Anda di halaman 1dari 67

Djoti Atmodjo

Gambaran Umum
Nation political commitment 189
negara Indonesia
menandatangani kesepakatan
pembangunan MDGs (tahun 2000)
Tujuan mempercepat pembangunan
manusia dan pemberantasan
kemiskinan
8 MISI MDGs
8 MISI MDGs
Sasaran MDGs terkait
Standar Akreditasi Baru
Sasaran I :
Penurunan angka kematian bayi dan Peningkatan
kesehatan ibu

Sasaran II:
Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS

Sasaran III:
Penurunan angka kesakitan TB

Penurunan angka kematian bayi
dan peningkatan kesehatan ibu
Standar SMDGs I
Maksud dan Tujuan
Rumah sakit melaksanakan PONEK
Proses persalinan dan perawatan bayi harus
dilakukan dalam sistem terpadu dalam bentuk
pelayanan obstetrik dan neonatus komprehensif
(PONEK) di rumah sakit dan pelayanan obstetrik
dan neonatus dasar (PONED) di Puskesmas
Penurunan angka kematian bayi dan
peningkatan kesehatan ibu
Langkah langkah PONEK
1. Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna
2. Mengembangkan kebijakan dan SPO sesuai dengan
standar
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
termasuk kepedulian terhadap ibu dan bayi.
4. Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan
fungsi pelayanan obstetrik dan neonatus termasuk
pelayanan kegawat daruratan (PONEK 24 Jam)
5. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan
pembina teknis dalam pelaksanaan Inisisasi Menyusui Dini
(IMD) dan pemberian ASI Eksklusif
6. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan
pelayanan kesehatan ibu dan bayi bagi sarana pelayanan
kesehatan lainnya.
7. Meningkatkan fungsi Rumah Sakit dalam Perawatan
Metode Kangguru (PMK) pada bayi BBLR.
8. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi
(RSSIB) 10 langkah menyusui dan peningkatan kesehatan
ibu
Langkah langkah PONEK
Elemen Penilaian SMDG I

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana
PONEK
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program PONEK
termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan PONEK
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim PONEK Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim PONEK sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan PONEK pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
PENURUNAN ANGKA
KESAKITAN HIV/AIDS



Standar SMDGs II
Maksud dan Tujuan
Rumah sakit melaksanakan Penanggulangan HIV/AIDS
sesuai pedoman rujukan ODHA
kemudahan akses bagi ODHA untuk mendapatkan
layanan pencegahan, pengobatan, dukungan dan
perawatan, sehingga diharapkan lebih banyak ODHA
yang memperoleh pelayanan yang berkualitas di rumah
sakit yang ditetapkan sebagai RS rujukan ODHA.
PENURUNAN ANGKA
KESAKITAN HIV/AIDS
Langkah langkah penanggulangan
HIV/AIDS
Meningkatkan fungsi pelayanan VCT (Voluntary Counseling and
Testing);
Meningkatkan fungsi pelayanan ART (Antiretroviral Therapy);
Meningkatkan fungsi pelayanan PMTCT (Prevention Mother to
Child Transmision);
Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO);
Meningkatkan fungsi pelayanan pada Orang Dengan HIV AIDS
(ODHA) dengan faktor risiko Injection Drug User (IDU); dan
Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang, yang meliputi:
pelayanan gizi, laboratorium, dan radiologi, pencatatan dan
pelaporan.
1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana pelayanan
penanggulangan HIV/AIDS
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan
proses/mekanisme dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh manajemen
dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim HIV/AIDS Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis
Tim HIV/AIDS sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit sesuai
dengan kebijakan yang berlaku
7. Terlaksananya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dgn
faktor risiko IDU, penunjang sesuai dengan kebijakan

Elemen Penilaian SMDGs II
Other diseases:
Tuberkulosis
Standar SMDGs III.
Maksud dan Tujuan
Rumah sakit melaksanakan Penanggulangan TB
sesuai pedoman strategi DOTS
Penerapan strategi DOTS di rumah sakit dalam
meningkatan angka:
penemuan kasus (care detection rate, CDR),
keberhasilan pengobatan (cure rate), dan
keberhasilan rujukan (success referal rate).
Other diseases:
Tuberkulosis

Elemen Penilaian SMDGs III

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana
pelayanan DOTS TB
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan
proses/mekanisme dalam program pelayanan DOTS TB
termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan DOTS TB sesuai dengan
standar
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim DOTS TB Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim DOTS TB sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan TB DOTS pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku
KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM
SE MENKES 884/Menkes/VII/2007 Perihal
Ekspansi TB Strategi DOTS di Rumah Sakit dan
Balai Kesehatan / Pengobatan Penyakit Paru

SE Dirjen Bina Yanmed YM.02.08/III/673/07
perihal:
Penatalaksanaan TB di Rumah Sakit.

