Anda di halaman 1dari 19

PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PERKEBUNAN KARET

DAN CENGKEH
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tumbuhan)






Oleh
Puji Ayu Riani
1214121168




















JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014






I. PENDAHULUAN




1.1. Latar Belakang

Karet adalah tanaman perkebunan atau industri tahunan berupa pohon batang lurus,
yang pertama kali ditemukan diBrazil dan mulai dibudidayakan tahun 1601. Di
Indonesia, Malaysia dan Singapura karet coba dibudidayakan pada tahun 1876.
Tanaman karet pertama diIndonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah
menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua
negara tetangga Malaysia dan Thailand.

Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Agr.) adalah anggota famili
Euphorbiaceae berbentuk pohon, tinggi 10-20 cm, bercabang dan mengandung
banyak getah susu. Kegunaan karet sebagai tanaman perkebunan sudah tidak asing
lagi, karena banyak sekali benda dan peralatan disekitar kita yang bahan bakunya dari
karet. Mulai dari peralatan rumah tangga sampai industri-industri besar banyak yang
menggunakan bahan baku karet. Sepatu dan sandal merupakan bagian kecil dari
peralatan rumah tangga yang menggunakan karet dalam industri kapal terbang pun
bahan baku karet banyak digunakan.

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik lingkup
tradisional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu
hasil pertanian terkemuka, karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil
devisa yang diperoleh dari karet cukup besar, bahkan Indonesia pernah menguasai
produksi karet dunia dengan melibas negara-negara lain dan negara asal tanaman
karet sendiri di Daratan Amerika Selatan.
Karet alam memiliki beberapa sifat fifik yang disukai oleh perusahaan dan antara lain
kelekatan (tack), yang sangat baik, kalor timbul (heat build up), yang rendah,
kelenturan (resilience), yang sangat baik dan kekuatan regang (tensile strength), yang
tinggi. Sifat tersebut sangat cocok untuk ban radial, tetapi ada satu hal yang
merupakan kelemahan karena sebagai bahan baku pembuatan ban yaitu
ketidakseragaman (non uni formity).

Tanaman cengkeh untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan
lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
tanaman cengkeh antara lain adalah iklim, tinggi tempat dan jenis tanah.

Curah hujan yang optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh adalah 1.500 -
2.500 mm/tahun atau 2.500 3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2
bulan. Intensitas penyinaran 61 60 % dan suhu udara 22 - 28 C serta tidak ada
angin kencang sepanjang tahun.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui penyakit dan patogennya pada
tanaman karet dan cengkeh.























II. METODOLOGI PERCOBAAN




2.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, jarum, kaca preparat
dan cover glass.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daun karet yang menunjukan
tanda penyakit gugur daun pada karet, jamur akar putih, jamur akar merah, dan daun
cengkeh yang terkena bercak daun besar.

2.2. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini dimulai dengan mengamati bagian
tanaman yang sakit, kemudian diambil bagian dari patogen untuk diamati dibawah
mikroskop. Diamati bentuk sporanya kemudian digambar lalu difoto. Dilakukan
demikian untuk semua spesimen yang ada.



















III. HASIL DAN PEMBAHASAN




3.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang didapat dari praktikum ini adalah :

No Gejala Patogen mikroskopik Keterangan
1.







Gugur daun
Corynespora cassiicola
2.










Gugur Daun
Colletotrichum
gloesporioides


3.





Bercak Daun Besar
Cengkeh ( Coniella
castaneicola)
4.




Jamur Akar Putih
(Rigidoporus lignosus)
5.




Jamur Akar Merah
(Ganoderma philipii)


3.2. Pembahasan

1. Gugur Daun (Corynespora cassicola)


Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979)
adalah sebagai berikut :
Divisi : Eumycophyta
Sub Divisi : Eumycotina
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Coryneales
Famili : Hipomycetes
Genus : Corynespora
Spesies : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei

Konidiofor C. cassiicola berwarna coklat, keluar dari permukaan bawah daun,
dengan ujung membengkak. Konidium berwarna coklat, seperti gada atau silindris,
ujungnya agak runcing, bersepta 214, dengan ukuran 40-120m x 8-18m. Dalam
biakan murni bermacam-macam isolat C. Cassiicola dari tanaman karet mempunyai
miselium yang beragam mofologinya (Semangun, 1999).

Jamur ini mempunyai benang-benang hifa berwarna hitam pucat, menghasilkan spora
pada bagian bercak atau bagian yang hijau. Benang-benang hifa jamur dan sporanya
kurang jelas terlihat pada permukaan daun tanpa alat pembesaran. Jamur tersebut
mempunyai banyak tumbuhan inang seperti ketela pohon, akasia, angsana, beberapa
rumputan pepaya dan lain-lain.

Gejala Serangan
Gejala serangan pada daun coklat masih belum tampak setelah daun menjadi hijau
muda, gejala mulai terlihat bercak hitam kemudian berkembang seperti menyirip.
Menjadi pucat, lemas, dan bagian ujungnya mati atau kering. Pada daun tua, bercak
hitam tersebut dan sirip tampak lebih jelas seperti tulang ikan. Bercak ini meluas
mengikuti urat daun dan kadang-kadang sebagian pusat bercak berwarna coklat atu
kelabu, dan berlubang. Daun akhirnya menjadi kuning atau kemerahan kemudian
gugur.

Infeksi terutama terjadi pada daun muda yang umurnya kurang dari 4 minggu. Mula-
mula pada daun terjadi bercak hitam, terutama pada tulang-tulang daun. Bercak
berkembang mengikuti tulang-tulang daun dan meluas ke tulang-tulang yang lebih
halus, sehingga bercak tampak menyirip seperti tulang atau duri ikan. Pada tingkat
lanjut, bercak semakin meluas, berbentuk bundar atau tidak teratur. Bagian tepi
bercak berwarna coklat, dengan sirip berwarna coklat dan hitam. Bagian pusatnya
mengering atau dapat berlubang. Di sekitar bercak biasanya terdapat daerah yang
berwarna kuning (halo) yang agak lebar. Daun yang sakit menguning, menjadi coklat
dan gugur.

Jamur juga dapat menginfeksi tunas muda dan tangkai daun yang menyebabkan
matinya tunas dan terjadinya bercak coklat memanjang pada tangkai daun dengan
kulit yang pecah. Tanaman-tanaman yang rentan dapat menjadi gundul, dengan
banyak ranting dan cabang mati, pertumbuhannya terhambat, sehingga memasuki
masa sadap.

Pengendalian Penyakit
Menanam klon karet yang tahan serangan penyakit ini pada daerah yang rawan
serangan penyakit ini. Selain itu juga perlu diperhatikan pembatasan penanaman klon
karet yang sama dalam skala luas untuk mencegah terjadinya serangan penyakit ini
dalam skala luas. Pemilihan klon yang sesuai untuk suatu daerah juga merupakan
salah satu cara pengelolaan penyakit ini.

Pengendalian dengan fungisida, fungisida yang dianjurkan adalah Carbendazim dan
Chlorothalonil dosis 1 kg/ha/aplikasi sedangkan Prochloraz dosis 650 ml/ha/aplikasi.
Penyemprotan dilakukan pada saat tanaman membentuk daun muda. Pengendalian
dengan fungisida pada kebun yang tanaman telah menghasilkan memerlukan
pengulangan aplikasi. Selain itu tingkat kesulitan menyemprot tanaman yang sudah
tinggi dan biaya yang dikeluarkan tinggi maka penyemprotan pada kebun yang
menghasilkan yang mengalami serangan dapat dianjurkan apabila dianggap masih
memberikan hasil yang menguntungkan.

Penyakit ini bisa ditekan penyebarannya dengan bahan kimia Mankozeb dan
Tridemorf untuk tanaman yang belum menghasilkan, sedangkan untuk tanaman
menghasilkan yang tingginya lebih dari 8 m dilakukan pengabutan dengan Tridemorf
atau Calixin 750 dengan dosis 500 ml aplikasi, 3-4 kali dengan selang waktu
seminggu (Anonimus, 2008).

1. Pembibitan jangan dibuat di tanah yang sangat berpasir, miskin, dan kurang dapat
menahan air.

2. Harus diusahakan agar bibit tumbuh sebaik-baiknya dengan pemupukan yang
seimbang.

3. Bibit dilindungi dengan fungisida. Untuk keperluan ini dapat dipakai fungisida
tembaga seperti bubur Bordeaux atau Oksiclorida tembaga (Semangun, 1999).
Sifat virulensi C. Cassicola dipengaruhi oleh agresifitasnya (efiisensi penyakit dan
pertumbuhan penyakit dan sporulasi) dan kemampuannya memproduksi toksin.
Dengan agresifitas yang kuat patogen akan memproduksi jumlah toksin yang lebih
banyak, sehingga cukup untuk membuat daun tanaman menjadi rusak atau mati,
misalnya pada klon RRIC 103, PPN 2058, PPN 2444, dan PPN 2447. Sebaliknya,
meskipun agrefitasnya kuat, tetap jika ditoktisitas toksinnya rendah tidak membuat
daun tanamann rusak atau mati. Misalnya klon BPM 1 dan PR 260. Pengamatan
dilapangan menunjukkan bahwa C. Cassicola mempunyai kemampuan yang tinggi
berevolusi. Hal ini terlihat bahwa patogen mempunyai banyak ras yang virulensi
yang sangat beragam. Ras patogen tersebut berbeda dari waktu ke waktu.

2. Gugur Daun (Colletotrichum gloesporioides)

Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut Dwidjoseputro sebagai
berikut:
Divisio : Mycota
Sub divisi : Eumycotyna
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Melanconiales
Family : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Species : Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) Sacc.


C. gloeosporioides umumnya mempunyai konidium hialin berbentuk silinder dengan
ujung-ujung tumpul, kadang-kadang berbentuk agak jorong dengan ujung agak
membulat dengan pangkal yang agak sempit terpancung, tidak bersekat, berinti satu,
panjang 9 24 x 3 - 6 m, terbentuk pada konidiofor seperti fialid berbentuk silinder,
hialin berwarna agak kecoklatan (Semangun, 2000).

Ordo dari kelas Deutromycetes ini mempunyai konidiofor yang pendek dan beregresi
(berkumpul) pada permukaan yang tipis dari perenkhimoid dan stroma (satu
aservulus). Konidia dibentuk dalam aservulus Patogen menyebabkan penyakit pada
tumbuhan dengan cara melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara
terus menerus dari sel inang untuk kebutuhannya, menghentikan atau mengganggu
metabolisme sel inang dengan toxin, enzim atau zat pengatur tumbuh yang
disekresikannya, menghambat transportasi makanan, hara mineral, dan air melalui
jaringan pengangkut dan mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak
(Agrios,1996).

Gejala Serangan Colletotrichum gloeosporioides Adanya bercak coklat kehitaman,
tepi daun menggulung merupakan gejala serangan Colletorichum. Pada daun umur
lebih dari 10 hari terdapat bercak coklat dengan halo warna kuning, selanjutnya
bercak tersebut berlubang .

Serangan C. gloeosporioides pada daum muda menimbulkan bercak berwarna coklat
kehitaman pada bagian tengahnya, yang berturut-turut diikuti oleh mengeriputnya
lembaran daun, timbulnya busuk kebasahan pada bagian yang terinfeksi dengan
akibat yang lebuh jauh gugurnya daun. Pada daun tua (umur daun lebih dari 10 hari)
serangan C. gloeosporioides, bercak daun berwarna coklat dengan warna kuning dan
permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut menyebabkan bercak tersebut
menjadi berlubang. Apabila bercak tersebut berbatasan dengan tepi daun maka
serangan lebih lanjut mengakibatkan daum menjadi sobek.

Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit Colletotrichum dapat dilakukan dengan cara:
- Memperbaiki saluran pembuangan air dan memberantas gulma secara intensif, yang
mempunyai tujuan untuk mengurangi kelembaban dalam rangka menghambat
perkembangan penyakit.

- Memberikan pupuk yang berimbang dan ekstra sesuai dengan anjuran, yang
mempunyai tujuan adalah menyehatkan tanaman sehingga tidak mudah menderita
ganguan jamur Colletotrichum. - Menyemprot atau mengasapi tunas-tunas muda
dengan fungisida sebanyak tiga kali dengan interval tujuh hari dalam periode
pembentukan tunas, yang mempunyai tujuannya untuk menekan laju perkembangan
serangan penyakit Colletotrichum. - Menanam klon yang resisten di daerah rawan
penyakit gugur daun Colletotrichum, yang mempunyai tujuan untuk memangkas
siklus penyakit . (Pawirosoemardjo dan Budi, 2005). Pada pembibitan tanaman karet
diusahakan agar kelemaban nisbinya tidak mencapai 95 %, di pembibitan tanaman
okulasi dalam kantong plastik jangan disusun terlalu rapat. Menanam klon karet yang
tahan, menurut anjuran klon karet yang tahan terhadap Colletotrichum yaitu klon
RRIC 100, BPM1. Klon yang rentan terhadap penyakit ini diberi pupuk yang
berimbang untuk mengurangi pengguguran daun (Semangun, 2000).

3. Jamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus)

Kingdom : Fungy
Filum : Basidiomycota
Klas : Basidiomycetes
Ordo : Aphylloporales
Famili : Polyporacceae
Genus : Rigidoporus
Species : Rigidoporus microporus (Swartz:fr.) van Ov.

Jamur akar putih disebabkan R. microporus (Swartz:fr.)van Ov. Jamur ini
membentuk badan buah mirip topi pada akar, pangkal batang, atau tunggul-tunggul
tanaman. Badan buah berwarna jingga kekuning-kuningan. Permukaan bawah badan
buah terdapat lubang-lubang kecil tempat spora. Badan buah yang tua akan
mengering dan berwarna coklat

JAP membentuk tubuh buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zona-
zona pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi
yang tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan
kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna
kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 m, mempunyai banyak sekat (septum) yang tebal.

Gejala Serangan
Gejala serangan JAP pada tanaman karet ditandai dengan adanya perubahan pada
warna daun. Daun berwarna hijau kusam, permukaan daun lebih tebal dari yang
normal. Setelah itu daun- daun menguning dan rontok. Pada pohon dewasa gugurnya
daun, yang disertai dengan matinya ranting menyebabkan pohon mempunyai
mahkota yang jarang. Ada kalanya tanaman membentuk bunga/ buah lebih awal

Pada tanaman muda gejalanya mirip dengan tanaman yang mengalami kekeringan.
Daun-daun berwarna hijau kusam dan lebih tebal dari yang normal. Daun tersebut
akhirnya menjadi cokelat dan mengering. Pohon akhirnya tumbang dengan daun yang
masih menggantung. Ada kalanya pohon tiba-tiba tumbang tanpa menimbulkan
gejala kematian tajuk, karena akar tanaman telah busuk dan mati. Apabilah leher akar
tanaman yang terserang dibuka, akan tampak rizomorf jamur berwarna putih, baik
diakar tunggang ataupun di akar lateral. Akar- akar tersebut akan busuk dan tanaman
akan mati

Pengendalian Penyakit R. microporus
Menurut Semangun (2000) pengendalian dapat dibagi menjadi dua kelompok
kegiatan, yaitu: membersihkan sumber infeksi, sebelum dan sesudah penanaman
karet dan mencegah meluasnya penyakit dalam kebun.

1. Membersihkan sumber infeksi
Sumber infeksi berasal dari pohon-pohon hutan yang sakit, atau tunggul-tunggul
pohon hutan yang terinfeksi, sedang pada peremajaan berasal dari pohon karet tua
yang sakit atau tunggul-tunggul tua pohon yang sakit.

2. Mencegah meluasnya penyakit dalam kebun
Pembuatan selokan isolasi (parit isolasi) disekitar tanaman yang terserang yang
bertujuan untuk mematahkan hubungan antara bagian jala-jala akar yang sakit dengan
yang sehat. Jeluk (dalamnya) parit isolasi berpariasi antara 60 cm dan 90 cm dengan
lebar lebih kurang 30 cm.

Trichoderma harzianum Rifai.
Trichoderma harzianum merupakan salah satu jenis cendawan yang mampu berperan
sebagai pengendali hayati karena mempunyai aktivitas antagonistik yang tinggi
terhadap cendawan patogen tular tanah. Cendawan ini termasuk jenis cendawan
tanah, sehingga sangat mudah didapatkan di berbagai macam tanah, di permukaan
akar berbagai macam tumbuhan, juga dapat diisolasi dari kayu busuk atau serasah.

4. Jamur Akar Merah (Ganoderma philipii)
Klasifikasi jamur Akar Merah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Subcalss : Agaricomycetidae
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermataceae
Genus : Ganodrma
Spesies : Ganoderma philippii

Penyakit akar merah (Ganoderma philippii) mempunyai arti yang cukup penting juga
dalam budidaya tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Agr.), bahkan didaerah-
daerah tertentu, misalnya Jawa Barat penyakit ini mempunyai arti yang lebih penting
dari pada penyakit akar putih (Rigidiporus lignosusu). Disini penyakit akar merah
dapat membentuk rumpang-rumpang yang luas. Dikebun-kebun karet di Srilanka
terdapat jamur akar merah yang lain yaitu Poria hypobrunnea Petch. Rupa-rupanya
Ganoderma pseudoforreum tidak dikenal di Srilanka juga adanya Ganoderma
pseudoforreum yang menjadi penyakit akar yang paling penting pada pertanaman teh
di Indonesia.

Kerugian hasil yang ditimbulkan dari penyakit akar merah (Ganoderma philippii) ini
sebesar 20%, sehingga penyakit ini merupakan penyakit yang penting diperkebunan
karet. Penyakit ini dapat membentuk rumpang-rumpang yang luas, biasanya penyakit
ini menyerang pada tanaman karet yang sudah dewasa atua tanaman karet yang sudah
tua. Penyakit ini berkembang sangat lama, sehingga gejala ini baru dapat terlihat
setelah bertahun-tahun kemudian, atau setelah tanaman karet berumur 5 tahun,
sehingga salah satu upaya pengendaliannya dengan caras emua tanggul dan sisa-sisa
akar tanaman harus dibersihkan dengan teliti dan dibakar agar jamur ini tidak meluas
kebagiann tanaman yang lain.

Gejala Serangan
Akar yang sakit tertutup oleh selaput miselium berwarna merah yang dilekati oleh
butir-butir tanah, warna merah akan kelihatan jelas bila akar dicuci. Tepi miselium
yang sedang tumbuh biasanya berwarna putih krem, warna merah yang khas hanya
terjadi jika miselium menjadi tua. Pada tingkatan yang lebih lanjut selaput berwarna
merah anggur tua dan warna ini tetap meskipun dealam keadaan kering. Perlukaan
dalam dari selaput miselium berwarna putih kotor.

Cendawan ini menular melalui kontak antar akar. Benang-benang cendawan agak
pendek membentuk jaringan miselia yang dapat menutupi permukaan akar. Pada
tingkat permulaan, benang-benag ini berwarna putih bila kering dan menjadi tua bila
basah. Berbeda dengan cendawan akar putih, cendawan ini tidak membentuk
rhizomorf.

Gejala serangan dari penyakit akar merah (Ganodera philippii) ialah akar yang sakit
tertutup oleh selaput miselium berwarna merah yang dilekati oleh butir-butir tanah,
warna itu semakin jelas terlihat bila akar dicuci. Pada tingkatan yang lebih lanjut
selaput berwarna merah anggur tua dan warnanya tetap meskipun dalam keadaan
kering, Hal ini sesuai dengan literatur Semangun (1989), yang menyatakan bahwa
penyakit akar merah (Ganodera philippii) mengakibatka akar yang sakit tertutup
oleh selaput miselium berwarna merah yang dilekati oleh butir-butir tanah, warna itu
semakin jelas terlihat bila akar dicuci. Pada tingkatan yang lebih lanjut selaput
berwarna merah anggur tua dan warnanya tetap meskipun dalam keadaan kering.
Perlukaan dalam dari selaput miselium berwarna kotor.

Pengendalian
1. Pada waktu melakukan pembukaan tanah atau peremajaan, semua tunggul dan
sisa-sisa akar harus dibersihkan dengan teliti dan dibakar, terutama kalau ada tanda-
tanda bahwa didaerah itu terdapat banyak serangan jamur akar merah.
2. Pohon-pohon yang sakit atau mati dibongkar dan diusahakan agar sumber
infeksi dapat ditemukan untuk dibinasakan.
3. Untuk mencegah meluasnya penyakit dibuat selokan isolasi atau pembukaan
leher akar, seperti yang sudah diuraikan dalam pengendaliaan akar putih.
4. Untuk mengobati pohon sakit yang masih dapat ditolong dan untuk melindungi
pohon-pohon disekitarnya dapat dipakai Ganocide (drazoxolon), atau calixin CP
(collar protectant), (tridemorf) untuk melumas leher akar dan pangkal akar tunggang
dan akar samping.
5. Karena penyakit dibantu oleh tanah yang basah dan sukar meneruskan air, maka
dikebun-kebun yang basah perlu diadakan drainase yang sebaik-baiknya.
Teknik pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan penyakit akar merah
adalah pada waktu melakukan pembukaan tanah, maka sisasisa akar tanaman harus
dibersihkan dengan teliti dan dibakar, pohon yang sakit dan mati dibongkar, dibuat
selokan isolasi atau pembukaan leher akar, kebun yang basah perlu diadakan
drainase, dan pemberian fungisida, hal ini sesuai dengan literatur Semangun (1989),
yang menyatakan bahwa penyakit akar merah dapat dikendalikan dengan melakukan
pembukaan tanah dan sisa-sisa akar tanaman harus dibersihkan dan dibakar, pohon
yang sakit dan mati dibongkar, dibuat selokan isolasi, kebun yang basah perlu
diadakan drainase dan pemberian fungisida.

























IV. KESIMPULAN




Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah:

1. Beberapa penyakit penting pada tanaman karet adalah gugur daun, jamur akar
putih, dan jamur akar merah karen aketiga penyakit ini dapat mematikan tanaman
karet karena menyerang bagian terpenting dari tanaman karet yaitu akar dan daun.

2. Penyakit yang penting pada tanaman cengkeh adalah bercak daun besar.

3. Penyakit jamur akar putih dan jamur akar merah merupakan penyakit yang
menular lewat tanah (soil born )





























DAFTAR PUSTAKA




Agrios,G.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta.

Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and Molecular
Biology. Caister Academic Press..

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Palembang: Kanisius

Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada
UniversityPress, Yogyakarta






































LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai