Anda di halaman 1dari 193

Asuhan Keperawatan Anak Autis

A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan
gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu
berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt
menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan
jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik
dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak
tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam
tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog
dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur
yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua
harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik
children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena
kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari
pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri
sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia
medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan
frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang
belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak
kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat
meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif
dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak
anak autis.
Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD
Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh
lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk
diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang
"meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi
Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD
( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak
menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak
tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya
bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam
pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami
tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan
orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan
motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik
dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat
terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi
mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami
sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis.
Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan
utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan
anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi
lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di
kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun
dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola
gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-
lumba sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD
Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh
juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu
memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD
ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak
anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu
yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil
tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman
digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini
dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam
masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi
mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi
lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan
perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar
dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan
dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan
mengenai diri atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
Sign symptom :
Gelisah
Mudah tersinggung
Khawatir
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas
intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
Koping klien teratasi
Klien mampu membuat keputusan
Klien mampu mengendalikan impuls
Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi
tingkat stress anak.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
Beri motivasi pada anak.
Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
Beri reward pada keberhasilan anak.
Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
Pasien tidak gelisah
Pasien tidak merasa cemas
Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar
intensif.
Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses
penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal
belajar berkomunikasi.
Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
Berikan suplemen bila perlu.
Kenali cara/metoda belajar anak.
Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih
dalam batas yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA








Asuhan Keperawatan Anak Autis
A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan
gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu
berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt
menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan
jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik
dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak
tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam
tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog
dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur
yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua
harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik
children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena
kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari
pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri
sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia
medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan
frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang
belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak
kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat
meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif
dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak
anak autis.
Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD
Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh
lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk
diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang
"meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi
Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD
( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak
menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak
tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya
bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam
pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami
tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan
orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan
motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik
dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat
terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi
mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami
sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis.
Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan
utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan
anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi
lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di
kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun
dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola
gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-
lumba sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD
Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh
juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu
memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD
ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak
anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu
yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil
tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman
digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini
dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam
masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi
mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi
lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan
perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar
dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan
dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan
mengenai diri atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
Sign symptom :
Gelisah
Mudah tersinggung
Khawatir
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas
intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
Koping klien teratasi
Klien mampu membuat keputusan
Klien mampu mengendalikan impuls
Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi
tingkat stress anak.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
Beri motivasi pada anak.
Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
Beri reward pada keberhasilan anak.
Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
Pasien tidak gelisah
Pasien tidak merasa cemas
Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar
intensif.
Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses
penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal
belajar berkomunikasi.
Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
Berikan suplemen bila perlu.
Kenali cara/metoda belajar anak.
Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih
dalam batas yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA








Asuhan Keperawatan Anak Autis
A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan
gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu
berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt
menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan
jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik
dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak
tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam
tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog
dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur
yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua
harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik
children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena
kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari
pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri
sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia
medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan
frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang
belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak
kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat
meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif
dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak
anak autis.
Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD
Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh
lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk
diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang
"meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi
Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD
( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak
menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak
tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya
bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam
pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami
tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan
orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan
motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik
dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat
terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi
mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami
sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis.
Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan
utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan
anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi
lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di
kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun
dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola
gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-
lumba sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD
Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh
juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu
memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD
ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak
anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu
yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil
tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman
digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini
dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam
masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi
mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi
lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan
perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar
dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan
dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan
mengenai diri atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
Sign symptom :
Gelisah
Mudah tersinggung
Khawatir
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas
intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
Koping klien teratasi
Klien mampu membuat keputusan
Klien mampu mengendalikan impuls
Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi
tingkat stress anak.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
Beri motivasi pada anak.
Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
Beri reward pada keberhasilan anak.
Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
Pasien tidak gelisah
Pasien tidak merasa cemas
Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar
intensif.
Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses
penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal
belajar berkomunikasi.
Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
Berikan suplemen bila perlu.
Kenali cara/metoda belajar anak.
Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih
dalam batas yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA









Asuhan Keperawatan Anak Autis
A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan
gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu
berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt
menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan
jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik
dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak
tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam
tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog
dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur
yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua
harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik
children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena
kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari
pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri
sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia
medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan
frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang
belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak
kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat
meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif
dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak
anak autis.
Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD
Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh
lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk
diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang
"meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi
Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD
( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak
menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak
tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya
bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam
pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami
tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan
orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan
motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik
dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat
terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi
mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami
sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis.
Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan
utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan
anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi
lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di
kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun
dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola
gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-
lumba sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD
Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh
juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu
memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD
ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak
anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu
yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil
tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman
digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini
dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam
masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi
mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi
lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan
perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar
dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan
dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan
mengenai diri atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
Sign symptom :
Gelisah
Mudah tersinggung
Khawatir
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas
intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
Koping klien teratasi
Klien mampu membuat keputusan
Klien mampu mengendalikan impuls
Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi
tingkat stress anak.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
Beri motivasi pada anak.
Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
Beri reward pada keberhasilan anak.
Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
Pasien tidak gelisah
Pasien tidak merasa cemas
Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar
intensif.
Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses
penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal
belajar berkomunikasi.
Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
Berikan suplemen bila perlu.
Kenali cara/metoda belajar anak.
Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih
dalam batas yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA








Asuhan Keperawatan Anak Autis
A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan
gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu
berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt
menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan
jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik
dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak
tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam
tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog
dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur
yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua
harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik
children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena
kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari
pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri
sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia
medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan
frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang
belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak
kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat
meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif
dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak
anak autis.
Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD
Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh
lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk
diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang
"meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi
Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD
( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak
menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak
tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya
bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam
pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami
tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan
orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan
motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik
dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat
terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi
mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami
sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis.
Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan
utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan
anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi
lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di
kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun
dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola
gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-
lumba sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD
Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh
juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu
memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD
ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak
anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu
yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil
tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman
digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini
dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam
masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi
mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi
lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan
perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar
dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan
dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan
mengenai diri atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
Sign symptom :
Gelisah
Mudah tersinggung
Khawatir
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas
intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
Koping klien teratasi
Klien mampu membuat keputusan
Klien mampu mengendalikan impuls
Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi
tingkat stress anak.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
Beri motivasi pada anak.
Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
Beri reward pada keberhasilan anak.
Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
Pasien tidak gelisah
Pasien tidak merasa cemas
Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar
intensif.
Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses
penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal
belajar berkomunikasi.
Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
Berikan suplemen bila perlu.
Kenali cara/metoda belajar anak.
Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih
dalam batas yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA







Asuhan Keperawatan Anak Autis
A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan
gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu
berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt
menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan
jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik
dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak
tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam
tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog
dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur
yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua
harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik
children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena
kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari
pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri
sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia
medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan
frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang
belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak
kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat
meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif
dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak
anak autis.
Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD
Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh
lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk
diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang
"meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi
Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD
( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak
menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak
tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya
bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam
pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami
tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan
orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan
motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik
dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat
terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi
mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami
sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis.
Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan
utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan
anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi
lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di
kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun
dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola
gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-
lumba sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD
Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh
juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu
memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD
ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak
anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu
yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil
tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman
digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini
dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam
masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi
mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi
lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan
perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar
dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan
dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan
mengenai diri atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
Sign symptom :
Gelisah
Mudah tersinggung
Khawatir
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas
intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
Koping klien teratasi
Klien mampu membuat keputusan
Klien mampu mengendalikan impuls
Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi
tingkat stress anak.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
Beri motivasi pada anak.
Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
Beri reward pada keberhasilan anak.
Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
Pasien tidak gelisah
Pasien tidak merasa cemas
Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar
intensif.
Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses
penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal
belajar berkomunikasi.
Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
Berikan suplemen bila perlu.
Kenali cara/metoda belajar anak.
Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih
dalam batas yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA








Asuhan Keperawatan Anak Autis
A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan
gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu
berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt
menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan
jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik
dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak
tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam
tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog
dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur
yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua
harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik
children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena
kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari
pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri
sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia
medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan
frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang
belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak
kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat
meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif
dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak
anak autis.
Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD
Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh
lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk
diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang
"meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi
Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD
( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak
menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak
tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya
bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam
pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami
tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan
orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan
motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik
dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat
terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi
mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami
sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis.
Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan
utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan
anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi
lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di
kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun
dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola
gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-
lumba sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD
Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh
juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu
memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD
ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak
anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu
yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil
tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman
digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini
dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam
masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi
mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi
lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan
perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar
dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan
dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan
mengenai diri atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
Sign symptom :
Gelisah
Mudah tersinggung
Khawatir
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas
intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
Koping klien teratasi
Klien mampu membuat keputusan
Klien mampu mengendalikan impuls
Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi
tingkat stress anak.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
Beri motivasi pada anak.
Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
Beri reward pada keberhasilan anak.
Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
Pasien tidak gelisah
Pasien tidak merasa cemas
Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar
intensif.
Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses
penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal
belajar berkomunikasi.
Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
Berikan suplemen bila perlu.
Kenali cara/metoda belajar anak.
Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih
dalam batas yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA








Asuhan Keperawatan Anak Autis
A. Defenisi
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan
kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan.(Behrman, 1999: 120)
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305)

Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah
gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal
dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik
berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak
dengan realitas.
B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan
gejala seperti austik.
C. ETIOLOGI
a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar
dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi
f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak,
anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada
suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan.
Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan
konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu
berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan
penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus
konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian
bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas
panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt
menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan
jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang
menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah
berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik
dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
D. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK
Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak
dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi
normal.
Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya.
a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau
menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak
tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila
anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat
tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati
benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila
anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-
ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama),
dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya
bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat
diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang,
melukai dan merangsang diri sendiri.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam
tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun
masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang
memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog
dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,
minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap
pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak
untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan),
anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan
dapat diramalkan .
e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f. Kontak mata minimal atau tidak ada.
g. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan
benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran
dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon
terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang
mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak
pada emosional
i. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata
secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi
yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk
menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur
yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam
retardasi secara fungsional.
k. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan
berjalan berjingkat-jingkat.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
F. PENGOBATAN
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua
harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik
children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan
dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi
bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training
(AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang
baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan
keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku
destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan
negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena
kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri
sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari
pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt
digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri
sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti
kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan.
Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit
bebas aditif atau pengawet.
Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya:
Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi
sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali.
Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran
gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak.
Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis.
Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus
merangsang kemampuan berbicara.
Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat
merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi
kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan
cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya
melakukan detoksifikasi gas merkuri.
Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan
bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak
melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di
sekitarnya.
Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi
perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang
kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib
dilakukan untuk semua jenis terapi lain
Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia
medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa
menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab
lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan
frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk
memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang
belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak
kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat
meningkatkan neurotransmitter.
Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif
dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang
dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak
anak autis.
Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD
Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh
lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk
diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang
"meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan.
Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi
Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD
( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak
menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak
tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap
penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya
bisa menghasilkan getaran SMR tersebut.
Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam
pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami
tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan
orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan
motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik
dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini.
Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat
terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi
mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami
sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu kemajuan anak autis.
Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan
utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis.
Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan
anak anda tercinta.
Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi
lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di
kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun
dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola
gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumba-
lumba sudah bisa diatasi.
CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD
Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh
juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu
memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD
ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak
anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu
yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat
elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil
tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman
digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini
dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a. Mengurangi masalah perilaku.
b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
c. Anak bisa mandiri.
d. Anak bisa bersosialisasi.
G. PROGNOSIS
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan
marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam
masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi
mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi
lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan
perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua.
kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada
perkembangan usia.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Factor predisposisi
b. Psikososial
c. Konsep diri
d. Staus mental
e. Mekanisme koping
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Ketidakmampuan Koping Individu
2. Harga Diri Rendah
3. Kecemasan pada orangtua
4. Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan :
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan
Kelas 2 : Respon Koping
Proses dalam mengelolah stress lingkungan
Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar
dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan
dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
Sign Symptom :
Gangguan tidur
Penurunan dukungan social
Pemecahan masalah tak adekuat
Perubahan pola komunikasi
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Domain 6 : Persepsi Diri
Kesadaran terhadap diri
Kelas 2 : harga diri
Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan
diri,kepentingan dan kesuksesan
Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan
mengenai diri atau kemampuan diri yang negative.
Sign Symptom :
Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru.
Kurang kontak mata
Mencari ketenangan berlebihan
3. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress
Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan.
Kelas 2 : respon koping
Proses dalam mengelola stress lingkungan.
Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan
gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik
atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk
mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya
dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk
menghadapinya.
Sign symptom :
Gelisah
Mudah tersinggung
Khawatir
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan belajar.
Domain 5 : Persepsi / Kognisi
System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi,
sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi.
Kelas 4 : kognisi
Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah,
abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas
intelektual, menghitung dan bahasa.
Pengertian :
Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang
spesifik.
Sign symptom :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Prilaku berlebihan atau tidak sesuai.
INTERVENSI
a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak
adekuat keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
1. CLIEN OUT COMES :
Koping klien teratasi
Klien mampu membuat keputusan
Klien mampu mengendalikan impuls
Klien mampu memproses informasi
2. NURSING OUT COMES : Koping
Indicator :
Mengidentifikasi pola koping yang efektif
Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan
Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress
Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping
Melaporkan penurunan perasaan negatif
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Koping
Aktivitas
Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya.
Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan.
Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya.
Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi
tingkat stress anak.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman
sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mampu menunjukkan Harga dirinya
2. NURSING OUT COMES : Harga Diri
Indicator :
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Mempertahankan postur tubuh tegak
Mempertahankan kontak mata
Mempertahankan kerapihan/hygiene
Menerima kritikan dari orang lain
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan
Harga Diri
Aktivitas
Beri motivasi pada anak.
Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
Beri reward pada keberhasilan anak.
Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.
c. Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan
anak.
Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan.
1. CLIEN OUT COMES :
Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan
Pasien tidak gelisah
Pasien tidak merasa cemas
Pasien tampak tenang
2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas
Indicator :
Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat
stress
Mempertahankan penampilan peran
Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori
Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada
Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan
Ansietas
Aktivitas
Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya.
Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar
intensif.
Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak.
Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu.
Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
d. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara
mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
1. CLIEN OUT COMES :
Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses
penyakit dan prosedur tindakan pengobatan.
2. NURSING OUT COMES :
Indicator :
Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut
penanganan yang di anjurkan
Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas
3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION :
Aktivitas
Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal
belajar berkomunikasi.
Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan.
Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
Berikan suplemen bila perlu.
Kenali cara/metoda belajar anak.
Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih
dalam batas yang wajar.

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC,
Jakarta
2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi
15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
3.diagnosa keperawatan NANDA

Anda mungkin juga menyukai