Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI 1
GASTROINTESTINAL

Disusun oleh :
1. Zulva Chairunnisa ( G1F010002)
2. Arum Winda (G1F010020)
3. Wimala Permatasari ( G1F010032)
4. Dedy Iskandar ( G1F010034)
5. Fikril Huda. M ( G1F010038)
6. Fitri Aprilia Junaedi ( G1F010046)
7. Moh. Nur Khasan (G1F010058)
8. Nur Alfiah ( G1F010060)
9. Glorya Stevany ( G1F010078)


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
A. JUDUL
Gastrointestinal : Diare Akut

B. SUBJECT
DATA BASE PASIEN
Nama Pasien : An. R
TB/BB : -/ 7,6 kg
Umur : 22 bulan
Alamat : Gubeng Kertajaya Sby
Status : umum
Kel. Utama : diare
Diagnosa : Diare akut, Dehidrasi sedang + Kejang demam + Gizi buruk

C. OBJECT
1. Data Klinik
Data Klinik Nilai Normal Bulan Desember 2005
Tanggal :
Nadi x/ menit 100-150 22 23 24
Suhu
0
C 36-37 148 148 140
RR x/
menit
32 38,4 37,6 37,4
GCS 456
Terjadi peningkatan suhu pada tanggal 22-24, hali ini terjadi karena infeksi yang
menyebabkan demam

2. Data Laboratorium
Data lab. Nilai
normal
Bulan desember 2005 s/d januari 2006
Tanggal :
22 23 23 26 31 2
Elektrolit
kalium
mEq/l
3,8 5,0 2,79 3,4
Elektrolit 136 134 131
natrium
mEq/l
144
Leuko
(WBC)
1.000/UI
L:4,7-
10,3
P:4,3-
11,3
4,6 6,2 13,8
HB
(HGB)
g/dl
L:13,4-
17,7
P:11,4-
15,1
9,7 10,3 9,3
Elektrolit kalium dan elektrolit natrium memiliki nilai dibawah normal. Hal ini disebabkan
karena dehidrasi yang terjadi akibat diare. Hb rendah karena asupan nutrisi, vitamin
sehingga pembentukan Hb rendah contoh Fe, Asam Folat, B
12.
Lymfosit berdasar data lab
berada diatas nilai normal, hal ini terjadi karena adanya zay asing dalam tubuh
meningkatkan produksi lymfosit untuk menyerang zat asing tersebut.

3. Terapi
Parameter Hari 1 Hari 2 Hari 3
HSD 500 cc/ 6 jam v V
Vitamin A injeksi v
KCl sirup v V
Novalgin injeksi v V v
Diazepam injeksi v
Kandistatim oint V
Resomal larutan v
Diet TKTP II v V v
Amikacin vial v V v

D. ASSESSMENT
a. Patofisiologi
- Diare adalah kondisi ketidakseimbangan absoprsi dan sekresi air dan elektrolit.
- Terdapat 4 mekanisme patofisiologis yang mengganggu keseimbangan air dan
elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare, yaitu:
1. Perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan absorpsi natrium
atau peningkatan sekresi klorida.
2. Perubahan motilitas usus.
3. Peningkatan osmolaritas luminal.
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.
- Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan diare secara klinik, yaitu:
1. Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip (contoh:
Vasoactive Intestinal Peptide (VIP) atau toksin bakteri) meningkatkan sekresi atau
menurunkan absorpsi air dan elektrolit dalam jumlah besar.
2. Osmotic diarrhea, disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang mempertahankan cairan
intestinal.
3. Exudative diarrhea, dissebabkan oleh penyakit infeksi saluran pencernaan yang
mengeluarkan mukus, protein atau darah ke dalam saluran pencernaan.
4. Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di usus halus,
pengosongan usus besar yang prematur dan pertumbuhan bakteri yang berlebihan
(ISFI, 2008).

b. Etiologi
Ada beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksia
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
- Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoli, Salmoella, Shigella, dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotavirus, dan lain-lain.
- Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lambilia, Trichomonas hominis), Jamur
(Candida albicans)
b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti OtitisMedia Akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak < 2 tahun.


