenaran isi Al-
Quran.
69
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat Fahri membaca
pertanyaan dari Alicia yaitu, apa sebetulnya yang terjadi antara umat
Islam dan umat Koptik di Mesir. Bertempat di flat Fahri, pada siang
hari, dan terdapat pada halaman 158.
Syaikh Yusuf Qaradhawi menyapa umat koptik dengan
ikhwanuna al Aqbath, saudara-saudara kita umat koptik. Sebuah
sapaan yang telah diajarkan oleh Al-Quran. Al-Quran mengakui
adanya persaudaraan di luar keimanan dan keyakinan.
Nilai iman kepada kitab dalam novel ini adalah meyakini ajaran
Al-Quran yang mengakui adanya persaudaraan di luar keimanan dan
keyakinan. Tokoh Fahri meyakini bahwa ajaran Al-Quran tersebut
dan menjalaninya dengan sepenuh hati. Ia sangat menghargai umat
Koptik dan meyakini bahwa kita tetap bersaudara meskipun berbeda
keyakinan.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan iman kepada kitab,
terjadi pada saat Fahri berbincang-bincang dengan Abdullah bin
Masud dalam mimpi Fahri, pada malam hari, dan terdapat pada
halaman 182.
Orang-orang pilihan Allah di dunia ini adalah mereka yang
disebut Ahlul Quran. Orang-orang yang hatinya selalu terpatri
pada Al-Quran, mengimani Al-Quran, dan berusaha mengajarkan
dan mengamalkan isi Al-Quran dengan penuh keikhlasan.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri meyakini bahwa
orang-orang yang hatinya selalu terpatri pada Al-Quran, mengimani
Al-Quran, dan berusaha mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Quran
dengan penuh keikhlasan adalah termasuk orang-orang pilihan Allah.
Nilai iman kepada kitab dalam novel ini adalah sebaiknya kita harus
selalu menjaga Al-Quran dengan membaca, mengajarkan, dan
mengamalkan isi kandungan Al-Quran.
70
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat Aisha memohon
kepada Fahri agar menikahi Maria, bertempat di rumah sakit, pada
siang hari, dan terdapat pada halaman 378.
Kumohon menikahlah dan selamatkan Maria. Bukankah dalam
Al-Quran disebutkan, Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya.
Aisha memohon kepada Fahri agar menikah dengan Maria yang
sedang koma tidak berdaya di rumah sakit. Aisha beriman kepada kitab
Allah (Al-Quran) bahwa jika kita menolong seorang manusia maka
seolah-olah kita telah menolong manusia seluruhnya. Nilai iman
kepada kitab dalam novel ini adalah meyakini ajaran Al-Quran yang
menyatakan bahwa jika kita menolong seorang manusia maka seolah-
olah kita telah menolong manusia seluruhnya.
d. Iman kepada Nabi dan Rasul
Sebagai seorang muslim, senantiasa perilaku harus dijaga agar
selalu mencontoh dan menjadikan kehidupan nabi dan rasul sebagai
panutan. Allah mencintai umat rasul dan keluarganya dan insya Allah
senantiasa selalu diberikan rahmat atas umatnya yang beriman
kepadanya. Novel ini mengandung nilai keimanan kepada nabi dan
rasul, seperti: kita harus melaksanakan sunnah rasul yaitu bershalawat,
umat Nabi Muhammad yang suka bershalawat maka akan
mendapatkan syafaat di hari kiamat dan banyak manusia yang
mengharapkan syafaatnya kelak.
Rasulullah betapa mulia akhlaknya. Akhlak rasul ibarat Al-Quran
berjalan karena segala tindakan Rasulullah berlandaskan Al-Quran.
Rasulullah tidak ingin sarana dakwah dipikul oleh umatnya. Beliau
suka memuliakan Al-Quran, menyenangkan hati anak kecil, dan
selalu mencontohkan kerapian, kebersihan, dan penampilan yang
meyakinkan.
Banyak ajaran Rasulullah yang terkandung dalam novel ini yaitu:
Rasulullah mengajarkan kita untuk memuliakan tetangga. Rasulullah
71
melarang laki-laki memukul perempuan karena beliau sangat
menyayangi dan menghargai perempuan. Rasulullah melarang
tindakan suap menyuap. Rasulullah mengajarkan seseorang pemuda
boleh melihat wajah perempuan yang hendak dinikahinya untuk
melihat daya tarik dan untuk menyejukkan jiwa serta Rasulullah telah
mengajarkan kunci surga.
Dalam novel ini terdapat nilai iman kepada nabi dan rasul. Berikut
ini adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan analisis
mengenai nilai iman kepada nabi dan rasul.
Kutipan novel ini menunjukkan rasa cinta Fahri kepada Nabi
Muhammad Saw, terjadi pada saat Fahri melihat orang Mesir mencaci
maki Aisha dan untuk menenangkan dirinya ia bershalawat kepada
Rasulullah Saw. Bertempat di dalam metro, pada siang hari, dan
terdapat pada halaman 43. Aku membaca istighfar dan shalawat
berkali-kali. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri sangat
beriman kepada Nabi Muhammad Saw. Ini dibuktikan, bahwa tokoh
Fahri selalu bershalawat kepada Rasulullah. Nilai iman kepada nabi
dan rasul adalah sebaiknya kita bersahalawat kepada Rasulullah Saw.
Kutipan novel ini menunjukkan iman kepada nabi dan rasul, terjadi
pada saat Ashraf dinasihati oleh Fahri agar ia tidak mencaci maki
orang Amerika dan Aisha. Fahri bertanya kepada orang Mesir apakah
ia berani berseteru dengan Nabi Muhammad Saw. Kalimat yang
diucapkan Ashraf kepada Fahri, bertempat di metro, pada siang hari,
dan terdapat pada halaman 49. Kita semua di hari akhir kelak
mengharap syafaat Rasulullah. Tokoh Ashraf menunjukkan sikap
beriman kepada Rasulullah dan mengharap syafaat Rasulullah kelak di
hari akhir. Meskipun ia mencaci maki orang Mesir, sikapnya mulai
tenang ketika dinasihati oleh Fahri.
Kutipan novel di bawah ini adalah kalimat yang diucapkan Fahri
kepada Alicia dan Aisha, terjadi pada saat Fahri berdiskusi dengan
Alicia dan Aisha, mengenai akhlak muslim terhadap wanita, di jalur
72
metro menuju Giza Suburban dan metro, pada siang hari, dan terdapat
pada halaman 96 dan 152.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis, La tadhribu
imaalah! Maknanya, Jangan kalian pukul perempuan!.
Baginda Nabi sangat memuliakan makhluk yang bernama
perempuan, beliau pernah bersabda bahwa siapa memiliki anak
perempuan dan mendidiknya dengan baik maka dia akan masuk
surga.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri dalam novel ini
sangat beriman kepada rasul dan ia selalu meneladani tingkah laku
Rasulullah. Rasulullah Saw melarang umatnya agar tidak memukul
perempuan. Kita harus bertingkah laku yang baik terhadap perempuan
karena Rasulullah selalu menghargai, menghormati, memuliakan
perempuan.
Kutipan novel di bawah ini adalah ingatan Fahri terhadap tingkah
laku Rasulullah. Bertempat di gedung Sekolah Indonesia Cairo (SIC),
pada siang hari, dan terdapat pada halaman 107.
Ummul Muminin, Aisyah ra. Berkata, Akhlak Nabi
adalah Al-Quran! Nabi adalah Al-Quran berjalan. Nabi tidak
canggung mencari kayu bakar untuk para sahabatnya
Tokoh Fahri sangat yakin akan mulianya akhlak Rasullah Saw.
Akhlak rasul ibarat Al-Quran berjalan karena segala tindakan
Rasulullah berlandaskan Al-Quran dan ajaran-ajaran Al-Quran
tercermin dari pribadi Rasulullah.
Kutipan novel ini menunjukkan iman kepada nabi atau rasul,
bertempat di flat Fahri, pada siang hari, dan terdapat pada halaman
116. Kanjeng nabi adalah teladan. Beliau paling suka menyenangkan
hati anak kecil. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri
sangat beriman kepada nabi dan rasul. Fahri sangat meyakini bahwa
Rasulullah sangat menyayangi anak kecil. Dalam novel ini disebutkan
bahwa Rasulullah suka menyenangkan anak kecil. Ini menjadi contoh
73
untuk kita semua bahwa kita harus menyayangi dan mengasihi anak
kecil.
Kutipan novel ini terjadi pada saat melihat Rudi yang
menggunakan pakaian yang kurang rapi ketika pergi Cleopatra
Restaurant. Bertempat di Cleopatra Restaurant, pada malam hari, dan
terdapat pada halaman 127. Baginda Nabi mencontohkan kerapian,
kebersihan, dan penampilan yang meyakinkan. Dari kutipan tersebut
terlihat bahwa tokoh Fahri sangat meyakini bahwa Rasulullah telah
mencontohkan kita semua agar kita selalu berpakaian rapi, bersih, dan
berpenampilan meyakinkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat taaruf antara Fahri
dan Aisha, bertempat di rumah kalimat yang diucapkan Ummu Fathi
kepada sanak saudara yang menghadiri majelis taaruf antara Fahri dan
Aisha, bertempat di ruang tamu Syaikh Utsman, pada siang hari, dan
terdapat pada halaman 214.
Ini adalah majelis taaruf untuk dua orang yang sedang
berniat untuk melangsungkan pernikahan. Menurut ajaran nabi,
seorang pemuda boleh melihat wajah perempuan yang hendak
dinikahinya.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Ummu Fathi meyakini
ajaran Rasulullah Saw. Dalam novel dijelaskan bahwa Rasulullah
mengajarkan seseorang pemuda boleh melihat wajah perempuan yang
hendak dinikahinya untuk melihat daya tarik dan untuk menyejukkan
jiwa.
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat Aisha mempunyai niat
untuk menyuap orang-orang penjara agar membebaskan Fahri. Namun,
Fahri menolaknya dengan tegas. Kalimat ini diucapkan Fahri kepada
Aisha, bertempat di penjara, pada sore hari, dan terdapat pada halaman
359.
74
Suap menyuap adalah perbuatan yang diharamkan dengan
tegas oleh Baginda Nabi. Beliau bersabda, Arraasy wal murtasy
fin naar! Artinya, orang yang menyuap dan disuap masuk
neraka!
Dalam novel ini tokoh Aisha berniat ingin menyuap aparat
kepolisian agar Fahri cepat dibebaskan karena Fahri tidak bersalah dan
Aisha tidak bisa hidup tanpa Fahri di sisinya. Namun, Fahri menolak
keinginan Aisyah semenderita apapun Fahri ia tidak ingin melakukan
hal tersebut karena Rasulullah melarang umatnya untuk melakukan
suap menyuap. Suap menyuap dilarang dalam kondisi apa pun.
Kutipan novel ini adalah catatan di buku harian Maria yang dibaca
oleh Fahri, ini adalah ucapan Fahri yang ditulis oleh Maria di buku
hariannya. Maria sangat kagum kepada Fahri mencontoh ajaran
Rasulullah, yaitu Fahri sangat memuliakan tetangga. Bertempat di
rumah sakit, pada pagi hari, dan terdapat pada halaman 369. Nabi
kami mengajarkan untuk memuliakan tetangga. Tokoh Fahri selalu
menghargai dan memuliakan tetangga. Fahri meyakini bahwa
Rasulullah selalu mengajarkan umatnya agar berbuat baik kepada
siapapun juga termasuk tetangga. Jika kita mengalami musibah,
tetanggalah yang pertama kali tahu dan membantu kita bukan sanak
saudara yang tinggalnya jauh dari kita. Kita harus menjaga hubungan
agar tetap harmonis dengan tetangga.
Kutipan novel di bawah ini pada saat Maria bermimpi dengan
Bunda Maryam. Kalimat ini diucapkan Bunda Maryam kepada Maria,
situasi ini terjadi pada saat Maria memohon agar dapat masuk surga
dan terdapat pada halaman 400.
Nabi pilihan Muhammad Saw. Telah mengajarkannya
berulang-ulang. Apakah Kau tidak mengetahuinya? Kau tidak
akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk penuh
ikhlas mengikuti ajaran nabi yang paling dikasihi Allah ini.
75
Maria bermimpi ia ingin masuk ke dalam surga, tetapi ia tidak
boleh masuk. Tak lama datanglah Bunda Maryam ia mengatakan orang
yang bisa masuk ke sini adalah orang yang mempunyai kunci syurga
dan akan mendapatkan kunci itu jika tunduk kepada Nabi Muhammad
Saw. Di sini keimanan kepada Rasulullah sangat terlihat. Terdapat
keyakinan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi yang paling dikasihi
Allah Swt.
e. Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir adalah meyakini bahwa hari akhir pasti
akan tiba. Tokoh Fahri dalam novel ini sangat yakin akan datangnya
hari akhir. Dalam novel ini terdapat nilai iman kepada hari akhir.
Berikut ini adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta
dan analisis mengenai nilai iman kepada hari akhir.
Kutipan novel ini menunjukkan iman kepada hari akhir. Kalimat
ini diucapkan Ashraf kepada Fahri, bertempat di metro, pada siang
hari, dan terdapat pada halaman 49. Kita semua di hari akhir kelak
mengharap syafaat Rasulullah. Dari kutipan tersebut terlihat bahwa
tokoh Ashraf percaya akan datangnya hari akhir.
Kutipan novel ini peringatan Fahri kepada orang Mesir yang telah
mencaci maki orang Amerika. Kalimat yang diucapkan Fahri kepada
para penumpang metro, terjadi di metro, pada siang hari, dan terdapat
pada halaman 49. Kalian telah menantang Rasulullah untuk
berseteru di hadapan Allah kelak di hari akhir! Dari kutipan tersebut
terlihat bahwa tokoh Fahri sangat percaya akan datangnya hari akhir.
Kutipan novel ini peringatan Fahri kepada orang Mesir yang telah
mencaci maki orang Amerika. Kalimat yang diucapkan Fahri kepada
para penumpang metro, terjadi di metro, pada siang hari, dan terdapat
pada halaman 50. Tidakkah kalian dengar sabda beliau, Barang
siapa yang menyakiti orang zhimi (ahlu zhimmah) maka aku akan
menjadi seterunya dia pasti kalah di hari kiamat. Tokoh Fahri sangat
76
geram dengan tingkah laku orang Mesir yang sangat tidak sopan
terhadap orang Amerika. Ia meyakini bahwa orang yang menyakiti
ahlu zhimmah maka akan berseteru dengan Rasulullah di hari kiamat
nanti.
Kutipan novel ini adalah pernyataan yang dikemukakan oleh
Fahri. Ia sedang mengikuti persidangan di pengadilan, pada siang hari,
kutipan ini terdapat pada halaman 333. Jika ada ketidakadilan dalam
tulisan mereka aku akan menuntutnya kelak di akhirat sana. Tokoh
Fahri sangat kecewa dengan tuduhan yang ditujukan kepadanya. Jika
keputusan hakim lebih berpihak kepada ketidakbenaran, ia akan
menuntutnya. Jika tidak di dunia, ia akan menuntutnya di akhirat
kelak. Ini menunjukkan bahwa tokoh Fahri sangat percaya akan
adanya hari akhir.
f. Iman kepada qada dan qadar
Iman kepada qada dan qadar adalah meyakini akan ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Allah Swt. Pada dasarnya takdir itu terbagi
menjadi dua. Pertama, takdir muallaq, yaitu takdir yang masih bisa
berubah sesuai dengan usaha manusia, contohnya: prestasi,
kesuksesan, dan lain sebagainya. Kedua, takdir mubram, yaitu takdir
yang tidak bisa diubah karena hanya Allah yang menentukan contoh:
jodoh, kematian, dan lain sebagainya.
Novel ini mengandung nilai keimanan kepada qada dan qadar.
Pada novel ini Fahri merancang peta hidup untuk dirinya sendiri agar
segala hidup yang dijalaninya terarah, teratur serta sukses. Fahri juga
meyakini bahwa kesuksesan adalah hasil usaha manusia itu sendiri dan
Allah Swt. Fahri ikhlas menerima takdir dari Allah Swt. setelah
berusaha sekuat tenaga. Dia juga sangat yakin bahwa barang siapa
yang bersungguh-sungguh maka ia akan menuai kesuksesan begitupun
sebaliknya.
77
Dalam novel ini terdapat nilai iman kepada qada dan qadar. Berikut
ini adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan analisis
mengenai nilai iman kepada qada dan qadar.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan keyakinan Fahri akan
takdir baik yang akan menyelimuti dirinya, (kalimat yang diucapkan
Fahri kepada Maria, bertempat di flat Fahri, pada saat siang hari,
terdapat pada halaman 144.
Dalam Ar-Radu ayat sebelas Allah berfirman, Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah nasibnya. Jadi nasib saya, masa depan
saya, mau jadi apa saya, sayalah yang menentukan. Sukses
gagalnya saya, sayalah yang menciptakan. Saya sendirilah yang
mengarsiteki apa yang akan saya raih dalam hidup ini.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri percaya akan
adanya qada dan qadar. Ia percaya akan segala ketentuan Allah namun
ia percaya bahwa segala takdir yang ditetapkan Allah tersebut
bergantung dari usaha manusia itu sendiri karena Allah tidak akan
mengubah nasib kita jika kita tidak mengubahnya sendiri. Jika kita
diam saja tidak bergerak dan tidak berusaha maka Allah tidak akan
memberikan kesuksesan pada kita begitu pun sebaliknya.
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat Maria melihat
rancangan masa depan yang dibuat oleh Fahri. Kalimat ini diucapkan
Fahri kepada Maria, di flat Fahri, pada siang hari, terdapat pada
halaman 144 dan 161.
Takdir Tuhan ada di ujung usaha manusia. Tuhan Mahaadil,
Dia akan memberikan sesuatu kepada hamba-Nya sesuai dengan
kadar usaha dan ikhtiarnya. Dan agar saya tidak tersesat atau
melangkah tidak tentu arah dalam berikhtiar dan berusaha maka
saya membuat peta masa depan. Kukatakan pada diriku sendiri,
Man jadda wajada! (Siapa yang bersungguh-sungguh dia akan
mendapatkan apa yang diinginkan).
78
Pada kutipan novel ini, Fahri merancang peta hidup untuk dirinya
sendiri agar segala hidup yang dijalaninya terarah, teratur serta sukses.
Fahri yakin bahwa takdir Tuhan ada di ujung usaha manusia. Jika kita
berusaha dengan maksimal, insya Allah takdir kita akan baik. Peta
masa depan yang dibuat Fahri adalah rancangan kehidupan agar ia
kelak mendapatkan takdir yang baik. Jika kita bersungguh-sungguh,
kita akan mendapatkan segala impian yang ingin kita capai.
Kutipan di bawah ini menunjukkan kepasrahan Fahri akan takdir
Allah Swt. Fahri berada dalam situasi yang sulit, ia begitu rapuh ketika
banyak orang memberikan kesaksian palsu di pengadilan, terjadi di
penjara, terdapat pada halaman 347.
Jika nyawaku akhirnya harus melayang dengan sedemikian
tragisnya, aku pasrah saja kepada Yang Mahakuasa. Aku teringat
nasihat Syaikh Utsman agar selalu menjaga keikhlasan menerima
takdir Illahi setelah berusaha sekuat tenaga.
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri pada novel ini
percaya akan adanya qada dan qadar Allah. Setelah ia berusaha sekuat
tenaga, ia pasrah atas takdir kehidupan yang akan digariskan
kepadanya. Manusia hanya bisa berusaha namun segala-segalanya
Allahlah yang menentukan nasib manusia.
2. Syariah
Dalam novel ini terdapat nilai syariah. Yang meliputi nilai syariah
yaitu ibadah dan muamalah. Syariah pada dasarnya adalah hal-hal yang
memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang berasal dari Allah Swt
dalam hal ibadah dan muamalah.
a. Ibadah
Novel ini mengandung nilai-nilai ibadah yaitu mengenai salat
wajib seperti: Subuh, Zhuhur, Ashar, Magrib, Isya, dan salat Jumat
(khusus laki-laki) dan salat sunah, seperti: salat Duha, salat Tahajud,
salat Istikharah, dan salat tarawih. Nilai ibadah yang diajarkan dalam
novel ini adalah kita harus dua kalimat syahadat. Kita juga harus
79
mendekatkan diri kepada mematuhi suami karena rido suami adalah
surga untuk istri. Jika kita tidak mampu untuk berwudhu, lakukanlah
tayamum. Kita dianjurkan untuk membaca Allah Swt. Jika kita sedang
dirundung masalah, perbanyaklah salat dan memohon pertolongan
Allah. Berdoalah untuk kebaikan kedua orang tua. Bersujudlah kepada
Allah dan berdoa untuk memohon rida Allah dan surga-Nya.
Dalam novel ini terdapat nilai ibadah. Berikut ini adalah kutipan
dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan analisis mengenai nilai
ibadah.
Kutipan berikut ini menunjukkan bahwa Fahri selalu melaksanakan
ibadah salat wajib, bertempat di masjid dan ruang tengah, terjadi pada
pagi, siang, sore, dan malam, terdapat pada halaman 22, 58, 67, 79,
104, dan 302.
Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid untuk salat
Zuhur. Kusempatkan mampir ke masjid yang berada tepat di
sebelah mahattah Helwan untuk salat Ashar. Seperti biasa, usai
salat Magrib berjamaah di masjid kami berkumpul di ruang
tengah untuk makan bersama. Setelah satu rumah salat Subuh
berjamaah di masjid, kami membaca Al-Quran. Beberapa kali
Bapak Duta Besar Indonesia di Cairo mengundang diplomat
negara lain yang muslim untuk salat Jumat di masjid ini. Aku
harus salat Isya. Selesai membersihkan badan dengan air hangat
kami salat berjamaah.
Nilai ibadah dalam novel tersebut adalah kita harus melaksanakan
salat wajib (shalat Jumat , bagi laki-laki) shalat Shubuh, Zuhur, Ashar,
Magrib, dan Isha). Lebih baik lagi jika dilakukan secara berjamaah.
Tokoh Fahri dalam kutipan novel ini sangat taat kepada Tuhannya ia
selalu mengerjakan salat wajib yang lima waktu dengan tepat waktu
dan berjamaah.
Kutipan di bawah ini adalah nasihat Aisha kepada Fahri, bertempat
di rumah sakit, pada sore hari, terdapat pada halaman 382.
80
Insya Allah, aku akan melakukan tugasku dengan baik,
Suamiku. Jangan lupa nanti malam salat tahajud. Berdoalah
kepada Allah untuk dirimu, diriku, anak kita, dan Maria. Di
sepertiga malam Allah turun untuk mendengarkan doa hamba-
Nya.
Dari kutipan novel tersebut, Aisyah mengingatkan Fahri agar salat
tahajud. Saat itu, Fahri sedang sedih karena ia tidak juga dibebaskan
padahal ia tidak bersalah. Nilai ibadah dalam novel ini adalah
sebaiknya kita mengerjakan salat tahajud. Allah akan mendengar doa
hambanya di sepertiga malam terakhir. Dengan salat Tahajud, kita
dapat mengadu dan memohon pertolongan Allah Swt. Jika kita
meminta dengan bersungguh-sungguh, Allah pasti akan mendengar
doa hamba-Nya dan akan mengabulkannya.
Kutipan novel ini menunjukkan nasihat yang diucapkan Syaikh
Utsman kepada Fahri agar melaksanakan salat Istikharah, bertempat di
Shubra, pada siang hari, terdapat pada halaman 202. Begini anakku,
kau pikirkanlah dengan matang. Lakukanlah salat Istikharah. Pada
kutipan novel tersebut, Syaikh utsman ingin menjodohkan Fahri
dengan Aisyah. Agar hati Fahri mantap, Fahri diperintahkan untuk
salat Istikharah. Nilai ibadah dalam novel ini adalah sebaiknya kita
mengerjakan salat Istikharah untuk membuat keputusan. Salat
Istikharah dilakukan jika kita ingin memilih antara dua pilihan. Agar
pilihan kita tepat, kerjakanlah salat Istikharah.
Kutipan novel ini menunjukkan tokoh Fahri melaksanakan ibadah
salat tarawih di bulan Ramadan. Bertempat di penjara, pada malam
hari, terdapat pada halaman 320.
Malam harinya kami tarawih. Kami mengatur sedemikian rupa
agar kami tetap bisa salat tarawih berjamaah bersama. Haj
Rashed minta satu juz dalam delapan rakaat. Inilah untuk pertama
kalinya aku jadi imam tarawih di masjid.
81
Pada kutipan novel tersebut, Fahri melaksanakan salat Tarawih,
bahkan menjadi imam Tarawih di penjara pada bulan Ramadan. Nilai
ibadah dalam novel ini adalah sebaiknya kita melaksanakan salat
Tarawih di bulan Ramadan.
Kutipan novel ini menunjukkan doa Fahri kepada kedua orang
tuanya, serta Fahri melaksanakan ibadah salat Isya dan witir,
bertempat di kamar Fahri, pada malam hari, terdapat pada halaman
320.
Dalam sujud kumenangis kepada Tuhan, memohonkan rahmat
kesejahteraan tiada berpenghabisan untuk bunda, bunda, bunda,
dan ayah tercinta. Usai salat Isya dan Witir aku tidur lagi.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri memohon
kepada Allah untuk kebahagiaan kedua orang tuanya serta
melaksanakan salat isya dan witir. Fahri sangat merindukan kedua
orang tuanya. Ia selalu mendoakan kedua orang tuanya. Nilai ibadah
dalam novel ini berdoalah untuk kebahagiaan kedua orang tua kita
karena doa anak yang saleh akan dikabulkan oleh Allah Swt.
Kutipan novel ini terjadi pada saat Fahri tidak berdaya karena
sakit. Fahri ingin salat, tetapi tidak bisa berwudhu akhirnya tayamum,
Fahri juga tidak bisa melaksanakan salat sambil berdiri. Bertempat di
rumah sakit, siang hari, terdapat pada halaman 180.
Selesai buang air kecil, aku minta pada Mas Khalid
mentayamumi aku. Tanganku sama sekali tidak bisa digerakkan
lalu aku salat dengan menggunakan isyarat mata dan tubuh
terlentang tiada berdaya seperti seorang balita.
Nilai ibadah dalam novel ini adalah lakukanlah tayamum jika
tidak mampu berwudhu. Islam adalah agama rahmatallil alamin.
Agama Islam tidak memberatkan penganutnya. Jika tidak mampu
82
untuk berwudhu, boleh melakukan tayamum. Jika tidak mampu salat
dengan keadaan berdiri, boleh shalat duduk, dan lain sebagainya.
Kutipan novel ini terjadi pada saat pernikahan antara Fahri dan
Aisha, bertempat di masjid, pada sore hari, terdapat pada halaman 238.
Setelah itu Syaikh Abdul Ghafur langsung memimpin seluruh
hadirin untuk beristighfar, mensucikan hati dan jiwa lalu meminta
kepada semuanya untuk bersama-sama membaca dua kalimat
syahadat
Syaikh Abdul Ghafur melaksanakan ibadah yaitu mengajak seluruh
hadirin untuk beristighfar dan membaca dua kalimat syahadat. Nilai
ibadah dalam novel ini adalah sebaiknya kita memohon ampun kepada
Allah atas dosa yang telah kita lakukan dengan mengucap istighfar dan
mengucap dua kalimat syahadat untuk meneguhkan iman kita.
Kutipan novel ini terjadi pada saat Aisha dan Fahri menyelesaikan
acara walimah pernikahan. Kalimat ini diucapkan Bibi Sarah kepada
Aisha, Bertempat di Darul Munasabat, pada malam hari, terdapat pada
pada halaman 246.
Aisha kau sudah hidup di dunia baru. Kuatkanlah dirimu
dengan takwa. Minta tolonglah kepada Allah dengan salat dan
kesabaran dan layanilah suamimu dengan sebaik-baiknya. Rida
suamimu adalah surgamu.
Nilai ibadah dalam novel ini adalah kita dianjurkan untuk meminta
pertolongan Allah dengan sabar dan salat. Bagi wanita harus mematuhi
suami karena rida suami adalah surga untuk istri.
Kutipan novel berikut ini adalah ungkapan perasaan bahagia Fahri
karena telah menikahi Aisha, bertempat di apartemen Fahri dan Aisha,
pada malam hari, terdapat pada halaman 254.
83
Hati terasa sejuk dan bahagia. Inilah yang membedakan yang
halal dan yang haram. Bermesraan dengan perempuan yang halal,
istri yang sah, adalah ibadah yang dipuji Tuhan, sedangkan
bermesraan dengan perempuan yang tidak halal adalah dosa yang
dilaknat Tuhan.
Nilai ibadah dalam novel ini adalah bermesraan antara suami istri
merupakan perbuatan yang terpuji. Tokoh Fahri sangat mengagung-
agungkan indahnya cinta dengan wanita yang sudah halal menjadi
pasangan hidupnya. Sebaliknya, Fahri tidak menyukai cinta/kemesraan
di luar pernikahan karena merupakan dosa yang dilaknat Tuhan.
Kutipan novel berikut ini adalah nasihat Fahri kepada Aisha, saat
itu kondisi Aisha benar-benar rapuh, ia sedih sekali karena Fahri harus
dipenjara. Bertempat di penjara, sore hari, terdapat pada halaman 358.
Dekatkan diri pada Allah! Dekatkan diri pada Allah! Dan dekatkan
diri pada Allah! Tokoh Fahri meminta kepada istrinya agar
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jika kita sedang dilanda
kebimbangan dan keputusasaan mendekatlah kepada Allah. Sang
pemberi solusi kepada hambanya. Nilai ibadah dalam novel ini adalah
kita harus mendekatkan diri pada Allah Swt.
Kutipan novel ini menunjukkan doa Fahri kepada Allah Swt. Pada
saat Maria meninggal dunia, bertempat di rumah Fahri dan Aisha,
tengah malam, terdapat pada halaman 403. Allahumma inni asaluka
ridhaaka wal jannah. Ya Allah, aku mohon rida-Mu dan surga-Mu.
Amin. Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri berdoa
kepada Allah memohon rida dan surga Allah. Nilai ibadah dalam novel
ini adalah kita harus berdoa kepada Allah karena Allah sangat
menyukai orang-orang yang berdoa kepadanya. Orang yang tidak
pernah berdoa kepada Allah adalah orang yang sombong. Kita
merupakan hamba Allah yang selalu membutuhkan pertolongan Allah
Swt. Maka berdoalah kepadanya agar hidup kita selalu bahagia dunia
dan akhirat.
84
b. Muamalah
Muamalah adalah segala sesuatu mengenai hubungan manusia
dengan manusia lainnya dalam berbagai kehidupan dan pergaulan
seperti: bidang kekeluargaan, perkawinan, warisan, perdagangan, sewa
menyewa, tanggungan, utang piutang, juga bidang kepidanaan,
peradilan, pemerintahan, dan lain-lain. Dalam novel ini terdapat nilai
muamalah yaitu: pernikahan, warisan, seorang suami yang
memberikan nafkah kepada istri, dan lain sebagainya.
Dalam novel ini terdapat nilai muamalah. Berikut ini adalah
kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan analisis mengenai
nilai muamalah.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan muamalah, terjadi pada
saat Maria menitip membelikan disket kepada Fahri, flat Fahri, pada
siang hari, terdapat pada halaman 29.
Suhu udara benar-benar panas. Wajar saja Maria malas
keluar. Toko alat tulis yang juga menjual disket hanya berjarak
lima puluh meter dari apartemen. Namun, ia lebih memilih titip
dan menunggu sampai aku pulang nanti.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri amanah
(dapat dipercaya) sehingga Maria menitip untuk dibelikan disket.
Titipan merupakan bentuk muamalah. Nilai muamalah dalam kutipan
novel ini adalah kita harus amanah atas titipan orang lain.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan muamalah, terjadi pada
saat Fahri ingin memberikan disket titipan Maria yang berada di lantai
2. Maria tidak turun ke flat Fahri, tetapi ia menurunkan keranjang dari
kamarnya ke kamar Fahri dan Maria memasukkan uangnya ke dalam
keranjang, begitulah cara orang Mesir dalam berhubungan baik
melakukan transaksi jual beli yang berada di lantai 2, lalu muncul
pemikiran Fahri. Meskipun transaksi yang dilakukan seperti itu,
penjual mesir sangat amanah dan tidak berlaku curang. Terjadi di flat
Fahri, pada siang hari, terdapat pada halaman 64.
85
Pertama kali melihat aku heran. Yang aku herankan adalah
begitu amanah-nya penjual buah itu. Mereka tidak curang. Tidak
berusaha nakal.
Perdagangan merupakan bentuk muamalah. Nilai muamalah
dalam kutipan novel ini adalah dalam melakukan perdagangan kita
harus amanah tidak boleh berlaku curang.
Kutipan novel di bawah ini ingatan Fahri pada cerita Shab, ini
berkaitan dengan mimpi Fahri bertemu dengan Abdullah bin Masud.
Kalimat ini diucapkan Shaab kepada Auf, terjadi di rumah sakit, pada
malam hari, terdapat pada halaman 186.
Shab menjawab, Ini adalah sepuluh dinar yang aku pinjam
dari lelaki Yahudi (dan belum aku kembalikan). Sepuluh dinar itu
ada di dalam tanduk milikku, berikanlah padanya!
Utang piutang merupakan bentuk muamalah. Nilai muamalah
dalam kutipan novel ini adalah jika kita mempunyai utang kita harus
membayarnya karena utang yang tidak dibayar maka akan menyulitkan
kita nanti di akhirat.
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat Fahri meminta
pendapat ibunya mengenai calon istrinya dan saat pernikahan Fahri
dengan Aisha. Kalimat yang diucapkan Ibu Fahri kepada Fahri dalam
telepon, terjadi di flat Fahri, pada siang hari, terdapat pada halaman
204.
Jika istrimu nanti mau diajak hidup di Indonesia, tidak terlalu
jauh dari ibu maka menikahlah dan ibu merestui, ibu yakin akan
penuh berkah. Tapi jika tidak bisa dibawa ke Indonesia tidak usah,
cari saja gadis salehah yang dari Indonesia!
Kutipan novel ini terjadi pada saat taaruf antara Fahri dengan
Aisha. Terjadi di ruang tamu Syaikh Utsman, pada waktu siang hari,
terdapat pada halaman 218.
86
Akhirnya ditetapkan akad nikah akan dilaksanakan Jumat
depan, tanggal 27 September, di masjid Abu Bakar Shiddiq setelah
salat Ashar.
Pernikahan merupakan bentuk muamalah. Nilai muamalah dalam
kutipan novel ini adalah jika kita sudah mampu untuk menikah,
lakukanlah pernikahan. Kita sebaiknya menikah dengan orang baik-
baik agar kita bahagia dan dapat menuntun kita untuk sukses dunia dan
akhirat.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan muamalah, terjadi pada
saat taaruf antara Fahri dengan Aisha. Terjadi di ruang tamu Syaikh
Utsman, pada waktu siang hari, terdapat pada halaman 213.
Aku pun telah cerita banyak pada Eqbal. Tentang keluargaku
yang miskin. Tentang bagaimana diriku datang ke Mesir dengan
menjual sawah warisan kakek. Harta satu-satunya yang dimiliki
keluarga
Dari kutipan novel tersebut terlihat Fahri menceritakan kisah
kehidupannya. Ia datang ke Mesir dengan cara menjual sawah warisan
kakeknya. Warisan merupakan bentuk muamalah. Nilai muamalah
dalam novel ini adalah kita harus menggunakan harta warisan dengan
sebaik-baiknya.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan muamalah, terjadi pada
saat Kutipan novel di bawah ini menunjukkan muamalah, terjadi pada
saat taaruf antara Fahri dengan Aisha. Terjadi di ruang tamu Syaikh
Utsman, pada waktu siang hari, terdapat pada halaman 217.
Aku bahkan tanpa perlu malu dan dengan penuh keterus-
terangan membuka kemampuanku mencari nafkah saat ini.
Andalanku adalah terjemahan.
Dari kutipan novel tersebut terlihat Fahri adalah orang yang
bertanggung jawab dan tidak malu mengakui mata pencahariannya.
87
Memberi nafkah merupakan bentuk muamalah. Nilai muamalah dalam
novel ini adalah kita harus memberi nafkah kepada keluarga kita.
Selama kita mencari nafkah dengan cara yang halal kita tidak perlu
malu.
3. Akhlak
Dalam novel ini terdapat nilai akhlak. Yang meliputi nilai akhlak yaitu
akhlak kepada Allah Swt., akhlak kepada dirinya sendiri, akhlak kepada
sesama manusia, dan akhlak kepada alam lingkungan.
a. Akhlak kepada Allah Swt.
Akhlak pada dasarnya adalah ialah sifat-sifat yang dibawa manusia
sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Nilai
agama yang meliputi akhlak dalam Islam dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu: akhlak kepada Allah Swt, akhlak kepada dirinya sendiri,
akhlak kepada sesama, dan Akhlak manusia terhadap alam
lingkungannya.
Dalam novel ini terkandung akhlak kepada Allah Swt seperti: kita
harus bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan,
memohon ampun kepada Allah Swt, memiliki rasa malu kepada Allah,
tidak berputus asa akan datangnya rahmat Allah, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan
analisis mengenai nilai akhlak kepada Allah Swt.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan rasa syukur kepada Allah
Swt, yang terdapat pada halaman 30, 114, 161, dan 190.
Alhamdulillah. Nikmat rasanya jika sudah berada di dalam
masjid. Hatiku mengucapkan puji syukur kepada Tuhan berkali-
kali. Tidak sia-sia rasanya panas-panas ke Attaba. Aku merasa
bersyukur kepada Allah yang mengilhamkan untuk mengubah
strategi perangku minggu ini. Aku mengucapkan syukur berkali-
kali kepada Allah atas anugerah ini.
Dari kutipan novel tersebut, tokoh Fahri selalu berterima kasih
kepada Allah Swt atas segala karunia dan anugerah Allah Swt. Nilai
88
akhlak kepada Allah dalam novel ini adalah kita harus bersyukur atas
nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Orang yang bersyukur dengan
nikmat yang sedikit maka Allah akan menambahnya dengan yang lebih
banyak, seseorang yang tidak bersyukur kepada Allah maka Allah
akan murka kepadanya.
Kutipan novel ini terjadi terjadi pada saat taaruf antara Fahri
dengan Aisha. Terjadi di ruang tamu Syaikh Utsman, pada waktu
siang hari, terdapat pada halaman 217.
Diriku sudah aku wakafkan di jalan Allah. Aku siap hidup dan
berjuang di mana saja mendampingi perjuangan suamiku tercinta.
Dari kutipan novel tersebut, Aisha sangat ikhlas dan menyerahkan
dirinya untuk jalan Allah Swt. Nilai akhlak kepada Allah dalam novel
ini adalah sebaiknya kita mewakafkan diri di jalan Allah karena kita
hanyalah seorang hamba yang harus tunduk dan patuh kepada Allah
Swt. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia di dunia ini hanyalah
untuk beribadah kepada-Nya.
Kutipan novel ini adalah kalimat yang diucapkan Aisha kepada
Fahri, terjadi di rumah Aisha dan Fahri, pada malam hari, dan terdapat
pada halaman 263. Sejak kecil ibu mengajariku agar memiliki rasa
malu kepada Allah melebihi rasa malu pada manusia. Dari kutipan
novel tersebut menyatakan bahwa Asha mempunyai rasa malu kepada
Allah Swt. Nilai akhlak kepada Allah dalam novel ini adalah kita harus
memiliki rasa malu kepada Allah. Kepada manusia saja kita harus
malu apalagi kepada Allah Swt. Malu adalah sebagian daripada iman.
Orang yang beriman adalah orang yang memiliki rasa malu.
Kutipan novel ini adalah nasihat yang diucapkan Syaikh Utsman
kepada Fahri, pada saat Fahri ingin melaksanakan persidangan, terjadi
di penjara, pada siang hari, dan terdapat pada halaman 340. Kau
Harus ikhlas menerima cobaan ini. Kau tidak boleh sedikit pun
merasa ragu akan kasih sayang Allah kepadamu. Dari kutipan novel
tersebut menunjukkan siraman rohani yang sangat menggugah karena
89
menasihati Fahri yang hampir putus asa menghadapi permasalahan
hidup. Nilai akhlak kepada Allah dalam novel ini adalah kita harus
yakin datangnya kasih sayang Allah. Kita tidak boleh meragukan kasih
sayang Allah karena Allah menyayangi hamba-Nya dan pasti akan
menolong hamba-Nya. Kita harus ikhlas dengan segala cobaan yang
diberikan oleh Allah Swt. Setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap
masalah pasti ada jalan keluar. Tersenyum dan bersyukurlah seberat
apapun kehidupan kita.
Kutipan novel di bawah ini adalah perasaan bahagia Fahri, terjadi
di penjara, pagi hari pada saat hari raya Idul Fitri, yang terdapat pada
halaman 363.
Yang tak kalah membuat hatiku bahagia adalah kunjungan
Syaikh Prof. Dr. Abdul Ghafur Jafar bersama putranya yang
bernama Umar. Beliau berpesan agar aku sabar dan tidak pernah
putus asa sedetik pun dari rahmat Allah Swt.
Nasihat Syaikh Prof. Dr. Abdul Ghafur Jafar menunjukkan bahwa
Fahri harus tegar dalam menjalani kehidupan ini, selalu bersabar dan
janganlah berputus asa dari rahmat Allah Swt. Nilai akhlak kepada
Allah dalam novel ini adalah kita tidak boleh berputus asa akan
datangnya rahmat Allah Swt.
b. Akhlak kepada dirinya sendiri
Dalam novel ini terkandung akhlak kepada diri sendiri seperti: kita
harus menjadi pribadi yang tepat waktu, bertanggung jawab, jujur,
menepati janji, disiplin, optimis, ikhlas, sabar dan tegar dalam
menghadapi masalah, serta mengambil hikmah atas segala kejadian.
Berikut ini adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan
analisis mengenai nilai akhlak kepada dirinya sendiri.
Kutipan novel di bawah ini adalah pikiran Fahri terhadap Syaikh
Utsman, terjadi pada saat Fahri ingin mengaji kepada Syaikh Utsman
di Masjid Abu Bakar, pada siang hari, terdapat pada halaman 16.
90
Jadwalku mengaji pada Syaikh yang terkenal sangat disiplin
itu seminggu dua kali. Setiap Ahad dan Rabu. Beliau selalu datang
tepat waktu. Tak kenal kata absen.
Dari kutipan novel tersebut terlihat Syaikh Utsman adalah sosok
yang disiplin dan tepat waktu. Ia selalu hadir dan tepat waktu ketika
mengajar dan tidak akan absen kecuali jika ada urusan yang teramat
penting atau sakit. Akhlak Syaikh Utsman tersebut patut dicontoh oleh
semua orang. Nilai akhlak kepada diri sendiri adalah kita harus
menjadi pribadi yang disiplin dan tepat waktu.
Kutipan novel di bawah ini adalah akhlak Fahri yang sangat
bertanggung jawab kepada teman-temannya yang lain, terjadi di flat
Fahri, pada siang hari, yang terdapat pada halaman 20. Sebagai yang
paling tua aku bertanggung jawab untuk membawa mereka pada
suasana yang mereka inginkan. Dari kutipan novel tersebut terlihat
bahwa tokoh Fahri sangat bertanggung jawab terhadap teman-
temannya yang lain. Kebetulan Fahri sosok yang paling tua di antara
yang lain. Ia merupakan kakak sekaligus kepala rumah tangga di
flatnya. Nilai akhlak kepada diri sendiri adalah kita harus memiliki
sikap bertanggung jawab atas segala sesuatu.
Kutipan novel di bawah ini adalah pikiran Fahri mengenai orang
Mesir, terjadi di metro, pada siang hari, yang terdapat pada halaman
46. Berurusan dengan orang awam Mesir yang keras kepala memang
harus sabar. Nilai akhlak kepada diri sendiri adalah kita harus
memiliki sikap sabar terhadap orang lain Manusia adalah makhluk
sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Kita selalu berhubungan
dengan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Manusia memiliki
perangai yang berbeda-beda. Kita harus sabar agar hubungan kita
dengan orang lain selalu harmonis.
Kutipan novel ini menunjukkan sikap Fahri yang menepati janji,
terjadi pada saat Fahri berjanji dengan Aisha dan Alicia untuk
berdiskusi masalah Islam, terjadi pada pagi hari, di flat Fahri, yang
91
terdapat pada halaman 146. Kalau tak ada janji sebenarnya aku ingin
istirahat saja. Kasihan tubuh ini, kepanasan setiap hari. Tapi janji
harus ditepati. Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa Fahri sosok
yang menepati janji dan tidak akan mengingkarinya jika sudah berjanji
dengan orang lain. Nilai akhlak kepada diri sendiri adalah kita harus
menepati janji. Janji adalah utang dan utang harus dibayar. Orang yang
suka ingkar janji disebut orang yang munafik. Jadi, jika kita sudah
berjanji dengan orang lain, kita harus menepatinya.
Kutipan novel ini menunjukkan sikap Fahri yang bersedih karena
dipenjara, terjadi di penjara, pada pagi hari, terdapat pada halaman
352.
Aku semestinya malu pada diriku sendiri jika menangisi
hilangnya sebuah gelar. Jika aku diharamkan belajar di Al-Azhar,
Allah mungkin membuka jalan untuk belajar di tempat yang lain,
termasuk belajar di dalam penjara.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri berusaha
untuk tegar dalam menghadapi masalahnya. Ia berusaha untuk
mengambil hikmah dari segala kejadian yang telah meliputinya. Nilai
akhlak kepada diri sendiri adalah kita harus memiliki sikap sabar dan
tegar dalam menghadapi masalah, serta mengambil hikmah atas segala
kejadian. Segala permasalahan manusia pasti ada hikmah yang terdapat
di dalamnya.
Kutipan novel ini menunjukkan sikap Fahri yang berusaha untuk
optimis agar segala masalahnya dapat selesai, terjadi di penjara, pada
sore hari, terdapat pada halaman 355. Sahutku sedikit optimis. Nilai
akhlak kepada diri sendiri adalah kita harus memiliki sikap optimis.
Kita harus yakin, berdoa, dan berusaha agar masalah yang meliputi
kita dapat selesai dengan baik. Badai pasti berlalu.
Kutipan novel di bawah ini terjadi pada saat Aisha memohon
kepada Fahri agar menikahi Maria, kalimat yang diucapkan Aisha
kepada Fahri , bertempat di rumah sakit, pada siang hari, dan terdapat
92
pada halaman 376. Fahri, menikahlah dengan Maria. Aku ikhlas.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Aisha memiliki sifat
yang ikhlas, bahkan ia ikhlas jika dimadu dengan Maria. Nilai akhlak
kepada diri sendiri adalah kita harus memiliki sikap ikhlas terhadap
sesuatu yang terjadi.
c. Akhlak kepada sesama manusia
Dalam novel ini terkandung nilai agama yang tercakup dalam
akhlak kepada sesama manusia seperti: sesama manusia tidak boleh iri
hati, harus saling mencintai, mengasihi, mengerti satu sama lain.
Berlaku sopan, menghormati tamu, dan menghormati antartetangga.
Dianjurkan untuk memberi hadiah kepada orang lain karena dengan
memberi hadiah akan mempererat tali silaturahim. Menjenguk orang
sakit, mendoakan orang lain kebaikan, toleransi antar sesama, saling
mencintai antara suami dan istri, serta berusaha untuk memberikan
perlindungan kepada istri.
Berikut ini adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta dan
analisis mengenai nilai akhlak kepada sesama manusia.
Kutipan novel ini menunjukkan bahwa akhlak teman-teman Fahri
mulia dan tidak iri hati, bertempat di flat Fahri, pada siang hari,
terdapat pada halaman 17. Dan teman-teman dari Mesir tidak ada
yang merasa iri dalam masalah ini. Mereka semua simpati padaku.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa teman-teman Fahri memiliki
sikap simpati dan tidak iri hati. Mereka semua menghormati Fahri.
Nilai akhlak kepada manusia dalam novel ini adalah kita tidak boleh iri
kepada orang lain dan harus memiliki rasa simpati kepada orang lain.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan akhlak teman-teman
Fahri, bertempat di flat Fahri, pada siang hari, terdapat pada halaman
20.
Kami berlima sudah seperti saudara kandung. Saling
mencintai, mengasihi, dan mengerti. Semua punya hak dan
kewajiban yang sama. Tidak ada yang diistimewakan.
93
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa Fahri dan teman-
temannya sudah seperti saudara kandung. Mereka saling mencintai,
mengasihi, mengerti satu sama lain. Mereka saling membantu satu
sama lain. Nilai akhlak kepada manusia dalam novel ini adalah harus
saling mencintai, mengasihi, mengerti satu sama lain.
Kutipan novel ini adalah pernyataan terima kasih Maria kepada
Fahri, pada saat Maria menitip untuk dibelikan disket, bertempat di flat
Maria, pada siang hari, terdapat pada halaman 22. Syukron Fahri.
Dari kutipan novel tersebut, Maria mempunyai rasa terima kasih
kepada orang lain. Rasa terima kasih kepada orang lain harus ada pada
diri setiap orang. Nilai akhlak kepada manusia dalam novel ini adalah
kita harus berterima kasih kepada sesama manusia. Jika orang lain
memberikan kebaikan pada kita sebaiknya kita menyatakan rasa terima
kasih kepadanya untuk menyenangkan orang yang telah memberi
tersebut. Orang yang bisa berterima kasih termasuk orang-orang yang
bersyukur.
Kutipan novel di bawah ini mencerminkan tingkah laku keluarga
Maria yang sangat baik kepada tetangganya, terdapat pada halaman 23.
Keluarga Maria adalah tetangga kami paling akrab. Ya, paling akrab.
Flat satu rumah mereka berada tepat di atas flat kami. Indahnya,
mereka sangat sopan dan menghormati kami mahasiswa Indonesia
yang sedang belajar di Al-Azhar. Dari kutipan novel tersebut keluarga
Maria sangat sopan dan menghormati tetangga. Mereka sangat
menghormati Fahri dan teman-temannya, bahkan mereka rela
menolong tetangga yang sedang kesusahan. Nilai akhlak kepada
manusia dalam novel ini adalah kita harus berlaku sopan dan hormat
kepada tetangga.
Kutipan novel berikut ini adalah doa yang diucapkan kepada
sesama manusia. Doa yang diucapkan oleh Syaikh Utsman dan penjual
mainan kepada Fahri, bertempat di masjid dan metro, pada siang hari,
terdapat pada halaman 32 dan 147.
94
Masya Allah, semoga Allah menyertai langkahmu.Belilah,
kudoakan kau mendapatkan istri yang salehah dan cantik seperti
bidadari dan memiliki anak yang saleh dan salehah, juga ku
doakan umurmu berkah, rizkimu melimpah sehingga kau dan anak
cucumu tidak akan perlu berjualan di jalan seperti diriku. Belilah
untuk penyemangat hidupku!
Syaikh Utsman mendoakan agar Allah selalu menyertai langkah
Fahri, bahkan penjual mainan pun mendoakan untuk kebaikan hidup
Fahri. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Mendoakan orang lain adalah sikap yang terjadi. Nilai akhlak kepada
manusia dalam novel ini adalah kita sebaiknya mendoakan orang lain
dengan kebaikan.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan sikap Aisha kepada
nenek Amerika, bertempat di metro, pada siang hari, yang terdapat
pada halaman 41.
Nenek bule kelihatannya tidak kuat lagi berdiri. Ia hendak
duduk menggelosor di lantai. Belum sampai nenek bule itu benar-
benar menggelosor, tiba-tiba perempuan bercadar itu berteriak
mencegah, Mom, wait! Please, sit down here!Perempuan
bercadar putih bersih itu bangkit dari duduknya. Sang nenek
dituntun dua anaknya beranjak ke tempat duduk. Setelah si nenek
duduk, perempuan bule muda berdiri di samping perempuan
bercadar.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Aisha sangat
mulia akhlaknya. Ia mempersilakan seorang nenek yang tua renta
untuk duduk di metro padahal ia sendiri membutuhkan tempat duduk
tersebut. Akhlak mulia ini sudah sangat jarang di zaman sekarang.
Sekarang ini banyak orang yang egois dan bersikap tidak peduli
dengan orang lain. Nilai akhlak kepada manusia dalam novel ini adalah
kita harus menolong orang lain.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan sikap Aisha kepada
Fahri, bertempat di metro, pada siang hari, terdapat pada halaman 41.
95
Perempuan bercadar itu minta maaf atas perlakuan saudara seiman
yang mungkin kurang ramah. Dari kutipan novel tersebut terlihat
bahwa tokoh Aisha sangat halus perasaannya. Ia minta maaf atas
perlakuan orang Mesir terhadap orang Amerika padahal ia sama sekali
tidak bersalah kepada orang Amerika tersebut. Nilai akhlak kepada
manusia dalam novel ini adalah kita sebaiknya meminta maaf kepada
orang sesama manusia.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan perasaan Fahri kepada
Noura. Ia sangat bersedih karena Noura selalu disiksa oleh ayahnya,
bertempat di flat Fahri, pada malam hari, yang terdapat pada halaman
74.
Aku paling tidak tahan mendengar perempuan menangis.
Kuajak teman-teman turun kembali ke flat. Mereka bertanya apa
yang harus dilakukan untuk menolong Noura. Aku diam belum
menemukan jawaban.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri memiliki
sikap penolong kepada orang lain. Siapa pun orang yang
membutuhkan pertolongan, selalu ia tolong. Ia memiliki sikap
penyayang kepada wanita. Nilai akhlak kepada manusia dalam novel
ini adalah kita sebaiknya menolong orang yang membutuhkan dan
menderita. Orang yang menolong orang lain maka Allah akan
menolong dirinya. Sebaliknya, orang yang tidak menolong orang lain
maka Allah tidak akan menolongnya.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan sikap Fahri yang
memberikan hadiah kepada Madame Nahed dan Yousef, kalimat ini
diucapkan oleh Fahri kepada Madame Nahed dan keluarganya, terjadi
di flat Maria, pada malam hari, dan terdapat pada halaman 113.
Maafkan kami Madame jika kedatangan kami mengganggu.
Kami datang untuk mengungkapkan rasa cinta dan hormat kami
pada keluarga ini. Kebetulan kami telah menyiapkan hadiah ala
96
kadarnya. Ini untuk Madame dan yang satunya untuk Yousef.
Hadiah sederhana untuk ulang tahun Madame dan Yousef. Kami
mendoakan semoga Madame dan Yousef bahagia dan ber
berjaya.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri memiliki
sikap yang mulia. Ia sangat memuliakan dan menghargai tetangga. Ia
memberikan hadiah kepada orang yang telah berbuat baik kepadanya.
Tokoh Fahri memang mempunyai kebiasaan untuk memberikan hadiah
kepada orang yang berjasa (orang yang dekat dengannya) kepadanya.
Ia adalah tipe orang yang suka membalas jasa (kebaikan) orang lain.
Dengan saling memberi hadiah maka rasa cinta kita kepada sesama
semakin terpupuk. Apalagi momen ulang tahun adalah momen yang
istimewa bagi semua orang, dengan mengucapkan selamat ulang tahun
(ingat ulang tahun seseorang ) saja orang tersebut sudah senang sekali,
apalagi memberikan hadiah. Nilai akhlak kepada manusia dalam novel
ini adalah kita sebaiknya memberi hadiah kepada orang lain karena
dengan memberi hadiah akan mempererat tali silaturahim.
Kutipan novel ini menunjukkan perasaan Fahri kepada temannya,
Saiful, terjadi di rumah sakit, pada malam hari, yang terdapat pada
halaman 146. Ya Allah, kulihat Saiful tidur di karpet. Ia begitu setia
menunggui aku. Ana uhibbuka fillah ya akhi! Dari kutipan novel
tersebut terlihat bahwa tokoh Saiful memiliki sikap setia kawan kepada
Fahri. Ia sangat setia menunggui Fahri yang sedang sakit. Nilai akhlak
kepada manusia dalam novel ini adalah kita harus memiliki perasaan
setia kepada sesama manusia.
Kutipan novel ini menunjukkan perasaan Fahri yang sangat ingin
bisa membalas kebaikan orang yang telah membiayai semua biaya
rumah sakit Fahri, terjadi di flat Fahri, pada siang hari, terdapat pada
halaman 193. Ku berharap bisa membalas kebaikannya. Dari kutipan
novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri memiliki akhlak yang baik ia
ingin membalas jasa orang yang telah berbuat baik kepadanya. Nilai
97
akhlak kepada manusia dalam novel ini adalah kita sebaiknya
membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan juga.
Kutipan novel di bawah ini menunjukkan sikap kasih sayang
Syaikh Utsman kepada Fahri dan kasih sayang Madame Khaleda
kepada Aisha, terjadi pada saat Syaikh Utsman ingin menjodohkan
Fahri dan pada saat Aisha bercerita kepada Fahri, kutipan novel yang
pertama adalah pikiran Fahri, dan kutipan novel yang kedua adalah
kalimat yang diucapkan Aisha pada Fahri, bertampat di masjid dan di
flat Fahri dan Maria, pada siang hari dan malam hari, terdapat pada
halaman 205 dan 260.
Syaikh Utsman menyambutku dengan senyum dan pelukan
penuh kehangatan. Aku seperti seorang cucu yang beliau sayangi.
Namanya Khaleda. Aku memanggilnya Madame Khaleda.
Kebetulan beliau tidak memiliki anak. Beliau mencurahkan segala
kasih sayangnya padaku.
Dari kutipan tersebut, Syaikh Utsman sangat menyayangi Fahri
dan menganggap Fahri sebagai anaknya, begitu pun Madame Nahed, ia
begitu menyayangi Aisha. Nilai akhlak kepada manusia dalam novel
ini adalah kita harus meyayangi yang lebih kecil dan kita harus
memiliki rasa kasih sayang kepada orang lain.
Kutipan novel ini menunjukkan pikiran Fahri terhadap Nurul, yang
terdapat pada halaman 230. Aku tahu benar Nurul siap berkorban apa
saja untuk kebaikan orang yang dicintainya itu. Dari kutipan novel
tersebut terlihat bahwa tokoh Nurul memiliki sikap rela berkorban
kepada orang yang dicintainya. Fahri sangat mengenal pribadi Nurul.
Nurul memiliki sikap yang patut dicontoh oleh orang lain Nilai akhlak
kepada manusia dalam novel ini adalah sebaiknya kita memiliki sikap
rela berkorban kepada orang lain.
98
Kutipan novel ini menunjukkan sikap Aisha dan Fahri yang saling
mencintai satu sama lain, yang terdapat pada halaman 231, 249, dan
297.
Sejak bertemu muka dengan Aisha hatiku sepenuhnya dipenuhi
rasa cinta kepadanya. Dan beberapa jam lagi ikatan suci yang
menyatukan cinta kami akan terjadi. Fahri, aku mencintaimu.
Sama, aku pun sangat mencintaimu, Suamiku. Rasanya tak ada
bahasa yang sanggup mewakili besarnya rasa cintaku padamu.
Setelah Allah dan Rasulnya, kaulah yang paling kucinta. Kaulah
hartaku yang paling berharga. Harta dan kekayaan bisa dicari,
tapi suami yang saleh dan memiliki rasa cinta sedemikian tulus
dan bersihnya seperti dirimu adalah karunia Allah yang tiada
terkira.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri dan Aisha
saling mencintai satu sama lain. Mereka berdua merasa beruntung
karena saling memiliki. Fahri akan berusaha sekuat tenaga untuk
melindungi Aisha. Serta Aisha akan tatap menjaga cintanya kepada
Fahri hingga ajal menjemput. Nilai akhlak kepada manusia dalam
novel ini adalah saling mencintai antara suami dan istri.
Kutipan novel ini adalah kalimat yang diucapkan Aisha kepada
Fahri, terjadi di flat Fahri dan Aisha, pada siang hari, dan terdapat pada
halaman 283. Meskipun kusembunyikan toh kelihatannya kau bisa
membaca keinginanku. Kau memang suami yang baik. Perasaan
Aisha sangat halus dan ia adalah wanita yang pandai dan suka
menyenangkan suami. Nilai akhlak kepada manusia dalam novel ini
adalah sebaiknya kita memuji seseorang yang telah berbuat baik
kepada kita karena pujian bisa membuat orang lain senang.
Kutipan novel ini di bawah ini terjadi pada saat Fahri mendapat
surat dari Nurul yang menyatakan perasaan yang sesungguhnya kepada
Fahri. Bertempat di flat Fahri dan Aisha, pada waktu siang hari, dan
terdapat pada halaman 289.
Kutatap wajah istriku. Haruskah aku berterus terang padanya?
Aku tak ingin membuat dirinya kacau dan cemburu. Aku harus
99
melindungi ketenangan jiwanya. Yang jelas aku sama sekali tidak
mau mengkhianatinya.
Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa tokoh Fahri selalu ingin
melindungi istrinya. Ia tidak ingin menyakiti hati Aisha karena ia
sangat mencintai Aisha dengan sepenuh hati. Ia sama sekali tidak ingin
mengkhianati Aisha. Nilai akhlak kepada manusia dalam novel ini
adalah kita harus memberikan perlindungan kepada istri.
Kutipan novel ini di bawah ini terjadi pada saat hari raya Idul Fitri,
di penjara, pada pagi hari, dan terdapat pada halaman 365.
Tuan Boutros dan Madame Nahed datang. Aku sama sekali tidak
menyangka mereka akan datang menjenguk dan mengucapkan selamat
hari raya. Dari kutipan novel tersebut terlihat bahwa Tuan Boutrous
dan Madame Nahed menjenguk dan menghibur Fahri yang sedang
dilanda musibah. Meskipun Tuan Boutrous dan Madame Nahed non-
Islam, mereka tetap menghargai Fahri, bahkan mereka menjenguk
Fahri. Menjenguk orang yang sedang dilanda musibah merupakan
ajaran Islam dan harus dilaNilai akhlak kepada manusia dalam novel
ini adalah kita sebaiknya menjenguk orang lain yang sakit.
d. Akhlak kepada alam lingkungan
Dalam novel ini terkandung nilai akhlak kepada alam
lingkungan, seperti menikmati panorama Sungai Nil yang sangat
indah. Berikut ini adalah kutipan dialog/uraian novel Ayat-Ayat Cinta
dan analisis mengenai nilai akhlak kepada alam lingkungan.
Kutipan novel ini terjadi pada saat Fahri menikmati suasana
panorama Sungai Nil di flat Fahri dan Aisha, pada pagi hari, terdapat
pada halaman 269. Aku mendekati jendela, menyibak gordennya dan
melongok. Panorama Sungai Nil di waktu dhuha sangat indah. Pada
kutipan novel ini tokoh Fahri sangat menikmati Sungai Nil. Nilai
akhlak kepada alam lingkungan dalam novel ini adalah sebaiknya kita
menjaga alam lingkungan agar tetap indah dan mensyukurinya
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Novel Ayat-Ayat Cinta adalah karya Habiburrahman El Shirazy. Novel ini
sarat dengan pesan-pesan atau nilai-nilai agama. Novel ini dapat berfungsi
sebagai alat untuk meneguhkan dan mengukuhkan suasana batin pembaca
dalam menjalankan keyakinan agamanya.
Nilai agama yang terdapat dalam novel Ayat-Ayat Cinta di antaranya: nilai
keimanan yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman
kepada kitab, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada hari akhir, dan iman
kepada qada dan qadar. Nilai Syariah yang meliputi: ibadah dan muamalat,
serta nilai akhlak yang meliputi: akhlak kepada Allah, akhlak kepada diri
sendiri, akhlak kepada sesama manusia, dan akhlak kepada alam lingkungan.
Nilai agama yang paling dominan adalah nilai akhlak kepada sesama manusia.
B. Saran
Novel ini baik dibaca oleh kalangan pelajar atau mahasiswa karena
banyaknya nilai-nilai agama yang terkandung di dalamnya.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, M. Zainal, Aqidah Akhlak, dalam
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/,diakses pada
hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB.
Antoinette, Maria, Belajar Psikologi Bukan Hanya untuk Anda, dalam
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/nilai.html, diakses pada hari
Selasa, 26 Oktober 2010. pkl. 20.10 WIB.
Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat, dan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1991.
Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru, Surabaya: Amelia,
2003.
Aripin, Jaenal, dan Azharudin Lathif, Filsafat Hukum Islam Tasyri dan Syari,
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Asidiqi, Ginan Nuruzaman, Muslim Sejati: Dunia Ibarat Neraka, Hidup bagai
Layang-Layang, dalam http://muslimcianjur.blogspot.com/2007/04/aqidah-
syariah-dan-akhlak-dalam-islam.html, diakses pada hari Selasa, 4 Januari
2011, pkl. 21.11 WIB.
Atmosuwito, Subijantoro, Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra,
Bandung: CV Sinar Baru, 1989.
Badudu, J.S., Sari Kesusastraan Indonesia, Bandung: CV Pustaka Prima, 1984.
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang,
1996.
El-Kasih, Adinda Ferra Najwa, Membaca Jauh dari Kebodohan, Kebodohan =
Kemiskinan = Kejahatan, dalam http://id.shvoong.com/social-
sciences/1781192-habiburrahman-el-shirazy-karya-sastra/, diakses pada hari
Sabtu, 9 Oktober 2010, pkl. 15.00 WIB.
El Shirazy, Habiburrahman, Ayat-Ayat Cinta, Jakarta: Republika, 2008.
Kamil, Sukron, Syariah Islam dan Ham, Jakarta: CSRC, 2007.
Keraf, Gorys, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2004.
102
Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Mahayana, Maman S., 9 Jawaban Sastra Indonesia, Jakarta: Bening Publishing,
2005.
Mangunwijaya, Y.B., Sastra dan Religiositas, Yogyakarta: Kanisius, 1988.
Maulana, Ahmad, dkk., Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Absolut, 2004.
Mubarok, Achmad, Dimensi Ajaran Islam, dalam http://mubarok-
institute.blogspot.com/2006/09/dimensi-ajaran-islam.html diakses pada hari
Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.28 WIB.
Mubarok, Muhammad, Sekilas tentang FLP, dalam
http://flppatiku.multiply.com/journal/item/4, diakses pada hari Jumat, 11
Maret 2011, pkl. 15.00 WIB.
Muhammad, Uzy Ibni, Pengertian Nilai,dalam
http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html, diakses pada hari
Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.00 WIB.
Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2005.
Ratna, Nyoman Kutha, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
R., Jalius H., Pengertian Nilai, dalam
http://jalius12.wordpress.com/2010/10/01/pengertian-nilai/, diakses pada
hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.30 WIB.
R., Syamsuddin A., dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.
Samdi, Arianto Pengertian Novel dalam,
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html, diakses pada
hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.40 WIB.
Sayuti, Suminto A., Berkenalan dengan Prosa Fiksi, Yogyakarta: Gama Media,
2000.
Sitanggang, S. R. H., Joko Adi Sasmito, dan Maini Trisna Jayawati, Religiusitas
dalam Tiga Novel Modern: Kemarau, Khotbah di Atas Bukit, dan Kubah,
Jakarta: Pusat Bahasa, 2003.
103
Soekanto, Soerjono, Sosiologi; Ruang Lingkup dan Aplikasinya. Bandung:
Remadja Karya, 1985.
Sudarmanto, JB., Agama dan Ideologi, Yogyakarta: Kanisius, 1987.
Sudjiman, Panuti, Bunga Rampai Stilistika, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti,
1993.
Sukada, Made, Pembinaan Kritik Sastra Indonesia, Bandung: Angkasa, 2005.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Gaya Bahasa, Bandung: Angkasa, 2009.
Tirtawirya, Putu Arya, Apresiasi Puisi dan Prosa, Ende-Flores: Nusa Indah, 1983.
Trimansyah, Bambang, Cerita Anak Kontemporer,Yogyakarta: Nuansa, 1999.
Semi, M. Atar Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, 1988.
Trim, Bambang, Meng-Instal Akhlak Anak, Jakarta: Hamdalah, 2008.
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, Bandung:
UPI Press, 2006.
Wiyanto, Asul, Kesusastraan Sekolah, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2005.
Yaqub, Hamzah, Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1992.
Yaqub, Hamzah, Pemurnian Aqidah dan Syariah Islam, Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1998.
Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Haniah, Kamus Istilah Sastra,
Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
104
Tabel 1
Rincian Kategori Nilai Iman kepada Allah Swt
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 22 Jam lima insya Allah. (kalimat yang diucapkan Fahri
kepada Maria).
2. 27 Di dunia ini banyak sekali hal-hal yang misterius. Masalah
hidayah dan iman adalah misterius sebab hanya Allah saja
yang berhak menentukan siapa-siapa yang patut diberi
hidayah.
3. 29 Tempat aku mengadu pada Yang Maha Pemberi Rezeki saat
berada dalam keadaan kritis kehabisan uang.
4. 71 Dalam segala musim, Tuhan selalu penyayang. Itu yang aku
rasakan.
5. 73 Hanya pertolongan dari Allah yang membuat kami tetap
hidup. (kalimat yang diucapkan Hamdi kepada Fahri,
Syaiful, dan Rudi).
6. 76 Jangan khawatir, Tuhan menyertai orang yang berbuat
kebajikan. (kalimat yang diucapkan Maria kepada Fahri).
7. 90 Hanya Tuhan yang tahu. (kalimat yang diucapkan Fahri
kepada Maria).
8. 95 Laa ilaaha illallah! (kalimat yang diucapkan Aisha kepada
Fahri).
9. 144 Semuanya saya serahkan kepada Tuhan.
10. 164 Film Ashabul Kahfi luar biasa indahnya, mampu menambah
keimanan dan memperhalus jiwa.
11. 184 Pintu-pintu surga terbuka lebar untuk orang yang sabar dan
menerima ujian Allah! (kalimat yang diucapkan Syaikh
Ahmad kepada Fahri).
12. 189 Aku bilang pada mereka semua, insya Allah, tidak akan terjadi
apa-apa dan aku akan sembuh seperti sedia kala.
13. 199 Siapa yang bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan
untuknya jalan keluar. Aku lega.
14. 202 Siap atau tidak. Aku harus minta penerang dari Allah Swt.
15. 209 Aku minta kekuatan kepada Allah
16. 242 Aku sudah tahu. Bersabarlah. Allah mencintai orang-orang
yang sabar. (kalimat yang diucapkan Aisha kepada Fahri).
17. 263 Untungnya, Allah masih menyelamatkan kehormatanku.
105
(kalimat yang diucapkan Aisha kepada Fahri).
18. 350 Namun, Kau jangan kecil hati Fahri, di atas segalanya
Allahlah yang menentukan. Daya dan kekuatan manusia tiada
berarti apa-apa di hadapan kemahakuasaan Allah. Jika Dia
berkehendak apa pun bisa terjadi. (kalimat yang diucapkan
Haj Rashed kepada Fahri).
19. 355 Hanya Tuhanlah yang tahu akan akhir nasibku.
20. 376 Aisha, hidup mati ada di tangan Allah. (kalimat yang
diucapkan Fahri kepada Aisha).
21. 377 Dalam interaksi sosial kita bisa toleran kepada siapa saja.
Tapi untuk masalah keyakinan aku tidak bisa main-main. Aku
tidak bisa menikah kecuali dengan perempuan yang bersaksi
dan meyakini tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah. Kalau untuk bertetangga, berteman,
bermasyarakat aku bisa dengan siapa saja. Untuk berkeluarga
tidak bisa Aisha. Tidak bisa! (kalimat yang diucapkan Fahri
kepada Aisha)
22. 391 Sangat mudah bagi Tuhan untuk menghapus duka dan
kesedihan hamba-Nya.
106
Tabel 2
Rincian Kategori Nilai iman kepada Malaikat
Tabel 3
Rincian Kategori Nilai Iman kepada Kitab
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 51 Salah satu keindahan hidup di Mesir adalah penduduknya
yang lembut hatinya. Jika sudah tersentuh mereka akan
memperlakukan kita seumpama raja. Mereka terkadang keras
kepala, tapi jika sudah jinak dan luluh mereka bisa melakukan
kebaikan seperti malaikat.
2. 166 Ketika setan nyaris membalik ketegaran imanku, datanglah
Maria menghibur dengan dengan segala kelembutan hatinya.
Ia datang bagaikan malaikat Jibril menurunkan hujan pada
ladang-ladang yang sekarat menanti kematian. (kalimat yang
diucapkan Noura kepada Fahri)
3 181 Dalam gelap aku tidak tahu berada di alam apa. Tiba-tiba aku
berjumpa dengan orang yang kurus dan bercahaya wajahnya,
orang yang belum pernah aku berjumpa dengannya. Dia
mengenalkan dirinya sebagai Abdullah bin Masud.
No Halaman Kutipan/Uraian
1 140 Siang itu aku kembali menantang panas sahara untuk mengaji
Al-Quran di Shubra.
2. 79 Teman-teman sangat melestarikan kegiatan rutin tiap pagi ini.
Selama ada di rumah, membaca Al-Quran tetap berjalan
meskipun pagi ini kulihat mata Syaiful dan Rudi melek mrerm
menahan kantuk.
3. 104 Mereka adalah putra-putri para pejabat KBRI yang belajar
mengaji dibimbing oleh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia
yang sedang belajar di Al-Azhar.
107
4. 133 Maafkan aku Maria. Maksudku aku tidak mungkin bisa
melakukannya. Ajaran Al-Quran dan Sunnah melarang aku
bersentuhan dengan perempuan kecuali dia istri atau mahramku.
Kuharap kau mengerti dan tidak kecewa. (kalimat yang
diucapkan Fahri kepada Maria).
5. 144 Peta masa depan ini saya buat terus terang saja berangkat dari
semangat spiritual ayat suci Al-Quran yang saya yakini.
(kalimat yang diucapkan Fahri kepada Maria).
6. 158 Syaikh Yusuf Qaradhawi menyapa umat koptik dengan
ikhwanuna al Aqbath, saudara-saudara kita umat koptik.
Sebuah sapaan yang telah diajarkan oleh Al-Quran. Al-Quran
mengakui adanya persaudaraan di luar keimanan dan keyakinan.
7. 182 Orang-orang pilihan Allah di dunia ini adalah mereka yang
disebut Ahlul Quran. Orang-orang yang hatinya selalu terpatri
pada Al-Quran, mengimani Al-Quran, dan berusaha
mengajarkan dan mengamalkan isi Al-Quran dengan penuh
keikhlasan.
8. 222 Aku lebih memilih mencurahkan seluruh rindu dendam, haru
biru rindu dan deru cintaku untuk belajar dan menggandrungi
Al-Quran.
9. 378 Kumohon menikahlah dan selamatkan Maria. Bukankah dalam
Al-Quran disebutkan, Dan barangsiapa yang memelihara
kehidupan seorang manusia maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia seluruhnya. (kalimat yang
diucapkan Aisha kepada Fahri)
108
Tabel 4
Rincian Kategori Nilai Iman kepada Nabi dan Rasul
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 43 Aku membaca istighfar dan shalawat berkali-kali.
2. 44 Cara manurunkan amarah orang Mesir adalah dengan mengajak
membaca shalawat.
3. 49 Kita semua di hari akhir kelak mengharap syafaat Rasulullah.
(kalimat yang diucapkan Fahri kepada para penumpang metro).
4. 61 Di sinilah baru bisa kurasakan betapa dahsyat doa Baginda
Nabi, Ya Allah jadikanlah cintaku kepada-Mu melebihi
cintaku pada harta, keluarga, dan air yang dingin.(doa yang
diucapkan Fahri)
4. 80 Aku termasuk orang yang antitidur langsung setelah salat
Subuh. Aku tidak mau berkah yang dijanjikan Baginda Nabi di
waktu pagi lewat begitu saja.
5. 96 Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis, La tadhribu
imaalah! Maknanya, Jangan kalian pukul perempuan!
(kalimat yang diucapkan Fahri kepada Alicia dan Aisha).
6. 107 Baginda Nabi tidak mau beban sarana dakwah dipikul oleh Abu
Bakar yang tak lain adalah umatnya.
7. 107 Ummul Muminin, Aisyah ra. Berkata, Akhlak Nabi adalah Al-
Quran! Nabi adalah Al-Quran berjalan. Nabi tidak canggung
mencari kayu bakar untuk para sahabatnya.
8. 116 Kanjeng Nabi adalah teladan. Beliau paling suka menyenangkan
hati anak kecil.
9. 127 Baginda Nabi mencontohkan kerapian, kebersihan, dan
penampilan yang meyakinkan.
10. 152 Baginda Nabi sangat memuliakan makhluk yang bernama
perempuan, beliau pernah bersabda bahwa siapa memiliki anak
perempuan dan mendidiknya dengan baik maka dia akan masuk
109
surga.
11. 156 Aku tidak mau naik tangga di belakang Maria. Aku harus di
depan, aku teringat kisah Nabi Musa dan dua gadis muda
pencari air. Nabi Musa tidak mau berjalan di belakang keduanya
demi menjaga pandangan dan menjaga kebersihan jiwa.
12. 182 Aku lalu titip padanya salam sejahtera, rasa cinta, dan rasa rindu
tiada terkira untuk Baginda Nabi Muhammad Saw.
13. 185 Seperti keyakinan Rasulullah ketika bermimpi akan berhaji dan
membuka Kota Makkah. (kalimat yang diucapkan Syaikh
Utsman kepada Fahri).
14. 214 Ini adalah majelis taaruf untuk dua orang yang sedang
berniat untuk melangsungkan pernikahan. Menurut ajaran nabi,
seorang pemuda boleh melihat wajah perempuan yang hendak
dinikahinya. (kalimat yang diucapkan Ummu Fathi kepada
sanak saudara yang menghadiri majelis taaruf antara Fahri dan
Aisha).
12. 261 Saat itu ayah sudah 63 tahun, sama dengan umur Baginda Nabi
saat meninggal dunia.
13. 340 Kau tentu tahu, Allah sangat mencintai Nabi Yahya. Nabi
Yahya kepalanya dipenggal untuk dihadiahkan kepada seorang
pelacur. (kalimat yang diucapkan Syaikh Utsman kepada
Fahri).
14. 359 Suap menyuap adalah perbuatan yang diharamkan dengan
tegas oleh Baginda Nabi. Beliau bersabda, Arraasy wal
murtasy fin naar! Artinya, orang yang menyuap dan disuap
masuk neraka! (kalimat yang diucapkan Fahri kepada Aisha).
15. 369 Nabi kami mengajarkan untuk memuliakan tetangga. (ucapan
Fahri yang ditulis oleh Maria di buku hariannya)
16. 395 Malam yang dingin terasa hangat oleh aura getar bibir Maria. Ia
mengajak pendengarnya masuk Mesir pada saat Nabi Musa
110
Tabel 5
Rincian Kategori Nilai Iman kepada Hari Akhir
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 49 Kita semua di hari akhir kelak mengharap syafaat
Rasulullah. (kalimat yang diucapkan Ashraf kepada Fahri).
2. 49 Kalian telah menantang Rasulullah untuk berseteru di
hadapan Allah kelak di hari akhir! (kalimat yang diucapkan
Fahri kepada para penumpang metro).
3. 50 Tidakkah kalian dengar sabda beliau, Barang siapa yang
menyakiti orang zhimi (ahlu zhimmah) maka aku akan
menjadi seterunya dia pasti kalah di hari kiamat. kalimat
yang diucapkan Fahri kepada para penumpang metro).
4. 333 Jika ada ketidakadilan dalam tulisan mereka aku akan
menuntutnya kelak di akhirat sana.
Tabel 6
Rincian Kategori Nilai Iman kepada Qada dan Qadar
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 92 Kulihat kalender. Melihat kalender adalah hal yang paling
kusuka karena bagiku dengan melihatnya optimisme hidup itu
ada.
melawan Firaun. Ia terus bernyanyi, seperti bidadari
menyanyikan lagu surga.
17. 400 Nabi pilihan Muhammad Saw. Telah mengajarkannya
berulang-ulang. Apakah Kau tidak mengetahuinya? Kau tidak
akan mendapatkan kunci itu selama kau tidak mau tunduk
penuh ikhlas mengikuti ajaran Nabi yang paling dikasihi Allah
ini. (kalimat yang diucapkan Bunda Maryam kepada Maria
dalam mimpi Maria).
111
2. 143 Wow. Tagetmu dua tahun lagi selesai master. Empat tahun
berikutnya selesai doktor dan telah menerjemah lima puluh
buku serta memiliki karya minimal lima belas. Empat tahun
berikutnya atau sepuluh tahun dari sekarang targetmu adalah
guru besar. Fantastik. Hai Fahri kapan rencanamu kawin.
Kenapa tidak kau tulis? (kalimat yang diucapkan Maria
kepada Fahri)
3. 144 Dalam Ar-Radu ayat sebelas Allah berfirman, Sesungguhnya
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah nasibnya. Jadi nasib saya, masa depan
saya, mau jadi apa saya, sayalah yang menentukan. Sukses
gagalnya saya, sayalah yang menciptakan. Saya sendirilah
yang mengarsiteki apa yang akan saya raih dalam hidup ini.
(kalimat yang diucapkan Fahri kepada Maria).
4. 144 Takdir Tuhan ada di ujung usaha manusia. Tuhan Mahaadil,
Dia akan memberikan sesuatu kepada hamba-Nya sesuai
dengan kadar usaha dan ikhtiarnya. Dan agar saya tidak
tersesat atau melangkah tidak tentu arah dalam berikhtiar dan
berusaha maka saya membuat peta masa depan. (kalimat yang
diucapkan Fahri kepada Maria).
5. 161 Kukatakan pada diriku sendiri, Man jadda wajada! (Siapa
yang bersungguh-sungguh dia akan mendapatkan apa yang
diinginkan) (kalimat yang diucapkan Fahri kepada Maria).
5. 197 Kutetapkan tahun ini bisa menikah, tapi tidak mencari. Lho
bagaimana? Siapa tahu ada yang menawari. Kalau sampai
selesai magister tidak ada yang menawari ya berarti memang
nasibku tidak menikah di Cairo dengan mahasiswi Al-Azhar.
6. 347 Jika nyawaku akhirnya harus melayang dengan sedemikian
tragisnya, aku pasrah saja kepada Yang Mahakuasa. Aku
teringat nasihat Syaikh Utsman agar selalu menjaga keikhlasan
menerima takdir Illahi setelah berusaha sekuat tenaga.
112
Tabel 7
Rincian Kategori Nilai Ibadah
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 22 Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid untuk salat
Zuhur.
2. 58 Kusempatkan mampir ke masjid yang berada tepat di sebelah
mahattah Helwan untuk salat Ashar.
3. 67 Seperti biasa, usai salat Magrib berjamaah di masjid kami
berkumpul di ruang tengah untuk makan bersama.
4. 72 Rudi Marpaung yang berasal dari Medan menceritakan
pengalamannya menginap bersama teman-temannya ketika
masih Aliyah di Brastagi. Menyewa vila dan mengadakan salat
tahajjud bersama dalam dinginnya malam.
5. 79 Setelah satu rumah salat Subuh berjamaah di masjid, kami
membaca Al-Quran.
6. 80 Semoga yang sedikit itu menjadi berkah. Barulah tidur. Jika
bisa tahan dulu sampai waktu dhuha datang, salat Dhuha baru
tidur.
7. 87 Untung waktu Zuhur masih panjang, aku beranjak untuk salat.
8. 104 Beberapa kali Bapak Duta Besar Indonesia di Cairo
mengundang diplomat Negara lain yang muslim untuk salat
Jumat di masjid ini.
9. 146 Aku harus salat Isya.
10. 146 Dalam sujud kumenangis kepada Tuhan, memohonkan rahmat
kesejahteraan tiada berpenghabisan untuk bunda, bunda,
bunda, dan ayah tercinta. Usai salat Isya dan witir aku tidur
lagi.
11. 180 Selesai buang air kecil, aku minta pada Mas Khalid
mentayamumi aku. Tanganku sama sekali tidak bisa
digerakkan lalu aku salat dengan menggunakan isyarat mata
113
dan tubuh terlentang tiada berdaya seperti seorang balita.
12. 202 Begini anakku, kau pikirkanlah dengan matang. Lakukanlah
salat Istikharah. (kalimat yang diucapkan Syaikh Utsman
kepada Fahri).
13. 207 Aku berusaha mengurangi rasa gelisah dan penasaran dengan
bersujud dan menangis kepada Tuhan.
14. 238 Setelah itu Syaikh Abdul Ghafur langsung memimpin seluruh
hadirin untuk beristighfar, mensucikan hati dan jiwa lalu
meminta kepada semuanya untuk bersama-sama membaca dua
kalimat syahadat.
15. 246 Aisha kau sudah hidup di dunia baru. Kuatkanlah dirimu
dengan takwa. Minta tolonglah kepada Allah dengan salat dan
kesabaran dan layanilah suamimu dengan sebaik-baiknya.
Ridha suamimu adalah surgamu. (kalimat yang diucapkan
Bibi Sarah kepada Aisha).
16. 254 Hati terasa sejuk dan bahagia. Inilah yang membedakan yang
halal dan yang haram. Bermesraan dengan perempuan yang
halal, istri yang sah, adalah ibadah yang dipuji Tuhan,
sedangkan bermesraan dengan perempuan yang tidak halal
adalah dosa yang dilaknat Tuhan.
17. 280 Suatu kali sebelum tidur Aisha bercerita, Ibu sering
mengajariku agar berdoa dalam sujud saat salat malam: Ya
Allah, letakkanlah dunia di tanganku, jangan di hatiku.
(kalimat yang diucapkan Aisha kepada Fahri).
18. 299 Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah). (QS Luqman: 17).
19. 302 Selesai membersihkan badan dengan air hangat kami salat
114
berjamaah.
20. 310 Aku merintih dalam hati. Batinku menangis sejadi-jadinya
memohon keadilan kepada Allah Swt.
21. 314 Ya Allah, inilah saat malam-Mu datang menjelang, siang-Mu
telah berlalu. Inilah suara dari para penyeru-Mu maka
ampunilah kami. (doa yang diucapkan Fahri).
22. 320 Malam harinya kami tarawih. Kami mengatur sedemikian rupa
agar kami tetap bisa salat tarawih berjamaah bersama. Haj
Rashed minta satu juz dalam delapan rakaat. Inilah untuk
pertama kalinya aku jadi imam tarawih di masjid.
23. 331 Meski berliku, aku yakin kebenaran akan menang. Apa pun
yang terjadi pada akhirnya kebenaran akan menang. Jangan
kuatir, Saudaraku. Nanti malam perbanyaklah shalat dan
memohon pertolongan Allah. (kalimat yang diucapkan Amru
kepada Fahri).
24. 358 Dekatkan diri pada Allah! Dekatkan diri pada Allah! Dan
dekatkan diri pada Allah! (kalimat yang diucapkan Fahri
kepada Aisha).
25. 361 Tuhan masih memberikan sentuhan cinta dan kasih sayang-
Nya. Aku tiada kuasa berbuat apa-apa kecuali meletakkan
kening bersujud kepada-Nya.
26. 382 Insya Allah, aku akan melakukan tugasku dengan baik,
Suamiku. Jangan lupa nanti malam shalat tahajud. Berdoalah
kepada Allah untuk dirimu, diriku, anak kita, dan Maria. Di
sepertiga malam Allah turun untuk mrndengarkan doa hamba-
Nya. (kalimat yang diucapkan Aisha kepada Fahri).
27. 403 Allahumma inni asaluka ridhaaka wal jannah. Ya Allah, aku
mohon ridha-Mu dan surga-Mu. Amin. (doa yang diucapkan
Fahri).
115
Tabel 8
Rincian Kategori Nilai Muamalah
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 29 Suhu udara benar-benar panas. Wajar saja Maria malas keluar.
Toko alat tulis yang juga menjual disket hanya berjarak lima
puluh meter dari apartemen. Namun, ia lebih memilih titip dan
menunggu sampai aku pulang nanti.
2. 64 Pertama kali melihat aku heran. Yang aku herankan adalah
begitu amanah-nya penjual buah itu. Mereka tidak curang. Tidak
berusaha nakal.
3. 186 Shab menjawab, Ini adalah sepuluh dinar yang aku pinjam dari
lelaki Yahudi (dan belum aku kembalikan). Sepuluh dinar itu
ada di dalam tanduk milikku, berikanlah padanya! (kalimat
yang diucapkan Shaab kepada Auf).
4. 204 Jika istrimu nanti mau diajak hidup di Indonesia, tidak terlalu
jauh dari ibu maka menikahlah dan ibu merestui, ibu yakin akan
penuh berkah. Tapi jika tidak bisa dibawa ke Indonesia tidak
usah, cari saja gadis salehah yang dari Indonesia! (kalimat yang
diucapkan Ibu Fahri kepada Fahri).
5. 213 Aku pun telah cerita banyak pada Eqbal. Tentang keluargaku
yang miskin. Tentang bagaimana diriku datang ke Mesir dengan
menjual sawah warisan kakek. Harta satu-satunya yang dimiliki
keluarga.
6. 217 Aku bahkan tanpa perlu malu dan dengan penuh keterus-
terangan membuka kemampuanku mencari nafkah saat ini.
Andalanku adalah terjemahan.
7. 218 Akhirnya ditetapkan akad nikah akan dilaksanakan Jumat depan,
tanggal 27 September, di masjid Abu Bakar Shiddiq setelah salat
Ashar.
116
Tabel 9
Rincian Kategori Nilai Akhlak kepada Allah Swt.
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 30 Alhamdulillah. Nikmat rasanya jika sudah berada di dalam
masjid.
2. 51 Lelaki setengah baya itu tampak berkaca-kaca. Ia beristighfar
berkali-kali.
3. 69 Aku merasa seperti ada hawa dingin turun dari langit. Menetes
deras ke dalam ubun-ubun kepalaku lalu menyebar ke seluruh
tubuh. Seketika itu aku sujud syukur dengan berlinang air
mata. Aku merasa seperti dibelai-belai tangan Tuhan.
4. 114 Hatiku mengucapkan puji syukur kepada Tuhan berkali-kali.
Tidak sia-sia rasanya panas-panas ke Attaba.
5. 145 Aku bersyukur kepada Allah karena memiliki teman-teman
yang baik dan tetangga yang baik.
6. 145 Aku beristighfar berkali-kali memohon ampunan kepada Allah
jika guyonanku pada Madame Nahed tadi tidak semestinya aku
lakukan.
7. 161 Aku merasa bersyukur kepada Allah yang mengilhamkan
untuk mengubah strategi perangku minggu ini.
8. 183 Alhamdulillah, Mas Fahri sadar. (kalimat yang diucapkan
Syaiful kepada Fahri).
9. 190 Aku mengucapkan syukur berkali-kali kepada Allah atas
anugerah ini.
10. 201 Alhamdulillah. Judul tesis magister sudah diterima Syaikh.
(kalimat yang diucapkan Fahri kepada Syaikh Utsman).
11. 217 Diriku sudah aku wakafkan di jalan Allah. Aku siap hidup
dan berjuang di mana saja mendampingi perjuangan suamiku
tercinta. (kalimat yang diucapkan Aisha kepada Fahri).
12. 239 Air mata terus saja meleleh. Aku kini telah memiliki seorang
117
istri. Subhanallah, wal hamdulillah, wa laa ilaaha illalla,
Allahu Akbar!
13. 263 Sejak kecil ibu mengajariku agar memiliki rasa malu kepada
Allah melebihi rasa malu pada manusia. (kalimat yang
diucapkan Aisha kepada Fahri).
14. 320 Aku masih merasakan Allah Maha Pemurah.
15. 340 Kau Harus ikhlas menerima cobaan ini. Kau tidak boleh
sedikit pun merasa ragu akan kasih saying Allah kepadamu.
(kalimat yang diucapkan Syaikh Utsman kepada Fahri).
16. 363 Yang tak kalah membuat hatiku bahagia adalah kunjungan
Syaikh Prof. Dr. Abdul Ghafur Jafar bersama putranya yang
bernama Umar. Beliau berpesan agar aku sabar dan tidak
pernah putus asa sedetik pun dari rahmat Allah Swt.
Tabel 10
Rincian Kategori Nilai Akhlak kepada Diri Sendiri
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 16 Jadwalku mengaji pada Syaikh yang terkenal sangat disiplin
itu seminggu dua kali. Setiap Ahad dan Rabu. Beliau selalu
datang tepat waktu. Tak kenal kata absen.
2. 20 Sebagai yang paling tua aku bertanggung jawab untuk
membawa mereka pada suasana yang mereka inginkan.
3. 46 Berurusan dengan orang awam Mesir yang keras kepala
memang harus sabar
4. 57 Syaikh Utsman jangan ditanya. Disiplin beliau luar biasa.
5. 146 Kalu tak ada janji sebenrnya aku inigin istirahat saja. Kasihan
tubuh ini, kepanasan setiap hari. Tapi janji harus ditepati.
6. 224 Aku pasrah saja, aku tidak meragukan ketulusan mereka.
7. 352 Aku semestinya malu pada diriku sendiri jika menangisi
hilangnya sebuah gelar. Jika aku diharamkan belajar di Al-
118
Azhar, Allah mungkin membuka jalan untuk belajar di tempat
yang lain, termasuk belajar di dalam penjara.
8. 355 Sahutku sedikit optimis
9. 376 Fahri, menikahlah dengan Maria. Aku ikhlas. (kalimat yang
diucapkan Aisha kepada Fahri).
Tabel 11
Rincian Kategori Nilai Akhlak kepada Manusia
No. Halaman Kutipan/Uraian
1. 17 Dan teman-teman dari Mesir tidak ada yang merasa iri dalam
masalah ini. Mereka semua simpati padaku.
2. 20 Kami berlima sudah seperti saudara kandung. Saling mencintai,
mengasihi, dan mengerti. Semua punya hak dan kewajiban yang
sama. Tidak ada yang diistimewakan.
3. 22 Syukron Fahri. (kalimat yang diucapkan Maria kepada Fahri).
4. 23 Keluarga Maria adalah tetangga kami paling akrab. Ya, paling
akrab. Flat satu rumah mereka berada tepat di atas flat kami.
Indahnya, mereka sangat sopan dan menghormati kami
mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al-Azhar.
4. 30 Aku menyalami Syaikh Akhmad.
5. 32 Masya Allah, semoga Allah menyertai langkahmu. (kalimat
yang diucapkan Syaikh Utsman kepada Fahri).
6. 32 Assalamualaikum. (salam yang diucapkan Fahri kepada
Syaikh Utsman).
7. 32 Waalaikumussalam Warahmatullah wa barakatuh. (jawaban
salam yang diucapkan Syaikh Utsman kepada Fahri).
8. 41 Nenek bule kelihatannya tidak kuat lagi berdiri. Ia hendak
duduk menggelosor di lantai. Belum sampai nenek bule itu
benar-benar menggelosor, toba-tiba perempuan bercadar itu
berteriak mencegah, Mom, wait! Please, sit down
119
here!Perempuan bercadar putih bersih itu bangkit dari
duduknya. Sang nenek dituntun dua anaknya beranjak ke tempat
duduk. Setelah si nenek duduk, perempuan bule muda berdiri di
samping perempuan bercadar.
9. 41 Perempuan bercadar itu minta maaf atas perlakuan saudara
seiman yang mungkin kurang ramah.
10. 48 Mereka bertiga adalah tamu di sini. Harus dihormati sebaik-
baiknya.
11. 53 Lelaki setengah baya hendak turun. Sebelum turun ia
menyalami diriku dan mengucapkan terima kasih sambil
mulutnya tiada henti mendoakan diriku. Aku mengucapkan
amin berkali-kali.
12 54 Tapi kulihat seorang gadis kecil membawa tas belanja masuk.
Langsung kupersilakan duduk.
13. 59 Rudi keluar dari kamarnya dengan wajah ceria.
14. 60 Tugas kita di sini adalah belajar. Kita belajar sebaik-baiknya.
Di antaranya adalah belajar bertetangga yang baik karena kita
telah diberi, ya nanti kita gasntian memberi sesuatu pada
mereka. (kalimat yang diucapkan Fahri kepada Rudi).
15. 62 Alhamdulillah, teman-teman sangat pengertian dan cerdas. Aku
bisa langsung mandi tanpa menunggu air dingin.
16 74 Aku paling tidak tahan mendengar perempuan menangis.
Kuajak teman-teman turun kembali ke flat. Mereka bertanya apa
yang harus dilakukan untuk menolong Noura. Aku diam belum
menemukan jawaban.
17. 86 Mereka mengucapkan selamat atas kelulusanku. Aku diminta
segera mempersiapkan proposal tesis.
18. 92 Aku paling suka memberi kejutan pada teman atau kenalan.
Teman satu rumah sudah mendapatkan hadiah mereka pada hari
istimewa mereka. Berarti besok kegiatannya bertambah satu,
120
mencarikan hadiah untuk Madame Nahed dan Yousef. Hadiah
yang sederhana saja. Sekedar untuk memberikan rasa senang di
hati tetangga.
19. 94 Aisha minta maaf atas keterlambatannya dan keterlambatan
Alicia.
20. 99 Islam sangat memuliakan perempuan, bahwa di telapak kaki
ibulah surga anak lelaki. Hanya seorang lelaki mulia yang
memuliakann wanita. (kalimat yang diucapkan Fahri kepada
Aisha dan Alicia).
21. 102 O, begitu. Kalau ingin bertemu mahasiswi Indonesia,
seandainya di masjid nanti tidak ada namun semoga ada, insya
Allah aku bisa bantu. (kalimat yang diucapkan Fahri kepada
Aisha).
22. 113 Maafkan kami Madame jika kedatangan kami mengganggu.
Kami datang untuk mengungkapkan rasa cinta dan hormat kami
pada keluarga ini. Kebetulan kami telah menyiapkan hadiah ala
kadarnya. Ini untuk Madame dan yang satunya untuk Yousef.
Hadiah sederhana untuk ulang tahun Madame dan Yousef.
Kami mendoakan semoga Madame dan Yousef bahagia dan
berjaya. (kalimat yang diucapkan Fahri kepada Madame Nahed
dan keluarganya).
23. 115 Di desa hadiah adalah membagi rizki pada tetangga agar semua
mencicipi suatu nikmat anugerah Gusti Allah. Jika ada yang
panen mangga ya semua tetangga dikasih biar ikut merasakan.
24. 137 Imam muda berhati lembut itu mengecup kepalaku berkali-kali.
Begitulah cara orang Arab memberikan tanda penghormatan
yang tinggi. Penghormatan orang yang dianggap sangat dekat.
Dari bibirnya keluar ucapan selamat dan doa tiada henti.
25. 140 Nurul dan teman-temannya orang yang jujur dan amanah.
26. 141 Hamdi ikut serta memijat-mijat. Teman-teman memang sangat
121
baik dan perhatian.
27. 144 Terima kasih Madame atas sarannya, doakan saja. (kalimat
yang diucapkan Fahri kepada Madame Nahed).
28. 146 Ya Allah, kulihat Saiful tidur di karpet. Ia begitu setia
menunggui aku. Ana uhibbuka filla ya akhi!
29. 147 Belilah, kudoakan kau mendapatkan istri yang salehah dan
cantik seperti bidadari dan memiliki anak yang saleh salehah,
juga ku doakan umurmu berkah, rizkimu melimpah sehingga
kau dan anak cucumu tidak akan perlu berjualan di jalan seperti
diriku. Belilah untuk penyemangat hidupku! (kalimat yang
diucapkan penjual mainan kepada Fahri).
30. 154 Maria terus berusaha mengimbangi kecepatan langkahku. Ia
berusaha memayungi diriku dari sengatan matahari.
31. 179 Kudengar mereka berdua berbincang sambil makan roti. Saiful
mengucapkan terima kasih atas kebaikan Maria.
32. 184 Mas kami pamit. Kami sudah lama di sini. Syafakallah!
(kalimat yang diucapkan Zaim kepada Fahri).
33. 193 Aku berharap bisa membalas kebaikannya.
34. 200 Nurul menyatakan rasa gembira dan senangnya.
35. 205 Syaikh Utsman menyambutku dengan senyum dan pelukan
penuh kehangatan. Aku seperti seorang cucu yang beliau
sayangi.
36. 230 Aku tahu benar Nurul siap berkorban apa saja untuk kebaikan
orang yang dicintainya itu.
37. 231 Sejak bertemu muka dengan Aisha hatikusepenuhnya dipenuhi
rasa cinta kepadanya. Dan beberapa jam lagi ikatan suci yang
menyatukan cinta kami akan terjadi.
38. 249 Fahri, aku mencintaimu. (kalimat yang diucapkan Aisha
kepada Fahri).
39. 260 Namanya Khaleda. Aku memanggilnya Madame Khaleda.
122
Kebetulan beliau tidak memiliki anak. Beliau mencurahkan
segala kasih sayangnya padaku. (kalimat yang diucapkan
Aisha kepada Fahri).
40. 264 Sekarang aku hanya bisa berdoa semoga Allah kembali
memberikan hidayah kepada ayah. (kalimat yang diucapkan
Aisha kepada Fahri).
41. 283 Meskipun kusembunyikan toh kelihatannya kau bisa membaca
keinginanku. Kau memang suami yang baik. (kalimat yang
diucapkan Aisha kepada Fahri).
42. 289 Kutatap wajah istriku. Haruskah aku berterus terang padanya?
Aku tak ingin membuat dirinya kacau dan cemburu. Aku harus
melindungi ketenangan jiwanya. Yang jelas aku sama sekali
tidak mau mengkhianatinya.
43. 291 Cinta sejati dua insan berbeda jenis adalah cinta yang terjalin
setelah akad nikah. Yaitu cinta kita pada pasangan hidup kita
yang sah. Cinta sebelum menikah adalah cinta semu yang tidak
perlu disakralkan dan diagung-agungkan.
44. 295 Aku hanya berdoa dalam hati semoga Maria cepat sembuh.
45. 297 Sama, aku pun sangat mencintaimu, Suamiku. Rasanya tak ada
bahasa yang sanggup mewakili besarnya rasa cintaku padamu.
Setelah Allah dan Rasulnya, kaulah yang paling kucinta. Kaulah
hartaku yang paling berharga. Harta dan kekayaan bisa dicari,
tapi suami yang saleh dan memiliki rasa cinta sedemikian tulus
dan bersihnya seperti dirimu adalah karunia Allah yang tiada
terkira. (kalimat yang diucapkan Aisha kepada Fahri).
46. 302 Aku membalas dengan mengabarkan baru tiba dari Alexandria
dan insya Allah besok pagi akan datang menjenguk.
47. 325 Aku juga sangat mencintaimu. Kau besarkanlah jiwamu
Suamiku, aku berada di sampingmu. Aku tidak akan termakan
tuduhan jahat itu. Aku yakin akan kesucianmu. Kalau
123
seandainya kau mengizinkan, aku ingin dipenjara bersamamu
agar aku bisa menyediakan sahur dan buka untukmu. (kalimat
yang diucapkan Aisha kepada Fahri).
48. 360 Aku berjanji akan setia menempatkan cinta yang kita bina ini di
dalam cahaya kerelaan-Nya
49. 365 Tuan Boutros dan Madame Nahed datang. Aku sama sekali
tidak menyangka mereka akan datang menjenguk dan
mengucapkan selamat hari raya.
50. 392 Semoga istri keduamu itu cepat sembuh. Selamat atas
pernikahan kalian. Semoga dirahmati Tuhan. (kalimat yang
diucapkan Alicia kepada Fahri).
Tabel 12
Rincian Kategori Nilai Akhlak kepada Lingkungan
No Halaman Kutipan/Uraian
1. 269 Aku mendekati jendela, menyibak gordennya dan melongok.
Panorama Sungai Nil di waktu dhuha sangat indah.
124
LEMBAR UJ I REFERENSI
Nama : Rodhiatam Mardhiah
Nim : 106013000712
J urusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
J udul : Nilai Agama dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy
No. REFERENSI
Dosen
Pembimbing
1. Abidin, M. Zainal, Aqidah Akhlak, dalam
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/,
diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.49 WIB.
2. Antoinette, Maria, Belajar Psikologi Bukan Hanya untuk
Anda, dalam
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/nilai.html,
diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010. pkl. 20.10 WIB.
3. Anshari, Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat, dan Agama,
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991.
4. Anwar, Desy, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru,
Surabaya: Amelia, 2003.
5. Aripin, Jaenal, dan Azharudin Lathif, Filsafat Hukum Islam
Tasyri dan Syari, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
6. Asidiqi, Ginan Nuruzaman, Muslim Sejati: Dunia Ibarat
125
Neraka, Hidup bagai Layang-Layang, dalam
http://muslimcianjur.blogspot.com/2007/04/aqidah-syariah-
dan-akhlak-dalam-islam.html, diakses pada hari Selasa, 4
Januari 2011, pkl. 21.11 WIB.
7. Atmosuwito, Subijantoro, Perihal Sastra dan Religiusitas
dalam Sastra, Bandung: CV Sinar Baru, 1989.
8. Badudu, JS., Sari Kesusastraan Indonesia, Bandung: CV
Pustaka Prima, 1984.
9. Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: PT
Bulan Bintang, 1996.
10. El-Kasih, Adinda Ferra Najwa, Membaca Jauh dari
Kebodohan, Kebodohan = Kemiskinan = Kejahatan, dalam
http://id.shvoong.com/social-sciences/1781192-
habiburrahman-el-shirazy-karya-sastra/, diakses pada hari
Sabtu, 9 Oktober 2010, pkl. 15.00 WIB.
11. El Shirazy, Habiburrahman, Ayat-Ayat Cinta, Jakarta:
Republika, 2008.
12. Kamil, Sukron, Syariah Islam dan Ham, Jakarta: CSRC, 2007.
13. Keraf, Gorys, Argumentasi dan Narasi, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2004.
14. Keraf, Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009.
15. Mahayana, Maman S., 9 Jawaban Sastra Indonesia, Jakarta:
Bening Publishing, 2005.
16. Mangunwijaya, Y.B., Sastra dan Religiositas, Yogyakarta:
Kanisius, 1988.
126
17. Maulana, Ahmad, dkk., Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta:
Absolut, 2004.
18. Mubarok, Achmad, Dimensi Ajaran Islam, dalam
http://mubarok-institute.blogspot.com/2006/09/dimensi-ajaran-
islam.html diakses pada hari Selasa, 4 Januari 2011, pkl. 21.28
WIB.
19. Muhammad, Uzy Ibni, Pengertian Nilai,dalam
http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html,
diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.00 WIB.
20. Nurgiyantoro, Burhan, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2005.
21. Ratna, Nyoman Kutha, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian
Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
22. R., Jalius H., Pengertian Nilai, dalam
http://jalius12.wordpress.com/2010/10/01/pengertian-nilai/,
diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.30 WIB.
23. R., Syamsuddin A., dan Vismaia S. Damaianti, Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
24. Samdi, Arianto, Pengertian Novel dalam,
http://sobatbaru.blogspot.com/2008/04/pengertian-novel.html,
diakses pada hari Selasa, 26 Oktober 2010, pkl. 20.40 WIB.
25. Sayuti, Suminto A., Berkenalan dengan Prosa Fiksi,
Yogyakarta: Gama Media, 2000.
26. Sitanggang, S. R. H., Joko Adi Sasmito, dan Maini Trisna
Jayawati, Religiusitas dalam Tiga Novel Modern: Kemarau,
Khotbah di Atas Bukit, dan Kubah, Jakarta: Pusat Bahasa,
127
2003.
27. Soekanto, Soerjono, Sosiologi; Ruang Lingkup dan
Aplikasinya. Bandung: Remadja Karya, 1985.
28. Sudarmanto, JB., Agama dan Ideologi, Yogyakarta: Kanisius,
1987.
29. Sudjiman, Panuti, Bunga Rampai Stilistika, Jakarta: PT
Pustaka Utama Grafiti, 1993.
30. Sukada, Made, Pembinaan Kritik Sastra Indonesia, Bandung:
Angkasa, 2005.
31. Tarigan, Henry GunturPengajaran Gaya Bahasa, Bandung:
Angkasa, 2009.
32. Tirtawirya, Putu Arya, Apresiasi Puisi dan Prosa, Ende-Flores:
Nusa Indah, 1983.
33. Trimansyah, Bambang, Cerita Anak Kontemporer,Yogyakarta:
Nuansa, 1999.
34. Semi, M. Atar Anatomi Sastra, Padang: Angkasa Raya, 1988.
35. Trim, Bambang, Meng-Instal Akhlak Anak, Jakarta:
Hamdalah, 2008.
36. Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra
Indonesia, Bandung: UPI Press, 2006.
37. Wiyanto, Asul, Kesusastraan Sekolah, Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2005.
38. Yaqub, Hamzah, Filsafat Agama; Titik Temu Akal dengan
Wahyu, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992.
39. Yaqub, Hamzah, Pemurnian Aqidah dan Syariah Islam,
Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1998.
128
40. Zaidan, Abdul Rozak, Anita K. Rustapa, dan Haniah, Kamus
Istilah Sastra, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Mengetahui,
Pembimbing
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M. Pd.
NIP 19640212 199703 2 001
129
BIODATA PENULIS
Rodhiatam Mardhiah, lahir di Jakarta, pada 11 September 1988. Akrab
dipanggil Dyah atau DC. Anak kelima dari dua belas bersaudara, pasangan Bapak
Ustadz Awaluddin Muhammad Amin dan Ibu Bismar Hasan. Beralamat di Jalan
Palmerah Utara I Rt. 009/04 No: 15 11480.
Moto hidup : Jika orang lain BISA mengapa saya TIDAK BISA??
Keinginannya adalah ingin SUKSES dunia dan akhirat. Sucsess is my right! Ingin
selalu membahagiakan orang-orang yang dicintai karena hidup terasa BAHAGIA
jika kita dapat MEMBAHAGIAKAN orang lain, ingin melakoni skenario yang
sudah digariskan Tuhan dengan sebaik-baiknya, dan melakukan yang TERBAIK
dalam hidup. Salam SEMANGAT dan SUKSES LUAR BIASA!!!

Anda mungkin juga menyukai