1
U
j
1.4
-0
-.
1")-
1
.
- ;
21)10
t!W
Gambar4.3. Variasi Temporal Nilai-b Zona Subduksi Jawa dari Katalog NEIC 1973-2010
!ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika do/am Usoha Prediktabi/itas Gempabumi 41
Scholz (1968) adalah yang pertama menyatakan bahwa nilai-b memilki
hubungan yang j e\as terhadap stress di dal am suat u volume bat uan. Dalam
eksperimennya, ia mengamati bahwa penurunan b berkorelasi dengan kenaikan stress
di dalam bat uan. Variasi temporal nilai-b untuk wilayah Jawa peiode 1973-2010
sepert i terli hat pada gambar 4.3. Pada penelit ian akhir-akhir ini pada katalog global
dan katalog regional yang berbeda menj ukkan bahwa nilai-b secara signif ikan lebi h
rendah untuk even yang terkait dengan thrust dibandingkan dengan normal dan
patahan strike-slip (Schorlemmer et al. , 2005) .
IV.3. Periode Ulang Gempabumi
Gempabumi dengan magnitude 6 berpeluang besar untuk terj adi di zona
subduksi pulau jawa dalam kurun waktu sekitar lima t ahun (Gambar 4.4) . Secara
umum dari pet a Gambar 4.4. gempabumi dengan magnitude 6 di zona ini memiliki
periode ulang yang berbeda-beda yaitu sekitar 5 hingga 20 tahun. Periode ulang yang
pendek biasanya berkorelasi dengan nilai -a yang tinggi. Periode yang pendek dengan
wi/ayall dengan akt ivit as kegempaan yang relatif ti nggi terutama adalall wilayall
samudera Indonesi a sebel ah se!atan Jawa Barat dan selatan Jawa Timur.
-6
-7
18
-10
:::+-1---"--..,-,--.-- ,---" ~ . - -,- ,--,-,--,-,--I
105 106 " 07 0": 109 110 111 112 113 114
Lor.:] 1Jot- [11egj
Gambar 4.4. Peta Periode Ulang Gempabumi Zona Subduksi Jawa M=6
Pe riodi sitas kegempaan zona subduksi Jawa menggunakan metode wavelet
dengan keda laman 0-300 km memberikan informasi bahwa periodisitas secara umum
ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisi ka da/am Usaha Pr ediktabi/itas Gempabumi 42
sekitarempat hi ngga lima t ahun. Periodisi tas berdasarkan kedalaman sumbergempa
menunjukan adanya kesamaan periodisitas gempabumi dominan yaitu sekitar empat
hingga li ma tahunan, meskipun demikian untuk gempa dangkal terdapat siklus dua
tahunanyangcukup kuat.
IV.4. Perubahan laju Seismisitas
Precursor se ismik sangatlah penting, namun demikian sampai saat ini masih
menjaditopik yangmengundang kontroversi. Salah satudiantaranya adalah precursor
kesenyapan seismik (seismic quiescence ). Ada beberapa metode untuk mendeteksi
precurosv seismic quiiescence berdasarkan data katal og gempabumi salah satu
diantaranyaada lah anali sa perubahantingkat seismisitasmenggunaka nmetodez.
Analisa perubahan ti ngkat seismisit as sebelum kejadian gempa Tasikmalaya 2
September2009 M 7,5 (USGS) dapat dil ihat pada gambar4.5 menggunakan metode
LTA dan gambar 4.6 menggunakan metode percentage. Gambar a menunjukkan
distribusi spasial nilai-z periode 1973,0863 - 2009, 7902 cut at tahun 2004.65 dengan
iwl 1,5 tahun. Gambar b merupakan distribusi spasi al nilai-z periode 1973,0863 -
2009,7902 cut at tahun 2005. 65, iwl 1,5 tahun.Gambarcdan d berturut turutcut at
pada tahun 2006, 65 dan 2007,65. Dari distribusi spasial nilai-z tersebut dapat
di ketahui bahwa penurunan ti ngkat sei smisitas di daerah sekitar mainshocks mulai
terjadi3tahunsebel umkejadiangempaTasikmalaya 2September2009M 7,S.
100S
." 6
4
~
2
11
0
S
0
[
1
-2
2
. -4
~ ~ ~ ~ l -4
105
0
E 106"E 107"E 10aoE l09
0
E 107E 1Oa
o
E
(a) (b)
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/ am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 43
8
0
S
1(1's
100S
110S
11S
"1
[1
-2
2
-4
-4
gas
105E 106E 107"E 10SeE 1090E
lOSoE 106"E 107
0
E lOs oE 109"E
(C) (d)
Gambar 4.5. Variasi nilai-z data NEIC 1973.0579 - 2009.6694 dengan f ungsi LTA (a) Cut at
2004.65 (b) Cut at 2005.65 (c) Cut at 2006.65 (d) Cut at 2007.65. Grid O,15xO,15 N 100. Nilai
positip mengindikasikan penurunan tingkat seismisitas
x 1 ~
a
110S
. 2
~ O
10S
o
E 106E 107E 108"E 1U9"E
(al (b)
lOS
O
E l 06E 107E 1(';8E 1('f.) E
7"s
8
0
S
gas
6000
100S
300
- -200
,oeo
2000 11S 100
o
- 100
10S
o
E 106E 107E lOSoE 100"E
(c)
Gambar 4.6. Variasi nilai-z data NEIC 1973.0579 - 2009.6694 dengan fungsi Percentege (a) Cut
at 2004.65 (b) Cut at 2005.65 (c) Cut at 2006.65 (d) Cut at 2007.65. Grid O,15xO,15 N 100. Nilai
positip mengindikasikan penurunan ti ngkat sei smisitas
10SoE 106E 107E 106"E 1090E
(d)
--
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabilitas Gempabumi 44
2
1.8
1.6
1.4
1.2
Cl)
..2
ns 1
=i"
.c
0.8
0.6
0.4
0.2
0
b-value I
,
8 b
I
' .,..
I I'
I'
i "
I
, i I
...- - ,. ,
.", -.- #' , .
.... - - .......'
"
I'
.- - ",.
,
I
,
,
,
,
\
-.- -
1980 1985 1990 1995 2000 2005
TimeI [dec. year]
Gambar 4.7. Variasi Temporal Nilai-b di daerah Jawa barat sebelum gempabumi Tasikmalaya 2
September 2009
Variasi temporal nilai-b wilayah Jawa bagian barat menunjukkan adanyan
penurunan nilai-b sebelum kejadian gempa tasikmalaya 2 September 2009
sebagaimana terlihat pada gambar 4.7.