2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak, terutama lemak jenuh.
c. Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas (Suharyono, 1988).

E. PLAN


TERAPI FARMAKOLOGI

a. HSD (HALF STRENGTH DARROW)
1. Efek Terapetik Obat / Indikasi Obat
Berisi dextrose 5% : Nacl 0,45%+ KCl + Nabic dengan indikasi diare
DS( emmanuel,1984)
2. Indikasi
500 cc tiap 6 jam diberikan kepada pasien An. R untuk memenuhi kebutuhan
elektrolit.
3. Alasan Pemilihan Obat
Pemberian terapi HSD berdasarkan data lab seperti konsentrasi K dan Na yang
mengalami penurunan sehingga dibutuhkan terapi HSD untuk peningkatan dan
pemeliharaan elektrolit
4. Interaksi Obat-Obat, Obat-Makanan, dan Obat-Jamu
Kompatible antara dextrose, NaCl, KCl dan nabic dengan sediaan lain penyedia
elektrolit (Larry,2004).
5. Dosis Obat
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts
atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15
tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). ( Suparto,1987)
HSD dengan malnutrisi berat: 70 ml/kg berat badan, 6 jam (Fardah,2008).
6. Efek Samping Obat
Intoleransi laktosa sekunderpokalemia ,Syok hipovolemik( Suparto,1987)
7. Aturan Pemakaian Obat
HSD (half strengh darrow) D 2,5 NS cairan khusus yang diberikan secara
parenteral( Suparto,1987)
8. Harga Obat (Generik/Brandname)
Generik

b. INJEKSI VITAMIN A
1. Efek Terapetik Obat / Indikasi Obat
Untuk mencegah diare akut manjadi diare presistent serta menurunkan morbiditas
dengan mortilitas peenyakit diare pada anak (Beaton,1993).
2. Hubungan Pengobatan dengan Riwayat Pasien, Penyakit dan Riwayat Pengobatan
Tidak terdapat hubungan
3. Interaksi Obat-Obat, Obat-Makanan, dan Obat-Jamu
Tidak terjadi interaksi
4. Dosis Obat
Injeksi : 1 x 100.000 IU /hari
Pada pasien mendapatkan injeksi vitamin A 1 x 100.000 sehingga aman dalam
penggunaan.
5. Aturan Pemakaian Obat
6. Obat dapat diberikan baik secara injeksi maupun per oral. Pada kasus ini pasien
diberikan secara injeksi.
7. Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Vitamin A tidak boleh diberikan terlalu lama karena dapat menyebabkan terjadinya
hipervitaminosis (Anonim, 2008).
8. Harga Obat (Generik/Brandname)
Generik

c. TKTP
1. Efek Terapetik Obat / Indikasi Obat
Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) bertujuan memberikan makanan secukupnya
untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein yang bertambah guna mencegah
mengurangi kerusakan jaringan tubuh atau guna menambah berat badan hingga
mencapai sesuai yang diinginkan (Manshoer, 1999). Selain itu sebagai terapi
farmakologi.
2. Alasan Pemilihan Obat
Pasien diare akut sudah pasti banyak kehilangan cairan dari tubuh termasuk protein
sehingga kalori / energi yang dihasilkan pun menurun. Terapi TKTP dimaksudkan
memberikan tambahan protein yang hilang dan menambah energi bagi tubuh.
3. Interaksi Obat-Obat, Obat-Makanan, dan Obat-Jamu
Tidak terdapat interaksi.
4. Dosis Obat
3x100cc, sudah sesuai untuk balita umur 2 bulan.
5. Efek Samping Obat
Mengurangi nafsu makan karena terlalu manis dan gurih.
6. Aturan Pemakaian Obat
Terapi TKTP (susu) digunakan 3x sehari sebanyak 100cc. Diberi makan dengan porsi
kecil tapi sering.
7. Komposisi
Energi : 3000 kal
Protein : 125 g ( 2,5 g/kg BB)
8. Harga Obat (Generik/Brandname)
Generik.

