Anda di halaman 1dari 33

1

BAB I
PENDAHULUAN
Kanker ovarium merupakan salah satu keganasan yang paling sering ditemukan pada
alat genitalia perempuan dan menempati urutan kedua setelah kanker serviks. Dari seluruh
kanker keganasan ginekologi pada wanita ternyata kanker ovarium mempunyai permasalahan
yang paling besar dan angka kematiannya hampir separuh dari angka kematian seluruh
keganasan ginekologik. Hal ini disebabkan karena kanker ovarium tidak mempunyai gejala
klinis yang khas pada stadium awal sehingga penderita kanker ovarium datang berobat sudah
dalam stadium lanjut. Diperkirakan 70-80% kanker ovarium baru ditemukan setelah
menyebar luas atau telah bermetastasis jauh sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang
diharapkan. Parameter tingkat keberhasilan pengobatan kanker termasuk kanker ovarium
adalah angka ketahanan hidup 5 tahun (five-year survival rate) setelah pengobatan.
1

Kanker ovarium jarang ditemukan pada usia di bawah 40 tahun. Angka kejadian
meningkat dengan makin tuanya usia; dari 15 16 per 100.000 pada usia 40 44 tahun
menjadi paling tinggi dengan angka 57 per 100.000 pada usia 70 74 tahun. Penelitian
Fadlan di Medan (1981-1990) menyatakan bahwa insidensi kanker ovarium tertinggi pada
kelompok usia 41-50 tahun.
2,3

Mayoritas kanker ovarium adalah jenis epitelial, tetapi kanker ovarium dapat juga
berasal dari sel lain yang terdapat di ovarium. Akan tetapi, angka kejadian tumor ovarium
nonepitelial kecil sekali sehingga angka kejadian tumor ovarium epitelial dianggap angka
kejadian seluruh kanker ovarium. Pada penelitian Iqbal (2002-2006) di Medan, ditemukan
105 kasus kanker ovarium, yaitu 84 kasus (80%) kanker ovarium jenis epitel dan 21 kasus
(20%) kanker ovarium nonepitel.
2,3,5

Sebagian besar pasien tidak merasa ada keluhan dan keluhan-keluhan yang timbul
tidak spesifik seperti perut membesar sehingga ada perasaan menyesak, dispareunia, berat
badan meningkat karena ada asites atau massa. Tanda yang paling sering timbul adalah
adanya pembesaran abdomen, yang disebabkan oleh akumulasi cairan.
1
Ascites pada
keganasan merupakan masalah umum dalam perkembangan neoplasma dan terutama
berkaitan dengan kanker payudara, paru, ovarium, abdomen, pankreas dan kolorectal. Sekitar
20% dari semua pasien dengan ascites pada keganasan menderita tumor yang tidak diketahui
penyebabnya. Onset dan perkembangan ascites pada keganasan berhubungan dengan
menurunnya kualitas hidup dan prognosis yang buruk.
3

2

BAB II
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny. Y
Usia : 51 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Bukit Lipai- Indragiri Hulu
No. MR : 862384

II. ANAMNESIS
Pasien masuk via Poli Kebidanan RSUD Arifin Achmad pada tanggal 17 Agustus 2014 WIB
kiriman RSUD Indrasari Rengat dengan susp. Ca Ovarium (Cystadenocarcinoma ovarii
serosum papilliferum):
Keluhan Utama : perut membesar
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Pasien mengaku perut terasa membesar sejak 3 bulan SMRS, perut dirasakan
semakin membesar. Keluhan disertai dengan mual (+), muntah (+), kurang nafsu
makan (+) dan penurunan berat badan. Keluhan keluar darah dari jalan lahir
disangkal, nyeri diperut disangkal. Kemudian pasien berobat ke RSUD Rengat dan
dirawat dibagian penyakit dalam dengan gastritis kemudian dikonsul kebagian
obgyn, dilakukan pemeriksaan USG, didiagnosis dengan susp.Ca Ovarium
kemudian dirujuk ke RSAA.
Riwayat Penyakit Dahulu :HT(+), DM(-), P.Jantung(-), Asma(-)
Riwayat Penyakit keluarga : HT(-), DM(-), P.Jantung(-), Asma(-)
Riwayat Haid : Menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur 1
kali/bulan, lama haid 5-6 hari, tiap hari ganti duk 2-3 kali/hari, nyeri haid (-).
Riwayat Perkawinan : 1 kali, sejak usia 15 tahun
Riwayat hamil/keguguran/persalinan :
- Hamil pertama, lahir tahun 1983, perempuan, BB lahir lupa, dukun, dirumah, sehat
3

- Hamil kedua, tahun 1985, keguguran, tidak dikuret
- Hamil ketiga, tahun 2010, hamil anggur, dioperasi (histerektomi), RSUD Rengat.
Riwayat Kontrasepsi : pasien menggunakan spiral, pemakaian selama 2
tahun, terakhir 1985

III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : komposmentis
Vital sign
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Nadi : 82x /menit
Frekuensi napas : 18x /menit
Suhu : 36,5
0
C
Kepala : konjungtiva anemis -/-, edema palpebra -/-
Leher : pembesaran KGB -/-
Dada :
- Inspeksi : gerakan nafas simetris
- Palpasi : fremitus kanan = kiri
- Perkusi : sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : bronkovesikuler +/+, Ro -/-, Wh -/-
Abdomen : status ginekologi
Genitalia : status ginekologi
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik,edema tungkai -/-

Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : perut membuncit seperti hamil, scar(-), distensi
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), undulasi (+), shifting dullnes (+).
LP=90 cm
Perkusi : redup

Genitalia
4

- Inspeksi : vulva uretra tenang, perdarahan aktif pervaginam (-)
- Inspekulo :portio licin, OUE menutup, fluksus (-), flour albus (+), putih susu,
sondase tidak bisa dilakukan karena tidak bisa masuk.
- VT : terasa massa besar diatas portio, terfiksisr, nyeri goyang portio (-),
parametrium lemas, CD tidak menonjol.
- RT :sphincter ani kuat, mukosa licin, ampula tidak membesar, terdapat
massa didepan mukosa anterior, berbenjol-benjol, immobile.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah lengkap (17-08-2014) :
- Hb : 13,2 g/dl
- Leukosit : 13.400 /ul
- Trombosit : 800.000/mm
3

- Hematokrit : 43,7 %

V. DIAGNOSIS KERJA
P1A2H1 dengan Neoplasma kistik intraabdomen suspek ca ovarium dan asites + gastritis +
hipertensi kronik.

VI. PENATALAKSANAAN
Hemodinamik stabil : observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, serta tanda-tanda
dehidrasi.
Rencana USG, cek CA 125 dan konsul penyakit dalam.

Hasil pemeriksaan USG :
Suspek tumor ovarium maligna

VII. PROGNOSIS
Dubia ad Malam




5



Follow Up

Hari/tanggal Perjalanan Penyakit Terapi
19/08/2014
07.00
S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 140/100mmhg
RR = 20x/mnt
T = 36,8
0
C
N = 93 x/mnt
Conjunctiva anemis -/-
Abdomen :
-Ins : perut tampak membuncit
-Aus: BU (+) normal
-Pal : NT (-), NL (-),distensi (+)
-Genital: pendarahan (-)

Hasil lab : CEA = 1,72 ng/ml
Ca 125 = 474,19 U/ml
Alb : 2.58
TP1 : 5.77
AST : 52
ALT : 29
Ure : 38
Cre : 0.81
Glu : 85
A : P1A2H1 Suspek Tumor
Ovarium Maligna

-hemodinamik ibu stabil
(Obs KU,TTV,perdarahan )
-CT scan abdomen
-USG
20/08/2014
07.00














S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 82 x/mnt
Status generalis: dalam batas normal

status ginekologis
Abdomen
Ins: perut tampak membuncit, distensi (+)
Aus: BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup
hemodinamik ibu stabil
(ObsKU,TTV,perdarahan )

6


Hasil USG: asites (+), uterus sulit dinilai,
terdapat massa kistik bersepta kesan
neoplasma ovarium susp maligna.

A: P1A2H1 Ca ovarium

21/08/2014
07.00

S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 120/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 84 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup
A: P1A2H1 Ca Ovarium

-hemodinamik ibu stabil
(Obs KU,TTV,perdarahan )
-rencana CT-Scan abdomen
dengan kontras
-rencana laparatomi debulking
- persiapan operasi
-konsul penyakit dalam dan
anestesi
22/8/2014
07.00
S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 21x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 85 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal

s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup

Hasil lab :
Hb : 12,1
Ht : 39,2
Leu :15500
-Persiapan operasi
-konsul penyakit dalam.
7

Plt : 796000
A: P1A2H1 Ca Ovarium



23/8/2014 S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 82 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup

Hasil CT-Scan abdomen:
Kesan: tumor adat campuran (padat dan
kistik) bersepta septa pada cavum pelvis
suspect malignant ec. Susp Ca ovarium,
Asites.

A:. P1A2H1 Ca Ovarium


Persiapan operasi
24/8/2014 S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 82 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup
Persiapan operasi
8

.
A: P1A2H1 Ca Ovarium

25/8/2014 S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 82 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup

A:P1A2H1 Ca Ovarium

Persiapan operasi
Konsul bedah
24/8/2014 S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 82 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup
.
A:P1A2H1 Ca Ovarium
Persiapan operasi
26/8/2014 S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
Persiapan operasi
9

N = 82 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup
.
A:P1A2H1 Ca Ovarium

27/8/2014 S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 82 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup
.
A: P1A2H1 Ca Ovarium

Persiapan operasi
Konsul anestesi
28/8/2014 S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 82 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Persiapan operasi
Konsul bedah
10

Perkusi: redup
.
A: P1A2H1 Ca Ovarium


29/8/2014 S: perut membesar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 130/80mmhg
RR = 20x/mnt

T = 36,8
0
C
N = 82 x/mnt
s.generalis: dalam batas normal
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit,
distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (-), NL (-),undulasi (+),
shifting dullnes (+).
Perkusi: redup
.
A: P
1
A
2
H
1
Ca Ovarium

Operasi hari ini.

Laporan operasi (28 september 2014)
tampak usus lengket ke peritoneum parietal
massa kista omental cake (+),
asites (+) memenuhi seluruh cavum abdomen
usus, hepar, omentum terdapat adhesi
suspek ca ovarium stadium IIIB
dilakukan kistektomi, adhesiolisis, omentektomi
uterus tidak dapat diidentifikasi
debulking = sitoreduksi suboptimal







11

Lanjutan Follow Up
01/09/2014 S: perut membesar, terasa menyesak
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 150/100mmhg
RR = 22x/mnt
T = 36,8
0
C
N = 90 x/mnt
s.generalis: konjuntiva anemis (+)
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit, distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (+), NL (+),undulasi (+), LP : 87 cm
Perkusi: redup
A: P
1
A
2
H
1
post debulking suboptimal
pada neoplasma ovarium kistik maligna
hari ke 3

