Anda di halaman 1dari 24

RESTORASI

PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR


PADA DASARNYA MEMBANGUN
RESTORASI GIGI, MEMERLUKAN 4 FAKTOR
1. FAKTOR BENTUK YANG CONFINIENCE
2. FAKTOR RETENSI
3. FAKTOR RESISTENSI
4. FAKTOR FERRUL EFEK
FAKTOR BENTUK CONFINIENCE
ADALAH MENJAMIN MUDAH INSERSI
FAKTOR RETENSI
ADALAH DAPAT MENAHAN BANGUNAN
RESTORASI AGAR TIDAK BERGESER
FAKTOR RESISTENSI
ADALAH DAPAT TERCEGAH ADANYA
FRAKTUR PADA GIGI ATAUPUN
BANGUNAN RESTORASI

KOMPONEN RETENSI ADA 4 YAITU:
a. INTI / CORE
b. PASAK / DOWEL
c. PIN
d. RETENSI TANDINGAN ( KEY-WAYS)
MEMBANGUN RESTORASI PADA GIGI
PASCA PSA, MENJADI SULIT :
GIGI PASCA PSA LEBIH FRAGIL KARENA
BERKURANG KANDUNGAN AIR DAN
HILANGNYA SISTEM VASKULARISASI.

JARINGAN MAHKOTA YANG BIASANYA
DIGUNAKAN SEBAGAI SARANA RETENSI
SUDAH LEBIH RUSAK ( AKIBAT KARIES,
RESTORASI SEBLMNYA, PROSEDUR PSA)
RETENSI DIBANGUN DENGAN
MEMBENTUK INTI
MEMBUAT PASAK/DOWEL
MEMBUAT PIN
PADA TEKNIK INTI PASAK EISSMEN (1976)
MENYARANKAN UNTUK MEMBANGUN
SEMACAM PITA LOGAM YANG MELINGKARI
DAN MENYANGGA GIGI DARI LUAR AGAR
TIDAK PECAH. INI DISEBUT
FERRULE EFFECT
CARANYA ADALAH DENGAN MEMBUAT
COUNTER BEVEL
Komponen 1: Pasak (dowel) sbg sarana retensinya inti
(crownstump = core) yg masuk ke dalam saluran akar. Kemudian
disebut inti - pasak (dowel-core) Gb. 2.










Gb. 1 Richmond
Crown
Gb. 2 Tipe Inti Pasak
Komponen 2: Dua pin atau lebih yang ditancapkan dalam dentin di
sekeliling kamar pulpa, sbg. sarana retensi bahan inti (core), misal:
resin komposit disebut inti pin (pin - retained core) Gb. 3 dan 4

Gb. 3 Tipe Inti
Pin
Gb. 4


Dulu yang dilakukan membuat gigi pasak (dowel crown), mahkota gigi
dan pasaknya dibuat menjadi satu unit bangunan restorasi, misalnya
disebut mahkota Richmond (Gb. 1), pasak (dowel) menjadi bagian
integral dengan mahkotanya. Inipun terbatas pada gigi-gigi anterior.

Pada teknik inti pasak (dowel core) - Gb. 2 - menurut Eissman
(1976), ada yang disebut komponen ke 3, yaitu: semacam pita logam
yang melingkari dan menyangga jaringan gigi dari luar menjepitnya
melawan pecahnya gigi karena tekanan pasak. Lebarnya sekitar 2mm,
oleh Eissman disebut ferrule effect. Hal ini dihadirkan pada teknik
inti pasak sebagai Counter bevel pada preparasi (bagian) inti atau
dinding aksial mahkota yang meluas ke arah gingiva daerah margin
suatu inti pasak .

Komponen ke 4, adanya retensi tandingan pada
saluran pasak gigi mencegah bergoyang atau
terputarnya pasak oleh adanya kekuatan
horisontal yang mengenai inti. Ini dapat berupa:
1. Sebuah key way (alur vertikal pd dinding saluran pasak (akar),
memanjang dari orifice ke arah apeks), atau
2. Sebuah saluran yang ovoid (tidak beraturan bentuknya), atau
3. Sebuah bagian pendek suatu saluran akar kedua sebuah gigi multirooted,
atau
4. Sebuah rongga pin yang sejajar dan terpisah dari saluran pasak. (Gb. 5)
Gb. 5

Ada keuntungan yang nyata bila sarana retensi dipisahkan
dari restorasi mahkota gigi yaitu:
1. Adaptasi dengan aksial dan margin mahkota sama
sekali tidak ada kaitannya dengan pas atau tidaknya
pasak di dalam saluran pasak.
2. Bila mahkota rusak karena karies atau perubahan
fungsi (restorasi tunggal menjadi retainer suatu
jembatan) mudah dibuat kembali tanpa mengganggu
pasak.
3. bila kemudian digunakan sebagai abutment jembatan
gigi tiruan tidak perlu menyesuaikan preparasi saluran
dengan jalan masuknya preparasi abutment lainnya
atau sebaliknya.