d. RESOMAL LARUTAN
1. Efek Terapetik Obat / Indikasi Obat
Oralit digunakan untuk pengganti elektrolit dan cairan tubuh secara oral pada pasien
dengan kondisi dehidrasi, biasanya digunakan untuk diare akut atau berbagai etiologi
lain (Sweetma et al, 2009).
2. Alasan pemilihan obat
Pasien mengalami kekurangan cairan dan elektrolit yang disebabkan karena diare,
resomal larutan membantu mengatasi masalah tersebut.
3. Dosis Obat
Untuk anak 1-5 tahun harus habis 4 gelas pada 2 jam pertama selanjutnya 1 gelas tiap
diare.
4. Efek Samping Obat
Mual dapat terjadi ketika meminum oralit, dan mungkin indikasinya dapat terjadi
dengan cepat, pemberian mungkin dapat dihentikan 10 menit kemudian dilanjutkan
sedikit demi sedikit sampai habis (Sweetma et al, 2009).
5. Lama Penggunaan Obat untuk Terapi
Resomal digunakan hingga diare berhenti.
6. Harga Obat (Generik/Brandname)
Generik.

e. KCl SYRUP
1. Efek Terapetik Obat / Indikasi Obat
Digunakan untuk pencegahan dan pengobatan deplesi kalium atau hipokalemia pada
penyakit diare.
2. Dosis Obat
5 ml dalam 3 kali sehari
3. Efek Samping Obat
Jarang terjadi bila diberikan secara PO ( Anonim, 2012).
4. Alasan Pemilihan Obat
Karena pasien menderita hipokalemia
5. Interaksi obat
Kompatible dengan resomal larutan

f. KANDISTATIN OINT
1. Indikasi
Mengobati kandida (moniliasis) pada rongga mulut, kerongkongan, dan saluran
pencernaan makanan.
2. Dosis
1 cc 3 4 kali sehari di oleskan pada bagian yang sakit (s.u.e)
3. Alasan Pemilihan obat : karena pasien sariawan pada lidah
4. Interaksi Obat : -
5. Efek Samping
Pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik, kadang-kadang dapat di jumpai efek
samping seperti diare, mual, dan gangguan pencernaan (oral ) (Anonim, 2011).

g. PARACETAMOL
1. Dosis :
Dewasa & anak >12 thn; oral 650 mg atau 1 g tiap 4-6 jam bila perlu, maksimum 4 g
per hari. Oral Anak untuk tiap 4-6 jam (maksimum 5 dosis per 24 jam) : 12-23 bln
(8-11 kg) 120 mg.
2. Indikasi :
Nyeri ringan sampai sedang dan demam
3. Efek samping :
Efek samping dalam dosis terapi jarang; kecuali ruam kulit, kelainan darah,
pankreatitis akut pernah dilaporkan setelah penggunaan jangka panjang
4. Interaksi Obat : -
5. Mekanisme kerja :
Bekerja langsung pada pusat pengaturan panas di hipotalamus dan menghambat
sintesa prostaglandin di sistem saraf pusat.
6. Alasan pemilihan Obat :
Penggunaan Novalgyn diganti dengan Paracetamol karena Novalgyn digunakan untuk
mengurangi demam yang diderita pasien tapi novalgyn yang mengandung
metampiron merupakan golongan obat keras yang dapat meyebabkan gangguan cerna
, pendarahan lambung dan gangguan saraf sehingga lebih baik diganti dengan
paracetamol yang lebih aman (Niken,2009).

h. DIAZEPAM
1. Indikasi :
Untuk mengatasi kejang.
2. Dosis :
Untuk anak dengan BB 6-10kg dosis 0,5cc, jiaka masih kejang diberikan kembali
dengan dosis yang sama setelah 5 menit (Anonim, 2012).
3. Alasan pemilihan obat :
Karena pasien mengalami kejang.
4. Interaksi obat :
Sinergis dengan novalgin.
5. Efek samping :
Mengantuk, ataksia, kelelahan, erupsi pada kulit, edema, mual, dan konstipasi, gejala-
gejala ekstra pirimidal, sakit kepala, amnesia, dan hipotensi (Anonim, 2012).

i. AMIKACIN VIAL
1. Indikasi :
Untuk mengobati diare akut akibat infeksi bakteri gram negative.
2. Dosis :
5 mg/ kg BB/ hari
Dosis yang diberikan : 5 mg x 7,6 kg = 38 mg/hari dalam 2-3 dosis terbagi.
3. Alasan pemilihan obat :
Karena pasien mengalami diare akut yang disebabkan olehinfeksi bakteri gram
negative dan obat ini aman untuk bayi.
4. Interaksi obat : -
5. Efek samping :
Dapat menyebabkan ototoksisitas dan nefrotoksisitas (Anonim, 2010).
6. Acuan pemilihan Antibiotik :
Karena antibiotik bentesyin dan sepalomaxon merupakan golongan penisilin dan
sepalosporin yang justru dapat memicu terjadinya diare (Isofarter, 2008) sehingga
dipilih amicasin yang tidak memicu diare dan sensitif terhadap bakteri penyebab diare
pada kasus ini yaitu pseudomonas. Jadwal pemberiannya lebih baik dilakukan dari hari
pertama tanpa harus menunggu kultur karena nilai leukosit yang tinggi pada hasil
laboratorium bisa menjadi dasar bahwa diare disebabkan oleh infeksi bakteri.

j. ZINC
1. Dosis :
Zinc diberikan selama 10 hari penuh walaupun diare telah berhenti dengan dosis, anak
usia kurang dari 6 bulan diberikan 10 mg dan anak usia lebih dari 6 bulan diberikan 20
mg. untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau Oralit. Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang.
2. Indikasi :
Atas dasar penelitian yang menunjukkan bahwa zinc dapat menurunkan lamanya diare
( 20 % ), menurunkan frekuensi defekasi ( 18 % 59 % ) dan menurunkan kejadian
diare dalam 2- 3 bulan ke depan. Pembeerian zinc di maksudkan untuk menunjang
penyatuan mukosa yang berhubungan denga proses fisiologi saluran cerna serta
komponen penting dalam struktur dan fungsi membran sel yang berfungsi
memperbaiki proses epitelisasi karena pada saat diare terjadi kerusakan mukosa usus
yang disebabkan adanya gannguan mukosa usus yang dipengaruhi oleh sistem
kekebalan saluran cerna. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF menandatangani
kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian oralit dan Zinc selama
10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20 tahun (1980-2003) yang
menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian oralit disertai zinc lebih
efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat diare pada anak-anak sampai
40%. Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya
meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh.
Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh
berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang berperan
dalam fungsi imun, membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang sistim
kekebalannya belum berkembang baik, dapat meningkatkan sistim kekebalan dan
melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang diberi zinc
(diberikan sesuai dosis) selama 10 hari berturut - turut berisiko lebih kecil untuk
terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia.
3. Interaksi obat:
Pemberian zinc tidak boleh bersamaan dengan Fe karena akan terjadi kompetisi dalam
sistem penyerapan keduanya.
4. Efek samping :
Efek samping zinc sangat jarang dilaporkan. Kalaupun ada, biasanya hanya muntah.
Namun, pemberian zinc dalam dosis sebanyak 10-20 mg sesuai usia seperti dosis
yang dianjurkan seharusnya tidak akan menyebabkan muntah. Zinc yang dilarutkan
dengan baik akan menyamarkan rasa metalik dari zinc.
5. Zinc dengan oralit :
Saran yang baik karena ternyata Pemberian zinc bersama oralit sesegera mungkin
setelah terjadi diare akan mengurangi lama dan tingkat keparahan dari dehidrasi.
Riwayat pasien yang mengalami mencret, hal ini menyebabkan pasien mengalami
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pemberian zinkid dapat mencegah atau mengobati
dehidrasi dan untuk mencegah kekurangan nutrisi (anonim,2005).

MONITORING
a. Monitoring Nutrisi
-Timbang BB pada interval waktu tertentu
-Monitoring pertumbuhan dan perkembangannya
-Monitoring asupan kalori dan gizi
b. Monitoring Cairan
-Berikan cairan sesuai kebutuhan
-Monitoring tanda-tanda vital
c. Monitoring timbulnya dan lamanya kejang serta suhu
d. Monitoring antibiotik
-Frekuensi BAB dan feses
Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Memberikan pengarahan atau komunikasi kepada ibu akan pentingnya meningkatkan
pemberian cairan dan meneruskan pemberian makanan selama dan sesudah episode diare.
Memberikan rencana terapi
Terapi tipe A
Anak tanpa dehidrasi tetap membutuhkan cairan tambahan untuk menggantikan
cairan yang keluar saat diare. 4 hal yang perlu diedukasikan pada orang tua adalah berikan
cairan lebih dari biasanya pada anak untuk mencegah dehidrasi, berikan suplemen zinc pada
anak setiap hari selama 10-14 hari, tetap lanjutkan asupan makanan pada anak untuk
mencegah terjadinya malnutrisi, kenali tanda-tanda dehidrasi sehingga anak cepat dibawa ke
dokter. Tanda-tanda yang harus diwaspadai adalah mencret dengan frekuensi dan jumlah
yang meningkat, muntahberulang, kehausan, mulai menolak makan dan minum, demam,
tidak membaik dalam 3 hari.
Rencana terapi tipe B
Anak dengan dehidrasi ringan - sedang harus diobati dengan terapi rehidrasi oral
dengan menggunakan cairan rehidrasi oral di fasilitas medis terdekat, suplementasi zinc tetap
diberikan. Selain pada bayi yang masih minum ASI, makanan tidak boleh diberikan selama
periode 4 jam rehidrasi, pada anak yang melanjutkan rencana terapi B lebih dari 4 jam harus
diberikan makanan 3-4 jam sekali.
Rencana Terapi C
Terapi yang dipilih adalah rehidrasi secara cepat melalui intravena. Anak yang masih
dapat minum walaupun sedikit harus diberikan cairan rehidrasi oral 5mL/kgBB/jam ketika
mereka dapat minum untuk membantu menambahkan kadar kalium yang seringkali tidak
cukup dengan pemberian cairan secara intravena.

TERAPI NON FARMAKOLOGI
Terapi non farmakologi yang biasa dilakkan adalah dengan memperbanyak minum,
istirahat, hindari makanan yang dapat merangsang terjadinya diare, seperti kafein, cola, susu,
makanan berlemak, berat, pedas atau makanan yang mudah dicerna dalam usus dan lambung,
memperbanyak buah yang mengandung pectin, memperbanyak asupan vitamin terutama
vitamin A serta perbaikan gizi.














DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Diarrhoea Treatment Guidelines.Including new recommendations for the use
of ORS and zinc supplementation for Clinic-Based Healthcare Workers. WHO:
USA.
Anonim, 2008, ISO Farmakoterapi, ISFI Penerbitan, Jakarta
Anonim, 2010, Amikacin vial, http://www.medicastore.com. Diakses tanggal 26 September
2012
Anonim, 2011, Candistatin Oint, http://www.medicastore.com. Diakses tanggal 26 September
2012
Anonim, 2012, Diazepam, http://www.medicastore.com. Diakses tanggal 26 September 2012
Anonim, 2012, Novalgin injek, http://www.medicastore.com. Diakses tanggal 26 September
2012
Anonim, 2012, Potasium M KCL, http://www.nielpharmaeg.com. Diakses tanggal 26
September 2012
Beaton, A.P. et al., 1993, The Geology, Petrology and Geochemistry of Coal Seam from St.
Rose and Chimney Corner Coalfields, Caf Breton Nove Scotia, Canada,
International Journal of Coal Geology, vol 24 hal 473
Fardan, A, dkk, 2009, Diare, http://www.pediatric.com, diakses tanggal 25 September 2012
Larry, K, Pickering and John D.Snyder, 2004, Gastroenteritis In : Nelson, Textbook of
Pediatrics Edisi 17 : p1272-1276, Sounders, Phiadelphia
Mansjoer, Arif, dkk, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Media Aesculaptus, Jakarta
Niken, 2009, Bahan Kimia Obat dalam Jamu, http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/
11083766.pdf
Suparto, P, 1987, Studi Mengenai Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi pada Anak Melalui
Pendekatan Epidemiologi Klinik Desentasi

Anda mungkin juga menyukai