102009100 Analisis masalah Anak laki2 4tahun sesak nafas, dan terdapat retraksi sela iga anamnesis pemeriksaan DD WD Etiologi Patofisiologi penatalaksanaan Komplikasi Prognosis epidemiologi Fisik Penunjang Emfisema Bronkitis Gagal jantung kiri Pneumothoraks Asma Anamnesis Identitas Riwayat perjalanan penyakit Factor-faktor yang berpengaruh terhadap asma Riwayat keluarga Riwayat adanya alergi Keluhan-keluhan pasien Obat-obatan
Pemeriksaan fisik Inspeksi (bentuk, dinding dada, frekuensi pernapasan, jenis perfasan, pola pernafasan) Palpasi Palpasi kelenjar getah bening Palpasi permukaan toraks dan sela iga Palpasi massa/benjolan Ada/tidaknya rasa nyeri Ada/tidaknya sisi paru yang tertinggal selama pergerakan napas Ada/tidaknya fremitus Pemeriksaan fisik Perkusi Ada/tidaknya suara perkusi yang tidak sonor kecuali di daerah jantung Pekak Hipersonor Auskultasi TTV (tensi, nadi, respi, suhu)
Pemeriksaan penunjang Laboratorium Sputum (serous, mukoid, purulent, resty) Analisa gas Darah((PaCO 2 <35mmHg)-(PaCO 2 45mmHg)) Pemeriksaan radiologi (hiperinflasi, penebalan dinding bronkus, vaskularisasi paru.) Uji kulit (alergi) Elektrokardiografi Tes fungsi paru dengan menggunakan spirometrik
DIAGNOSIS BANDING 1. Bronkitis kronis Ditandai dengan batuk kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling sedikit terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya terjadi pada penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-lama disertai mengi, menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan sianosis dan tanda-tanda cor pumonal. Emfisema paru Sesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma, emfisema biasanya tida ada fase remisi, penderita selalu merasa sesak pada saat melakukan aktivitas. Pada pemeriksaan fisik di dapat dada seperti tong, gerakan nafas terbatas, hipersonor, pekak hati menurun, suara vesikuler sangat lemah. Pada foto dada di dapat adanya hiperinflasi.
Pneumotoraks traumatik Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik non-iatrogenik (kecelakaan) Pneumotoraks traumatik iatrogenik (komplikasi tindakan medis): Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental (kesalahan) Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate) (sengaja) Diagnosis kerja Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan laboratorium bahwa itu adalah asma bronchial.
Gejalanya timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus.
Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan pengobatan. Diagnosis kerja Secara etiologis asma bronkial dibagi dalam 3 tipe:
Asma bronkial tipe non atopi (intrinsik) dewasa
Asma bronkial tipe atopi (Ekstrinsik) anak2
Asma bronkial campuran (Mixed) PATOGENESIS Asma ekstrinsik (alergis) secara umum mempengaruhi anak atau remaja muda yang sering mempunyai riwayat keluarga atau pribadi tentang alergi, bentol-bentol, ruam, dan eczema. Obstruksi pernapasan akut, tekanan pada aliran udara, dan turbulensi dari aliran udara dikaitkan dengan tiga respons berikut : 1) spasme bronkus; 2) produksi mukus kental yang banyak; dan 3) respons inflamasi. Asma intrinsik (idiosinkratik) biasanya mempengaruhi orang dewasa, termasuk mereka yang tidak mengalami asma atau alergi sebelum usia dewasa tengah. Riwayat pribadi atau keluarga negative untuk alergi, eksema, bentol-bentol, dan ruam. ETIOLOGI Faktor predisposisi (Genetik) Faktor presipitasi (Alergen, perubahan cuaca, lingkungan kerja, stres, olahraga/aktivitas berat)
EPIDEMIOLOGI Prevalensi di dunia berkisar antara 4-30%, sedangkan di Indonesia sekitar 10% pada anak usia sekolah dasar dan 6,7% pada anak usia sekolah menengah. Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7- 10% anak wanita dapat menderita asma pada suatu saat selama masa kanak-kanak. Sebelum pubertas sekitar dua kali anak laki-laki yang lebih banyak terkena daripada anak wanita dan insiden menurut jenis kelamin sama. PENATALAKSANAAN Yang termasuk obat antiasma adalah:
Antiinflamasi (Kortikosteroid, Natrium kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi nonsteroid)
Terapi awal yaitu 1. Oksigen 4-6 liter/menit. 2. Agonis 2 ( Salbutamol 5 mg atau Feneterol 2,5 mg atau Terbutalin 10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian agonis 2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis Salbutamol 0,25 mg atau Terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5% dan diberikan perlahan. 3. Aminovilin bolus iv 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis. 4. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut:
Respons menetap selama 60 menit setelah pengobatan. Pemeriksaan fisik normal. Arus puncak ekspirasi (APE) > 70%
Jika respons tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit.
Terapi asma kronik 1. Asma ringan: agonis 2 inhalasi bila perlu atau agonis 2 oral sebelum exercise atau terpapar alergen. 2. Asma sedang: antiinflamasi setiap hari dan agonis 2 inhalasi bila perlu. 3. Asma berat: steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis 2 long acting, steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis 2 inhalasi sesuai kebutuhan.
PREVENTIF 1. Penyuluhan pasien penting untuk keberhasilan penatalaksanaan, khususnya penjelasan mengenai pemicu, penggunaan dan peran obat-obatan dan bagaimana mendeteksi dan bereaksi terhadap perburukan. Menghindari pemicu lingkungan atau alergen penting, terutama menghindari asap rokok KOMPLIKASI Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang mengancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan dapat terjadi pada beberapa individu. Apabila kerja pernapasan meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal napas, dan kematian. PROGNOSIS Sejalan dengan bertambahnya usia anak, sebagian besar anak akan mengalami perbaikan. Pada anak-anak prasekolah yang mengalami mengi hanya pada saat pilek, mungkin gejala akan menghilang setelah usia 5-8 tahun. Secara umum, semakin berat suatu asma maka perbaikan akan tercapai pada usia yang lebih tua. Asma mungkin berulang pada masa dewasa, dan remaja sebaiknya tidak merokok dan menghindari alergen potensial di tempat bekerja. KESIMPULAN Anak tersebut mengalami asma bronkial