Keputusan menggunakan teknik inti pasak atau inti pin
sebagai bangunan retensi tergantung pada beberapa faktor
yang berhubungan, yaitu:

1. Ketebalan struktrur gigi di sekeliling saluran akar.
2. Tinggi dan besarnya struktur gigi supragingiva yang
masih ada.
3. Diameter gigi.
4. Morfologi (bentuk) akar pasca apikoektomi.
5. Tulang pendukungnya.
6. Peran gigi pada restorasi akhir.

Tidak semua gigi pasca PSA memerlukan restorasi
berupa mahkota, ini merupakan suatu perkecualian.
PASAK
Ada 4 faktor yang mempengaruhi daya retensi pasak, yaitu:
1. Panjang pasak.
2. Keruncingan pasak.
3. Diameter (gemuknya pasak).
4. Konfigurasi permukaan pasak.
Gb. 6
Gb. 7 Gb. 8
PANJANG PASAK

Panjang pasak, bila panjangnya bertambah daya retensi
juga bertambah. Panjang pasak tidak memadai merupakan
sebab gagalnya restorasi pd gigi pasca PSA. Colley et. Al (1968),
kenaikan retensi sebesar 2.33X bila pasak sepanjang 5,5 mm
dijadikan 8 mm dsb
Banyak peneliti mengatakan panjang minimal suatu pasak
harus sama dg panjang mahkota klinik. Lain peneliti yang juga
banyak jumlahnya mengatakan panjang pasak harus 2 / 3
panjang akar. Oleh sejumlah kecil peneliti dikatakan panjang
pasak = panjang akar adalah ideal. (Gb. 6 dan 7)
Selain dimensi panjang pasak, diperhatikan panjang
bahan obturasi saluran akar yang ditinggalkan di daerah apeks.
Ini bervariasi yaitu: 3 mm, 3,5 mm, 4 mm dan 4,5 mm. Panjang
optimal 4 mm dapat lebih panjang pada akar yang lebih
panjang.

KERUNCINGAN PASAK

Keruncingan pasak mempunyai hubungan langsung dengan sifat
pasak di dalam gigi. Pasak yang bersisi sejajar lebih retentif daripada
pasak yang meruncing. Pasak meruncing menyebabkan tekanan yg
lebih besar daripada pasak yang bersisi sejajar berpotensi untuk
memecah akar.
(Gb. 11)

Gb. 9
Gb. 10 Gb. 11

DiAMETER PASAK

Mempunyai pengaruh, baik terhadap retensi dan kekuatan
(resistensi) maupun terhadap kemampuannya menahan distorsi.
Makin kecil diameter pasak, makin besar kans utk berubah tempat
dengan atau tanpa distorsi atau fraktur. Menambah diameter pasak
pararel yang panjangnya 5.0 mm dg 0.25 mm memperbesar daya
retensi hingga 53% (Krupp, 1979). Gb. 12 dan 13.
Gb. 12 Gb. 13

KONFIGURASI PERMUKAAN PASAK

Pasak dikategorikan dalam 2 cara:

1. Pada bentuk geometrinya, sejajar dan meruncing
2. Pada konfigurasi permukaannya :

a. Rata ( smooth)
b. Bergerigi ( serrated)
c. Bergalur (threaded)

Konfigurasi permukaannya mempunyai peran tunggal paling penting
tidak disangsikan bahwa pasak bergalur adalah pasak paling retentif.
Standlee (1978) menemukan, pasak sejajar bergalur dua kali lebih
retentif daripada pasak sejajar bergerigi, dan hampir 6.6 kali lebih
retentif daripada pasak meruncing yang halus. Namun pasak bergalur
diikuti oleh beberapa kontroversi. Pasak bergalur bersifat aktif,
sedang lainnya bersifat pasif. (Gb. 14 dan 15)

Gb. 14 Gb. 15
SEMENTASI PASAK

Ada beberapa macam semen yang dipakai untuk
sementasi pasak dalam saluran pasak. Penelitian tentang
retensi pasak, menggunakan pelbagai semen. Semen seng
fosfat agak lebih unggul daripada semen polikarboksilat
dan semen epoksi, bila digunakan pada pasak yang
meruncing (Standlee, et.al., 1978). Pada penelitian yang
sama tidak ada perbedaan diantara semen-semen
tersebut, ketika digunakan pada pasak tipe lainnya.
Hanson dan Caputo (1974), tidak menemukan perbedaan
yang signifikan dalam daya retensi diantara semen-semen
polikarboksilat, semen seng fosfat dan semen ethyl
cyano-akrilat pada pasak sejajar bergerigi.