Analisa perubahan tingkat seismi sitas sebelum kejadian gempa Ujungkulon 16
Oktober 2009 M 6,4 (USGS) dapat dili hat pada gambar 4.8 menggunakan metode LTA
dan gambar 4.9 mengguna kan metode percentage. Gambar a, b, c, d, e dan f
menunjukkan distribusi spasial nilai -z periode 1973,0863-2009,7902 dengan 11'11 1,5
tahun berturut-turut cut at tahun 2003,3; 2004, 3; 2005,3; 2006,3; 2007,3 dan 2008,3.
Dari distribusi spasial nilai-z tersebut dapat diketahu! bahwa penurunan ti ngi<.at
seismisitas di daerah sekitar mainshocks mula; t erjadi 2,5 ta hun sebel um kej adian
gempa Ujungkulon 16 Oktober 2009 M 6,4,
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 45
",I "u;r"",,"::..:,..
I
..
J
(a)
8
0
S
j
v
c
(b) (e)
8
8
6
6
4
2
2
a
o
-2
-2
8
0
S
9
0
S
104
0
E 30' 1050E 30' 1060E
8
-6
2
2
4
2
0
0
o
-2
-2 -2
-4
(d) (e) (f)
Gambar 4.8.Variasi nilai -zda aNEIC 1973,0863-2009,7902denganfungsi LTA (a) Cutat2003,3
(b) Cutat2004,3 (e) Cutat2005,3(d)Cutat2006,3 (e)_Cutat2007,3dan (f) Cutat2008,3.
GridO,15xO, 15N100_ ilaipositipmengindikasikanpenurunantingkat seismisitas
0
6 S 6
0
S
J"o.;.'
200
300
a
.I>.t
70s 7"s 7
0
S
!'
80s 8
0
S
5'$
100
a
104E 30' 10SoE 30' l 060E 30' 1O'f'E
(a) (b) (e)
-I
-,-
/ntegrasiPengamatan ParameterGeofisikada/am Usaha Prediktabi/itasGempabumi 46
200
100
o
104
0
E 30' 1050E 30' 1000E 30' 1070E
300
200
00
o
(d) (e) (f)
Gambar 4.9. Variasi nilai-z data N EIC 1973,0863-2009,7902 dengan fungsi Percentage (a) Cut
at 2003,3 (b) Cut at 2004,3 (c) Cut at 2005,3 (d) Cut at 2006,3 (e). Cut at 2007,3 dan (f) Cut at
2008,3. Grid O,15xO,15 N 100
Variasi Temporal b-value Pada Hiposenter Gempabumi Ujungkulon
a B
-6.5 --1
'"
. 1>
. ",
..,
C
Gambar 4.10. a) b-value pada hiposenter data I< grid 0,2xO,2 juml ah N
minimum 30, Radius Tetap R 110 km (b-value 1. 18 Cum Number 116). b) b-value pada
hiposenter data 0 ~ (b-value 1.15 Cum. Number 288). c) b-value pada
hiposenter data d _ (b-value 1. 13 Cum. Number 305)
integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usoha Prediktabilitas Gem pabumi 47
Variasi temporal nilai-b pada hi poseter menunjukkan nilai-b yang mengalami
penurunan sebelum kejadian gempabumi ujungkulon 16 Oktober 2009 M 6,4
sebagaimana terlihat pada gambar 4.10. dan tabie 4.1.
Tabel 4.1 Variasi Temporal b-value Pada Epicenter Gempabumi Ujungkulon
No Tahun b-value
,
1 2005 1.18
2 2006 1.15
3 2007 1.13
Analisa perubahan tingkat seismisitas sebel um kej adian gempa Tasikmalaya M
6, 3 (USGS) tanggal 26 Juni 2010 dapat dilihat pada gambar 4.11 menggunakan metode
LTA dan gambar 4.12 menggunakan metode percentage. Gambar a, b, c, d
menunjukkan distribusi spasial nilai-z periode 1973,06-2010,26 dengan iw/1,5 tahun
berturut-turut cut at tahun 2005,75; 2006,75; 2007,75 dan 2008,75. Dari distribusi
spasial nilai-z tersebut dapat diketahui bahwa penur unan tingkat seismisit as di daerah
seki t ar mainshocks mulai terj adi 3,5 tahun sebelum kejadian gempa Tasikmalaya 26
Juni 2010 M 6,3.
6
0
S ___ -.. - ...... --+
,-
j -
\
o
-2
101'E l00'E 101'E
(a) (b)
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi
-2
48
--- ,'"
-iJ /C. f
7"5
8S
9S
3
105
!::if
11 0S
I:
-1
-2
105E 108E 109
c
E
(e) (d)
Gambar4.11_Variasi nilai-zdataNEIC 1973,06-2010,26denganfungsi LTA iw11,5tahun (a) Cut
at 2005,75(b) Cut at 2006J5 (e) Cut at 2007J5 dan(d) .Cut at 2008,75. Grid 0,15x0,15 N=
80.
8
0
S
gos
laoS
,,5
{
,
,j
.. ---\
.J
106E
9
0
S
10
0
S
106E
106E 10n:
50
o
-51
(a) (b)
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabilitas Gempabumi
-2
49
6
0
S
'- '--'
J
,.
" I
'v '-' "--
7
0
S
r'
\..--------
8
0
S
9
0
S
10
0
S
:=;'
11"5
10SoE ',06" E 107
0
E 108 E 109E
C)
6
0
S
7
0
S
8
0
S
9
0
S
1C
5C
0
.5(
10
0
S
11
0
S
-
'.
-
"-
;:-..
... '1
,
,
,"
----------- ,.
1
100
50
0
105
0
E 106E 107
0
E 108
0
E 109E
(d)
Gambar 4.12. Variasi nilai-z data NEIC 1973,06-2010,26 dengan fungsi Percentage (a) Cut at
2008,75 (b) Cut at 2007,75 (c) Cut at 2006,75 dan (d) . Cut at 2005,75
Variasi Temporal b-value Pada Kedalaman Hiposenter Gempabumi Tasikmalaya
Variasi temporal nilai-b pada hiposeter menunjukkan nilai-b yang mengalami
penurunan sebe/um kejadian gempabumi Tasi kmalaya 26 juni 2010 M 6,3
sebagaimana terlihat pada gambar 4.13. dan table 4.2.
1 .