Keputusan MENKES No.129/Menkes/SK/II/2008
Tentang
STANDAR PELAYANAN MI NI MAL DI RUMAH
SAKI T
5 Strategi DOTS
1. Komitmen politik dengan meningkatkan
dan kesinambungan pembiayaan
2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan
bakteriologi yang terjamin kualitasnya
3. Pengobatan yang terstandarisasi dengan
supervisi dan dukungan terhadap pasien
4. Pasokan obat yang efektif dan terjamin
kontinuitasnya
5. Sistim monitoring evaluasi dan
penilaiannya

Djoti - Atmodjo
IV. SASARAN MILENIUM DEVELOPMENT GOALS
SASARAN I. PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI
DAN PENINGKATAN KESEHATAN
IBU
SASARAN II. PENURUNAN ANGKA KESAKITAN
HIV/AIDS
SASARAN III.PENURUNAN ANGKA KESAKITAN TB
Djoti - Atmodjo
IV. SASARAN MILENIUM DEVELOPMENT GOALS
SASARAN I. PONEK

SASARAN II.
SASARAN III.
Penyakit
Djoti - Atmodjo
Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan
penuh manajemen dalam pelayanan
Partisipasi pimpinan RS menyusun rencana
pelayanan
Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program
pelayanan
Terbentuknya Tim
Terlaksananya pelatihan
Terlaksananya rujukan
Elemen Penilaian SMDG I

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana
PONEK
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan
proses/mekanisme dalam program PONEK termasuk
pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan PONEK
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim PONEK Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim PONEK sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan PONEK pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku.

Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
Djoti - Atmodjo
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1051/MENKES/SK/XI/2008

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN OBSTETRI
NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)
24 JAM DI RUMAH SAKIT

Ditetapkan di Jakarta, Pada Tanggal 11 November 2008
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa Bangsa pada
tahun 2000 disepakati bahwa terdapat 8 Tujuan Pembangunan
Millenium (Millenium Development Goals) pada tahun 2015. Dua
diantara tujuan tersebut mempunyai sasaran dan indikator yang terkait
dengan kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu :
1. Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga
dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran hidup.
2. Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari AKI
pada tahun 1990 dari 307 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup.
PENGERTIAN
Rumah Sakit PONEK 24 Jam adalah Rumah Sakit yang
menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan
neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.
VISI
Pada tahun 2015 tercapai Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals) yaitu :

Mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua pertiga
dari AKB pada tahun 1990 menjadi 20 dari 25/1000 kelahiran
hidup
Mengurangi angka kematian ibu sebesar tiga per empat dari AKI
pada tahun 1990 menjadi 125/100.000 kelahiran hidup

MISI
Menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal yang
bermutu melalui standarisasi Rumah Sakit PONEK 24 jam,
dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi di indonesia
TUJUAN
1. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan PONEK.
2. Terbentuknya Tim PONEK Rumah Sakit.
3. Tercapainya kemampuan teknis Tim PONEK sesuai standar.
4. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara pengelola dan
penanggung jawab program pada tingkat kabupaten / kota,
propinsi, dan pusat dalam manajemen program PONEK.
SASARAN
1. Seluruh pimpinan Rumah Sakit tingkat Kabupaten /
Kota
2. Seluruh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten /
Kota
3. Pengelola program kesehatan ibu dan anak di
seluruh Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten /
Kota
FUNGSI RUMAH SAKIT
1. Pelayanan
Rumah Sakit harus dapat menangani kasus rujukan yang tidak
mampu ditangani oleh petugas kesehatan di tingkat pelayanan
primer (dokter, bidan, perawat).
2. Pendidikan
Rumah Sakit harus terus menerus meningkatkan kemampuan baik
petugas rumah sakit, luar rumah sakit maupun peserta pendidikan
tenaga kesehatan sehingga mampu melakukan tindakan sesuai
dengan standar dan kewenangannya untuk menyelesaikan kasus
darurat.
3. Penelitian
Rumah Sakit harus mempunyai program evaluasi kinerja baik
rumah sakit maupun wilayah kerja dalam rangka menurunkan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