Penting utk diperhatikan pasak yang akan
disementasikan harus mempunyai lubang angin
(vent=ventilasi) pd sisi-sisinya untuk membebaskan
tekanan balik hidrostatik (Standlee et.al, 1972).
PERALATAN DAN CARA PEMAKAIANNYA.
Ada variasi yang luas mengenai peralatan yang dipakai
untuk melebarkan saluran akar pada pembuatan saluran pasak,
berderet dari bur-bur yang standar dengan leher (shank) yang
diperpanjang, reamers endodontik manual sampai reamers HP
dengan ujung istimewa yang aman (safe ended reamers) dibuat
untuk keperluan ini. (Gb. 16 dan 17).
Gb. 16. Peralatan
konvensional untuk
preparasi inti pasak
Gb. 17. A. Gates Glidden Drill
B. Peeso Reamer
Restorasi untuk gigi pasca PSA, paling mudah dan aman dikerjakan
pada gigi-gigi yang diobturasi dengan point gutta percha, bukan dg
point perak.
Preparasi dimulai dengan menggunakan:
Endodontik plugger yang dipanaskan dimasukkan sampai kira-kira setengah
panjangnya saluran akar, diikuti preparasi saluran pasak yang sesungguhnya.
Bur Gates Glidden Drill atau Peeso reamer sangat luas
digunakan untuk preparasi saluran pasak karena mempunyai ujung
yang tajam namun tidak memotong, ia akan mengikuti lorong yang
minim resistensinya, yaitu saluran yang bersih (kosong) atau gutta
percha di dalam saluran (lihat gambar 18).
Gb. 18
Peso Reamer akan menyesuaikan secara konsisten
menuju saluran akar di daerah apeks, daripada
peralatan tipe lain. Mulai dengan ukuran terbesar
yang pas secara mudah dalam saluran akar. Siapkan
saluran akar / pasak sampai panjang yang sudah
ditentukan sebelumnya. Lanjutnya ganti alat dengan
yang lebih besar berikutnya dalam urutan, diulangi
cara tadi. Ini dilakukan sampai diameter yang
diinginkan dicapai kira-kira 1/3 diameter akar. Kalau
lebih besar 1/3 diameter akar indikasi untuk pasak-
pasak pasif. Bagaimana cara menyiapkan key way ?

Komponen ke 4, adanya retensi tandingan pada saluran pasak gigi
mencegah bergoyang atau terputarnya pasak oleh adanya kekuatan
horisontal yang mengenai inti. Ini dapat berupa:
1. Sebuah key way (alur vertikal pd dinding saluran pasak (akar),
memanjang dari orifice ke arah apeks), atau
2. Sebuah saluran yang ovoid (tidak beraturan bentuknya), atau
3. Sebuah bagian pendek suatu saluran akar kedua sebuah gigi multirooted,
atau
4. Sebuah rongga pin yang sejajar dan terpisah dari saluran pasak. (Gb. 5)
Gb. 5

KEUNTUNGAN bangunan retensi
dipisahkan dari restorasi mahkota gigi yaitu:
1. Adaptasi dengan aksial dan margin mahkota sama sekali
tidak ada kaitannya dengan pas atau tidaknya pasak di
dalam saluran pasak.
2. Bila mahkota rusak karena karies atau perubahan fungsi
(restorasi tunggal menjadi retainer suatu jembatan) mudah
dibuat kembali tanpa mengganggu pasak.
3. bila kemudian digunakan sebagai abutment jembatan gigi
tiruan tidak perlu menyesuaikan preparasi saluran dengan
jalan masuknya preparasi abutment lainnya atau
sebaliknya.



Keputusan menggunakan teknik inti pasak atau inti pin
sebagai bangunan retensi tergantung pada beberapa
faktor yang berhubungan, yaitu:

1. Ketebalan struktrur gigi di sekeliling saluran akar.
2. Tinggi dan besarnya struktur gigi supragingiva yang
masih ada.
3. Diameter gigi.
4. Morfologi (bentuk) akar pasca apikoektomi.
5. Tulang pendukungnya.
6. Peran gigi pada restorasi akhir.

Tidak semua gigi pasca PSA memerlukan restorasi
berupa mahkota jaket.

Anda mungkin juga menyukai