Anda di halaman 1dari 17

OPTIMASI EKONOMI

Definisi Optimasi
Dalam ekonomi manajerial, tujuan pokok manajemen adalah
memaksimumkan nilai perusahaan. Optimasi ialah metode untuk
memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan perusahaan atau
organisasi.
Optimasi seringkali menjadi fokus utama dalam pengambilan
keputusan misalnya untuk meningkatkan daya saing suatu produk, maka
perusahaan harus bisa memaksimalkan kualitas dari produk tersebut
dengan meminimalkan biaya produksi.
Metode Optimasi
- Tabel dan Grafik
Hubungan ekonomi dapat digambarkan dalam bentuk persamaan,
tabel, atau grafik. Bila hubungannya sederhana, tabel dan/atau grafik
dapat mencukupi. Namun bila hubungan rumit, menggambarkan
hubungan dalam bentuk persamaan mungkin diperlukan. Sebagai contoh,
misalkan hubungan antara penerima total (total revenue TR)
perusahaan dan kuantitas (quantity Q) barang atau jasa yang dijual
perusahaan pada waktu tertentu,misalkan 1 tahun, diberikan fungsi :
TR = 1.000Q

(2.1)
Tabel 2.1 Hubungan antara Total Pendapatan dan Kuantitas
Kuantitas
Produk
(Q)
Total Pendapatan
(TR) = 1.000 Q
10 Rp 10.000
20 20.000
30 30.000
40 40.000
50 50.000
60 60.000
70 70.000
80 80.000
90 90.000
100 100.000

Dengan mensubstitusikan ke dalam persamaan 2.1 berbagai nilai
hipotesis untuk kuantitas yang terjual, kita membuat skedul penerimaan
total perusahaan, yang ditunjukkan dalam tabel 2.1.
Dengan menggambarkan skedul TR pada tabel 2.1, kita
memperoleh kurva TR dalam tabel 2.1. Jadi, kita lihat bahwa hubungan
antara penerimaan total perusahaan dan jumlah penjualannya dapat
digambarkan dalam bentuk persamaan, tabel, atau grafik.
Figur 2.1 KurvaPenerimaan Total Perusahaan

0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
0 50 100 150
Kuantitas Produk
T
o
t
a
l

P
e
n
d
a
p
a
t
a
n

- Kalkulus Diferensial
Konsep kalkulus dasar dikembangkan untuk masalah pengambilan
keputusan yang dibatasi oleh beberapa kendala. Fungsi Y =f (X) dengan
menggunakan (delta) sebagai tanda perubahan, kita bisa menunjukkan
perubahan nilai variabel independen (X) dengan notasi X dan perubahan
variabel dependen (Y) dengan notasi Y. Perbandingan Y/X
menunjukkan suatu spesifikasi umum dari konsep marginal:


Perubahan Y yaitu Y dibagi dengan perubahan X yaitu X
menunjukan perubahan variabel dependen yang disebabkan oleh
perubahan satu unit nilai X.
Gambar 2.2 : perubahan Y/X sepanjang sebuah kurva

Secara konseptual, turunan (derivative) merupakan suatu spesifikasi
yang tepat dari hubungan marginal secara umum, Y/X. untuk
mendapatkan sebuah turunan kita harus mendapatkan nilai rasio Y/X
untuk suatu perubahan variabel independen yang sangat kecil. Notasi
matematis untuk sebuah turunan adalah :


Konsep turunan sebagai limit dari suatu rasio adalah sama dengan
slope kurva pada sebuah titik. Gambar 2.3 menunjukan konsep tersebut
menggunakan gambar yang sama dengan gambar 2.2. Slope rata-rata
dari dari kurva tersebut antara titik A dan D dihitung dengan cara :




Ditunjukan sebagai slope dari garis yang menghubungkan kedua titik
tersebut. Slope garis singgung ini didefenisikan sebagai turunan(dY/dX)
fungsi tersebut pada titik D; slope itu menunjukan perubahan marginal Y
yang disebabkan oleh suatu perubahan X yang sangat kecil pada titik
tersebut.
Misalkan variabel dependen Y adalah penerimaan total (TR) dan
variabel independennya adalah output. Maka turunan dY/dX menunjukan
bagaimana hubungan antara penerimaan dengan output pada suatu
tingkat output tertentu. Karena perubahan perubahan penerimaan yang
disebabkan oleh suatu perubahan output didefinisikan sebagai
penerimaan marginal (MR), maka turunan TR adalah sama dengan MR
pada setiap tingkat output tertentu.
Gambar 2.4 : penggambaran turunan sebagai slope sebuah kurva