MONITOR DAN EVALUASI KINERJA
1. Fasilitas fisik
2. Kinerja kelompok kerja di unit gawat darurat, kamar
bersalin, kamar operasi (harus mampu dilakukan operasi
dalam waktu kurang dari 30 menit, setelah diputuskan), dan
kamar neonatal
3. Case Fatality Rate, angka kematian penyakit yang harus
menurun setiap tahun dengan percepatan 20 %
4. Angka rasio kematian ibu harus (< 200/100.000 kelahiran
hidup), rasio kematian perinatal (<20/1000 kelahiran hidup) di
rumah sakit
TARGET
a. Angka Kematian Ibu (AKI) < 100/100.000 kelahiran hidup
b. Angka Kematian Neonatal < 18/1000 kelahiran
PONEK RUMAH SAKIT
1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal Fisiologis
2. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal dengan risiko tinggi
3. Pelayanan Kesehatan Neonatal
4. Perawatan Intensif Neonatal
PELAYANAN PENUNJANG MEDIK
1. Pelayanan Darah
2. Perawatan Intensif
3. Pencitraan
4. Laboratorium
KRITERIA RUMAH SAKIT PONEK 24 JAM
A. KRITERIA UMUM RUMAH SAKIT PONEK
Ada dokter jaga yang terlatih di UGD untuk mengatasi kasus
emergensi baik secara umum maupun emergency obstetrik-
neonatal
Dokter, bidan dan perawat telah mengikuti pelatihan tim PONEK
di rumah sakit meliputi resusitasi neonatus, kegawat-daruratan
obstetrik dan neonatus
Mempunyai Standar Operating Prosedur penerimaan dan
penanganan pasien kegawat-daruratan obstetrik dan neonatal
Kebijakan tidak ada uang muka bagi pasien kegawat-daruratan
obstetrik dan neonatal
Mempunyai prosedur pendelegasian wewenang tertentu
Mempunyai standar respon time di UGD selama 10 menit, di
kamar bersalin kurang dari 30 menit, pelayanan darah kurang dari
1 jam
Tersedia kamar operasi yang siap (siaga 24 jam) untuk
melakukan operasi, bila ada kasus emergensi obstetrik atau
umum
Memiliki kru/awak yang siap melakukan operasi atau
melaksanakan tugas sewaktu-waktu, meskipun on call
Adanya dukungan semua pihak dalam tim pelayanan PONEK,
antara lain dokter kebidanan, dokter anak, dokter/petugas
anestesi, dokter penyakit dalam, dokter spesialis lain serta
dokter umum, bidan dan perawat
Tersedia pelayanan darah yang siap 24 jam
Tersedia pelayanan penunjang lain yang berperan dalam
PONEK, seperti Laboratorium dan Radiologi selama 24 jam, obat
dan alat penunjang yang selalu siap tersedia

Perlengkapan
Semua perlengkapan harus bersih (bebas debu, kotoran,
bercak, cairan dll)
Permukaan metal harus bebas karat atau bercak
Semua perlengkapan harus kokoh (tidak ada bagian yang
longgar atau tidak stabil)
Permukaan yang dicat harus utuh dan bebas dari goresan
besar
Roda perlengkapan (jika ada) harus lengkap dan berfungsi
dengan baik
Instrumen yang siap digunakan harus disterilisasi
Semua perlengkapan listrik harus berfungsi baik (saklar,
kabel dan steker menempel kokoh)
Bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan unit ini


Elemen Penilaian SMDGs II
1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan keseluruhan
proses/mekanisme dalam pelayanan penanggulangan
HIV/AIDS termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan Rumah Sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim HIV/AIDS Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim HIV/AIDS sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku
7. Terlaksananya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dgn
faktor risiko IDU, penunjang sesuai dengan kebijakan
Djoti - Atmodjo
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 832/Menkes/SK/X/2006

TENTANG
PENETAPAN RUMAH SAKIT RUJUKAN BAGI ORANG
DENGAN HIV / AIDS (ODHA) DAN STANDAR PELAYANAN
RUMAH SAKIT RUJUKAN ODHA DAN SATELITNYA
Meningkatkan fungsi pelayanan kesehatan bagi
ODHA di rumah sakit rujukan ODHA dan satelitnya.


