Anda di halaman 1dari 37

BASIL GRAM POSITIF

PEMBENTUK SPORA
Oleh :
IIS KURNIATI
Basil Gram Positif
Pembentuk Spora
AEROB Bacillus
ANAEROB Clostridium
B. ANTHRACIS
B. CEREUS
A. B.anthracis
Atraks: penyakit zoonosis Bacillus
anthracis
Manusia terinfeksi: Inokulasi pada kulit
(antraks cutaneus), inhalasi (antraks
pernapasan) atau ingesti (antraks
gastointestinal)
Etiologi
Bacillus anthracis, ukuran 1,0-1,5 m x 3-8 m,
nonmotil, aerobik, gram positif batang, berkapsul D-
glutamate.
Exotoksin terdiri 3 jenis protein, yaitu Protective
Agent (PA), Edema Factor (EF), dan Lethal Factor
(LF)
Di tanah, spora 1-5 m dapat bertahan pada suhu
20
O
C-44
O
C selama 50 tahun. Tahan terhadap
banyak desinfektan dan panas, dapat mati jika
dipanaskan suhu 90
O
C selama 45 m/100
O
C selama
15 m.
Spora bertahan pada tanah netral atau berkapur
alkali, tumbuh bentuk vegetatif.
Penyakit Antraks
Epidemiologi
Pada hewan herbivora, seperti sapi, kambing, domba,
kerbau, babi, kuda, rusa, burung unta.
Kasus di dunia pada manusia 20.000-100.000 kasus
mortalitas mencapai 18%.
Negara endemik antraks Amerika Serikat, Yunani,
Francis, bagian Selatan Italia, Amerika Selatan Afrika,
India, Asia Tenggara, Albania, Timur Tengah, Rusia dan
Rumania.
1978-1980 outbreaks di Zimbabwe 10.000 orang
terinfeksi antraks cutaneus dan > 100 orang meninggal
Gulf war: pada tahun 1991 Iraq menggunakan spora
bakteri ini untuk senjata biologis.
Amerika Serikat 2001 mengakibatkan outbreaks antraks
inhalasi dan antraks cutaneus, 5 orang meninggal dari
18 kasus
Daerah endemis Jawa Barat, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Sumatera Barat, Jambi, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTB
dan NTT.
NTB: Oktober 2004 Kab. Sumbawa terserang
antraks dimana 15 positif. Januari 2003 Kab. Bima, 9
orang meninggal
Yogyakarta: Desember 2004, Kab. Sleman 120
orang positif.
Jawa Barat: 7 Kabupaten/Kota endemi antraks, yaitu
Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Bekasi,
Kabupaten karawang serta Kota Depok di 30
Kecamatan 57 desa.
Antraks di Indonesia
Kota Bogor: Kec. Tanah Sareal, akhir 2002,
5 orang terserang antraks.
Kab. Bogor: Januari 2003 Kec. Babakan
Mandang, 8 warga +, Januari 2004 Kec.
Cibinong, 3 orang + antraks dan Oktober
2004 Kec. Babakan Mandang 28 orang
terserang antraks, 6 orang meninggal.
Di Kab. Bogor: tahun 2001-Oktober 2004: 47
orang terjangkit antraks, meninggal 11
orang.

Pada Hewan
Memakan tumbuhan atau rumput tercemar
spora antraks
1 ml darah yang terinfeksi mengandung
miliar B. anthracis.
Melalui kontak langsung dengan hewan yang
terinfeksi.

Tansmisi
Pada Manusia
Kontak langsung dengan hewan terinfeksi: darah,
urine, tulang, daging, jeroan, kulit, rambut, tanduk,
barang-barang yang tercemar seperti kandang,
pakan hewan.
Makanan atau minuman yang tercemar, melalui
inhalasi.
Gigitan serangga lalat (Tabanus sp)
Transmisi tidak terjadi dari manusia ke manusia
lain.
Laki-laki lebih sering daripada wanita (3 :1 ) ?

Faktor virulensi antraks, kapsul poli-D-glutamat,
dan protein exotoksin yaitu Protective Agent (PA),
Edema Factor (EF), dan Lethal Factor (LF).
Protein PA terbelah 2 fragmen oleh enzim protease
sel inang. Fragmen PA mengikat membran sel dan
menjadi reseptor bagi EF dan LF.
EF menghasilkan toksin udema siklik AMP
intraselular menghambat kerja sel netrofil dan
menyebabkan lesi pada antraks cutaneus.
Protein LF menyebabkan kematian sel, tetapi
hingga saat ini mekanismenya belum diketahui
pasti.
Kapsul akan mengkode 110 kb plasmid,
merupakan antipagosit yang resisten terhadap
ingesti dari leukosit

Patogenesis
Antraks cutaneus: inokulasi spora pada kulit yang
luka. Spora berkembang, multifikasi, kapsul
antifagosit dan protein exotoksin mengganggu
fungsi sel fagosit, yang menghasilkan nekrosis
haemoragi.
Antraks inhalasi, spora masuk melalui inhalasi.
Pada marmut, awalnya akan diingesti oleh
makrofag alveolar kemudian karier di
trachebronchial dan di limpo nodus, spora menjadi
basil menghasilkan kapsul dan toksin dan menjadi
limphdenitis. Pneumonia jarang terjadi tetapi pada
kasus di Rusia 25% menyebabkan pneumonia.
Antraks gastrointestinal, mengingesti spora, ulcera
pada lambung, ileum, cecum, limphadenitis
abdominal.

Hewan masa inkubasi antraks 1-3 hari, kadang 14
hari, ditandai demam tinggi, gelisah, lemah, sulit
bernapas, keluar darah dari lubang kumlah,
pembengkakan pada leher, dada, dan sisi perut,
paha gemetar dan rubuh, terjadi kematian dalam
waktu yang singkat.
Antraks cutaneus: inkubasi 12 jam 7 hari tetapi
biasanya 3 hari. Ditandai papula yang diikuti
eschar hitam yang dikelilingi udem lokal kulit
tangan, kaki, leher, wajah dan folikel rambut,
lemah, demam, sakit kepala. Kematian dapat
terjadi 5-20% jika tidak diobati.

Manisfestasi Klinis
Antraks inhalasi yang paling bahaya, masa inkubasi
1-5 hari terekspos, gejalanya nonspesifik, sesak
napas, batuk nonproduktif, takikardi, sianosis,
adanya udem pada leher, kepala mungkin terjadi,
demam bifasik. Setelah 24 jam tertular penderita bisa
meninggal. Angka mortalitas mencapai 75%. Kira-kira
50% sering menyebabkan meningitis.
Antraks gastointestinal dan oropharingeal, masa
inkubasi 2-5 hari setelah terekspos, ditandai sakit
tenggorokan, ulcera pada mulut, leher dan
limpodenopati submandibula dan sering udema pada
leher. Penderita umumnya sakit perut, anoreksia,
nausea, muntah, kadang-kadang diare berdarah,
toxemia dan shock.
Antraks meningitis diikuti bakterimia dari bentuk
cutaneus, paru-paru dan intestinal, demam,
meningismus, status mental yang memburuk, dan
berakibat kematian, biasanya 2-4 hari setelah
penyakit antraks yang lain
Dilakukan dengan pewarnaan Gram atau
Giemsa dan kultur dari sampel luka, darah,
cairan cerobrospinal, cairan pieura.
Uji serologis terbagi atas tiga tingkatan.
< 75 EU (Elisa Unit( negatif antraks
75-100 EU suspek antraks
> 100 EU positif antraks

Diagnosis
Antraks cutaneus: penicillin 1-2 g/hari,
tetrasiklin 2 g/hari, erithromycin, chlorampenicol
dan streptomycin, untuk kulit dapat diberikan
glucocorticoid.
Antraks gastrointestinal dan inhalasi diberikan
penicillin dosis tinggi 18-24 IU/hari ditambahkan
dengan aminoglycosid.

Pengobatan
Vaksinasi, pada umur 0-2, dan 4 minggu dan
diulangi pada umur 6, 12, dan 18 bulan dengan
boster setiap tahun jika potensial terekspos secara
kontiniyu.
Pada hewan vaksinasi diberikan 2 kali dalam
setahun.
Hewan yang positif antraks dibakar dan dikubur di
dalam lubang sedalam 2,5 m, diberi kapur dan
ditimbun kembali dengan tanah. Kandang,
peralatan, dan bahan lainnya yang tercemar spora
atau basil antraks harus didensinfeksi dan dibakar.

Pencegahan
Pengawasan lalu lintas ternak dan bahan
asal hewan daerah endemis dan penertiban
pemotongan liar di luar (RPH).
Memberi penyuluhan kepada masyarakat
tentang penyakit antraks pada hewan dan
manusia.
Mengganti pola ternak dari hewan herbivora,
khususnya sapi, kerbau dan kambing
menjadi ternak unggas.
Memasak daging dan jeroan sampai matang
B. CEREUS
Keracunan Makanan
Emetic type (Nasi tercemar ) (muntah)
Diarrheal type (diare)
Normal dalam usus
> 10
5
nilai diagnostik (+)

Infeksi mata
keratitis berat, endoptalmitis& panoptalmitis
Faktor predisposisi
alat-alat kedokteran, jarum suntik, tidak steril
Bacillus cereus pewarnaan Gram, nampak
endospora tidak berwarna
Spesies lain - jarang infektif
- sulit dibedakan dengan
kontaminasi superfisial
patogen bagi serangga insektisida komersial
(B. Thuringiensis, B. propilliae, B. Sphaerous,
B. larvae, dan B. lentimorbus
Catatan :
Closridium botulinum
Penyebab botulisme
Ditemukan : tanah, faeces hewan
Toksin
A-G. A,B,E, + F penyakit utama pada manusia
Protein BM 150.000 (100.000 + 50.000)
Toksin kontraksi alat + paralysis
Toksin C
makanan basa, kedap udara diasap +
kunyah dimakan tanpa di masak lagi sel
vegetatif
toksin pada sinap & hubungan saraf otot
paralysis
Toksin botulinum pada sistem saraf menggerakkan otot
Myelin sheath
Axon
Mitochondria
Nucleus of muscle
Myofibrilo
Sarcolemma
Teloglial cell
Myelin
sheath
Axon
Mitochondria
Nucleus of
muscle
Myofibrilo
Sarcolemma
Teloglial cell
B.p. serum, makanan sisa
Mencit I p +
Botulisme bayi ditemukan dari isi usus bayi
tapi tidak dalam serum
HA, RIA SEROLOGI
Diagnostik Lab:
Antitoksin trivalen (A, B, E) I v
Mesin pernapasan buatan
Mengurangi kematian > 40 %
Pengobatan :
Mendidihkan makanan kaleng 20
Peraturan ketat produk makanan kaleng
Toxoid bisa digunakan untuk ternak sapi
Pengobatan :
Clostridium Tetani
Penyebab tetanus
Tersebar di tanah dan tinja kutu/hewan lain
Antigen O neurotoksin tetanospasmin
Toksin
Tetanospasmin hiperepleksi, spasme otot dan
paralisis spastik <<< mematikan
Clostridium tetani, pewarnaan gram
Tidak invasif infeksi terlokalisasi
Toksiemia
Germinasi & pertumbuhan MO dibantu oleh :
a. Jaringan nekrotik
b. Garam-garam kalsium
c. Infeksi piogenik
Toksin aliran darah SSP otak gejala-
gejala saraf + lumpuh
Patogenesis :
M.i 4-5 hari - mg
Kejang otot-otot daerah luka- otot rahang - mulut
kaku sadar nyeri gangguan pernapasan
meninggal -
Diagnosis :
Anamnesia
Isolasi anaerob dari jaringan terinfeksi
Uji netralisasi toksin dengan ab spesifik
Gambaran Klinis :
Imunisasi aktif Toxoid
Antitoksin IM perlindungan sistemik
(250.000-500.000 )
Pencegahan & Pengobatan
Tergantung :
1. Imunisasi aktif
2. Perawatan luka
3. Pemakaian antitoksin
4. Pemberian penisilin
Tetanus positif pelemas otot
Antitoksin dosis tinggi untuk menetralisir
(3000-10.000 limit)
Toksin sebelum terikat jaringan saraf

Tetanus neonaturum selamat
Pembersihan luka tetanus bb
Ab.penisilin > baik infeksi piogenik
At
Iv
Clostridium Perfringens
Bersifat invasif 20 %
Enterotoksin keracunan makanan
mirip B. Cereus
Toksin C perfringens tipe A lesitinase
Toksin teta efek hemolitik + nekrotik
DNase + hialuronidase kolagen
dicerna
Clostridium
perfringens(C.welchii),
pewarnaan gram
Biakan Jaringan memperlihatkan
kegiatan toksin Clostridium
dificille. Radang usus dan diare
disebabkan oleh toksin yang
dihasilkan oleh strain C.dificille
Penyebab gas gangren infeksi campuran C.p
5% pada vagina
C.p tipe C enteritis nekrotik (pingkel)
patogen mematikan pada anak-anak
Patogenesis:
Infeksi luka menyebar 1-3 hr krepitasi
jaringan & otot sekret bau nekrosis
progresif demam, hemolisis, toksiemia, syok
Amputasi dini sebelum ditemukan pengobatan
Diare toksin c.p
Gambaran Klinis :
Pus luka, jaringan gas gangren
mikrokopis dari biakan jarang berspora
Biakan : AD, tio, daging cincang + glukosa
anaerob (+) pindahkan ke susu 24 jam
gumpalan gas (+) c.p (+)
Reaksi biokimia
Uji netralisasi dengan ab/at spesipik
Diagnostik Laboratorium :
Luka bersih, jaringan mati dibuang penisilin
Oksigen hiperbarik
Detoksikasi pada pasien
Clostridunun group c. novyi, c. histolyticum, c.
septicum antitoksin konsentrat polivalen
Keracunan makanan enterotoksin
perawatan simptomatik
Toksoid ?
Pengobatan :
Clostridium difficile
Penyebab kolitis pseudomembran
Diare cair atau berdarah nyeri abdomen,
lekositosis + demam
Ampisilin + klindamisin (+) k.p. diganti
dengan metronidazol/vankomisin
2 toksin :
T.A. enterotoksin poten SITOTOKSIK
(pada pili usus)
T.B. SITOTOKSIK poten
Atb-As-Diare diare karena ab
K.P 25 % ada hubungan dengan antibiotik + c.d

Anda mungkin juga menyukai