Aturan Menurunkan Suatu Fungsi
Untuk memudahkan mencari turunan suatu fungsi dapat digunakan
aturan-aturan diferensiasi di bawah ini:
Aturan untuk fungsi konstan
Y= f (x) = a


Sebagai contoh, untuk fungsi
Y = 2


Keadaan ini digambarkan pada Gambar untuk Y = 2. Oleh karena Y
didefinisikan sebagai konstanta, maka tidak berubah-ubah walaupun X
berubah, dan karena itu dY/dX pasti sama dengan nol.
Gambar 2.5 dari sebuah Fungsi yang Konstan:
Y = Konstanta, dY/dX = 0

Aturan untuk fungsi pangkat
b
aX Y =

=
dX
dY
b. a. X
(b-1)
Sebagai contoh adalah fungsi berikut ini:
Y = 2X
3
=
dX
dY
3. 2x
(3-1)
= 6X
2

Sebuah grafik bisa memperjelas konsep fungsi pangkat ini. Pada
Gambar 2.6, dua contoh fungsi pangkat di muka, Y = X
3
dan Y = 0,5X
dilukiskan. Pertama perhatikan Y = 0,5X. Turunan fungsi ini adalah dY/dX
= 0,5, merupakan sebuah konstanta, menunjukkan bahwa slope fungsi
tersebut adalah konstan. Hal ini tampak pada gambar tersebut. Turunan
mengukur suatu tingkat perubahan. Jika tingkat perubahan tersebut
Y
=
2
X
2
Y
konstan, jika fungsi tersebut liniear, maka turunan fungsi tersebut pasti
konstan. Fungsi yang kedua, Y = X
3
, meningkat jika X bertambah.
Turunan fungsi tersebut, dY/dX = 3X
2
, selalu meningkat jika X bertambah
banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa slope fungsi tersebut meningkat.
Gambar 2.6 Fungsi Pangkat

Aturan untuk penjumlahan dan pengurangan.
U = g(X): U adalah g fungsi X
V = h(X): V adalah h fungsi X
Turunan dari suatu penjumlahan (atau selisih) sama dengan jumlah atau
selisih) dari turunan secara individual. Oleh karena itu, jika Y = U + V
maka:
dX
dV
dX
dU
dX
dY
+ =
misalnya, U = g(X) = 2X
2
, V = h(X) = -X
3
, dan
Y = U + V = 2X
2
X
3
maka:
2
3 4 X X
dX
dY
= =

Turunan fungsi yang pertama (2X
2
) sama dengan 4X diperoleh melalui
kaidah pangkat; turunan fungsi yang kedua (-X
3
) sama dengan 3X
2

X
Y
Y
Y =


Y=
0,5 X


diperoleh dengan cara yang sama; dan turunan fungsi secara total
merupakan jumlah dari turunan-turunan dari bagian-bagiannya.
Aturan untuk perkalian
Y = U . V, maka:
( )
|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
=
dX
dU
X
dX
dV
X
dX
dY
3 3
2

= 3X
2
(-1) + (3 X)(6X)
= -3X
2
+ 18X 6X
2

= 18X 9X
2

Aturan untuk pembagian
Y = U/V, maka:
2
. .
V
dX
dV
U
dX
dU
V
dX
dY

=

Misalnya, U = 2X 3 dan V = 6X
2
, maka :
2
6
3 2
X
X
Y

=
( )
4
2
36
12 3 2 2 . 6
X
X X X
dX
dY
= =
4
2 2
36
36 24 12
X
X X X +
=
4
2
36
12 36
X
X X
=
3
3
3
X
X


Aturan untuk fungsi dari fungsi (rantai).Turunan sebuah fungsi dari
sebuah fungsi diperoleh dengan cara. Jika Y = f(U), dimana U = g(X),
maka:
dX
dU
dU
dY
dX
dY
+ =

Misalkan, Y = 2U U
2
, dan U = 2X
3
, maka kita bisa mendapatkan dY/dX
dengan cara berikut:
Langkah 1:
U
dU
dY
2 2 =

Dengan mensubtitusikan nilai U diperoleh:
( )
3
2 2 2 X
dX
dY
=

= 2 4X
3
Langkah 2
2
6X
dX
dY
=

Langkah 3
dX
dU
x
dU
dY
dX
dY
=

= (2 4X
3
)6X
2
= 12X
2
24X
5


Membedakan Titik Maksimum dan Minimum Suatu Fungsi
Turunan pertama sebuah fungsi total menunjukkan suatu ukuran
apakah fungsi tersebut sedang menaik atau menurun pada titik tertentu.
Agar suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum, maka fungsi tersebut
harus tidak dalam keadaan menaik atau menurun. Oleh karena itu
slopenya harus sama dengan nol. Namun demikian, karena nilai marginal
akan menjadi nol baik untuk nilai maksimum maupun minimum dari suatu
fungsi, maka analisis selanjutnya perlu untuk menentukan apakah nilai
maksimum atau minimum tersebut telah ditemukan.
Keadaan tersebut dilukiskan dalam Gambar 2.8 di mana tampak
bahwa slope dari kurva laba total adalah nol, baik pada titik A maupun titik
B. Namun demikian, titik A menunjukkan tingkat output yang
meminimumkan laba, sedangkan titik B menunjukkan tingkat output yang
memaksimumkan laba.
Konsep turunan kedua (second-order derivative) digunakan untuk
membedakan nilai maksimum dengan minimum dari suatu fungsi.
Turunan kedua ini merupakan turunan dari turunan pertama. Jika laba
total ditunjukkan oleh persamaan = t a bQ + cQ
2
dQ
3
, seperti
ditunjukkan Gambar 2.8, maka turunan pertamanya yang merupakan
fungsi laba marginal adalah:
2
3 2 dQ cQ b M
dQ
d
+ = = t
t

Turunan kedua dari fungsi laba total adalah turunan dari fungsi laba
marginal yaitu:
dQ c
dQ
dM
dQ
d
6 2
2
2
= =
t t

Gambar 2.7Laba Sebagai Fungsi Dari Output

Gambar 2.8 Penentuan Nilai Maksimum dan Minimum Suatu Fungsi

Jika turunan pertama menunjukkan slope fungsi laba total, maka
turunan kedua tersebut menunjukkan slope dari turunan pertama tersebut
yakni slope dari kurva laba marginal. Kita bisa menggunakan turunan
kedua tersebut untuk membedakan titik maksimum dan minimum. Jika
turunan kedua dari sebuah fungsi negatif maka titik yang ditentukan
adalah maksimum, demikian sebaliknya.
Contoh. Misalkan fungsi laba total dalam Gambar 2.8 ditunjukkan
oleh fungsi berikut:
Laba total ( ) t = -3.000 2.400Q + 350Q
2
8,333Q
3
(a)
Laba marginal ditunjukkan oleh turunan pertama dari laba total tersebut:
Laba marginal ( ) t M =
dQ
dt
= -2.400 + 700Q 25Q
2
(b)
Laba total akan maksimum atau minimum pada titik-titik dimana turunan
pertama tersebut (laba marginal) sama dengan nol, maka:
=
dQ
dt
-2.400 + 700Q 25Q
2
= 0 (c)
Dengan menggunakan rumus abc, kita akan menemukan nilai-nilai output
yang memenuhi persamaan c yaitu 4 dan 24. Oleh karena itu nilai-nilai
tersebut merupakan titik-titik laba maksimum atau minimum.
Pengujian terhadap turunan kedua dari fungsi laba total pada
masing-masing tingkat output tersebut akan menunjukkan apakah nilai-
nilai tersebut minimum ataukah maksimum. Turunan kedua dari fungsi
laba total tersebut didapatkan dengan mencari turuan dari fungsi laba
marginal (persamaan b):
dQ
dM
dQ
d t t
=
2
2
= 700 50Q
Pada tingkat output atau Q = 4:
2
2
dQ
d t
= 700 50.4 = 500
Karena turunan kedua tersebut positif, yang menunjukkan bahwa
laba marginal sedang menaik, maka laba total adalah minimum pada
tingkat output sebesar 4 unit. Dengan kata lain, laba total pada tingkat
output sebesar 4 sesuai dengan titik A pada Gambar 2.8.
Dengan menilai turunan kedua pada tingkat output sebesar 24 unit,
kita memperoleh.
2
2
dQ
d t
= 700 50 . 24 = -500
Karena turunan kedua tersebut adalah negatif pada tingkat output
sebesar 24, yang menunjukkan bahwa laba marginal tersebut sedang
menurun, maka fungsi laba total mencapai titik maksimum pada tingkat
output sebesar 24 unit. Tingkat output ini sesuai dengan titik B pada
Gambar 2.8.

Optimasi Multivariate dengan dan Tanpa Kendala
- OPTIMISASI MULTIVARIAT
Turunan Parsial
Dampak marginal diukur dengan turunan parsial (partial derivative), yang
di tunjukan dengan symbol (dibandingkan dengan d untuk turunan).
Turunan parsial dari variable terikat atau variable di sisi sebelah kanan
tanda sama dengan diperoleh dengan aturan difeensasi yang sama yang
telah disajikan sebelumnya, kecuali bahwa semua variable bebas selain
variable yang kita cari turunan parisalnya dianggap tetap.
Sebagai contoh, misalkan bahwa fungsi lamba total ( ) suatu
perusahaan tergantung kepada penjualan komoditas X dan Y sebagai
berikut :
( )


Untukj mencari turunan parsial dari terhadap X, , kita
membuat Y tetap dan memperoleh



Hal ini mengisolasi dampak marginal terhadap karena adanya
perubahan jumlah komoditas X saja (sedangkan jumlah komoditas Y
dianggap tetap). Perlu diperhatikan bahwa turunan dari suku ketiga fungsi
adalah Y (karena eksponen implisit dari X adalah 1) dan bahwa Y
dianggap tetap. Suku keempat dan kelima dari fungsi dibuang dari
turunan parsial karena suku-suku tersebut tidak mengandung variable X.
Dengan cara yang sama, untuk mengisolasi dampak perubahan Y
terhadap , kita menganggap X tetap dan memperoleh


Kita dapat meggambarkan secara geometris konsep turunan parsial
dengan suatu gambar tiga dimensi, dengan di sumbu vertical dengan
sumbu X dan sumbu Y membentuk ( permukaan suatu bidang, dan bukan
garis) dasar dari gambar. Maka mengukur dampak marginal X
terhadap pada pemotongan gambar tiga di mensi tersebut sepanjang
sumbu X.
Memaksimumkan Fungsi Dengan Banyak Variabel
Untuk memaksimimkan suatu fungsi dengan banyak variabel, kita harus
membuat setiap turunan parsial sama dengan 0 dan memecahkan
beberapa persamaan tersebut secara bersamaan untuk memperoleh nilai
optimum dari variabel bebas atau variabel di sisi sebelah kanan. Sebagai
contoh, untuk memaksimumkan fungsi laba total .


Kita menetapkan dan ( di peroleh sebelumnya ) sama
dengan 0 dan mencari nilai X dan Y. secara spesifik ,


Kalikan persamaan pertama di atas dengan -6, atur kembali persamaan
kedua, dan kemudian jumlahkan kedua persamaan tersebut kita dapatkan



Sehingga, X = 380 atau 23 = 16,52
()
Y= 80-66,08=13,92
Jadi, perusahaan memaksimumkan pada saat menjual 16,52 unit
komoditas X dan 13,92 unit komoditas Y. substitusikan nilai-nilai ini ke
dalam fungsi . Kita memperoleh laba total maksimum perusahaan
sebesar
() ()

()() ()