TUJUAN UMUM
TUJUAN KHUSUS
a. Meningkatkan fungsi pelayanan VCT (Voluntary
Counseling and Testing).
b. Meningkatkan fungsi pelayanan ART (Antitetroviral
Therapy).
c. Meningkatkan fungsi pelayanan PMTCT (Prevention
Mother to Child Transmision).
d. Meningkatkan fungsi pelayanan Infeksi Oportunistik (IO).
e. Meningkatkan fungsi pelayanan pada ODHA dengan
faktor risiko IDU.
f. Meningkatkan fungsi pelayanan penunjang yang meliputi
pelayanan gizi, laboratorium, dan radiologi, pencacatan,
dan pelaporan.

Pengertian dan proses pelayanan kesehatan
bagi ODHA adalah memberikan perawatan
komprehensif, dukungan dan pengobatan.

Pelayanan kesehatan bagi ODHA diawali
dengan melakukan konseling dan
melanjutkan dengan terapi medis (ARV dan
IO), dengan selalu didampingi dengan
konseling bagi ODHA dan keluarganya /
pendampingnya.
PELAYANAN KESEHATAN BAGI ODHA
Pelayanan kesehatan bagi ODHA meliputi 5 pelayanan,
yaitu :
1. VCT (Voluntary Counseling and Testing).
2. ART (Antitetroviral Therapy).
3. PMCT (Prevention Mother to Child Transmision)
4. Infeksi Oportunistik (OI)
5. Pelayanan penunjang yang meliputi : pelayanan gizi,
laboratorium, dan perawatan, pencacatan, dan pelaporan.


Elemen Penilaian SMDGs III

1. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana
pelayanan DOTS TB
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam program pelayanan
DOTS TB termasuk pelaporannya
3. Adanya kebijakan rumah sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan DOTS TB sesuai dengan
standar
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim DOTS TB Rumah Sakit
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim DOTS TB sesuai standar
6. Terlaksananya fungsi rujukan TB DOTS pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku
Djoti - Atmodjo
PELAYANAN TUBERKULOSIS
DENGAN STRATEGI DOTS DI RUMAH
SAKIT
TUJUAN UMUM

Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis
Dengan Strategi DOTS di Rumah Sakit disusun
dengan tujuan agar dapat meningkatkan mutu
pelayanan tuberkulosis di rumah sakit
TUJUAN KHUSUS
Sebagai pedoman manajerial dalam program
penanggulangan TB di rumah sakit dengan strategi
DOTS.
Sebagai indikator mutu penerapan standar pelayanan
rumah sakit (SPRS) dalam program penanggulangan TB
melalui akreditasi.
Sebagai salah satu alat ukur kinerja rumah sakit dalam
penanggulangan TB melalui indikator Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit (SPM-RS)
SASARAN
Pedoman Manajerial Pelayanan Tuberkulosis
Dengan Strategi DOTS Di Rumah Sakit
diperuntukkan bagi seluruh rumah sakit di
Indonesia, baik rumah sakit pemerintah maupun
swasta.
Setiap pelayanan TB dengan strategi DOTS bagi
pasien TB harus berdasarkan standar pelayanan
yang telah ditetapkan oleh Program
Penanggulangan Tuberkulosis Nasional.
Setiap Pelayanan TB harus berdasarkan
International Standard for Tuberculosis (ISTC) atau
Standar Diagnosis, Pengobatan dan Tanggung
Jawab Kesehatan Masyarakat.
Direktur / Wakil Direktur berfungsi sebagai administrator.
Fungsi administrator antara lain :
Membuat kebijakan dan melaksanakannya.
Mengintegrasikan, merencanakan, dan mengkoordinasikan
pelayanan.
Melaksanakan pengembangan staf dan pendidikan /
pelatihan.
Melakukan pengawasan terhadap penerapan standar
pelayanan medis / kedokteran termasuk medico legal.
Berkoordinasi dengan Komite Medik untuk memfasilitasi
implementasi etika kedokteran dan mutu profesi, penetapan
Standar Pelayanan Medis dan SPO.
Membentuk Tim DOTS yang dipimpin oleh Ketua / pimpinan
yang berfungsi.
TIM DOTS
Pimpinan rumah sakit membentuk Tim DOTS
sebagai wadah khusus dalam pengelolaan
pasien TB di rumah sakit.
Pembentukan Tim DOTS di rumah sakit bersifat
fungsional ditetapkan melalui surat keputusan
direktur rumah sakit.
Tim DOTS di rumah sakit berada dibawah
koordinasi Direktur / Wakil Direktur Pelayanan
Medik.
Ketua Tim DOTS Rumah Sakit
Ketua Tim DOTS adalah seorang dokter spesialis
paru atau penyakit dalam atau dokter spesialis atau
dokter umum yang bersertifikat Pelatihan
Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi DOTS di
Rumah Sakit (PPTS DOTS)
Ketua Tim DOTS merangkap sebagai anggota.
FASILITAS DAN PERALATAN
1. Tersedia ruangan khusus pelayanan pasien TB (Unit
DOTS) yang berfungsi sebagai pusat pelayanan TB di RS
meliputi kegiatan diagnostik, pengobatan, pencatatan dan
pelaporan, serta menjadi pusat jejaring internal / eksternal
DOTS.
2. Ruangan tersebut memenuhi persyaratan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI-TB) di rumah sakit.
3. Tersedia peralatan untuk melakukan pelayanan medis TB.
4. Tersedia ruangan / sarana bagi penyelenggaraan KIE
terhadap pasien TB dan keluarga.
5. Tersedia ruangan laboratorium yang mampu melakukan
pemeriksaan mikroskopis dahak.
KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
1. Ada kebijakan / ketentuan / pedoman dan prosedur tertulis
yang harus menjadi acuan pokok bagi semua staf medik
dalam melaksanakan tugas sehari hari.
2. Ada kebijakan / ketentuan / pedoman tentang jejaring internal
dan eksternal dalam pelayanan pasien.
3. Ada kebijakan / ketentuan / pedoman tentang pelayanan
pasien TB bagi orang miskin.
4. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang OAT, ketersediaan
obat, bila terjadi kekosongan.
5. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang Pelayanan pasien
TB di rawat jalan.
6. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang Pelayanan pasien
TB di rawat inap.
7. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang Pelayanan pasien TB di
Unit Gawat Darurat.
8. Kebijakan / ketentuan / prosedurtentang pengelolaan pasien
dengan MDR, HIV.
9. Kebijakan / ketentuan / prosedurtentang pasien yang mangkir.
10. Kebijakan / ketentuan / prosedur tentang rujukan pasien ke UPK
lain.
11. Kebijakan tentang cross check pasien.
12. Kebijakan tentang OAT termasuk dalam pengelolaan instalasi
farmasi rumah sakit.
13. Kebijakan tentang OAT masuk dalam formularium RS (baik obat
program maupun diluar program, Jamkesmas, Askes, dll).
14. Ada kebijakan bahwa staf medik membantu pimpinan rumah sakit
dalam perencanaan, penggunaan, dan pemeliharaan persediaan
fasilitas dan peralatan pelayanan medis.




15. Ada kebijakan dan prosedur mekanisme untuk mengawasi,
memonitor dan mengevaluasi penerapan standar pelayanan TB
di rumah sakit.
16. Ada kebijakan dan prosedur mekanisme untuk menentukan
standar pelayanan minimal, atau indikator keberhasilan
pelayanan TB di rumah sakit. (Angka pemeriksaan mikroskopik
dahak, menurunnya angka drop out, angka kesalahan baca
laboratorium, angka konversi, angka keberhasilan rujukan dan
sebagainya).
17. Ada kebijakan dan prosedur tentang pemenuhan standar
pencegahan dan pengendalian infeksi TB di Rumah Sakit
(standar manajerial, administrasi, lingkungan, dan alat pelindung
diri).
18. Ada kebijakan dan prosedur bagi rumah sakit yang digunakan
sebagai lahan pendidikan, pelatihan dan penelitian terkait TB.
Djoti - Atmodjo

Anda mungkin juga menyukai