1.4
1.7
1
0.8
0.6
1 05.5 106 108 108.5
200
175
150
125
100
75
50
25
19.,05 1961) 1985 1990 1995 2000 2005
Magnitude
Gambar4.13a. b-value pad a kedalaman hiposenter data - grid 0.2xO.2
jumlah N mi nimum 30, Radius Tetap R 110 km (b-value 0.96 Cum. i'Jumber 192)
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Predik tabi/itas Gempabumi 50
:we
17.
150
125
100
75
50
25
o
197$ 1980 1985 1990 1935 2000 2005
1. ft
1.4
1.2
1
O.S
0.6
10'
'(f
4
105.5 106 106.5 107 107. 5 108 108.5
Gambar 4.13b. b-value pada kedalaman hiposenter data grid O.2xO.2
jumlah N minimum 30, Radius Tetap R 110 km (b-value 1.1 Cum. Number 205)
...,
7 -
,
I
I
I
I
I
\
,
, .... -.... _-
200
I 175
'!! . 50
-2 126
'3 100
3 7S
50
25
o
1
0.8 ,
0.6
'0
10'
105.5 106 106.5 107 107.5 108 108.5
1975 1980 HIS'S 1990 1995 2000 20Q.5
Gambar4.13c. b-value pada kedalaman hiposenter data ,oj" I '7 (". grid 0.2xO.2
jumlah N minimum 30, Radius Tetap R 110 km (b-value 1.31 Cum. Number 225)
1.4
1.2
1
0.8
0.8
225
200
J' 175
\ 50
Z 125
'3 100
75
L) S1l
2'
o
10
10'
10
1975 '* , '965 ,990 'SS5 2000 2005
---.'.
...,-
.9
..,. ... ----......
- ,
If' ....,
, ,
, ,
I ,
I \
I \
I \
I ,
\ ,
\ ,
\ J
\ ,
, ,
, ,
, ,
, /
... .... _-_... .... ..
105. 5 106 H)(J. 5 107 107 .5 108 108. 5
Gambar 4.13d.b-value pada kedalaman hiposenter data grid 0.2xO.2
jumlah N minimum 30, Radius Tetap R 110 km (b-value 1. 23 Cum. Number 232)
integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 51
,..
.7
J
I
I
,
:
I
I
I
I
I
,
,... ----
... ... ........ _---'
250
20.
6.5
;I 150
:
!50
o
'0'
.0'
1.'
'. 2
1
-- -- - - -
A.'
Mag;ltude
1915 9aO '965 I gsO 15geo 2000 os.
.....1,. f
-----.....
,
105.5 106 101:1.5 107 107.5 108 108. 5
Gambar4.13e.b-valuepada kedalaman hiposenterdata l ' grid 0.2xO.2
jumlahNminimum30, RadiusTetap R110km (b-value 1Cum. Number250)
2:l!
200
' n
,'"
'00
""' .... -----.......... 70
,
,
, !IO
I ,
25
I ,
I , o
I \ ,WO 199ti 2000 20ti
,
I \
.
, ,
I ,
I ,
I ,
' 0
\ J
1':-W1A: ... J:> , I
"
'....
......_--_......'
,..
--- - -- .-----
U
' .2
0
,<i
o
275
2SO
Gambar4.13f.b-valuepada kedalaman hiposenterdata - - grid0.2xO.2
jumlah Nminimum30, RadiusTetap R110km (b-value0.93vCum.Number272)
Tabel4.2Variasi Temporalb-valuePada EpicentergempabumiTasi kmalaya
No Tahun b-value
'-"
1 2005 0.96
2 2006 1.1
3 2007 1.31
4 2008 1.23
5 2009 1.0
6 2010 0.93
IV.S.HasilPengolahanDataMedanMagnetik
Untukanafisa data magnet ikdan elekt romagnetik,data diambilpadajam malam
yaitu jam 22.00 - 03.00 IT (gambar 4.14) hal ini bertujuan untukmendapatkan data
yangpalingsedikitgangguandariaktivitasmanusia.
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 52
Gambar 4.14. Variasi harian data magnetik pada tanggal 1 Januari 2010
Data magnetik da n elektromagnetik di plot menjadl dua rentang waktu yaitu
Agustus - Desember 2009 dan Ja nuari - Agustus 2010 yang kemudian dianalisa
berdasarkan beberapa even gempabumi besar yang terjadi di radius $ 300 km dari
stasiun pengamatan magnetic Pelabuhan Ratu selama tahun 2009 - 2010 sebagai stud i
kasus, yaitu gempabumi pada tanggal 2 September 2009 (M7.S), 13 September 2009
(M6.6), 16 Oktober 2009 (M6.4), 18 November 2009 (M5.3), 10 Januari 2010 (M5.3),
20 Pebruari (M5.0), 18 Mei 2010 (M6.0) dan 26 Juni 2010 (M6.3). Setelah raw data
dilihat kelengkapan dan dihilangkan noise-nya, raw data kemudi an difilter dengan
wavelet diambil pada frekuensi 0.01 Hz sebagai frekuensi analisa. Nil ai hasil fil t er
dihitung nilai pol arisasi dan diana lisa tren dari rata-rata hariannya (Gambar 4.15 -
4.18). Setelah itu dilakukan analisa analisa spectral pada data polarisasi medan magnet
3 komponen dengan menggunakan metode wavelet {Gambar 4.19}.
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 53
--
...
t
" '
" . '-
'; ::,1
~
I !
I '
I I
Gambar 4. 15,Hasil f ilter wavelet dari data medan magnetic komponen H, D, Z, nilai harian
polarisasi medan magnetik komponen horizontal dan vertikal dan dst index dalam rentang
waktu Agustus - Desember 2009
Hasil polarisasi medan magnetik komponen hori zontal dan vertikal setelah
dilakukan filter wavelet pada dat a medan magnetik komponen H, D, Z dalam rentang
waktu Agustus - Desember 2009 (Gambar 4.15) dan rent ang waktu Januari - Agustus
2010 {Gambar 4.16} menunjukkan adanya peningkatan akt ivitas medan magnet yang
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika do/am Usaha Prediktabilitas Gempabumi 54
--
diduga sebagai prekursor gempabumi. Waktu kemunculan prekursor seperti yang
ditunjukkan pada table 4.3.
j :,
J
h 1.;
---'-
Gambar 4. 16. Hasil filter wavelet dari data medan magnetik komponen H, 0, Z, nilai harian
polarisasi medan magnetik komponen horizontal dan vertikal dan dst index dalam rentang
waktu Januari - Agust us 2010
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi SS
,. +--.
