PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014
I. TUJUAN PRAKTIKUM Untuk mengetahui perbedaan uterus yang bunting dan uterus yang tidak bunting II. TINJAUAN PUSTAKA Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot. Uterus digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu saluran yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding uterus terdapat 3 lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium ( Surhayati, 2003) Dinding uterus terdapat 3 lapisan yaitu lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium. Pada ruminansia, terdapat endometrim dengan penebalan terbatas, disebut karankula. Karankula ini banyak mengandung fibroblast dan vasikularisasinya ekstensif (Dellman dan Brown, 1992). Karankula adalah tonjolan-tonjolan yang menyerupai bentuk cendawan dari permukaan dalam uterus ruminansia yang merupakan tempat perlekatan membran fetus (Frandson, 1992). Adapun fungsi dari uterus yaitu( Surhayati, 2003 ) Saluran yang dilewati gamet (spermatozoa). Spermatozoa akan membuahi sel telur pada ampula. Secara otomatis untuk mencapai ampulla akan melewati uterus dahulu. Tempat terjadinya implantasi. Implantasi adalah penempelan emrio pada endometrium uterus. Tempat pertumbuhan dan perkembangan embrio. Berperan pada proses kelahiran (parturisi). Estrus dan fungsi corpus luteum dengan memproduksi PGF2 alfa. Uterus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah cornua uteri atau tanduk uterus. Cornua uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis menyerupai tanduk yang melengkung. Cornua uteri merupakan bagian uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornua ini memiliki satu badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus yang kedua. Corpus uteri berfungsi sebagai tempat perkembangan embrio dan implantasi. Selain itu pada corpus uteri terbentuk PGF2 alfa. Bagian uterus yang ketiga adalah cervix atau leher uterus. Perubahan pada uterus yaitu semakin membesar secara progresif dengan melajutnya kebuntingan untik memungkinkan pertumbukah fetus, tetapi myometrium tetap tenang dan tidak berkontraksi untuk mencegah terjadinya pengeluaran fetus premature. Terjadi 3 fase adaptasi uterus untuk member tempat bagi embrio atau fetus, yaitu ; proliferasi, pertumbuhan dan peregangan. Mekanisme yang memungkinkan terjadinya peningkatan ukuran uterus dengan pesat belum diketahui dengan jelas, tetapi kemungkinan diatur secara hormonal. Proliferasi endometrium terjadi sebelum pertautan blastocyt dan bersifat sebagai sensitisasi endometrium oleh progesterone. Dengan adanya hormone progesterone menyebabkan peningkatan vaskularisasi, pertumbuhan dan perkembangan kelenjar uterine, serta infiltrasi leukosit ke dalam lumen uterus ( Toelihere, 2002) Pertumbuhan uterus terjadi setelah implantasi, kemudian terjadi hypertrofi muskuler, suatu pertambahan ekstensive jaringan ikat dasar dan kolagen. Perubahan struktur yang terjadi selama kebuntingan bersifat reversible artiya strukturnya akan segera kembali seperti semula setelah kelahiran ( Blakely, 1998) Selama periode peregangan uterus, pertumbuhannya berkurang tetapi isi uterus berkembang dengan pesat. Pada semua hewan piara uterus beserta isinya tertarik kedepan dan kebawah masuk ke ruang abdomen seiring dengan semakin tuanya umur kebuntingan. Pada kuda dan sapi, uterus terletak pada lantai abdomen setelah bulan ke-4 kebuntingan. Uterus ruminansia yang bunting terletak disisi kanan abdomen, karena sisi kiri ditempati rumen. Panjang fetus pada akhir kebuntingan membentang diantara diafragma dan pelvis. Mesometrium atau ligamenta lata uteri tertarik dan menjadi tegang oleh beratnya fetus dan uteri yang bunting. Uterus sapi dan kuda bunting berbentuk tubuler memanjang, sedangkan cornue yang tidak bunting relatif tetap kecil ( Harjopranjoto, 1993)
III. MATERI DAN METODE
1. Materi a. Alat Adapun alat yang digunakan antara lain; Handskun Pinset Tempat penyimpanan uterus (nampan)
b. Bahan Adapun bahan yang digunanakan dalam praktikum ini ialah; Orang reproduksi betina bunting dan tidak bunting Air
2. Metode Menyediakan uterus yang bunting dan tidak bunting Melakukan perbandingan antara uterus yang bunting dan tidak Bunting Selanjutnya penjelasan mengenai perbedaan uterus yang bunting dan uterus yang tidak bunting dilakukan oleh asisten
IV. PEMBAHASAN Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 7,5 cm, lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan tebel dinding uterus adalah 1,25 cm, di dalam uterus terdapat curuncula yang berfungsi untuk melindungi embrio pada saat ternak bunting. Dalam keadaan hewan tidak bunting corpus luteum akan mengalami regresi akibat pengaruh hormon pgf2a dan estrus akan terjadi namun pada hewan yang birahi dan kemudian dikawinkan dan terjadi fertilisasi di ikuti dengan implantasi dan konsepsi. Uterus yang mengalami kebuntingan ukurannya akan membesar secara progresif sesuai usia kebuntingan. Ada 3 fase adaptasi uterus selama kebuntingan yaitu : 1. prolifarasi endometrium akibat pengaruh progesterone. 2. Pertumbuhan uterus 3. Peregangan uterus. Sedangkan pada ovarium adanya corpus luteum sehingga siklus estrus terhenti. Pada praktikum terdapat cyst pada ovarium ternak.
V. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari praktikum perbedaan pada organ uterus bunting dan organ uterus tidak bunting antara lain Pada organ uterus bunting, terlihat ukuran yang lebih besar dari uterus tidak bunting, dinding endometrium menebal, serta adanya Corpus Luteum (CL) yang berfungsi menghasilkan hormone progesterone. Sedangkan, pada organ uterus tidak bunting, terlihat ukuran yang lebih kecil dari uterus bunting, tidak menebalnya dinding endometrium, serta terjadi lisis pada Corpus Luteum (CL).
DAFTAR PUSTAKA Aswin. 2009. Anatomi Perkembangan Sistem Uropoetika. http://nemalz8 veterinerblog.blogspot.com/2009/06/i.html. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2010. Bearden, J. dan Fuquay John W.1997.Applied Reproductoin Fourth Edition.Printice Hall, Inc. USA. Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Brown. 1992. Buku Teks Histology Veteriner. UI Press, Jakarta Iqbal. 2007. Sistem Reproduksi. http://iqbalali.com/biologi/sistem_reproduksi.dtml. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2010.
LAMPIRAN
Gambar1. Uterus bunting Gambar2. Uterus normal Gambar3. Ovarium dan corpus luteum