- Pemeriksaan USG
konfirmatif asites
- Cek Hb
02/09/2014 S: perut membesar, terasa menyesak
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 140/100mmhg
RR = 21x/mnt
T = 36,8
0
C
N = 88 x/mnt
s.generalis: konjuntiva anemis (+)
s.ginekologis:
Abdomen :
Ins : perut tampak membuncit, distensi (+)
Aus : BU (+) normal
Pal :NT (+), NL (+),undulasi (+), LP : 87 cm
Perkusi: redup

. A: P
1
A
2
H
1
post debulking suboptimal pada
neoplasma ovarium kistik maligna hari ke 4
Transfusi PRC 3 labu
Cek Hb post transfusi
Jika KU membaik, pro
parasintesis asites
03/09/2014 S: perut terasa menyesak, BAK lancar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 140/100mmhg
RR = 22x/mnt
P : -Hemodinamik stabil
(observasi KU, TV,
tanda-tanda syok,
balance cairan)
- Cegah infeksi :
12

T = 36,5
0
C
N = 80 x/mnt
s.generalis:
abdomen : tampak cembung, distensi (+) BU
(+) undulasi (+)
ekstremitas : edema (+) pada kedua tungkai.
s.ginekologis:
I : v/u tenang
Laboratorium :
Hb : 13,8
Ht : 45,2
Leukosit : 11000
Platelet : 572000
A: P
1
A
2
H
1
post debulking suboptimal
pada neoplasma ovarium kistik maligna
hari ke 5
ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Atasi nyeri : ketorolac
amp/8jam
- Atasi kembung :
ranitidin amp/8 jam
dan alinamin F / 6
jam
- Pro parasintesis asites
04/09/2014 S: perut terasa menyesak, BAK lancar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 140/100mmhg
RR = 22x/mnt
T = 36,5
0
C
N = 80 x/mnt
s.generalis:
abdomen : tampak cembung, distensi (+) BU
(+) undulasi (+)
ekstremitas : edema (+) pada kedua tungkai.
s.ginekologis:
I : v/u tenang

Dilakukan parasintesis asites. Jumlah cairan
yang dikeluarkan 2500 cc. Kemudian
dipasang drain.
A: P
1
A
2
H
1
post debulking suboptimal
pada neoplasma ovarium kistik maligna
hari ke 6

P : -Hemodinamik stabil
(observasi KU, TV,
tanda-tanda syok,
balance cairan,
volume cairan drain
asites)
- Cegah infeksi :
ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Atasi nyeri : ketorolac
amp/8jam
- Atasi kembung :
ranitidin amp/8 jam
dan alinamin F / 6
jam

05/09/2014 S: perut terasa menyesak, BAK lancar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 140/100mmhg
RR = 22x/mnt
P : -Hemodinamik stabil
(observasi KU, TV,
tanda-tanda syok,
balance cairan,
volume cairan drain
13

T = 36,5
0
C
N = 80 x/mnt
s.generalis:
abdomen : tampak cembung, distensi (+) BU
(+) undulasi (+)
ekstremitas : edema (+) pada kedua tungkai.
s.ginekologis:
I : v/u tenang

Jumlah cairan drain 500 cc
.
A: P
1
A
2
H
1
post debulking suboptimal
pada neoplasma ovarium kistik maligna
hari ke 7

asites)
- Cegah infeksi :
ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Atasi nyeri : ketorolac
amp/8jam
- Atasi kembung :
ranitidin amp/8 jam
dan alinamin F / 6
jam

06/09/2014 S: perut terasa menyesak, BAK lancar
O: KU = tampak sakit sedang
Kesadaran = komposmentis
TD = 140/100mmhg
RR = 22x/mnt
T = 36,5
0
C
N = 80 x/mnt
s.generalis:
abdomen : tampak cembung, distensi (+) BU
(+) undulasi (+)
ekstremitas : edema (+) pada kedua tungkai.
s.ginekologis:
I : v/u tenang

Jumlah cairan drain dalam 24 jam terakhir
20cc
A: P
1
A
2
H
1
post debulking suboptimal
pada neoplasma ovarium kistik maligna
hari ke 8
P : -Hemodinamik stabil
(observasi KU, TV,
tanda-tanda syok,
balance cairan,
volume cairan drain
asites)
- Cegah infeksi :
ceftriaxon 1 gr/12 jam
- Atasi nyeri : ketorolac
amp/8jam
- Atasi kembung :
ranitidin amp/8 jam
dan alinamin F / 6
jam
- Drain asites ditutup.
Pasien meminta
pulang sambil
menunggu hasil
pemeriksaan
histopatologi.

08/09/2014 Hasil pemeriksaan Patologi
Anatomi :

Biopsi jaringan gambaran histologik
sesuai dengan adenokarsinoma ovarium
Pemeriksaan sitologi cairan asites dengan
Rencana Kemoterapi
14

kesimpulan gambaran sitologi
menunjukkan anak sebar
adenocarsinoma pada peritoneum yang
dapat berasal dari ovarium.





























15

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 KANKER OVARIUM
3.1.1 DEFINISI
Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (organ yang berfungsi dalam
produksi sel telur). Kanker ini merupakan 3 4 % dari seluruh jenis kanker pada wanita.
Secara umum, kanker ovarium adalah penyakit pada wanita post-menopause, dengan angka
kejadian tertinggi pada usia 65 74 tahun.

3.1.2 EPIDEMIOLOGI
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker
ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat
asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60-
70% pasien datang pada stadium lanjut. Umumnya secara histologis hampir seluruh kanker
ovarium berasal dari epitel, yaitu menempati sekitar 8590% dari seluruh kanker ovarium.
Gambar 1. Kejadian kanker ovarium
3.1.3 ETIOLOGI
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul
kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis
tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini.
Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di
16

luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan
hormonal berperan penting dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1) Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel
epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.
2) Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

3.1.4 PATOFISIOLOGI
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium. Dapat
ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada
masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor
predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan
sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan
implantasi dirongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan asites.
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor ovarium
kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi
tumor-tumor tersebut.
1) Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran
perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan
konstipasi, edema, tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa
sakit.
2) Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon.

17


3) Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista: Perdarahan biasanya sedikit, namun jika dalam
jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi: Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa nyeri.
c. Infeksi pada tumor: Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada
tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikulitis, atau salpingitis akut
d. Robekan dinding kista: Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan menimbulkan rasa
nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan: Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah
tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama terhadap
kemungkinan perubahan keganasan. Tumor ganas merupakan kumpulan tumor
dan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast
(ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun biologis
yang beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30%
dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda. Tumor ovarium yang
ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan
supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke organ-organ yang jauh terutama
paru-paru, hati dan otak. Obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang
sering menyertai penderita tumor ganas ovarium.

3.1.5 MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis yang cermat dan pemeriksaan fisik yang lengkap sangat penting. Rasa
tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan
besar massa intraabdomen. Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan.
Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada
permukaan serosa dari kolon dan asites. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah,
perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif.
Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara
umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan
45% setelah menopause.
18

Penentuan stadium neoplasma ovarium yang paling luas digunakan adalah menurut
International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Ingatlah bahwa penentuan
stadium kanker ovarium mencakup semua penemuan saat operasi, berlawanan dengan kanker
serviks dan vulva yang penentuan stadiumnya didasarkan atas temuan klinis non operatif.


19


Gambar 1. Gejala awal kanker ovarium
Barber (1982) mengingatkan perlunya perhatian khusus, bila dalam pemeriksaan
dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1) Adanya massa tumor di daerah ovarium
2) Gerakan tumor terbatas
3) Permukaan tumor irreguler
4) Adanya tumor di daerah cul de sac
5) Massa tumor bilateral
6) Tumor daerah panggul yang membesar dalam observasi
7) Adanya asites
8) Adanya omental cake atau hepatomegali
9) Tumor di daerah panggul setelah menopause
Disaia (1989) mengamati perbedaan-perbedaan antara tumor jinak dan ganas ovarium,
baik pada pemeriksaan panggul maupun pada saat pembedahan; sehingga kewaspadaan
terhadap adanya keganasan tersebut dapat lebih terarah lagi.
Table 1. Penemuan pada pemeriksaan panggul (Disaia, 1989)
Temuan klinis Tumor Jinak Tumor Ganas
Sifat
Konsistensi
Gerakan
Permukaan
Asites
Benjolan di daerah cul de sac
unilateral
kistik
bebas
licin
sedikit/tidak ada
tidak ada
bilateral
padat
terbatas
tidak licin
banyak
ada
20

Pertumbuhan lambat cepat
Table 2. Penemuan pada saat pembedahan (Disaia, 1989)
Temuan pada pembedahan Tumor Jinak Tumor Ganas
Permukaan papiler
Intrakistik papiler
Konsistensi padat
Bilateral
Perlengketan
Asites
Nekrosis
Implantasi pada peritoneum
Kapsel utuh
Konsistensi kistik
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
jarang
sering
sering
sangat sering
sangat sering
sangat sering
sering
sering
sering
serng
sering
jarang
jarang
Sedangkan Sudaryanto (1989) mengemukakan penggunaan suatu indeks untuk
melakukan diagnosis keganasan ovarium prabedah, dengan 8 variabel yang masing-masing
diberi bobot dengan skor dan nilai pisah untuk indeks ini adalah 3. Skor 3-5 menunjukkan
kecurigaan keganasan, sedangkan skor 6 atau lebih dapat dikatakan ganas
Table 3. Indeks keganasan ovarium (Sudaryanto, 1989)
No. Petunjuk Diagnosis Variabel Skor
1


2

3

4


5

6

7

8
Lamanya pembesaran
perut atau tumor

Keadaan umum

Tingkat kekurusan

Konsistensi tumor


Permukaan tumor

Gerakan tumor

Ascites

LED 1 jam
a. Lambat (lebih dari 16 bulan atau tak
ada pembesaran)
b. Cepat (16 bulan atau kurang)
a. Baik
b. Kurang/tidak baik
a. Normal/gemuk
b. Kurus
a. Kistik homogen
b. Solid homogen
c. Macam-macam
a. Rata/licin
b. Berbenjol/tidak teratur
a. Bebas
b. Tak bebas
a. Tak ada
b. Ada
a. Rendah (60 mm atau kurang)
b. Tinggi (lebih dari 60 mm)
0

1
0
1
0
1
0
1
2
0
1
0
1
0
1
0
1

21

3.1.6 DIAGNOSIS
Melihat topografi ovarium hampir tidak memungkinkan untuk melakukan deteksi
dini tumor ganas ovarium oleh karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan
atas 3 gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang lanjut,
yaitu:
2,14,15

1) Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke
jaringan sekitar.
2) Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan
bermanifestasi adanya asites.
3) Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi, atau
hiperestrogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor
dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau massa
di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari massa yang kistik sampai
yang padat.
14,15
Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan
pemeriksaan klinik. Pemakaian USG dan CT-scan dapat memberi informasi yang berharga
mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum pembedahan. Laparatomi eksploratif
disertai biopsi potong beku (frozen section) masih tetap merupakan prosedur diagnostik
paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnya mengenai tumor dan perluasannya
serta menentukan strategi penanganan selanjutnya. Diagnosis tergantung penilaian klinis,
laboratorium dan pembedahan yang tepat.

Pemeriksaan laboratorium
Evaluasi perioperatif untuk kecurigaan kanker ovarium meliputi pemeriksaan darah
lengkap dan hitung jenis, kimia darah, urinalisis, sitologi serviks dan vagina, pemeriksaan
radiologi dada dan perut, pielografi intravena, barium enema dan mungkin uji fungsi hati,
profil koagulasi, pemeriksaan gastrointestinal serial. Akhirnya, antigen tumor berupa Ca
125

atau CEA dapat membantu dalam mengevaluasi keganasan.
Pemeriksaan Penunjang
1) Ultrasonografi
Merupakan cara pemeriksaan noninvasif yang relatif murah. Pemakaian USG dapat
membedakan tumor kistik dengan tumor yang padat. Pada tumor dengan bagian-bagian padat
22

(ekogenik) persentase keganasan makin meningkat. Sebaliknya, pada tumor kistik tanpa
ekointernal (anekogenik) kemungkinan keganasan menurun.
2
Pemakaian USG Color Doppler
dapat membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas. Modalitas ini
didasarkan kepada analisis gelombang suara Doppler (RI, PI, dan Velocity) dari pembuluh-
pembuluh darah tumor yang menunjukkan peningkatan arus darah diastolik dan perbedaan
kecepatan arus darah sistolik dan diastolik.
2

2) Computed Tomography Scan (CT-scan)
Pemakaian CT-scan untuk diagnosis tumor ovarium juga sangat bermanfaat. Dengan
CT-scan dapat diketahui ukuran tumor primer, adanya metastasis ke hepar dan kelenjar getah
bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut.
2
CT-scan kurang disenangi karena (1) risiko
radiasi, (2) risiko reaksi alergi terhadap zat kontras, (3) kurang tegas dalam membedakan
tumor kistik dengan tumor padat, dan (4) biaya mahal.
2
3) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Jika dibandingkan dengan CT-scan, MRI tidak lebih baik dalam hal diagnostik,
menggambarkan penjalaran penyakit, dan menentukan lokasi tumor di abdomen atau pelvis.
2

4) Pemeriksaan Tumor Marker CA 125
CA 125 adalah antigen yang dihasilkan oleh epitel coelom (sel mesotelial pleura,
pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran muller (tuba, endometrium dan endoserviks).
Permukaan epitel ovarium dewasa tidak menghasilkan CA 125, kecuali kista inklusi,
permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan
kapiler. Kadar normal paling tinggi yang disepakati untuk CA 125 adalah 35 U/ml.
Pemeriksaan kadar CA 125 ini mempunyai spesifisitas dan positive predictive value yang
rendah. Hal ini karena pada kanker lain seperti kanker pankreas, kanker mammae, kanker
kandung kemih, kanker liver, dan kanker paru, kadar CA 125 juga meningkat. Di samping
itu, pada keadaan bukan kanker seperti mioma uteri, endometriosis, kista jinak ovarium,
abses tuboovarian, sindroma hiperstimulasi ovarium, kehamilan ektopik, kehamilan, dan
menstruasi, kadar CA 125 juga meningkat.
2,16






23

3.1.7 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
1) Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-struktur yang
berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui
cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
2) Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran limfe menuju
pleura.

3.1.8 PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter
merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk mengalami
komplikasi. Apabila tumor ovarium tidak memberikan gejala dan diameternya kurang dari 5
sentimeter, biasanya merupakan kista folikel atau kista lutein.
Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan
radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba dan
ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan sampel
dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di beberapa
tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga dimaksudkan untuk
menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical staging). Setelah pembedahan
radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan kemoterapi, radioterapi atau
immunoterapi.
a) Operasi
Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH), salpingoooforektomi
bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional). Nodus retroperitoneal harus dipalpasi
dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin tumor (untuk memperkecil) harus
diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa tumor. Namun pembedahan lebih radikal
belum terbukti menambah manfaat.
Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih
lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi tumor
dapat ditetapkan untuk menentukan terapi. Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk
histerektomi total, adneksektomi dan omentektomi, pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya
24

sebanyak mungkin tumor diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi
dan terapi radiasi). Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara debulking (cytoreductive)
pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas aman. Dengan
debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih efektif.
b) Kemoradiasi
Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor
yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2
yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.
c) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi radiasi
mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah mendapatkan radiasi
atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi ulang) untuk mengambil
sebanyak mungkin jaringan tumor. Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan
radioterapi atau kemoterapi, lazim dilakukan laparotomi kedua (second-look laparotomi),
bahkan kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat
penilaian akurat proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya.
Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.

3.2 Asites Pada Ca Ovarium
3.2.1 Definisi
Asites adalah suatu keadaan akumulasi cairan serous dalam cavum peritoneal. Ada
banyak penyakit atau keadaan yang diketahui dapat menyebabkan terbentuknya cairan bebas
dalam cavum peritoneal. Pada dasarnya penyebab ascites bisa dari proses patologi di
peritoneum dan tidak langsung mengenai peritoneum.
Ascites pada keganasan merupakan masalah umum dalam perkembangan neoplasma
dan terutama berkaitan dengan kanker payudara, paru, ovarium, abdomen, pankreas dan
kolorectal. Sekitar 20% dari semua pasien dengan asites pada keganasan menderita tumor
yang tidak diketahui penyebabnya, biasanya asites terjadi setelah mencapai stadium II C.
Onset dan perkembangan ascites pada keganasan berhubungan dengan menurunnya kualitas
hidup dan prognosis yang buruk.
Secara keseluruhan kelangsungan hidup pasien terutama ditentukan oleh asal dari
kanker primer. Pasien dengan kanker ovarium memiliki prognosis yang lebih baik sementara
25

pasien dengan ascites pada keganasan yang berasal dari gastrointestinal atau penyebab yang
tidak diketahui memiliki prognosis yang buruk.
Dalam jumlah yang besar ascites dapat menyebabkan peningkatan tekanan abdomen
dan menyebabkan ketidaknyamanan dengan gejala seperti nyeri perut, mual, anoreksia,
muntah, kelelahan, dispneu dan rasa penuh di perut. Terutama pada pengobatan penyakit
stadium akhir yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mencapai
pemulihan gejala dengan teknik invasif minimal yang memiliki risiko terendah untuk
terjadinya komplikasi.

3.2.2 Patofisiologi
Patofisiologi ascites pada keganasan adalah multifaktorial dan belum sepenuhnya
dimengerti. Selain penurunan drainase limfatik dan mekanisme hormonal sitokin yang
dimediasi peningkatan permeabilitas kapiler juga memegang peranan penting, karena ascites
pada keganasan biasanya kaya protein. Mediator seperti faktor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF), interleukin-6 dan tumor necrosis factor mungkin berperan juga. Dalam kasus-kasus
individu hipoalbuminemia akibat gangguan fungsi hati sekunder pada metastasis hati atau
hipertensi portal disebabkan oleh tumor hati yang besar menyumbat vena portal atau vena
hepatika dapat menyebabkan ascites juga.


3.2.3 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
penunjang. Setelah diagnosis dengan pemeriksaan fisik dan pencitraan ascites pada
keganasan biasanya dikonfirmasi dengan paracentesis diagnostik. Analisis sitologi adalah tes
yang paling spesifik untuk menunjukkan ascites pada keganasan. Sekitar 97% sensitif dengan
carcinomatosis peritoneal, tetapi sensitifitas yang rendah dalam mendeteksi jenis lain dari
26

ascites pada keganasan. Hitung sel berguna dalam diagnosis dengan dugaan peritonitis
bakteri, terutama jika jumlah neutrofil lebih besar dari 250 sel/mL, namun carcinomatosis
peritoneal dapat menyerupai spontaneous bacterial peritonitis.
Jika dicurigai infeksi, pewarnaan Gram dan kultur harus dilakukan. Gradien Serum
albumin asites (SAAG) dianjurkan untuk menyingkirkan diferensial diagnosis dan
pengelolaan ascites. SAAG dihitung dengan mengurangkan tingkat albumin cairan asites dari
tingkat serum yang diperoleh pada hari yang sama. Gradien yang lebih dari 1,1 g/dL
menunjukkan adanya hipertensi portal, gradien yang menurun (<1,1 g/dL) ditemukan dalam
carcinomatosis peritoneal. Pencitraan tambahan (misalnya USG Doppler dari vena portal)
dapat membantu untuk menentukan penyebab asites dalam kasus tertentu.

3.2.4 Penatalaksanaan
Survei praktik dalam pengelolaan ascites pada keganasan dari Inggris dan Kanada
menunjukkan bahwa paracentesis, diuretik dan kemoterapi sistemik terhadap keganasan yang
umum digunakan sebagai prosedur. Shunt peritoneovena, operasi Cytoreductive dan
(hyperthermic) intraperitoneal (i.p) kemoterapi digunakan juga. Namun, berbeda dengan
pedoman yang telah ditetapkan untuk pengobatan asal kanker primer, tidak ada pedoman
yang berdasarkan penelitian untuk terapi optimal ascites pada keganasan. Pendekatan saat ini
terutama didasarkan pada pengalaman pribadi dan diadaptasi dari pengobatan sirosis terkait
ascites.
a. Terapi Paracentesis dan drainase permanen
Sekitar 90% pasien dengan paracentesis terapeutik memberikan hasil yang baik,
meskipun kesembuhan dari gejala bersifat sementara. Komplikasi dilaporkan jarang terjadi
yaitu mencakup hipotensi, emboli paru, peritonitis sekunder dan perforasi. Hipotensi berat
dan gangguan ginjal dapat dikurangi dengan penambahan cairan secara bersamaan. Studi
pada pasien dengan sirosis terkait asites menunjukkan bahwa pemberian albumin dalam
volume besar lebih unggul dibandingkan ekspander plasma lain dalam mencegah disfungsi
sirkulasi. Oleh karena itu, infus albumin (misalnya, 6-8 g/liter pengeluaran asites) telah
digunakan bersamaan untuk paracentesis asites pada keganasan. Namun, kebutuhan untuk
penggantian koloid masih kontroversial karena dalam konteks ascites pada keganasan tidak
ada uji coba yang dilakukan. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa infus albumin intravena
umumnya tidak diperlukan. Jika paracentesis serial tidak menghasilkan cairan yang
terkontrol, drainase permanen dapat dipertimbangkan.
27


b. Pengobatan Diuretik
Diuretik sering digunakan dalam pengelolaan ascites pada keganasan, meskipun
penggunaannya yang sangat kontroversial. Becker dkk mengevaluasi 5 studi yang
mengikutsertakan 113 pasien dengan tumor yang berbeda dan menemukan keberhasilan
diuretik sekitar 43%. Namun, data fase II menunjukkan bahwa respon terhadap diuretik
dibatasi untuk pasien dengan Serum Asites Albumin Gradien(SAAG) >1,1 g/dL (kongruen
dengan asites jinak karena cirrhoses hati), sedangkan asites pada keganasan dengan SAAG
<1.1 g/dL sangat resisten terhadap penggunaan diuretik. Beberapa penulis menyatakan bahwa
terapi medis, seperti diuretik serta natrium dan pembatasan cairan, tidak efektif pada pasien
onkologi yang paling independen dari SAAG. Ini harus ditekankan bahwa pasien dan dokter
harus menyadari kemungkinan efek samping seperti hipovolemia dan gagal ginjal ketika
menggunakan diuretik.

c. Shunt Peritoneovena
Awalnya dikembangkan untuk digunakan pada pasien dengan asites refrakter karena
sirosis hati, Shunt peritoneovena kemudian menjadi populer dalam pengelolaan ascites pada
keganasan di negara-negara Anglo-Amerika. Kontraindikasi relative dilakukannya tindakan
ini adalah, hipertensi portal, gangguan koagulasi, dan gangguan jantung atau ginjal kronik.
Pasien dengan kanker ovarium dan payudara yang menjalani shunting peritoneovena
memiliki angka respon (> 50%) yang lebih baik dibandingkan dengan kanker gastrointestinal
(10-15%). Efek samping yang dilaporkan termasuk edema paru atau emboli, subklinis serta
koagulasi intravaskular dilaporkan namun dalam angka yang rendah. Komplikasi ini
didapatkan pada sekitar 6% dari total pasien.Namun, shunting bukanlah prosedur yang
ditetapkan dalam mengelola ascites ganas di Eropa, mungkin karena pertimbangan efektivitas
dan resiko yang ditimbulkan.
d. Kemoterapi Intraperitoneal dan Operasi Cytoreduktif
Tujuan dari terapi intraperitoneal pada asites akibat keganasan biasanya paliatif,
sedangkan tujuan dari operasi Cytoreduktif dalam kombinasi dengan Hypertermic
Intraperitoneal Cemoterapi(HIPEC) adalah untuk menghilangkan semua tumor makroskopik
setelah eksplorasi perut dan hanya menyisakan tumor mikroskopis untuk meningkatkan
penetrasi jaringan tumor dengan HIPEC. Pendekatan multimodal ini telah terbukti untuk
28

meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dan terutama diterapkan untuk pasien dengan
metastastic kanker appendix atau kolorektal yang terbatas pada peritoneum.























BAB IV
PEMBAHASAN

Telah disampaikan sebuah ilustrasi kasus seorang perempuan 51 tahun dengan
Neoplasma Ovarium dan komplikasi ascites.
Permasalahan yang dibahas yaitu:
1. Apakah diagnosis sudah memenuhi kaidah obstetri dan ginekologi?
29

2. Apakah penatalaksanaan Neoplasma Ovarium pada pasien ini sudah tepat?
3. Apakah penatalaksanaan neoplasma ovarium dengan distensi abdomen karena asites
pada pasien ini sudah tepat?
4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

1. Apakah diagnosis sudah memenuhi kaidah obstetri dan ginekologi?
Diagnosis masuk pasien ini yaitu P1A2H1 dengan tumor intraabdomen suspek tumor
ovarium suspek ganas dan asites + gastritis + hipertensi kronik..
Diagnosis P1A2H1 dengan tumor intraabdomen suspek tumor ovarium suspek ganas
dan asites + gastritis + hipertensi kronik sudah tepat berdasarkan kaidah penulisan diagnosis
obstetri dan ginekologi dengan mencantumkan paritas serta diagnosis penyakit.
Dari anamnesis riwayat obstetrik didapatkan bahwa pasien pernah melahirkan anak
sebanyak tiga kali, pernah mengalami abortus satu kali dan kehamilan anggur satu kali, dan
saat ini pasien memiliki satu orang anak. Diagnosis suspek tumor ovarium pada pasien ini
diperoleh dari rujukan sebuah rumah sakit daerah yang menegakkan diagnosis tersebut
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik. Pada pasien ini dilakukan kembali anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
tersebut ditegakkan diagnosis kerja P1A2H1 dengan tumor intraabdomen suspek tumor
ovarium suspek ganas dan asites + gastritis + hipertensi kronik. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa USG abdomen dan CT-Scan abdomen dengan kontras dengan
kesan Tumor Ovarium Maligna, sehingga diagnosis berubah menjadi P1A2H1 dengan Ca
Ovarium dan asites. Dari laporan operasi ditemukan saat operasi tampak perlengketan usus
ke peritoneum parietale, tampak massa kista gambaran omental cake, asites memenuhi
seluruh cavitas abdomen, terdapat adhesi pada usus, omentum dan hepar dengan kesan Ca
Ovarium stadium IIIB.
2. Apakah penatalaksanaan Ca Ovarium pada pasien ini sudah tepat?
Pasien telah didiagnosa dengan Ca Ovarium, dan dari temuan operasi pasien berada
pada stadium IIIB. Pada pasien telah dilakukan operasi debulking sitoreduksi suboptimal, dan
dilakukan biopsi jaringan. Berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi biopsi jaringan,
didapatkan gambaran adenokarsinoma ovarium. Pasien direncanakan menjalani kemoterapi.
30

Pada stadium ini, setiap usaha harus dilakukan untuk mengeluarkan massa tumor
(bulk) termasuk dengan operasi usus mayor termasuk omentum yang cukup luas setelah
dilakukan TAH-BSO. Studi retrospektif menyebutkan bahwa angka survival pasien dengan
penyakit stadium III berhubungan dengan jumlah residu tumor pasca operasi yang lebih
sedikit memiliki prognosis yang lebik baik dengan terapi ajuvan. Pasien dengan stadium III
harus diterapi dengan kemoterapi. Sebagian besar pusat kanker kini memilih kemoterapi agen
multipel yang berbasis platinum seperti carboplatin dan paclitaxel, karena kelompok pasien
yang mendapatkan kemoterapi ini memiliki angka respon yang lebih baik.
Durasi terapi agen multipel biasanya 6-8 siklus. Bila pasien selamat selama periode
waktu ini dan tidak menunjukkan bukti klinis adanya penyakit, biasanya dipertimbangkan
untuk melakukan prosedur operasi kedua. Namun kemudian hal ini, mengalami transisi
dimana banyak peneliti tidak menganjurkan untuk melakukan laparotomi kedua kecuali
pasien masuk dalam suatu penelitian. Saat ini, beberapa penelitian menunjukkan tidak
terdapat manfaat pada hasil akhir dengan melakukan operasi kedua. Namun, laparotomi
kedua merupakan suatu alat diagnostik sehingga mungkin bermanfaat bagi pasien yang
sebelumnya belum mendapat intervensi pembedahan yang adekuat.
3. Apakah penatalaksanaan neoplasma ovarium dengan distensi abdomen karena
asites pada pasien ini sudah tepat?

Pasien telah didiagnosa Ca Ovarium dengan asites dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan terhadap pasien telah tepat karena pada pasien telah dilakukan parasentesis dan
pemeriksaan sitologi cairan asites didapatkan kesimpulan cairan asites merupakan anak sebar
adenocarsinoma pada peritoneum yang dapat berasal dari ovarium. Pasien direncanakan
menjalani kemoterapi.
Asites yang terjadi karena keganasan dilakukan tatalaksana terhadap keganasan yang
menjadi penyebab dari asites tersebut dan yang paling sering yaitu kanker ovarium.
Umumnya pasien dengan asites pada kasus keganasan harus dilakukan parasentesis terapeutik
untuk mengurangi gejala. Pintasan peritovena dengan pembedahan (shunt LeVeen) jarang
dilakukan. Sekitar 90% pasien dengan paracentesis terapeutik memberikan hasil yang baik,
meskipun kesembuhan dari gejala bersifat sementara. Komplikasi dilaporkan jarang terjadi
yaitu mencakup hipotensi, emboli paru, peritonitis sekunder dan perforasi. Tujuan dari terapi
intraperitoneal pada asites akibat keganasan biasanya paliatif, sedangkan tujuan dari operasi
31

Cytoreduktif dalam kombinasi dengan HIPEC adalah untuk menghilangkan semua tumor
makroskopik setelah eksplorasi perut dan hanya menyisakan tumor mikroskopis untuk
meningkatkan penetrasi jaringan tumor dengan HIPEC. Pendekatan multimodal ini telah
terbukti untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dan terutama diterapkan untuk
pasien dengan metastastic kanker appendix atau kolorektal yang terbatas pada peritoneum.

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?

Angka harapan hidup pasien dengan neoplasma ovarium dibedakan dengan melihat
angka harapan hidup pasien lainnya dengan neoplasma ovarium selama lima tahun kedepan.
Angka harapan hidup selama 5 tahun pada keseluruhan pasien neoplasma ovarium adalah
44%. Pasien yang didiagnosis berumur dibawah 65 tahun memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan dengan wanita yang didiagnosis diatas umur 65 tahun. Menurut beberapa
penelitian, prognosis juga berhubungan dengan karakteristik penderita, status kebidanan,
serta keadaan penyakit seperti stadium klinik dan jenis pengobatan yang diberikan. Pada
pasien dengan stadium III, angka ketahanan hidup 5 tahunnya adalah 24,64%.. pasien yang
memperoleh pengobatan kombinasi operasi dan kemoterapi memiliki angka ketahanan hidup
5 tahun 44,11%. Pada pasien dengan asites memiliki angka ketahanan hidup 5 tahun lebih
rendah yaitu 33,5% dibandingkan tidak asites yaitu 52,07%..









BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat dan memenuhi kaidah obstetri dan ginekologi.
32

2. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat, yaitu meliputi penatalaksanaan operatif
dikombinasikan dengan kemoterapi berdasarkan stadium neoplasma ovarium pada
pasien.
3. Prognosis pada pasien ini berdasarkan stadiumnya yaitu neoplasma ovarium stadium
III, memiliki angka harapan hidup 5 tahun sebesar 24,64%.

5.2 Saran
1. Perlu dilakukan lebih banyak edukasi dan penyuluhan kepada wanita tentang kanker
ovarium, agar dapat mengetahui tentang faktor resiko penyakit sehingga dapat
menghindarinya.
2. Perlu dilakukannya skrining dan deteksi dini terhadap seluruh wanita yang memiliki
resiko tinggi terhadap kanker ovarium, dimana hal ini dapat dilakukan di pusat
pelayanan kesehatan lini pertama yaitu Puskesmas.















DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2005.
33

2. Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Editor:
M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2006: hal. 468-257.
3. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
2003:729-730.
4. Kumar V, Cotran RS, and Robbins SL. Robbins Basic Pathology 7
th
ed. New York: W.B.
Saunders Company. 2003.
5. Lubis, AA. Sensitivitas dan spesifisitas Nilai resistance index dan pulsatility index
Dalam diagnosis kanker ovarium. Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU,
Medan. 2011.
6. Military Obstetrics & Gynecology. The Brookside Associates, Ltd; 2009 [cited 2012 21
Desember]; Available from:
http://www.brooksidepress.org/Products/Military_OBGYN/Textbook/Problems/Ovarian
Neoplasm.htm.
7. Vivien W. Chen PD, Bernardo Ruiz MDPD, Jeffrey L.K. MD, Timothy R. Cotey MD,
M.P.H., Xiaou Cheng Wu MD, MPH, C.T.R., Catherine N.C. PD. Pathology and
Classification of Ovarian Tumors. 2003 15 May;97 (North American Association of
Central Cancer Registries).

Anda mungkin juga menyukai