.......
I
Gambar4. 17. Hasil filter wavelet dari data MT medan magnetik komponen X, V, Z, nilai harian
polarisasi medan magnetik komponen hori zontal dan vertikal dan dst index dalam rentang
waktu Agustus - Desember 2009
Hasil polarisasi medan magnetik komponen horizontal dan vertikal setelah
dilakukan filter wavelet pada data MT medan magnet ik komponen X, Y, Z dalam
rent ang wakt u Agustus - Desember 2009 (Gambar 4.17) dan rentang wakt u Januari-
fntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 56
Agustus 2010 (Gambar 4.18) menunjukkan adanya peningkatan aktivi tas medan
magnet yang diduga sebagai prekursor gempabumi. Waktu kemunculan prekursor
seperti ya ng ditunj ukka n pada table 4.3.
J.
=..
:- l ":
'.I n
I -y- - .
\ -. . .
Gambar 4.18. Hasil filter wavelet dari data MT medan magnetik komponen X, Y, Z, nilai harian
polarisasi medan magnetik komponen horizontal dan vertikal dan dst index dalam rentang
waktu Januari - Agustus 2010
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 57
Tabel 4.3. Rentang waktu kemunculan prekursor sebelum gempabumi da ri data
magnetometer dan magneto ellurik
Gempabumi
Rentang waktu (Hari)
Data Magneti k Data MT
2 September 2009 (M7.5) 8 15
13 September 2009 (M6.6) 2 Tidak ada precursor
16 Oktober 2009 (M6.4) Tidak ada dat a 15 -19
18 Nopember 2009 (MS.3) 15 5 - 20
10 Januari 2010 (MS .3) 8 4 - 8
20 Pebruari 2010 (MS.O) 14 3 - 14
18 Me; 2010 (M6.0) Tidak ada precursor 8
26 Juni 2010 (M6.3) 22 2
Dari hasH pengol ahan data menggunakan metode anal isis continuous wavelet
transf orm (eWT) untuk data magnet tampak adanya kenai kan nilai spektrum yang
dicurigai sebagai anomali sebelum terjadinya gempabumi (gambar 4. 19), fenomena in;
ditemukan 4 hari sebelum gempabumi sampai 3 hari setelah gempabumi.
Hasil anal isis polarisasi secara keseluruhan menunj ukka n adanya anomali
sebelum gempabumi. Setelah diband ingkan dengan data gempa historis dan dst index-
nya maka akan diketahui po\a yang diduga sebagai prekursor gempabumi. Anomali
medan magnet yang teramati beberapa had sebelum gempabumi t erj adi
dimungkinkan suatu sinyal yang t erkait dengan fase persiapan gempabumi utama
terjadi. Sinyal anomali t eramati berbeda dari sinyal yang berasal dari gangguan (no ise) .
Sangat penting untuk memahami karakter medan magnet bumi lebih lanj ut dalam
kaj ian terhadap pemahaman proses persiapan dan aktivitas seismik sebagai prekursor
gempabumi. Banyak mekanisme fisis untuk menjelaskan sumber-sumber emisi ULF,
seperti efek electrokinetic dan induksi efek micro/racturing.
In tegrasi Pengamatan Param eter Geo/ isika da/am Usaha Prediktabilitas Gempabumi 58
II
, .
'.1.:
i
; .',
L-____ ____________ ____________
o j :
.,
3 n
r l " _'. i U '1
- .'. " j I r- )
Gambar 4.19. Hasil pengolahan data menggunakan metode continuous wavelet transform
(CWT) untuk data magnet dalam rentang waktu 11 - 30 Juni 2010
IV.G. Hasil Pengolahan Dat a Variasi Suhu Permukaan dan Kelembaban
Untuk analisa data variasi suhu permukaan dan kelembaban, data diambil dari
stasiun pengamatan (Automatic Weather System) AWS BMKG Sukabumi ya ng terletak
di Pelabuhan Ratu. Data variasi suhu yang digunaka n meru pakan data hasil
penghitungan rata-rata ha rian suhu maksimum dikurangi suhu minimum sedangkan
data kelembaban meru pakan rata-rata hariannya .
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabilitas Gempabumi 59
Va, lilsiSuhu Pl!rmukl'lCln d<1 n R<'Iti!-ret a Harlan V&rl o!I $1Suhu dan R<'Il6 'r<lta Harlan
1-15 2010 1- 25 Pebruarl1010
*
*
*
*
,
'f
Va rl asi Suhu Permukaan dos n Ke lemb6 ban Rata-rat a Haria n
l8 - Z1 Mel l010
11 - )0Juni 2010
*
*
*
*
*
*
, ,
Gambar4.20. Grafikvariasi suhu permukaandan kelembabanrata-rata harian15 harisebelum
terjadigempabumipadatanggal10Januari2010 (M5.3), 20 Pebruari2010(M5.0), 18Mei
2010(M6.0)dan26Juni 2010 (M6.3)
Garis biru menyatakan variasi suhu permukaan, sedangkan garis merah
menyatakan kelembaban. Dari ke empat grafik diatas terlihat bahwa saat terjadinya
gempabumisuhu naikdan kemudian turun,sedangkan kelembabanterlihat bervariasi,
pada grafik sebelah kiri atas dan kanan bawah kelembaban udara menjelang
gempabumi mengalami penurunan kemudian naik. Sedangkan pada grafiksebelah kiri
bawah dankanan atas, kelembaban udara naikkemudian turun menjelanggempabumi
terjadi. Pada gempabumi Januari, Pebruari dan Juni, fenomena yang dianggap
precursorditemukan 10harisebelumgempabumiterjadi sedangkan pada gempabumi
bulan mei,fenomenaprecursorditemukan 17 harisebel umgempabumiterjadi.
Suhu rata-rata meningkatdibandingkan dengan beberapa harisebelumgempa.
Hal inidiak;batkanoleh tekanan yangterbentuk pada saat gempa bum; berada dalam
fase persiapan sehingga mempengaruhi peningkatan suhu permukaan. Peningkatan
suhu permukaan (land surface temperature / LST) dapat dijadikan prekursor panas
yang terbentuk sebelum gempa bumi terjadi. Fenomena ini telah divalidasi oleh
pengamatanterhadap anomali panasj angka pendekyang dideteksioleh sensorsatelit
/ntegrasiPengamatanParameterGeofisika do/amUsaha Prediktabi/itasGempabumi 60
untuk beberapa gempa bumi terkini di beberapa wil ayah di dunia. Peningkatan suhu
radiasi infra merah berkisar antara 5 sampai dengan 12 C untuk beberapa gempa
bumi yang berbeda. Embun yang terkandung dalam tanah dan kelembaban di udara
juga merupakan faktor yang mengontrol suhu permukaan. Proses yang saling
mempengaruhi ini seperti evaporasi dan kondensasi mengaki bat kan variasi suhu
permukaan.
Penjelasan untuk memahami mengapa radiasi inframerah berkontribusi
terhadap gempa bumi adal ah berdasarkan fenomena seperti peJepasan gas rumah
kaca, karakter di nami k tanah, termasuk embun tanah dan kandungan gas serta
struktur kristal dari masa bebat uan dalam tekanan. Ada empat mekanisme anomali
panas yaitu teori gas panas dan earth degassing theory, teori interaksi sei smo-ionosfer,
teori aktivasi lubang p serta teori penginderaan jauh bebatuan.
Dalam earth degassing theory menjelaskan tentang Inisiasi dari retakan yang
berukuran kecil (microcracks) dan pelepasan pori-pori gas ke atmosfer yang lebih
rendah dengan kondisi memperkuat tekanan di sekitar lokasi gempa bumi. Suhu
mencapai kondisi maksi mum ket ika gas meningkatkan efek greenhouse di atmosfer.
Suhu juga akan menurun dibawah rata-rata suhu biasanya menjelang terjadinya gempa
bumi dan secara bertahap akan kembali normal. Berdasarkan model yang
dikemukakan oleh Troni n ( 1996) selama persiapan gempa bumi gas sepert i H2, He,
CH4, C02, 03, H2S, Rn bersama-sama dengan uap air dan berhubungan dengan panas
akan menca pai permukaan bumi dan disinilah model pasangan litosfer-atmosfer
dimulai.
Pertama, konveksi dari f lux panas (air panas dan gas) mengubah suhu
permukaan bumi. Fase kedua adal ah perubahan level air dengan suhu biasa mengubah
kelembaban tanah dan fisis tana h. Ketiga, efek greenhouse. Gas pada greenhouse
menyerap sebagian radiasi infra merah bumi dan mengakibatkan akumulasi panas
dekat permukaan.
Teori Interaksi Seismo-Ionosfer menjelaskan tentang interaksi Seismo-ionosfer
yang menggerakan gas sepert i radon menuj u bumi, dinamika atmosfer dan ionisasi
udara yang menyebabkan ionisasi udara sehi ngga menyebabkan perubahan suhu,
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika dafam Usaha Prediktabifitas Gempabumi 61
unt uk beberapa gempa bumi t erkini di beberapa wilayah di dunia. Peningkatan suhu
radiasi infra merah berkisar antara 5 sampai dengan 12 C untuk beberapa gempa
bum; yang berbeda. Embun yang t erkandung dalam t anah dan kelembaban di udara
juga merupakan f aktor ya ng mengontrol suhu permukaan. Proses yang saling
mempengaruhi ini seperti evaporasi dan kondensasi mengakibatkan variasi suhu
permukaan.
Penjel asan untuk memahami mengapa rad iasi inframerah berkontribusi
terhadap gempa bumi adalah berdasarkan fenomena seperti peJepasan gas rumah
kaca, karakter dinami k t anah, termasuk embun tanah dan kandungan gas serta
struktur kristal dari masa bebat uan dalam tekanan. Ada empat mekanisme anomali
panas yaitu teori gas panas dan earth degassing theory, t eori interaksi sei smo-ionosfer,
teori aktivasi lubang p serta teori penginderaan j auh bebatuan.
Dalam earth degassi ng theory menjel askan t entang Inisiasi dari retakan yang
berukuran kecil (microcracks) dan pelepasan pori-pori gas ke atmosfer ya ng lebih
rendah dengan kondisi memperkuat tekana n di sekitar lokasi gempa bumi. Suhu
mencapai kondisi maksimum ketika gas meni ngkat kan efek greenhouse di atmosfer.
Suhu j uga akan menurun di bawah rata-rata suhu biasanya menje\ang terjadinya gempa
bum; dan secara berta hap akan kembali normal. Berdasarkan model yang
dikemukakan oleh Tronin ( 1996) seJama persiapan gempa bumi gas seperti H2, He,
CH4, C02, 03, H2S, Rn bersama-sama dengan uap air dan berhubungan dengan panas
akan mencapai permukaan bumi dan disi nilah model pasangan litosfer-at mosfer
dimulai.
Pertama, konveksi dari flux panas (air panas dan gas) mengubah suhu
permukaan bumi. Fase kedua adalah perubahan level ai r dengan suhu biasa mengubah
kelembaban tanah dan fi sis t ana h. Ketiga, efek greenhouse. Gas pada greenhouse
menyerap sebagian radiasi infra merah bum; dan mengaki batkan akumulasi panas
dekat permukaan.
Teor; lntera ksi Seismo-Ionosfer menj elaskan t entang int eraksi Seismo-ionosfer
yang menggerakan gas seperti radon menuju bumi, dinami ka at mosfer dan ionisasi
udara yang menyebabkan ionisasi udara sehingga menyebabkan perubahan suhu,
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 61
kelembaban relatif. Proses fisis yang terjadi dari variasi yang diamat i ada lah
pengeluaran panas laten akibat kondensasi uap air pada ion yang dihasilkan dari
ionisasi udara ol eh partikel a yang dipancarkan oleh Radon (Rn). Keberhasilan dari
proses ini dibukt ikan dilaboratorium dan eksperimen di lapangan, karena it u variasi
spesifik suhu dan ke lembaban udara dapat digunakan sebagai indikator dari variasi
radon sebelum gempa. Proses fisis yang terjadi sebagai berikut: Ion ya ng diprod uksi
oleh ionisasi radon menjadi pusat kondensasi uap air. lebih j elasnya bukan kondensasi
mum ; melainkan hidrasi dari ion yang terbentuk. Proses hidrasi tidak membutuhkan
penj enuhan uap air seperti kondensasi murni. Tetapi pada fase perubahan mol eku! air
dari uap air yang melekat pada ion, panas laten evaporasi dikeluarkan.Kondisi ini
membut uhkan energi sebesat 2370 kJ/Kg dibawah suhu 300 K. Sebagai hasil da ri
kondensasi kelembaban udara menurun sedangkan suhu meningkat sei ring dengan
pengeluaran panas lat en dari konde nsasi. Setelah mencapai konsentras; Radon yang
maksimum, dengan menyesuaikan waktu terjadinya gempa, al iran Radon berkurang.
Sedangkan kondisi at mosf er kembal i normal dan ke lembaban meningkat, suhu
menurun sebelum terjadinya gempa. Variasi dari suhu udara dan kelembaban serta
parameter atmosfer memi liki potensi berubah menjadi partikel baru yang terbent uk.
Ketidakmampuan model in; daJam menjelaskan mekanisme gempa secara unik
mengakibatkan model ini ti dak stabil.
Teori aktivasi lubang p menjelaskan tentang mekanisme emisi elektromagnetik
frekuensi rendah menggunakan bebatuan yang dikenai tekanan seperti yang terdapat
pada lokasi tekt onik. Lubang positif (tempat yang kekurangan elekt ron) muncul di
bebatuan yang mengalam; tekanan dar; pasangan lubang positif, di mana pasangan
luba ng posi tif ini ada namun belum akt if, dan kombinasi batu dengan udara
permukaa n mengakibatkan LST ( suhu permukaan ) meningkat . Peningkatan suhu yang
biasa disebut dengan "anomali" dan masa bebatuan yang berprilaku seperti baterai
yang di charge pada lapisan bawah permukaan tanah bisa dije\askan dengan teori
pasangan lubang positif. Ketika lubang positif dibangkitkan akan mengaki batkan
bebatuan berperan pent ing terhadap emisi elektromagnetik, potensi permukaa n
posit if, penguraian corona, emisi ion positif dan radiasi infra merah. Fenomena ini
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 62
merupakan proses dasar membangkitkan lubang posit if yang tidak aktif yang
mengubah bebatuan menj adi semikonduktor tipe p. Studi di lapangan terhadap
berbagai bebatuan tel ah mendapat kan bukti yang signifikan untuk mendukung teori
ini. Korelasi dalam pet a def ormasi InSAR dan peta suhu dari area epicent er
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang masuk akal antara deformasi dan anomali
panas di lokasi area. Kemampuan sensor satelit terhadap kondisi suhu pada wakt u
gempa telah membawa terobosan pent ing dalam studi prekursor panas gempa bumi.
Kombinasi ant ara deteksi pengi nderaan jarak j auh mengenai sifat mekanika
bebatuan diti njau dari sudut pandang kimia dan geofisika telah digunakan dalam
pengusulan teori mekanika bebatuan penginderaan j arak j auh. Pendet eksian anomali
menggunakan penginderaan jarak jauh sampai dengan saat ini menguatkan teori
laborat ori um mengenai st udi prekursor yang masi h ramai di perdebatkan, dalam
memberikan hasil yang konsisten untuk distribus; wakt u dan ruang.
IV.7. Integrasi Hasil Pengamatan Parameter Geofisika
Ta hapan pada bab in; yaitu mengintegrasikan hasH-hasH dari pengolahan untuk
masi ng-masi ng metode precursor gempabumi pada suat u st udi kasus gempabumi
besar yang sama. Selain mengintegrasikan hasi l pengolahan metode sei smik, magnetik
dan elektromagnetik, dit ambahkan pula data-data historis parameter lain yaitu data
variasi suhu permukaan dan kelembaban rata-rata harian. Dari ana lisa masing-masing
metode bisa sali ng mendukung adanya suatu precursor gempabumi sebelum gempa
utama terjadi (Tabel 4.4), yang kemudian diinterpretasikan untuk menjelaskan
mekanisme siklus seimogenesis di wilayah penelitian (Gambar 4. 21). Hasil anal isa
parameter se ismic memberikan pola precursor sekitar 2.5 tahun sebelum gempabumi
terjadi sehingga parameter ini termasuk dalam precursor jangka menengah yang
kemungkinan diakibatkan ofeh akumulasi stress pada bat uan. Hasi/ ana lisa parameter
magnetic baik dari alat magnetometer dan magnet otellurik memberi kan pola
precursor sekit ar 2 - 22 hari sebel um gempabumi terjadi, sehingga pa rameter ini
termasuk dalam precursor jangka pendek yang kemungkinan diakibatkan proses
elektrokinetis dan microcrack sebelum penumpukan energi t erl epas se bagai
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 63
gempabumi. Demikian juga dengan parameter suhu dan kelembaban memberikan pola
precursor sekitar 10 dan 17 hari sebelum gempabumi terj adi sehingga parameter ini
termasuk dalam precursor jangka pendek. Parameter ini merupakan indikator
kemunculan gas radon sebelum gempabumi terjadi .
Tabel 4.4. Rentang waktu kemunculan prekursor sebelum gempabumi dari masing-
masing parameter
Gempabumi
Rentang waktu (Hari)
Data
Seismik
Data Magnetik Data MT
Data Suhu dan
Kelembaban
2 September 2009
(M7.5)
3 Tahun 8 15
13 September 2009
(M6.6)
2
Tidak ada
prekursor
16 Oktober 2009
(M6.4)
2.5 Tahun Tidak ada data 15 -19
18 Nopember 2009
(M5.3)
15 5 - 20
10 Januari 2010
(M5.3)
8 4-8 10
20 Pebruari 2010
(M5.0)
14 3 -14 10
18 Mei 2010 (M6.0)
Tidak ada
prekursor
8 17
26 Juni 2010 (M6.3) 3.5 Tahun 22 2 10
1 ~
I '. J
I ~ u r
prurl;!:
.'
Gambar 4.21. Mekanisme siklus seimogenesis di wilayah penelitian dari integrasi hasi\
pengamatan parameter geofisika di daerah Pelabuhan Ratu
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geojisika da/am Usaha Predikt abi/itas Gempabumi 64
gempabumi. Demikian juga dengan parameter suhu dan kel embaban memberikan pola
precursor sekitar 10 dan 17 hari sebelum gempabumi t erjadi sehingga parameter ini
termasuk dalam precursor jangka pendek. Parameter ini merupakan indikator
kemunculan gas radon sebelum gempabumi terjadi.
Tabel 4.4. Rentang waktu kemunculan prekursor sebelum gempabumi dari masing-
masing parameter
Gempabumi
Rentang waktu (Hari)
Data
Seismik
Data Magnetik Data MT
Data Suhu dan
Kelembaban
2 September 2009
(M7.S)
3 Tahun 8 15
13 September 2009
(M6.6)
2
I
Tidak ada
prekursor
16 Oktober 2009
(M6.4)
2.5 Tahun Tidak ada data 15 -19
18 Nopember 2009
(MS.3)
15 5 - 20
10 januari 2010
(MS.3)
8 4-8 10
20 Pebruari 2010
(MS.O)
14 3 -14 10
18 Mei 2010 (M6.0)
Tidak ada
prekursor
8 17
26 Juni 2010 (M6.3) 3.5 Tahun 22 2 10
( . .)
1111
Il l .,
< I
u p t u r ~
"t; ~ I I f. -n'.'"
Gambar 4.21. Mekanisme siklus seimogenesis di wilayah penelitian dari integrasi hasil
pengamatan parameter geofisika di daerah Pelabuhan Ratu
:!:"'I
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabilitas Gempabumi 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.l. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan penelitian integrasi pengamatan parametergeofisika
dalamusaha prediktabilitasgempabumiadalahsebagaiberikut:
1. Periodisitas di zona subduksi Jawa dengan magnitude M6 berdasarkan
kedalaman sumber menunjukan adanya kesamaan periodisitas gempabumi
dominanyaitusekitarempathingga limatahun.
2. Anomali seismisitas ditemukan 2.5 - 3.5 tahun sebelum gempabumi utama
terjadisehinggadiklasifikasikansebagaiprekursorskala waktu menengah.
3. Anomali medan magnetik dari magnetometer ditemukan 2 - 22 hari sebelum
gempabumi utama terjadi sehingga diklasifikasikan sebagai prekursor skala
waktu pendek.
4. Anomali medan magnetik dari magnetoteliurik ditemukan 2 - 20 hari sebelum
gempabumi utama terjadi sehingga diklasifikasikan sebagai prekursor skala
waktupendek.
5. Anomalivariasisuhu permukaandan kelembaban rata-rata harianditemukan 10
dan 17 hari sebelumgempabumiutama terjadi sehingga diklasifikasikan sebagai
prekursorskala waktu pendek.
V.2. Saran
Berdasarkan kegiatan penelitian integrasi pengamatan parameter geofisika
dalam usaha prediktabilitas gempabumi ini maka ada beberapa saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya validasi hasil integrasi pengamatan berbagai macam metode
dalam suatu jaringan peralatan yang berbeda dalam suatu tempat pada even
gempabumi yang besar agar lebih menyakinkan adanya anomali berkaitan
dengangempabumi .
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 65
2. Perlu ketersediaan data magnetik dan elektromagnetik yang kontinyu dan real
timeruntukanalisa ULF secara langsung dalam rangka memberikan peringatan
dini.
3. Perlu mengubah sampling rate data magnetik menjadi 1 Hz sehingga bisa
digunakanuntukanalisa pada frekuensisangat rendah (ULF) yaitu0.01Hz.
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 66
DAFTAR PUSTAKA
Aki, K. 1965, Maksimum likelihood estimate of b-values in the formula log N =A - bM
and its confidence limits, Bull. Earthquake Res. Inst., Tokio Univ. 43, 237- 240.
Aki, K., A Probabilistic Synthesis of Precursory Phenomena Earthquake Prediction,
Amer Geophys Union, 556-574, 1981.
Anonim. 2007. Wavelet Analysis. +hwO
r
<) com . Accessed on
September 7,2007.
Aviles, CA,. Scholz, CH. and Boatwrigth,J., Geophys. Res., 92, 331-344, 1987.
Biswas, S. and Majumkar, R.K., GeoJizika, 5, 107-119, 1988.
Blakely, R.J., 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge
University Press, USA
Dobrovolsky, I.R., Zubkov, S.I.,Myachkin, V.I., 1979. Estimation of the size of
earthquake preparation zones. PAGEOPH 117, 1025-1044.
Fraser-Smith, A. c. , A. Bernardi, P. R. McGill, M. E. Ladd, R. A. Helliwell, and O. G.
Villard, Jr. r: lenc\, rpm
M lom..! PI tel r r J , by Geophysical Research Letters, 1990
Geller, R.J., D.D. Jackson, Y.Y. Kagan, F. M ulargia, Earthquakes Cannot Be Predicted,
Science,v. 275,1997
Grant, F.S. and West, G.F., 1965, Interpretation Theory in App(ied Geophysics, McGraw
-Hill, Inc.
Graps, A. 1995. An Introduction to Wavelet. IEEE Computational Sciences and
Engineering Vol.2 Number 2. IEEE Computer Society. USA.
Gutenberg, B. and Richter, CF., 1942. Earthquake magnitude, intensity, energy and
acceleration. Buf(. Seismo(. Soc. Am., 32: 163-191.
Gutenberg, B., and Richter, C F., seismicity of Earth and Associated Phenomenon,
Princeton Univ. Press.
Habermann, R. E., Teleseismic detection in the Aleutian Island are, J. Geophys. Res.,
885,5056-5064, 1983.
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabilitas Gempabumi 67
Hamilton, W., 1979, Tectonics of Indonesian Region, U.S Geol. Survey, Prof Paper,
1078,Whasington, 345pp.
Hanks, T.C. and Kanamori, H., 1979. A moment magnitude scale. J. Geophys. Res., 84:
2348-2350.
Hatzidimitriou, P., D., Papadimitriou Mountrakis and B. Papazachos, The seismic
parameterb ofthe frequency-magnitude relation and its association with the
geologicalzonesinthearea ofGreece, Tectonophysics, 120,141-151,1985.
Hayakawa, M. 2002. Wavelet Analysis of Disturbances in Subionospheric VLF
Propagation Correlated with Earthquakes in Seismo Electromagnetics:
Lithosphere-Atmosphere-Ionosphere Coupling. Edited by M. Hayakawa and
O.A.Motchanov, pp.221-228,TERRAPUB, Tokyo.
Henderson, J.R, Main, !.G., Pearce, R.G. and Takeya, M., Seismicity in north-eastern
Brazil-fractal clustering and theevolution ofthe b-value, Geophys. J. Int.,. 116,
217-226,1994.
Henderson, J.R., Barton, D.J. and Foulger, G.R., Fractal clustering ofinduced seismicity
in theGeysersgeothermalarea, California, GeophysJ Int., 139,317-324,1999.
Hirata,T., Acorrelationbetweenthe b-value and thefractaldimensionofearthquakes,
I geophys. Res., 94, 7507-7514,1989.
Hirata, T., Takashi, S. and Ito, K., Fractal structure of spatial distribution of
microfracturein rock, Geophys. IR. Astron. Soc., 90, 369-374, 1987.
Ishimoto, M. and !ida, K., 1939. Observations sur les seismes enregistres par Ie
microsismographeconstruitdernierement(1). Bull. Earthquake Res. fnst., Univ.
Tokyo 17:443-478(inJapanesewithFrenchabstract).
Kagan, Y. Y., Stochastic model of earthquake fault geometry, Geophys. J. R., Astron.
Soc., 71, 659-691, 1982.
Kagan, Y., 1999. The universality ofthe frequency-magnitude relationship. Pure and
Appf. Geophys., 155:537-574.
Katili, J.A., 1971, A Review ofGeotectonic Theories and Tectonics Map ofIndonesia.
Earth Science Review. 7, 143-163.
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabilitas Gempabumi 68
Khatri, K. N., Fractal description of seismicity of India and inferences regarding
earthquakehazard. Curro Sci., 69, 361-366, 1995.
Lin, Y, et aJ. 2002. Wavelet Analysis and Seismo-Magnetic Effect in Seismo
Electromagnetic: Lithosphere-Atmosphere-Ionosphere Coupling. Edited by M.
Hayakawa, pp.61-68,TERRAPUB, Tokyo.
Liu, J. Y., 2006, Seismo-/onospheric Signatures, Proceedings of the International
Workshop on Integration of Geophysical Parameter as a Set of large
EarthquakePrecursors, Research and Development CenterBMG,Jakarta
Mandai, P., Mabawonku, A.O. and Dimri, V.P., Self-organized fractal seismicity of
reservoir triggered earthquakes in the Koyna-Warna seismic zone, western
India,Pure appl. Geophys., 162,73-90, 2005.
Mandelbrot,B. B.,The FractalGeometryofNature,Freeman,san fransisco, 1982.
Mogi, K., 1962. Magnitude-frequency relationship for elastic shocks accompanying
fractures ofvarious materials and some related problems in earthquakes. Bull.
Earthquake Res. Inst. Univ. Tokyo, 40 : 831-883.
Molchanov, O.A. 1994. Generation ofUlF Seismogenic Electromagnetic Emmission A
Natural Consequence of rvticrofracturing Process In Electromagnetic
Phenomena Related To Earthquake Prediction. Edited by M. hayakwa and Y.
Fujinawa. pp.537-563.Terra Scientific PublishingCompany.Tokyo.
Nuannin, P.-, Kulhanek, O. and Persson, l., 2005. Spatial and temporal b value
anomalies preceding the devastating offcoast of NW Sumatra earthquake of
December26,2004.Geophys. Res. Let., 32,l11307.
Oncel, A.O., Main, I., Alptekin, O. and Cowie, P., Temporal variations in the fractal
properties of seismicity in the north Anatolian fault zone between 31
0
Eand
41
o
E, Pure appl. Geophys., 147,147-159,1996.
Parkinson, W.O., 1983, Introduction to Geomagnetism, Scottish Mechanic Press, Edin
Bross,london.
Prawirowardoyo.S dan Triyoso.W, 1986, Quantitative Seismicity Map of Indonesia,
Proceedings, Seminar/ Workshop on Preparadness for Earthquake Hazard in
Southeast Asia, Jakarta,Indonesia.
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika dalam Usaha Prediktabilitas Gempabumi 69
Pulinets, S.A. and Dunajecka, M.A., 2007, Specific variations of air temperature and
relative humidity around the time of Michoacan earthquake MB.1 Sept. 19,
1985 as a possible indicator of interaction between tectonic plates,
Tectonophysics 431 (2007) 221-230.
Saroso, S., Ishikawa, H., Hattori, K., Hayakawa, M., Liu, J.Y., Shiokawa, K., and Yumoto,
K., 2006, Uif Geomagnetic Anomaly Related With The Sumatra Earthquakes,
Proceedings of the International Workshop on Integration of Geophysical
Parameter as a Set of Large Earthquake Precursors, Research and Development
Center BMG, Jakarta.
Scholz, C.H., The frequency-magnitude relation of microfracturing in rock and its
relation to earthquakes, Bull. Seismol. Soc. Am., 58, 399-415, 1968.
Scholz, C.H., Sykes, L.R., Aggarwal, Y.P., 1973. Earthquake prediction: a physical basis.
Science 181, 803-809.
Schorlemmer, D., S. Wiemer, and M. Wyss (2005L Earthquake statistics at Parkfield,
Stationarity of b-values, J. of Geophys. Res. 109, B12307, doi10.1029 /2004-
JB003234.
Shi, Y., and B.A. Bolt, The standard error of the magnitude-frequency bvalue, Bull.
Seismol. Soc. Am., 72, 1677-1687, 1982.
Telford, W.M., Geldart, L.P., and Sheriff, R.E., 1990, Applied Geophysics, second
edition, Cambridge University Press, London
Toutain, J.-P., Baubron, J.-c., 1998. Gas geochemistry and seismotectonics: a review.
Tectonophysics 304, 1-27.
Tsapanos, T., b-value of two tectonic parts in the circum-Pacific belt, Pageoph, 143,
229-242, 1990.
Utsu, T. (1965) A method for determining the value of b in a formula log n =a- bM
showing the magnitude- frequency relation for earthquakes, Geophys Bull
Hokkaido Univ., 13,99-103 (in Japanese).
Utsu, T., A method for determining the value of b in a formula of log N=a-bM showing
the magnitude frequency relation for earthquakes, Geophys. Bull. Hokkaido
Univ., 13,99-103, 1965.
/ntegrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 70
Wang, J.H. and Lee, C.W., Multifractal measures of earthquakes in west Taiwan, Pure
appl. Geophys., 146, 131-145, 1996.
Wid iya ntoro, S. & Van der Hilst, R.D., 1996, "Structure and evolution of lithospheric
slab beneath the 5unda arc, Indonesia", Science, 271,1566-1570.
Wiemer 5, 5., and M. Wyss, (2002), Mapping spatial variability of the frequency-
magnitude distribution of earthquakes, Adv. Geophys., 45, 259-302.
Wiemer 5., and M. Wyss, (2002), Mapping spatial variability of the frequency-
magnitude distribution of earthquakes, Adv. Geophys., 45, 259-302.
Yumoto, K. and The MAGDA5 Group, 2006, MAGDAS Project and Its Application For
Earthquake Prediction, Proceedings of the International Workshop on
Integration of Geophysical Parameter as a Set of Large Earthquake Precursors,
Research and Development Center BMG, Jakarta.
Integrasi Pengamatan Parameter Geofisika da/am Usaha Prediktabi/itas Gempabumi 71