Anda di halaman 1dari 6

Manej emen Ri siko

GCG (Good Corporate Governance)


di Indonesia







Disusun ol eh :

Nama : Roni Bintoro
Nim : 12/333501/TP/10519






Jurusan Teknol ogi Industri Pertani an
Fakul tas Teknologi Pertani an
Uni versi tas Gadj ah Mada
2014

Good Corporate Governace Roni Bintoro/12/333501/tp/10519 - halaman 1

GCG (Good Corporate Governance) di Indonesia
Roni Bintoro
12/333501/TP/10519
Universitas Gadjah Mada

PENDAHULUAN

Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang
dibentuk berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah
mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang pertama. Pedoman tersebut
telah beberapa kali disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan pemikiran bahwa
suatu sektor ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang sama, maka pada awal
tahun 2004 dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia dan pada awal tahun 2006
dikeluarkan Pedoman GCG Perasuransian Indonesia.
Sejak Pedoman GCG dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan
pedoman GCG sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahan-perubahan
yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Walaupun peringkat penerapan
GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat menerapkan GCG di kalangan
dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Perkembangan lain yang penting dalam kaitan dengan
perluny penyempurnaan Pedoman GCG adalah adanya krisis ekonomi dan moneter pada tahun
1997-1999 yang di Indonesia berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan.
Krisis tersebut antara lain terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan GCG
secara konsisten, khususnya belum diterapkannya etika bisnis. Oleh karena itu, etika bisnis dan
pedoman perilaku menjadi hal penting yang dituangkan dalam bab tersendiri. Sehubungan
dengan pelaksanaan GCG, Pemerintah juga makin menyadari perlunya penerapan good
governance di sektor publik, mengingat pelaksanaan GCG oleh dunia usaha tidak mungkin
dapat diwujudkan tanpa adanya good public governance dan partisipasi masyarakat. Dengan
latar belakang perkembangan tersebut, maka pada bulan November 2004, Pemerintah telah
menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-
Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Good Corporate Governance
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance), yang selanjutnya
disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan
perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. GCG adalah
sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Corporate Governance
mengatur pembagian tugas hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap
kehidupan perusahaan termasuk para pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan
semua anggota stakeholder nonpemegang saham .
Berbagai macam definisi yang timbul disebabkan karena pada awalnya Corporate
Governance lahir sebagai prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus dikembangkan oleh
perusahaan agar tetap survive. Karena menyangkut prinsip dan nilai tersebut maka dalam
prakteknya Corporate Governance muncul di tiap negara dengan isu yang berbeda-beda
disesuaikan dengan sistem ekonomi yang ada di setiap negara. Selain itu dalam prakteknya
Good Corporate Governace Roni Bintoro/12/333501/tp/10519 - halaman 2

agar dapat dilaksanakan, prinsip dan nilai Corporate Governance harus disesuaikan dengan
kondisi yang ada pada suatu perusahaan dan sangat tergantung dengan bentuk perusahaan,
jenis usaha dan komposisi kepemilikan modal perusahaan.
2. Penciptaan Situasi Kondusif Untuk Melaksanakan Good Corporate Governance
GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten
dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu penerapan GCG perlu didukung oleh
tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia
usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.
Prinsip-prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing masing pilar adalah :
1) Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang
iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement).
2) Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar
pelaksanaan usaha.
3) Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena
dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol
sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.
3. Asas Good Corporate Governance
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek
bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai
kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku
kepentingan (stakeholders).
1) Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk
mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang
saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2) Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3) Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan
sebagai good corporate citizen.


Good Corporate Governace Roni Bintoro/12/333501/tp/10519 - halaman 3

4) Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan
tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

4. Tujuan Pelaksanaan Good Corporate Governance
Penerapan sistim GCG diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak
yang berkepentingan (stakeholders) melalui beberapa tujuan berikut :
1. Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan suatu organisasi yang
memberikan kontribusi kepada terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai
dan stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan dalam menghadapi
tantangan organisasi kedepan.
2. Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan terbuka, adil, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para share holders dan stakeholders.
Penerapan Good corporate Governance dilingkungan BUMN dan BUMD mempunyai tujuan
sesuai peraturan menteri negara Badan Usaha Milik Negara nomor : per 01 /mbu/2011 pada
pasal 4 yaitu :
1. mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan
keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN;
2. mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero/Organ Perum;
3. mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap
peraturan perundangundangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN;
4. meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;
5. meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.

5. Pedoman Praktis Penerapan GCG
Pelaksanaan GCG perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu
diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh perusahaan dalam melaksanakan
penerapan GCG.
Pedoman Pokok Pelaksanaan :
1. Dalam rangka penerapan GCG, masing-masing perusahaan harus menyusun pedoman
GCG perusahaan dengan mengacu pada Pedoman GCG ini dan Pedoman Sektoral (bila
ada). Pedoman GCG perusahaan tersebut mencakup sekurang-kurangnya halhal sebagai
berikut:
a. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;
b. Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite penunjang Dewan
Komisaris, dan pengawasan internal;
Good Corporate Governace Roni Bintoro/12/333501/tp/10519 - halaman 4

c. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ perusahaan secara
efektif;
d. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang
efektif dan pelaporan keuangan yang benar;
e. Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis;
f. Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya;
g. Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi
prinsip GCG.

2. Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses keikutsertaan semua
pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:
a. Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh
semua anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan
semua karyawan;
b. Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan
GCG dan tindakan korektif yang diperlukan;
c. Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan;
d. Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua
pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam
kegiatan sehari-hari;
e. Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa pihak eksternal yang
independen untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan. Hasil
penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS
tahunan.

6. Manfaat Good Corporate Governance

Dengan melaksanakan Corporate Governance, menurut Forum of Corporate
Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain :
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan
yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena
faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,
4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholder Value dan deviden.
7. Faktor Penentu Keberhasilan Good Corporate Governance

Syarat keberhasilan penerapan GCG memiliki dua faktor yang memegang peranan sebagai
berikut :
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal
dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:
a) Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG
dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
Good Corporate Governace Roni Bintoro/12/333501/tp/10519 - halaman 5

b) Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c) Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar GCG.
d) Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:
a) Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi
hukum yang konsisten dan efektif.
b) Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government menuju
Good Government Governance yang sebenarnya.
c) Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi
standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain, semacam
benchmark (acuan).
d) Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat.
Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan
masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
KESIMPULAN
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance), yang selanjutnya
disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan
perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. GCG adalah
sistem yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Setiap perusahaan harus
memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran
perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability)
perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).

REFERENSI
http://erizanugrahvianti.wordpress.com/2013/05/27/good-corporate-governance/
http://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang
penerapan praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pedoman Umum Good Corporate Governance 2006 oleh Komite Nasional Kebijakan
Governace.
Salinan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER 01 /MBU/2011
Tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) pada Badan
Usaha Milik Negara.

Anda mungkin juga menyukai