+100 ( 13,92 )
= $ 1.356,52
OPTIMASI TERKENDALA
Optimisasi terkendala, yaitu maksimisasi atau minimisasi fungsi tujuan
dengan berbagai kendala. Adanya kendala-kendala tersebut mengurangi
kebebasan tindakan perusahaan dan biasanya menghalangi pencapaian
optimisasi tanpa kendala. Masalah optimisasi terkendala dapat di
pecahkan dengan substitusi atau dengan metode Langrange.
Optimisasi Terkendala Dengan Substitusi
Masalah optimisasi terkendala dapat di pecahkan mula-mula dengan
memecahkan persamaaan kendala untuk satu variable keputusan, dan
kemudian mensubstitusikan nilai variable ini ke dalam fungsi tujuan yang
di cari perusahaan untuk di maksimumkan atau di minimumkan . Sebagai
contoh, misalkan perusahaan berusaha memaksimumkan fungsi laba
totalnya yang terdapat pada persamaan 2-4 pada subbab sebelumnya
( dan diulang dibawah untuk mempermudah pembahasan),


Tetapi menghadapi kendala bahwa output komoditas X ditambah output
komoditas Y harus sama dengan 12. Jadi,
X+Y=12
X=12-Y
Substitusikan persamaan kendala untuk X diatas kedalam fungsi tujuan
laba, kita memperoleh
( ) ( )

( )


Untuk memaksimumkan fungsi laba ( tanpa kendala ) di atas, kita
memperoleh turunan pertama terhadap Y, yang di buat sama dengan nol,
dan pecahkan untuk memperoleh nilai Y. Jadi,
Maka, Y=7
Substitusikan Y=7 kedalam fungsi kendala, kita memperoleh X=12-Y=12-
7=5
Jadi, perusahaan memaksimumkan laba total bila memproduksi 5 unit
komoditas X dan 7 uit komoditas Y (bandingkan dengan X=16,52 dan
Y=13,92 bila perusahaan tidak menghadapi kendala output). Dengan X=5
dan Y=7,
() ()

()() ()

()

Optimisasi Terkendala dengan Metode Pengali Langrange
metode pengali Langrange ( Langrangian multiplier method ),
tahap pertama dalam metode ini adalah membentuk fungsi langrange
( Langrangian function ). Fungsi ini ditunjukkan oleh fungsi tujuan awal
yang berusaha dimaksimumkan atau minimumkan oleh perusahaan
ditambah (huruf latin lamda yang biasa digunakan untuk pengali
Langrange) dikali fungsi tujuan yang dibuat sama dengan nol.
Sebagai contoh, kita menunjukkan bagaimana masalah
maksimisasi laba terkendala yang telah kita pecahkan dalam subbab
sebelumnya dengan substitusi dapat dipecahkan dengan metode pengali
Langrange. Untuk melakukan hal ini, mula-mula kita menetapka fungsi
kendala ( yaitu,X+Y=12) sama dengan nol dan memperoleh
X+Y-12=0
Kita kemudian mengalikan bentuk fungsi kendala dengan dan
menambahkan dengan fungsi keuntungan awal yang akan kita
maksimumkan (yaitu, dengan

) untuk
membentuk fungsi langrange (L). Maka

( )
Fungsi Langrange diatas (

) dapat diperlakukan sebagai fungsi


tanpa kendala dengan tiga variable yang tidak diketahui: X, Y dan .
sekarang, solusi yang memaksimumkan L juga memaksimumkan .Untuk
memaksimumkan

, kita membuat turunan

terhadap X, Y dan sama


dengan nol, dan pecahkan tiga persamaan yang membentuk untuk
mencari nilai X, Y dan . mencari turunan parsial

terhadap X, Y ,
dan tetapkan sama dengan nol sehingga kita memperoleh

6 100 0

12 0
Untuk menemukan nilai X, Y dan yang memaksimumkan

dan ,
kita pecahkan persamaan 2-7, 2-8, dan 2-9 secara bersamaan. Untuk
melakukan hal ini, kurangi persamaan 2-8 dari persamaan 2-7 dan
memperoleh
20 3 5 0
3 3 36 0
3 5 20 0
8 56 0
5 42 100
Maka , = -53
Nilai dari mempunyai interprestasi ekonomi yang penting ini
adalah dampak marginal pada solusi fungsi tujuan yang berhubungan
dengan perubahan 1 unit dari kendala. Dalam masalah di atas hal ini
berarti bahwa penurunan kendala kapasitas output dari 12 menjadi 11
atau naik ke -13 unit akan berturut-turut, mengurangi atau menambah laba
total perusahaan () sebesar lebih kurang $53.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai