Anda di halaman 1dari 14

0

LATAR BELAKANG
Pertanian Indonesia memiliki potensi besar dalam segi sumberdaya dan kualitas,
sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara.
Pertanian tidak lagi dipandang dalam ruang lingkup yang sempit dan penanaman saja.
Pertanian saat ini sudah diupayakan secara terintegrasi. Pertanian tidak terfokus hanya
pada budidaya saja, namun seluruh aspek yang menunjang pertanian, seperti pemanfaatan
pengolahan dan pemasaran. Persaingan yang tinggi saat ini, mendorong pertanian harus
memiliki daya saing dan inovasi yang baik, terutama pada produk-produk pertanian yang
memiliki potensi dan nilai yang tinggi, serta dijadikan kebutuhan pokok oleh sebagian
besar masyarakat.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak
lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap
perkembangan ekonomi wilayah (Departemen Pertanian, 2005). Bawang merah
merupakan komoditas yang dibutuhkan sehari hari oleh seluruh masyarakat Indonesia
sehingga bila terjadi fluktuasi pasokan dengan permintaan yang selalu tinggi akan
menyebabkan fluktuasi harga sesuai teori ekonomi mengenai hukum penawaran dan
permintaan. Bila kenaikan harga bawang terjadi, maka akan mempengaruhi inflasi. Badan
Pusat Statistik (BPS) mengatakan inflasi Februari 2013 sebesar 0,75 persen. Nilai ini
merupakan inflasi bulanan tertinggi selama 10 tahun terakhir menurut BPS salah satu
penyebab inflasi tinggi adalah kenaikan harga bawang.
Harga pada bulan September 2012 dibandingkan bulan Agustus 2012 untuk
bawang merah lokal mengalami penurunan sebesar 5 %. Harga pada bulan September
2012 dibandingkan September 2011 untuk bawang merah lokal mengalami penurunan
sebesar 19 %. Harga bawang secara lokal secara nasional berfluktuasi cenderung tinggi
dengan koefisien keragaman harga bulan September 2011 sampai dengan bulan September
2012 sebesar 11 %. Sedangkan koefisien keragaman bulan September 2012 cenderung
stabil sebesar 1,91 %. Disparitas harga bawang antar wilayah pada bulan September 2012
cenderung tinggi dengan koefisien keragaman harga antar wilayah sebesar 31,01 %, sama
hal dengan disparitas harga antar wilayah pada bulan September 2011 dibandingkan
dengan September 2012 cenderung tinggi sebesar 25,66 % (Kementerian Perdagangan,
2012).
1

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, produksi bawang merah pada tahun
2010 sebesar 1.048.934 ton. Apabila dibandingkan dengan kebutuhan nasional sebesar
......maka pasokan bawang merah mengalami surplus sebanyak ...... sehingga mampu
ekspor sebanyak...... Namun pada tahun 2010 tersebut, masih terjadi importasi bawang
merah sebesar ...... Dari data tersebut dilihat bahwa nilai impor lebih banyak daripada
ekspor, padahal jika dilihat dari jumlah produksi bawang merah masih mencukupi untuk
konsumsi nasional sehingga tidak diperlukan lagi adanya impor bawang merah.
Sebagian bawang merah impor itu berasal dari India, Vietnam, Filipina, dan
China. Selama ini, bawang merah impor bebas masuk karena bukan merupakan produk
yang diatur. Meskipun dalam Undang undang Nomor 13 Tahun 2010 menyebutkan
bahwa impor hortikultura boleh jika produksi dalam negeri tidak mencukupi. Selain itu
impor bawang merah dilakukan karena petani bawang merah di dalam negeri belum
memasuki masa panen, importasi harus bisa memastikan bahwa tidak akan bertabrakan
dengan masa panen petani bawang merah. Sementara impor bawang merah ini dilakukan
untuk mengisi pasokan pada tiga bulan sebelum masa panen raya tiba. Bila dilakukan pada
musim panen akan mempengaruhi kesejahteraan petani saat panen tiba (....).
Impor bawang merah sebenarnya tidak perlu dilakukan atau dikurangi jumlahnya
jika teknologi budidaya dan penanganan pascapanen serta penyimpanannya dilakukan
secara tepat. Faktor kunci pada teknologi budidaya adalah penjadwalan penanaman.
Selama ini pola tanam antar daerah relatif sama, sehingga berpengruh pada mahalnya
harga bibit dan panen yang akan bersamaan. Imbasnya adalah jatuhnya harga pada saat
panen raya dan sebaliknya pada waktu di luar musim harganya cukup tinggi.
Dalam keadaan produksi yang melimpah, petani berusaha menyimpannya selama
mungkin. Namun demikian umbi bawang merah tidak akan tahan disimpan lama karena
umbi tersebut dapat mengalami pembusukan ataupun pertunasan dini. Kondisi seperti ini
tidak menguntungkan sebab dapat menurunkan kualitas dan tidak dikehendaki untuk bahan
konsumsi. Mengingat bawang merah dapat mengalami pertunasan dini dan mudah rusak
atau mengalami perubahan-perubahan akibat proses-proses fisiologi, biologi, fisikokimia,
dan mikrobiologi sehingga sulit dipertahankan dalam bentuk segar dalam jangka waktu
yang lama memerlukan penanganan pascapanen yang baik terutama dalam hal pengolahan
atau pengawetan guna memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu,
menjamin kontinuitas stok bawang merah serta meningkatkan nilai ekonominya.

2

atau mengalami perubahan-perubahan akibat proses Karena teknologi tersebut
mampu menghindari kerusakan dan susut panen dan pascapanen. Sehingga jumlah
produksi tidak mengalami pengurangan dan mampu memenuhi kebutuhan bawang merah
nasional.
Ada kecenderungan produksi bawang merah yang melimpah pada waktu waktu
tertentu (saat panen raya) menyebabkan harga bawang merah relatif murah dan sebaliknya
pada waktu diluar musim harganya cukup tinggi. Dalam keadaan
Ada ke
Selain itu, adanya impor bawang merah tenyata berkaitan dengan pasokan bawang merah
pada musim paceklik. Pada saat ini biasanya faktor cuaca yang tidak bisa diantisipasi
dengan baik menyebabkan pasokan di pasar berkurang.
Imbasnya, harga bawang merah pun naik, mengikuti kenaikan harga bawang putih. harga
bawang merah bulan Januari 2013 masih sekitar Rp 15.000 per kg. Namun, Februari-April
2013, sudah melonjak lebih dari tiga kali lipat menjadi Rp 50.000 per kg. Harga bawang
merah ini hampir menyamai harga bawang putih yang sudah mencapai Rp 80.000 per kg.
Padahal, sekitar 95 persen dari kebutuhan bawang putih dipenuhi dari impor.
Pemerintah tahun 2013 ini merencanakan importasi bawang merah untuk menurunkan
harga bawang merah namun demikian importasi memeliki berbagai permasalahan yang
akan muncul kelak. Menggantungkan diri pada impor selalu menimbulkan distorsi, seperti
ada permainan para importir, kebergantungan terhadap negara lain dan mengancam
produksi petani dalam negeri. Titik kritis importasi agar seluruh stake holders bawang
terpuaskan baik konsumen maupun produsen adalah penentuan jumlah yang harus diimpor
dan waktu yang tepat mendatangkan bawang impor tersebut.Untuk itu perlu analisis rantai
nilai diseluruh stakeholders bawang agarimportasi tidak merugikan.
Selain pasokan yang berfluktuatif, faktor distribusi pun mempengaruhi fluktuasi
hargabawang distribusi dari petani, pengumpul kecil, pengumpul besar, pedangang pasar
induk sampai pedagang retail yang langsung berhubungan dengan konsumen akhir.
Distribusi seringkali dimanfaatkan oleh pedagang yang spekulaitf menahan bawang untuk
mengurangi pasokan kesuatu wilayah sehingga meyebabkanharganya naik dan saat itu
menjualnya. Bila ada ditemukan dalam suatu rantai perdagangan seperti itu, maka proporsi
keseluruhan nilai tambah yang diperoleh oleh pedagang tersebut meningkat dan
mengurangi nilai tambah yang diperoleh oleh pedagang berikutnya dalam rantai
perdagangan. Oleh karena itu, analisis rantai nilai menjadi penting untuk dilakukan.
Penerapan teknologi pascapanen dan strategi keragaan bawang merah
3

Seringkali teknologi yangdiberikan oleh pemerintah tidak tepat sasaran sehingga teknologi
yangdiberikan tidak digunakan baik oleh petani, pengepul maupun pedagang. Stakeholders
merasakan penggunaan teknologi hanya meningkatkan biaya saja sehingga perlu adanya
assessment teknologi yang Mengidentifikasi dan mempertimbangkan kebutuhan teknologi
dari pasar, stakeholders bawang dan kemampuannyauntukmenjawabkebutuhan. Salah satu
metode menganalisis teknologi yang digunakan adalah dengan nilai tambah disetiap titik
pemasaran bawang merah. Seringkali penerapan teknologi disuatu titik rantai membuat
titik rantai pelaku tersebut menjadi lebih berkuasa dibanding pelaku lainnya, Untuk
mengevaluasi hal tersebut dan menjamin perdagangan yang adil perlu analisis nilai secara
menyeluruh di matarantai nilai stakeholder. Bawang merah dengan cabe merah memiliki
karakteristik permasalahan yang hampir sama. FAO (2012) telah mensarankan beberapa
strategi untuk meningkatkan keragaan sepanjang rantai yaitu strategi
1. Perencanaan produksi sesuai kebutuhan baik kualitas, kuantitas dan keberlanjutan
2. Kerjasama diantar petani, koperasi,industri, pasar induk dan supermarket
3. Kerbaikan teknologi sortasidan grading
4. Membangun pusat pengolahan cabe kering, cabe bubuk dan lainnya
5. Pengembangan sistem informasi supply chain
Budidaya bawang merah
Seringkali petani belum merasakan keuntungan yang layak dalam menanam bawang
merah, bahkan terdapat beberapa petani yang keuntungannya hanya cukup untuk
makansehari. Beberapa petani mengatakan bahwa membutuhkan Rp 45 juta per hektar
untuk menanam bawang merah. Dengan hasil panen hanya 10 ton per hektar dan harga
bawang Rp 4.500 per kg, terpaksa hanya puas balik modal. Apalagi petani bawang merah
banyak yang modal tanam selalu pinjam baik dari dari orangtua, tetangga maupun
pengepul bawang merah disekitar rumahnya.
Saat ini telah dilakukan penyuluhan teknologi budidaya bawang merah dengan menanam
tidak dari umbi melainkan melalui biji. Namun kendalanya adalah seringkali terjadi
keraguan keberhasilan oleh petani. Namun demikian telah dinyatakan memberikan hasil
yang mengembirakan. Benih biji hanya butuh total biaya Rp 10 juta per hektar. Dengan 5
kg benih untuk lahan 1 hektar, petani bisa panen 20-25 ton bawang merah yang laku dijual
ke pengepul Rp 22.000 per kg. Sehingga petani merasakan jauh lebih untung dan hemat
dibandingkan pakai umbi. Harga umbi yang sangat mahal. Dan dari modal tanam Rp 45
juta per hektar, sekitar Rp 25 juta di antaranya untuk membeli benih umbi.
4

Walaupun dengan benih biji, petani memerlukan aktivitas tambahan yaitu sebelum
menanam, petani harus membenihkan bibit selama 5-7 minggu. Petani rutin mencuci
bawang pembenihan dengan air bersih untuk membersihkan sisa kotoran. Saat bibit
dipindahkan ke area tanam, petani hanya memberikan pupuk organik. Selain itu petani
juga harus terbiasa menghitung jarak tanam tepat 10 x 10 cm atau 5 x 10 cm. Tujuannya,
memberikan hasil panen lebih banyak karena biji akan menghasilkan umbi
tunggal.Keterbatasannya adalah petani masih menggunakan umbi sehingga sulit
mendapatkan bibit murah di tengah harga bawang merah yang tinggi. Sehingga untuk
meningkatkan nilai tambah di tingkat petani perlu adanya kebiasaan membuat benih
sendiri di tengah tingginya harga bawang. Saat ini, harga bawang merah eceran mencapai
Rp 40.000 per kg, sedangkan harga bawang merah untuk benih Rp 35.000 per kg sehingga
petani dapat memgurangi biaya benih. Harga bawang merah saat ini terlampau tinggi
sehingga kurang menguntungkan petani. Petani dengan lahan di atas 2 hektar merasakan
kesulitan mendapatkan bibit umbi.
Terdapat tiga sentra utama produksi bawang merah yaitu di Bima, Palu dan Brebes. Bagi
petani bawang merah di Bima sudah menggunakan bibit biji, harga bawang merah yang
tinggi memberikan keuntungan besar, tetapi tidak bagi petani bawang merah di Brebes
yang masih menggunakan bibit umbi. Harga bawang merah yang tinggi membuat petani
tidak bisa membeli bibit umbi bawang. Analisis nilai tambah diperlukan pula oleh petani
untuk membandingkan penggunaan benih umbu dengan penggunaan benih biji. Pada
penelitian ini akan dikaji rantai nilai untuk daerah Brebes yang memasok bawang merah ke
Jakarta dan sekitarnya.
Fenomena melonjaknya harga bawang dapat mengancam kesejahteraan petani sehingga
harus segera diatasi. Agar kejadian tidak terulang, satu-satunya cara adalah dengan
meningkatkan kemampuan petani agar hasil taninya optimal serta mampu memenuhi
kebutuhan konsumen.Cara-cara yang dapat ditempuh dapat melalui langkah-langkah
sederhana. Misalnya seperti pemberian kredit untuk modal, sosialisasi dan penyuluhan,
baik di bidang teknik penanaman dan pembibitan sampai teknologi pascapanen. Pemilihan
cara/teknologi tersebut harus dianalisis nilai tambahnya bagi seluruh stakeholders bawang
agar terjadi keadilan dan peningkatan nilai tambah.
Pengembangan keragaan bawang merah untuk mengurangi fluktuasi harga diperlukan
kajian mengenai aliran pasokan dan aliran nilai bawang merah dari petani hingga
konsumen akhir serta memerlukan adanya pemetaan kondisi produksi dan pemasaran
bawang merah saat ini.Analisis rantai pasok dan nilai dapat mengambarkan kondisi
5

bawang tersebut serta merrancang strategi untuk meningkatkan keragaan bawang merah di
setiap stakeholders bawang merah. Selain itu analisis rantai nilai berfungsi untuk
mengevaluasi disapritas harga antar stakeholder mulai dari petani, pengumpul kecil,
pedagang besar hingga pedagang eceran.
Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat disimpulkan permasalahan
yang diangkat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pola distribusi pemasaran komoditas bawang merah mulai dari petani
sampai konsumen akhir di sentra produksi bawang Brebes?
2. Seberapa besar marjin nilai tambah yang diterima setiap pelaku pemasaran dalam
rantai distribusi komoditas bawang merah di sentra produksi Brebes?
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: (i) menggambarkan pola distribusi bawang merah, dan (ii) menganalisis rantai nilai pemasaran pada setiap pelaku pemasaran
bawang merah. (iii) memberikan alternatif kebijakan dan strategi yang tepat baik teknologi teknis maupun nonteknis.
Manfaat penelitian
Manfaat penelitian adalah memberikan alternatif pasar dan saluran bagi petani sehingga pemasaran lebih efisien, menghasilkan strategi teknologi yang
sesuai pasar, kemampuan stakeholders sertayang meberikan nilai tambah disetiap rantai pasok bawang merah. Manfaat lainnya yaitu memberikan keadilan
pemasaran bawang merah bagi seluruh stakeholders bawang sehingga pembuat kebijakan akan lebih adil di dalam tataniaga bawang merah.

TINJAUAN PUSTAKA
Rantai nilai mencakup seluruh kegiatan dan layanan untuk membawa suatu produk atau
jasa dari tahap perencanaan hingga penjualan di pasar akhirnya. Rantai nilai mencakup pe-
masok bahan baku, produsen, pengolah, dan pembeli dan didukung berbagai penyedia jasa
teknis, bisnis, dan keuangan. Rantai nilai merupakan sebuah sistem dari langkah-langkah
saling terkait penting untuk mengubah bahan mentah menjadi produk jadi untuk konsumen
akhir, dimana setiap langkah tersebut menambah nilai produk. Mirip dengan suatu rantai
pasokan, namun lebih terfokus pada bagaimana nilai ditambahkan bukan bagaimana bahan
mentah berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam beberapa cara, nilai tambah
terlihat jelas, namun dalam cara lainnya terlihat lebih samar. Dalam contoh dari bawang
merah,rantai nilai dimulai dengan menyiapkan lahan (membersihkannya, membiayainya)
lalu berlanjut ke penanaman, perawatan, panen, pengeringan, pengemasan, pemeriksaan,
pengiriman, pemasaran dan penjualan domestik. Sepanjang rantai tersebut setiap titik, ada
nilai tambah untuk konsumen, baik dalam bentuk metode fresh produk (beberapa metode
menghasilkan rasa lebih baik dibandingkan metode yang lain) hingga pengiriman
6

(beberapa perusahaan lebih efisien daripada yang lain atau pengemasan, dengan bentuk-
bentuk kemasan yang lebih menarik bagi konsumen. (Campbell, 2008).

Dalam penelitian analisis rantai nilai bawang merah untuk menghasilkan kebijakan strategi
dan teknologi digunakaan beberapa tools yaitu FGD (Focus Group Discussion), snowball
sampling, penghitungan nilai tambah R/C (revenue per cost), metode hayami,dan
perencanan strategi SWOT (strenght,weakness, oppurtunity dan threats) serta melakukan
prioritas strategi disetiap rantai pasok bawang merah dengan metode QSPM (Quantitative
Strategic Planning Matrix). Secara lebih detail sebagai berikut :
FGD
Focus Group Discussion atau diskusi kelompok terarahadalah adalah suatu proses
pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi
kelompok (Irwanto, 1998). Diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok
kecil orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus
mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang dianggap
penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu.Interaksi diantara peserta
merupakan dasar untuk memperoleh informasi. Peserta mempunyai kesempatan yang sama
untuk mengajukan dan memberikan pernyataan, menanggapi, komentar maupun
mengajukan pertanyaan. Tujuan FGD adalah untuk memperoleh masukan maupun
informasi mengenai suatu permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian
tentang masalah ini ditentukan oleh pihak lain setelah masukan diperoleh dan dianalisa.
Snowball sampling
Teknik snowball adalah sampling non probabilitas yangpaling bermanfaat ketika ada suatu
kebutuhan untuk mengidentifikasi suatu populasi yang sebelumnya tak dikenal.
Menghubungkan anggota dari suatu populasi dengan satu sama lain, salah satu secara
langsung, adalah suatu prosedur yang yang layak untuk mengidentifikasi semua anggota
menyangkut populasi itu. Sebagai contoh, yang kecil adalah sering dikenal untuk satu
sama lain tetapi tidak dikenal orang luar. Sebagai konsekwensi, studi banyak orang mulai
dengan suatu identifikasi awal dari beberapa masyarakat yang berpengaruh kemudian
menentukan siapa yang akan ditanya didapat dari mereka untuk mencalonkan para orang
lain berpengaruh. Proses melanjut sampai ada alasan untuk percaya bahwa semua
berpengaruh telah dikenali. (Kenneth W.E dan David Ermman (1977)
RC rasio
7

Analisis R/C
Rasiomerupakansalahsatuanalisisyangdigunakanuntukmengetahuiapakahsuatu unit
usahadalammelakukanprosesproduksimengalamikerugian, impas, untung. Analisis R/C
Rasiomerupakananalisis yang membagiantarapenerimaandengan total biaya
yangdikeluarkan.

Metode Hayami
Untuk mengetahui peningkatan nilai tambah pengolahan bahan baku digunakan metode nilai
tambah Hayami (1987), tabel berikut menggambarkan metode hayami






Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu analisis sistematis yang mengidentifikasikan faktor-faktor kekuatan,
kelemahan intern perusahaan serta peluang dan ancaman dalam lingkungan yang dihadapi
perusahaan. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif
terhadap pesaing, atau merupakan kompetensi khusus yang memberikan keunggulan bagi
perusaaan. Sedangkan kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
8

keterampilan dan kapabilitas yang menghambat kinerja efektif perusahaan. Peluang adalah situasi
penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Sedangkan ancaman adalah situasi
penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.
4 tipe strategi yang akan muncul dari matriks SWOT adalah :
1. Strategi SO (Strength - Opportunity)
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
2. Strategi WO (Weakness - Opportunity)
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
3. Strategi ST (Strength - Threat)
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
4. Strategi WT (Weakness - Threat)
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Pengertian Matriks QSPM.
Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) adalah suatu matriks yang
menggabungkan hasil dari analisa tahap 1 (Matriks EFAS dan IFAS) dananalisa tahap 2 (Matriks
SWOT) untuk mendapatkan suatu hasil rekomendasi atau alternatif strategi yang paling baik bagi
perusahaan. Matriks EFAS (External Factor Analysis Sumary) adalah suatu matriks yang
menggambarkan susunan daftar faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja suatu
organisasi atau perusahaan. Yang termasuk faktor eksternal adalah peluang (Oppotunity) dan
ancaman (Threat). Sedangkan matriks IFAS (Internal Factor Analysis Sumary) adalah suatu
matriks yang menggambarkan susunan daftar faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja
suatu organisasi atau perusahaan. Yang termasuk faktor internal adalah kekuatan (Strength) dan
kelemahan (Weakness).Masing-masing faktor tersebut akan diberi bobot dengan jumlah total
bobot adalah 1. Bobot yang diberikan menunjukkan seberapa penting faktor tersebut akan
menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Selanjutnya masing-masing faktor akan diberi rating
yang menunjukan respon terhadap faktor-faktor tersebut. Setiap bobot dan rating akan dikalikan
untuk menentukan nilai bobot faktor. Kemudian jumlahkan nilai bobot setiap faktor untuk
menentukan nilai bobot total bagi perusahaan.
Penelitian-penelitian mengenai rantai nilai
Sobichin (2012) melakukan penelitian mengenai rantai nilai distribusi komoditas gabah
dan beras di kabupaten Batang dengan menggunakan analisis marjin disetiap tahap rantai.
Sampling yang digunakan yaitu teknik snowball sampling yang menenemukan empat pola
distribusi di kabuaten Batang. Margin pemasaran tertinggi terjadi di penggilingan padi sebesar 47,4 persen, kemudian pedagang pengumpul 4,9 persen,
pedagang besar 4,2 persen, dan pedagang pengecer 3,3 persen dari keseluruhan nilai marjin pemasaran gabah dan beras. Saran dalam penelitian ini yaitu; (i)
petani harus mengoptimalkan peran kelompok tani dalam kegiatan pasca panen dan pemasaran hasil panen padi secara terpadu dan terkoordinir. Bersatunya
petani dalam kelompok akan memperkuat bargaining power terhadap pelaku tata niaga gabah dan beras. (ii) dalam jangka pendek hendaknya pemerintah
mendorong petani untuk menjual gabah dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG), sehingga komoditas mempunyai nilai yang tambah dan harganya tidak
9

jatuh pada saat panen raya. Oleh karena itu, pemerintah harus mengembangkan lumbung padi dan fasilitas jemur di pedesaan. Hal ini akan memperpendek
rantai pemasaran, sehingga diharapkan dapat memperkecil disparitas antara harga gabah dan harga beras. Kelemahan penelitian ini yaitu tidak adanya
prosedur yang sistematis dalam menentukan strategi atau perencanaan perbaikan rantai nilai

FAO (2012) melakukan penelitian mengenai keragaan pasar dan rantai nilai cabe merah di Garut dan Majalengka, metode yang digunakan adalah analisis
RC rasio disetiap stakeholder untuk melihat distribusi rantai nilai yang seimbang setalah melakukan FGD dan survey untuk setiap stakeholders. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah di tingkat petani di kabupaten Garut lebih baik daripada di Majalengka karena terdapat kerjasama petani
dengan industri pengolahan cabe besar seperti Indofood maupun ABC. Kerjasama tersebut menguntungkan karena diberikan penyuluhan dan insentif harga
sehingga produktivitas dan pendaptan petani lebih tinggi. Selain itu, penelitian menggunakan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi serta
memprioritaskannya dengan menggunakan QSPM. Kelebihan penelitian ini adalah sudah menggunakan prosedur yang sistematis dalam menentukan
strategi hanya saja kelemahannya adalah strategi yang dihasilkan masih secara umum, seharusnya bisa dilanjutkn dengan strategi khusus untuk setiap stake
holders sepanjang rantai pasok cabe.

Bahtiar dan Kindangen (2011) melakukan analisis rantai nilai untuk produk-produk
pertanian di Sulawesi Utara Tahapan untuk analisis rantai nilai adalah sebagai berikut: (1)
menyajikan situasi masalah nyata, (2) analisa kondisi situasi bersama stakeholder dengan
analisis inventarisasi rantai nilai, kelembagaan, sistem sosial, (3) menyusun urutan
permasalahan yang dihadapi, (4) melakukan perbaikan dan solusi dari permasalahan yang
ada melalui identifikasi sistem, perancangan model, saran perbaikan dalam beberapa tahap
uji coba, (5)membedakan antara model yang dirancang dengan situasi nyata dilapang, (6)
perubahan keinginan secara sistematis yang memungkinkan, dan (7) Kegiatan
aksi/implementasi untuk merubah situasi menjadi lebih produktif utk memperoleh nilai
tambah. Dari analisis rantai nilai strategi yang diusulkan dari penelitian ini adalah
membangun kelembagaan ekonomi yang solid disertai pengembangan usaha kemitraan
guna memperlancar distribusi berbagai produk yang dihasilkan, penyediaan sarana
produksi, serta informasi teknologi yang dibutuhkan secara spesifik. Untuk mewujudkan
nilai maksimal dari rantai nilai usaha sektor pertanian disarankan agar pada setiap desa
perlu dibangun suatu kelembagaan ekonomi dan sosial yang dibentuk, dikelola dan
dimiliki oleh masyarakat tani di perdesaan secara spesifik.









10

METODOLOGI PENELITIAN

Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di beberapa kecamatan, di Kabupaten Brebes Jawa tengah.
Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), denganpertimbangan bahwa
Kecamatan yang dipilih merupakan salah satu sentra produksi bawang merah yang
memiliki jumlah produksi bawang merah lebih tinggi serta mewakili ketinggian wilayah
dan seluruh varietas bawang yang berada di Kabupaten Brebes. Pada tingkat rantai
distribusi, akan dilakukan penelitian pada pengepul kecil, pengumpul besar, pasar lokal
hingga pasar induk dikota-kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya. Pelaksanaan kegiatan
penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober 2013.

Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan datasekunder. Data
primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi),wawancara sekaligus pengisian
kuisioner dengan produseN bawang merah danlembaga lembaga pemasaran yang ada.
Data primer yang diperoleh dari produsenbawang merah adalah mengenai jumlah
produksi, biaya produksi, bahan baku,dan upah tenaga kerja dan lain sebagainya.
Sedangkan data primer yang diperolehdari lembaga pemasaran mencakup biaya-biaya
yang harus dikeluarkan, hargabeli, dan harga jual. Responden adalah petani bawang
merah, pengumpul,pedagang besar, pedangang pasar lokal, pedagang pasar induk dan
pedagang pengecer (lembaga pemasaran). Sedangkan data sekunder meliputi informasi
mengenai keadaan umum wilayahpenelitian, letak geografis dan informasi lainnya yang
berkaitan dengan usahabawang merah. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Jakarta, Badan PusatStatistik kabupaten Brebes, tinjauan pustaka atau berbagai macam
literaturpendukung atau beberapa model penelitian terdahulu yang ada
hubungannyadengan kegiatan penelitian ini.

Metode penelitian

Penelitian diawali dari studi literatur mengenai aspek nilai tambah diseluruh rantai nilai
bawang merah lalu melakukan penyusunan kuesioner sesuai definisi operasional yang
diperoleh dari studi literatur. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dirancang sedemkian
11

rupa hingga dapat menggambarkan kondisi rantai pasok dan rantai nilai dari bawang
merah. Penentuan responden akan dilakukan dengan teknik snowball sampling yang
dimulai dari petani bawang merah ke pengumpul kecil dan seterusnya hingga ke pedangng
pengecer. Penggunaan snowball sampling dalam kajian rantai nilai karena belum mengenal
seluruh respondennya, sehingga penentuan responden dilakukan dengan memilih
responden awal dan menanyakannnya untuk menentukan siapa responden selanjutnya.
Sebagai contoh dipilih responden awal adalah petani bawang merah, lalu ditanyakan
bawang merah petani memasok ke pengepul yang mana, sehingga pengepul yang dipilih
sebagai reponden berdasarkan informasi dari petani bawang yang dipilih diawal.

Selain data dan informasi diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, akan
dilakukan pula FGD (Focus Group Discussion), FGD akan dilakukan tiga jenis yaitu FGD
di tingkat yang sama, antar tingkat pelaku pemasaran dan pelibatan stakeholders lain yang
bukan pelaku pemasaran. Sebagai contoh FGD dilakukan dengan anggota para petani di
tingkat yang sama, FGD dilakukan dengan anggota diskusi terdiri dari pelaku antar
tingkat pemasaran sehingga erdapat petani, pengepul dan pedangang. FGD dilakukan pula
dengan menggundang dari beberapa instansi terkait seperti koperasi, lembaga penyuluhan,
dinas pertanian, perguruan tinggi, pemerintahan setempat dan lainnya.

Analisa data

Penelitian analisa rantai nilai menggunakan metode Hayami dan rasio pendapatan biaya
(RC rasio) yang mengambarkan besaran nilai tambah serta keseimbangan distribusi nilai
tambahnya. Analisis nilai tambah dilakukan untuk menghitung nilai tambah budidaya
bawang merah, nilai output di pelaku pemasaran serta biaya-biaya yang muncul seperti
tenaga kerja, transportasi, dan teknologi sortasi ataupun biaya penyimpanan dan biaya
lainnya. analisis kuantitatif digunakan untuk analisis marjin rasio keuntungan dan biaya.
Sedangkan umtuk menghasilkan rekomendasi perbaikan rantai nilai, analisis pemasaran
denganmenggunakan analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menganalisis
saluranpemasaran, struktur pasar dan perilaku pasar, serta strategi pasar. Adapun strategi
pasar dan penerapan teknologi harus sesuai dengan keadaan pasar, kemampuan pelaku
sehingga dilakukan analisis SWOT terlebih dahulu disetiap pelaku rantai nilai bawang
merah. Analisis SWOT akan menghasilkan banyak strategi sehingga diperlukan prioritas
pemilihan strategi dengan menggunakan teknik QSPM, pembobotan dan penilaian strategi
12

dilakukan dengan FGD dari beberapa stakeholders bawang merah. Gambar berikut adalah
prosedur penelitian analisis rantai nilai bawang merah.
Survey kuesioner
dan Focus Group
Discussion
Analisis rantai nilai
(R/C rasio dan
Hayami)
disetiap
stakeholders
Studi pendahuluan
Literatur review
Analisis SWOT
dan QSPM
Disetiap
stakeholder
Analisis Faktor
internal dan
eksternal disetiap
stakeholder
Rantai pasok,
Rantai nilai, dan
Distribusi nilai
tambah
Rekomendasi
Kebijakan strategi dan
teknologi pascapanen
disetiap stakeholders
Penyusunan
kuesioner
dan snowball
sampling

Gambar 2. Prosedur penelitian analisis rantai nilai bawang merah



13

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Ruth, 2008. Kerangka Kerja Rantai Nilai. Frontier. 2008
FAO.2012. Study on Market Appraisal and Value Chain Development of Chili Products in
West Java Food Agriculture Organization, 2012

Hayami, Y. Toshihiko Kawagoe, Yoshinori Marooka and Masdjidin Siregar.
1987.Agricultural Marketing and Processing in Upland Java. A Perspective From A
SundaVillage. CGPRT Center. Bogor. 75 p

Irwanto. 1998. Focus Group Discussion. Yayasan Obor Indonesia

Jantje G. Kindangen dan Bahtiar. 2010. Penerapan Analisis Rantai Nilai ( Value Chain
Analysis) Dalam rangka Akeselerasi Pembangunan Sektor Pertanian di Sulawesi
Utara. Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program
Pembangunan PertanianPropinsi Sulawesi Utara. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara

Sobichin, Muhammad. 2012. Rantai Nilai Distribusi Komoditas Gabah dan Beras di
Kabupaten Batang. Economics Development Analysis JournalFakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang. EDAJ 1 (2) (2012)

Anda mungkin juga menyukai