= 5 , 1
2
012 , 0 .........................................................(3.1)
keterangan :
B = Burden (m)
SG
e
= Berat jenis bahan peledak
SG
r
= Berat jenis batuan
D
e
= Diameter lubang ledak (mm)
sedangkan perhitungan koreksi burden digunakan rumusan dibawah ini :
B
2
= Kd x Ks x Kr x B
1
.........................................................(3.2)
keterangan :
B
1
= Burden awal (m)
B
2
= Burden terkoreksi (m)
Kd = Faktor koreksi berdasarkan struktur geologi batuan
Ks = Faktor koreksi berdasarkan orientasi perlapisan
Kr = Faktor koreksi berdasarkan jumlah baris peledakan, yaitu Kr = 1 jika
terdapat satu atau 2 baris dan Kr = 0,9 jika terdapat 3 baris atau lebih.
b) Spasi
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di dalam
satu baris (row). Perbandingan jarak spasi dengan burden (S/B) pada pola
peledakan dan penyebaran energinya. Apabila spasi terlalu besar, akan
32
menyebabkan banyak bongkah atau bahkan batuan hanya mengalami keretakan
dan menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak setelah diledakkan, karena
energi ledakan dari lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan energi dari
lubang lainnya tetapi bila jarak spasi terlalu keci,akan menyebabkan batuan
hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat dan
menimbulkaan efek ledakan berupa noise (kebisingan) dan flyrocks.
Untuk memperoleh jarak spasi maka digunakan rumusan sebagai berikut:
1). Instantneous initation single row blastholes
A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
L < 4B, S = ( L + 2B) / 3
B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches)
L = 4B, S = 2B
2). Delayed initation single row blastholes
A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
L < 4B, S = ( L+ 7B ) / 8
B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches)
L = 4B, S = 1,4B
c) Stemming
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak, yang
letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi
keseimbangan tekanan dan mengurung gas-gas hasil ledakan sehingga dapat
menekan batuan dengan energi yang maksimal. Disamping itu stemming juga
berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi batuan terbang (flyrocks) dan ledakan
tekanan udara (airblast) saat peledakan.
Dalam hal ini panjang stemming juga dapat mempengaruhi ukuran fragmen
batuan hasil peledakan, dimana stemming yang terlalu panjang dapat
mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk
menghancurkan batuan di sekitar stemming tersebut, dan stemming yang terlalu
pendek dapat mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan
menjadi lebih kecil.
Untuk penentuan tinggi stemming digunakan rumusan seperti yang tertera
berikut ini :
33
T = 0,7 x B
keterangan :
T = Stemming (m)
d) Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman pada lubang bor di bawah lantai
jenjang yang dibuat dengan maksud agar batuan dapat terbongkar sebatas lantai
jenjangnya.
Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan pada batas lantai jenjang
tidak lengkap terbongkar sehingga akan menyisakan tonjolan pada lantai
jenjangnya. Sebaliknya bila panjang subdrilling terlalu besar akan menghasilkan
ground vibration dan secara langsung akan menambah biaya pemboran dan
peledakan.
Dalam penentuan tinggi subdrilling yang baik untuk memperoleh lantai jenjang
yang rata maka digunakan rumusan sebagai berikut :
J = 0,3 x B
keterangan :
J = Subdrilling (m)
e) Kedalaman Lubang Ledak (H)
Dalam penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan
tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik.
Pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara
tinggi jenjang dengan besarnya subdrilling, yang dapat ditulis sebagai berikut:
H = L + J
keterangan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
L = Tinggi jenjang (m)
f) Panjang Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang ledak dikurangi
panjang stemming yang digunakan, sehingga dapat ditulis:
34
PC = H T
keterangan :
PC = Panjang kolom isian (meter)
H = Kedalaman lubang ledak (meter)
T = Stemming (meter)
g) Tinggi Jenjang (L)
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang
bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap hasil
peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang dan getaran
tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan perbandingan tinggi
jenjang dan jarak burden yang diterapkan (stiffness ratio), maka akan diketahui
hasil dari peledakan tersebut .
Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan rumus
sebagai berikut :
L = 5De x 0,3048
keterangan :
L = Tinggi jenjang minimum (m)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
Efek ukuran lubang tembak terhadap faktor-faktor diatas dapat diprediksi.
Umumnya, makin besar diameter lubang tembak kemungkinan terjadinya vibrasi,
airblast, dan flyrocks sangat besar, dan biasanya fragmentasi juga sulit dikontrol.
Untuk mengatasi persoalan diatas perlu perkiraan yang akurat tentang hubungan
diameter lubang tembak dengan burden. Hubungan kedua parameter tersebut
dinamakan Stiffness Ratio, yaitu tinggi jenjang dibagi dengan burden atau L/B
dan pengaruhnya dapat dilihat pada Tabel 3.3
B
L
Sf =
keterangan :
Sf = Stiffness Ratio
L = Tnggi jenjang, (m)
B = burden, (m)
35
Tabel 3.3
Stiffness Ratio dan Pengaruhnya
3.4.2.3. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya, ataupun antara lubang
bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya.
Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta
arah runtuhan material yang diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak
b. Echelon cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
sudut dari bidang bebasnya (Lihat gambar 3.12).
c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, metode peledakan diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Metode peledakan serentak, yaitu suatu metode yang menerapkan peledakan
secara serentak untuk semua lubang ledak.
b. Metode peledakan beruntun, yaitu suatu metode yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.
Stiffnes
s Ratio
Frag. Airblast Flyrock Vibrasi Keterangan
1 Jelek
Berpoten
si
Berpoten
si
Berpoten
si
Potensi terjadinya
backbreak dan toe.
Harus dihindari dan
dirancang ulang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang
Sebaiknya dirancang
ulang
3 Baik Baik Baik Baik
Terkontrol dan
fragmentasi
memuaskan
4
Sempur
na
Sempurn
a
Sempurn
a
Sempurn
a
Tidak menguntungkan
lagi bila Stiffness
Ratio lebih dari 4
36
Gambar 3.12
Pola Peledekan Echelon
3.4.2.4. Waktu Tunda (Delay Time)
Waktu tunda merupakan penundaan waktu peledakan antara baris depan
dengan baris dibelakangnya atau antar lubang ledak dengan menggunakan delay
detonator. Pemakaian waktu tunda yang optimum pada suatu rancangan peledakan
tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a) Sifat massa batuan (rock mass properties)
b) Geometri peledakan
c) Karakteristik bahan peledak
d) Sistem penyalaan
e) Efek peledakan yang diijinkan
f) Hasil peledakan yang diinginkan
Keuntungan melakukan peledakan dengan waktu tunda ialah :
a. Fragmentasi batuan hasil peledakan akan lebih seragam dan baik.
b. Mengurangi timbulnya getaran tanah, flyrock dan airblast.
c. Menyediakan bidang bebas baru untuk peledakan berikutnya.
d. Arah lemparan dapat diatur.
e. Batuan hasil peledakan (muckpile) tidak menumpuk terlalu tinggi.
Tujuan penyalaan dengan waktu tunda adalah untuk mengurangi jumlah muatan
yang meledak dalam waktu bersamaan dan memberikan tenggang waktu pada
material yang dekat dengan bidang bebas untuk dapat meledak secara sempurna,
37
serta untuk menyediakan ruang atau bidang bebas baru bagi baris lubang ledak
berikutnya.
Bila waktu tunda antar baris terlalu pendek maka beban muatan dalam baris
depan akan menghalangi pergeseran dari baris berikutnya, sehingga kemungkinan
material pada baris kedua akan tersembur ke arah vertikal membentuk tumpukan.
Akibatnya tumpukan material hasil peledakan (muckpile) menjadi sangat tinggi dan
akan menyulitkan kegiatan pemuatan.
Tetapi bila waktu tundanya terlalu lama, maka produk hasil bongkaran akan
terlempar jauh ke depan serta kemungkinan besar akan terjadi flyrock. Hal ini
disebabkan karena tidak ada dinding batuan yang berfungsi sebagai penahan
lemparan batuan di depannya.
Waktu tunda yang diterapkan dapat berupa surface delay (waktu tunda pada
satu baris dan waktu tunda antar baris) dan in-hole dalay.
a. Waktu tunda pada satu baris (intra-row delay)
Dalam pelaksanaannya hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat fragmentasi,
pemindahan (displacement), mengurangi overbreak dan tingkat getaran yang
diinginkan. Intra-row-delay untuk memperoleh hasil peledakan yang optimum
biasanya antara 2 sampai 5 ms/m spasi.
b. Waktu tunda antar baris (inter-row delay)
Penerapan waktu tunda ini sama penting dengan intra-row-delay dalam usaha
mengontrol hasil peledakan secara keseluruhan. Rancangan peledakan yang
menerapkan banyak baris menggunakan waktu tunda antar baris karena burden
pada tiap lubang ledak membutuhkan waktu untuk bergerak sesudah detonasi
untuk membuat bidang bebas baru (Gambar 3.15A), sedangkan penerapan waktu
tunda yang tidak cukup akan mengurangi unjuk kerja peledakan (blast
performance), flyrock dan overbreak (Gambar 3.15B).
c. Waktu tunda dalam lubang ledak (In-hole delay)
Penerapan in-hole delay yang tepat dapat meminimalkan terjadinya cut off
selama peledakan dan mengijinkan pemakaian inter-row delay yang panjang
yang akhirnya akan diperoleh unjuk kerja peledakan yang optimal. Pemakaian in-
hole delay yang optimal adalah tiga sampai lima kali waktu tunda dipermukaan
yang terlama.
38
Penentuan waktu tunda yang dibutuhkan untuk pergerakan batuan hasil
peledakan dapat digunakan rumusan sebagai berikut:
T = k x B
keterangan :
T = waktu tunda antar baris (ms)
k
= konstanta waktu antar baris, antara 6,5 ms/m 11,5 ms/m burden
Gambar 3.13
Pengaruh Waktu Tunda
3.4.2.5. Sifat Bahan Peledak
Bahan peledak diartikan sebagai suatu rakitan yang terdiri dari bahan-bahan
berbentuk padat atau cair atau campuran dari keduanya, yang apabila terkena suatu
aksi seperti panas, benturan, gesekan dan sebagainya dapat bereaksi dengan
39
kecepatan tinggi, membentuk gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan yang
sangat tinggi.
Karakteristik bahan peledak yang sangat mempengaruhi operasi peledakan pada
tambang terbuka adalah kekuatan, kecepatan detonasi, kepekaan, bobot isi, tekanan
detonasi, sifat gas beracun dan ketahanan bahan peledak terhadap air.
1) Kekuatan
Kekuatan (strength) suatu bahan peledak adalah ukuran yang dipergunakan untuk
mengukur energi yang terkandung pada bahan peledak dan kerja yang dapat
dilakukan oleh bahan peledak. Tes yang digunakan untuk mengukur kekuatan
adalah ballistic mortar test.
2) Kecepatan detonasi
Kecepatan detonasi adalah kecepatan gelombang detonasi yang melalui bahan
peledak yang dinyatakan dalam m/dtk atau feet per detik. Kecepatan detonasi
suatu bahan peledak tergantung dari beberapa faktor, yaitu bobot isi bahan
peledak, diameter bahan peledak, derajat pengurungan, ukuran partikel dari
bahan penyusunnya dan bahan-bahan yang terdapat dalam bahan peledak.
Kecepatan detonasi dapat dinyatakan dalam kondisi terkurung dan kondisi tidak
terkurung. Kecepatan detonasi terkurung adalah ukuran kecepatan detonasi
dimana gelombang merambat melalui kolom bahan peledak di dalam lubang
ledak atau ruang terkurung lainnnya, sedangkan kecepatan detonasi tidak
terkurung adalah suatu kecepatan yang menunjukan kecepatan detonasi bahan
peledak apabila bahan peledak diledakkan dalam keadaan terbuka atau tidak
terkurung.
Untuk peledakan pada batuan keras dipakai bahan peledak yang mempunyai
kecepatan detonasi tinggi sedangkan pada batuan yang lunak dipakai bahan
peledak dengan kecepatan detonasi rendah.
3) Kepekaan (sensitivity)
Kepekaan adalah ukuran besarnya sifat peka bahan peledak untuk mulai bereaksi
menyebarkan reaksi peledakan ke seluruh kolom isian. Penyerapan air dan
40
terlapisinya kristal-kristal oleh zat lilin cenderung mengurangi kepekaan,
sedangkan peningkatan temperatur dapat menyebabkan kepekaan. Jika diameter
bahan peledak cukup besar maka perambatan reaksinya akan lebih mudah karena
permukaan bahan peledak lebih luas, sedangkan tingkat pengurungan cenderung
memusatkan tenaga reaksinya mengarah sepanjang isian dan menghindari
penyebaran tenaga reaksi.
4) Bobot isi bahan peledak
Bobot isi bahan peledak merupakan salah satu sifat terpenting bahan peledak
yang dinyatakan dalam satuan gr/cm
3
. Bobot isi dapat dinyatakan dalam beberapa
cara, yaitu:
a) Berat jenis (SG), tanpa satuan
b) Stick count (SC), yaitu jumlah dodol ukuran standar 3,175 cm x 20,32 cm
yang terdapat dalam satu doos seberat 22,68 kg.
c) Loading density (de), yaitu berat bahan peledak per meter panjang isian yang
dinyatakan dalam kg/m.
Pada umumnya bahan peledak yang mempunyai bobot isi tinggi akan
menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi.
5) Tekanan detonasi
Tekanan detonasi adalah penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam kolom
isian bahan peledak yang dinyatakan dalam kilobar (kb). Tekanan detonasi bahan
peledak komersial antara 5 150 kb
Tekanan akibat ledakan akan terjadi di sekitar dinding lubang ledak kemudian
tersebar ke segala arah. Intensitasnya dipengaruhi oleh:
Jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi, VOD)
Tingkat/derajat pengurungan
Jumlah dan temperatur gas hasil ledakan
Secara empiris, Konya (1990) merumuskannya sebagai berikut:
( ) ( ) xSGe
xSGexVe x
P
8 , 0 1
10 5 , 4
2 6
+
=
.............................................................(3.3)
41
Keterangan :
P = Tekanan detonasi (kilobar)
SGe = Berat jenis bahan peledak
Ve = Kecepatan detonasi bahan peledak (ft/detik)
1 kilobar = 14.504 psi
1 ft = 0,3048 meter
6) Ketahanan terhadap air (resistivity)
Ketahanan terhadap air suatu bahan peledak adalah kemampuan bahan peledak
tersebut untuk menahan rembesan air dalam waktu tertentu dan masih dapat
diledakkan dengan baik. Ketahanan ini dinyatakan dalam satuan jam. Sifat ini
sangat penting terutama sebagai parameter dalam pemilihan bahan peledak,
dalam hubungannya dengan kondisi tempat kerja. Untuk sebagian besar jenis
bahan peledak, adanya air di dalam lubang ledak dapat mengakibatkan
panambahan unsur H dan O sehingga memerlukan panas yang lebih banyak
untuk menguapkan menjadi uap air. Disamping itu air dapat melarutkan sebagian
kandungan bahan peledak sehingga menyebabkan bahan peledak rusak.
3.5. Pengaruh Peledakan Terhadap Media
Pengaruh peledakan antara lain menyebabkan timbulnya : daerah hancuran
dan retakan di sekitar lubang tembak, getaran tanah (ground vibration) dan air blast.
3.5.1 Daerah Hancuran (Crushed Zone)
Daerah hancuran (crushed zone) terdapat di sekitar lubang tembak. Pada
daerah ini material padat akan berubah menjadi butir-butir halus berupa serbuk. Hal
ini dikarenakan tingginya temperatur dan tekanan gas-gas hasil reaksi peledakan dan
tingginya tekanan detonasi. Ukuran daerah ini tergantung jenis bahan peledak dan
material yang digunakan.
3.5.2 Daerah Retakan (Fractured Zone)
Daerah retakan (fractured zone) terjadi jika tegangan yang ditimbulkan
ledakan lebih besar dari tegangan yang dapat diterima material. Retakan-retakan
yang terbentuk pertama disebabkan oleh tekanan detonasi yang kemudian diperbesar
oleh tekanan peledakan. Ukuran daerah ini dipengaruhi jenis material dan bahan
42
peledak. Biasanya untuk batuan sedimen daerah retakan dapat mencapai 40 kali
diameter lubang tembak.
3.6. Kontrol Getaran
Peledakan tunda (delay blasting) adalah suatu teknik peledakan dengan cara
meledakkan sejumlah besar muatan bahan peledakan tidak sebagai satu muatan
(single charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih kecil. Maka
getaran yang dihasilkan terdiri dari kumpulan getaran kecil dan dengan
mempergunakan delay, pengurangan tingkat getaran dapat dicapai.
Untuk mengetahui mengapa peledakan delay adalah efektif dalam
pengurangan tingkat getaran perlu mengerti perbedaan antara kecepatan partikel
(particle velocity) dan kecepatan perambatan (propagation velocity atau transmission
velocity).
Kecepatan perambatan adalah kecepatan gelombang seismik merambat
melalui batuan, berkisar antara 2000 20.000 feet/detik, tergantung pada jenis
batuan. Untuk suatu daerah dengan batuan tertentu, kecepatan relatif konstan.
Kecepatan perambatan tidak dipengaruhi oleh besarnya energi (input energy).
Kecepatan partikel adalah kecepatan partikel bumi bergetar sekitar posisi
semula (rest position). Kecepatan partikel adalah fungsi dari energi
(input energy). Energi yang besar menghasilkan kecepatan partikel yang tinggi pula.
Peledakan delay mengurangi tingkat getaran sebab setiap delay menghasilkan
masing-masing gelombang seismik yang kecil yang terpisah. Gelombang hasil delay
pertama telah merambat pada jarak tertentu sebelum delay selanjutnya meledak.
Kecepatan perambatan tergantung pada jenis batuannya
37. Teori Vibrasi
3.7.1. Teori George Berta (1990)
Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elastis. Pada daerah ini
tegangan yang diterima material lebih kecil dari kuat tarik material sehingga hanya
menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis material
maka bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula setelah tidak ada
43
tegangan yang bekerja. Ground vibration dapat diprediksi dengan menggunakan
teori yang dikemukakan oleh George Berta (1990)
Gambar 3.14
Diagram gelombang getaran dan parameternya
a = perpindahan (m)
ac = akselerasi (m/ s
2
)
T = Periode (s)
F = 1/T frekuensi (s
-1
)
V = 2 a f = velocity kecepatan getaran (m/s)
Getaran bukanlah fenomena harmonik sederhana, tetapi hasil dari variasi
komponen dengan berbagai jenis frekuensi. Frekuensi getaran tergantung terutama
pada karakteristik batuan baik pada titik ledakan dan di lokasi merekam getarannya
dan itu juga tergantung pada jarak dari titik peledakan.
Dalam tanah tidak dikonsolidasi (terutama jika mengandung air) dapat
menghasilkan getaran dengan frekuensi rendah . Sedangkan dalam batuan kompak
getaran frekuensi tinggi yang dihasilkan.
Frekuensi getaran menjadi semakin rendah terutama karena lapisan
tanah menyerap frekuensi tinggi dan oleh karena itu gelombang frekuensi yang lebih
tinggi dilemahkan dengan cepat.
Teori ini mempertimbangkan beberapa faktor antara lain: faktor
impedansi, faktor coupling, faktor perubahan, jumlah bahan peledak yang digunakan,
energi per unit massa bahan peledak, jarak, bobot isi batuan, kecepatan seismik dan
44
tipe kelompok batuan. Dari beberapa faktor tersebut kemudian dibuat rumusan
perhitungan yaitu sebagai berikut:
rxC x KfxLogRx
x x x x
R
Q
V
5
10
6
3 2 1
= ...............................................................(3.4)
Keterangan :
V = Kecepatan getaran tanah (m/s)
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan per delay (kg)(toleransi waktu
peledakan 8ms/delay dianggap meledak bersamaan)
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)
= Energi perunit massa (J/kg)
r = Bobot isi batuan (kg/m
3
)
C = Kecepatan gelombang seismik (m/s)
Setelah didapatkan nilai partikel velocity (V) maka di tentukan juga
nilai amplitudo, dan percepatan seperti persamaan di bawah.
( ) fs
V
A
=
2
( ) V fs a
c
= 2
Keterangan:
A = Amplitudo (mm)
V = Kecepatan Getaran Tanah (mm/s)
fs = Frekwensi (Hz)
a = Percepatan (mm/s
2
)
Berikut beberapa faktor yang ditentukan menurut Bertha :
1) Faktor impedansi (
1
) :
2
2
1
) (
) (
1
r c
r c
+
=
45
Keterangan :
1
= Faktor impedansi
Ic = Impedansi bahan peledak (kg m
-2
s
-1
)
Ic =
e
( kg/m
3
) x VOD (m/s)
e
= Bobot isi bahan peledak (kg/ m
3
)
VOD = Kecepatan detonasi (m/s)
Ir = Impedansi batuan (kg m
-2
s
-1
)
Ir =
r
(kg/m
3
) x C (m/s
r
= Bobot isi batuan (kg/m
3
)
C = Kecepatan gelombang seismic (m/s)
Jika impedansi batuan mendekati impedansi bahan peledak, maka faktor
impedansi akan mendekati harga 1, akan tetapi pada umumnya selalu lebih kecil dari
1, ini artinya bahwa tidak semua energi yang dihasilkan akan diteruskan pada batuan.
2) Faktor coupling (
2
) :
Faktor coupling dalam hal ini merupakan fungsi dari coupling ratio
atau perbandingan antara diameter lubang ledak dengan isian bahan peledak (
f
/
c
),
dimana besaran coupling ratio ini akan menurunkan tekanan gas hasil peledakan
yang dengan sendirinya akan memperkecil energi yang diteruskan pada batuan.
Faktor coupling dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut :
( ) 1
1
2
=
e e
e f
Keterangan :
2
= Faktor coupling
f
= Diameter lubang ledak (inchi)
c
= Diameter isian bahan peledak (inchi)
e = 2,72
Dari persamaan diatas, maka secara otomatis
2
akan mendekati harga 1 jika
c
mendekati harga
f
dan
2
akan turun dengan besarnya coupling ratio. Pemanfaatan
46
fenomena tekanan dinamik sebagai fungsi dari coupling ratio dalam teknologi
peledakan dikenal dengan istilah decoupling yaitu dengan meningkatkan copling
ratio, atau dengan kata lain menggunakan cartridge dengan diameter yang lebih
kecil dari diameter lubang ledak.
3) Faktor perubahan (
3
) :
Faktor perubahan ini menyatakan besarnya perubahan energi dari bahan
peledak yang diubah menjadi getaran, yang diperkirakan sekitar 40%. Jadi besarnya
faktor perubahan (
3
) adalah 0,40 jika peledakan dilakukan terbuka (berhubungan
dengan udara luar) dan jika didalam tanah
3
< 0,40.
4) Kelompok batuan
Dari tiap-tiap tipe batuan dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan karakteristik
atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut seperti tercantum pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
Tipe Kelompok Batuan
Type of Ground Kf
Water logged sands and gravels 0,11 0,13
Compacted aluviums 0,06 0,09
Hard and compact rock 0,01 0,03
Dari tipe kelompok batuan diatas dapat ditentukan besarnya frekuensi getaran
yang dihasilkan oleh kegiatan peledakan. Frekwensi disini adalah untuk menentukan
besarnya perambatan gelombang pada batuan, yaitu dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
f = (Kf log R)
-1
Keterangan :
f = Frekwensi (Hz)
Kf = Faktor pengaruh karakteristik dari tanah
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)
47
Gambar 3.15
Jarak titik ledak ke sensor yang di tuju
3.8.2. Teori Persamaan Regresi Linier Berganda
Regresi Linier Berganda adalah regresi yang menjelaskan hubungan antara
peubah respon (variable dependent) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih
dari satu penduga (variable independent). Tujuan dari regresi linier berganda adalah
untuk mengukur intensitas hubungan dua variabel atau lebih dan membuat predisksi
atau perkiraan nilai Y atas nilai X. Regresi Linier berganda juga digunakan untuk
mencari pengaruh dua penduga atau lebih terhadap variabel respon (variable tak
bebas). Bentuk umum model regresi linier berganda adalah :
k
X
k
a X a X a a Y + + + + = ......
2 2 1 1 0
.....................................................(3.5)
Keterangan:
Y
m
m
/
s
)
Jarak(Meter)
59
5.4 Zona Aman Dari Getaran Tanah Berdasarkan Dampak Kerusakan
Menurut KEPMEN Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
Diketahui jenis batuan yang paling banyak yaitu, Batuan Basalt, dan terdapat
bidang-bidang diskontinuitasnya. Penelitian yang dilakukan pada pit manggis ,
sehingga berdasarkan KepMen Lingkungan Hidup zona yang paling aman
berdasarkan dampak kerusakan dengan muatan terbesar yang digunakan 1672,8 kg
adalah kategori A yaitu pada jarak lebih besar dari 1100 meter dari lokasi peledakan,
sedangkan zona yang masuk kategori B ( tidak aman ) yaitu pada jarak lebih kecil
dari 1100 meter dari zona peledakan yang dilakukan dalam proses penambangan (
lihat gambar 5.2 ) sehingga kampung manggis masuk zona aman kategori A.
5.4.1 Zona Aman Untuk Kenyaman Dan Kesehatan Manusia Menurut
Kriteria KEPMEN Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
Sedangkan untuk kenyaman dan kesehatan manusia dengan muatan terbesar
yang digunakan 1672,8kg , yang masuk kategori A ( mengganggu) terdapat pada
jarak lebih dari 2100 meter dari lokasi peledakan. Sedangkan yang termasuk kategori
B ( tidak nyaman) yaitu pada jarak lebih kecil dari 2100 meter dari lokasi peledakan
,kampung manggis termasuk dalam kategori B.
5.4.2 Penentuan Jarak Aman Berdasarkan Australia Standar Vibration Limit
AS 2817-1993
Berdasarkan kriteria Australia Standar Vibration Limit AS 2817-1993( Lihat
tabel 3.6), di dapatkan respon manusia(perumahan penduduk) terhadap getaran pada
total bahan peledak tebesar yaitu 1672,8 kg dan jarak 7500-3500 meter adalah 3,016-
4,55 mm/s dengan durasi getaran 4,096 sekon respon manusia terhadap getaran
masih dalam kondisi aman. J arak 3400-1000 meter pada peak particle velocity 4,59-
5,51mm/s dengan durasi getaran 4,096 sekon respon manusia terhadap getaran masih
dalam kondisi aman Dari penjelasan tersebut maka sesuai dengan kriteria Australia
Standar AS 2817-1993 maka pada jarak 7500-1000 dinyatakan sebagai jarak aman.
5.5 Perbandingan Kriteria Kepmen Lingkungan Hidup Dengan Australia
Standar
Dari hasil analisis yang mengacu terhadap kedua kriteria diatas maka kriteria
KepMen Lingkungan Hidup merupakan kriteria yang paling ketat dan tepat untuk
digunakan di wilayah sekitar zona peledakan PT Thiess Contractor. Hal ini dapat
60
dilihat dari minimal tingkat getaran yang di ijinkan oleh kriteria Australia Standar
adalah 10 mm/s dan KepMen Lingkungan Hidup minimal 2 mm/s.
Gambar 5.2
Zona Aman Berdasarkan KepMen Lingkungan Hidup
61
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Analisi getaran tanah menggunakan Persamaan Regresi Linier berganda
mempunyai nilai penyimpangan terkecil terhadap getaran tanah actual
yaitu sebesar 0,078 mm/s, sehingga dapat digunakan untuk mempredisksi
getaran tanah selanjutnya.
2. Mengacu pada kriteria KEPMEN lingkungan hidup No. 49 tahun 1996
dengan muatan terbesar 1672,8 kg pada jarak 1200m 7500m
menghasilkan ground vibration 3,963mm/s masuk dalam kategori A
(tidak menimbulkan kerusakan). J arak 1000m 1100 meter dengan
ground vibration 5,21 mm/s masuk dalam kategori B (kemungkinan
timbulnya keretakan plesteran).
6.2. Saran
1) Memberikan batas-batas zona jarak aman sebelum kegiatan peledakan
dilakukan .
2) Menggunakan kriteria KepMen Lingkungan Hidup no 49. Tahun 1996
sebagai pedoman untuk tingkat standar getaran .
62
DAFTAR PUSTAKA
1. Autralian Standar Vibration Limit AS 2817-1993.
2. Berta G, (1985), Explosives: an Engineering Tool, Italesplosivi, Milano
3. Department PT. Thiess Contractors Indonesia Senakin mine project
4. Hustrulid, W. (1999). Blasting Principles For Open Pit Mining. Colorado School
of Mines, Golden, Golden, Colorado, USA
5. J imeno.C.L. and J imeno.E.L, (1995), Drilling and Blasting of Rocks,
Balkema/Rotterdam/Brookfield,
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
48/MENLH/XI/1996, Baku Tingkat Getaran.
7. Koesnaryo.S. (2001), Rancangan Peledakan Batuan, J urusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta
8. Naapuri J . (1988), Tamrock, Surface Drilling And Blasting, Norway,
9. Singgih Saptono, (2006), Teknik Peledakan, J urusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta.
10. Sudjana. (1996), Metoda Statistika , Tarsito, Bandung
11. ____________, (2007), www.oricaminingservices.com
LAMPIRAN A
Data Peledakan Pit Manggis Batuan Basalt
Event Timing Pola Yang Digunakan BLAST DURATION Maximum Kg
per Hole
CR ER Pembeda In Hole
10:02:53 Pit Manggis B 17-18 17 65 400 595
11:57:35 Pit Manggis B 14-15 17 65 25 400 636
11:54:35 Pit Manggis B 15-16 42 100 400 390
12:08:59 Pit Manggis B 14 17 65 25 400 800
16:54:15 Pit Manggis B 14 17 65 400 718
11:54:55 Pit Manggis B14 17 65 400 670
13:58:24 Pit manggis B11 25 100 400 385
12:50:36 Pit Manggis B12 42 100 400 574
15:36:38 Pit Manggis B12 65 25 17 400 560
12:12:34 Pit Manggis B13 17 65 400 677
12:10:27 Pit Manggis B13 17 65 400 574
16:32:34 Pit Manggis B14 17 65 400 246
12:31:50 Pit Manggis B13 25 65 400 410
11:57:50 Pit Manggis B12 17 65 400 664
12:52:25 Pit Manggis B14 17 65 400 677
12:06:08 Pit Manggis B13 17 65 400 390
12:52:52 Pit Manggis B12 65 17 25 400 574
12:56:14 Pit Manggis B10 65 17 42 400 517
11:55:01 Pit Manggis B10 65 17 400 492
12:01:20 Pit Manggis B13 65 17 400 677
11:53:45 Pit Manggis B14 42 65 400 492
11:15:45 Pit Manggis B16 100 65 400 513
11:15:54 Pit Manggis B11 65 42 400 437
11:55:30 Pit Manggis B17 65 42 400 570
12:11:01
Pit Manggis B18 65 42 400 205
11:56:44
Pit Manggis B12 65 42 400 615
418.2
344.4
184.5
541.2
246
481.75
389.5
492
524.8
151.7
451
393.6
466.9
225.5
229.6
188.6
258.3
422.8
295.2
512
258.3
497.7
328
422.3
Average kgs
Per Hole
430
336.2
0.38
0.41
0.51
0.52
0.61
0.56
0.66
0.40
0.55
0.43
0.42
0.58
0.27
0.50
0.14
0.54
0.60
0.49
0.50
0.51
0.48
0.64
0.71
0.60
Powder Factor
(kg/m3)
0.64
0.61
23,010
26-Jan-09 -15 Echelon 1440 7 x 8 89 18.2 3 45.744
7 x 8 122 8.5 2 19-Jan-09 0 Echelon 2730
87,426
17-Jan-09 0 Echelon 2189 7 x 8 143 12.4 3 35,897
7 x 8 224 15.7 4 16-Jan-09 -15 Echelon 2,552
44,403
9-Jan-09 0 Echelon 3,380 7 x 8 173 16.5 3 88,662
7 x 8 114 13.5 3 8-Jan-09 0 Echelon 1,860
34,319
25-Dec-08 -15 Echelon 1,900 7 x 8 101 16.25 1 63,213
7 x 8 101 9.5 1 22-Dec-08 0 Echelon 1,900
71,731
18-Dec-08 -15 V Cut 1,800 7 x 8 164 13.6 4 64,616
7 x 8 146 15.5 3 17-Dec-08 -15 V Cut 1,920
81,500
24-Nov-08 0 Echelon 1,280 7 x 8 126 7.2 1 19,509
7 x 8 154 17.3 2 21-Nov-08 -30 Box Cut 1,340
15,765
16-Nov-08 0 Box Cut 1,240 7 x 8 114 8.1 4 19,277
7 x 8 89 9.1 3 4-Nov-08 -15 Box Cut 1,080
31,772
30-Oct-08 -15 Echelon 7,60 7 x 8 17 9 1 4,518
7 x 8 74 15.4 2 27-Oct-08 -15 Echelon 1,180
48,704
19-Oct-08 -15 Echelon 1,240 7 x 8 88 17 1 46,283
7 x 8 166 11.2 1 22-Sep-08 0 Box Cut 1,900
29,691
13-Sep-08 15 Echelon 2,100 7 x 8 109 15.3 1 59,377
7 x 8 89 10.3 1 12-Sep-08 0 Echelon 1,220
52,240
6-Aug-08 -15 Echelon 1,579 7 x 8 120 14.3 2 61,408
7 x 8 98 12 2 1-Aug-08 -15 Echelon 1,340
31,945
24-Jul-08 -15 Box Cut 1,420 7 x 8 105 16.2 3 61,293
7 x 8 115 9.8 2 21-Jul-08 0 Box Cut 2,300
51,092
19-Jul-08 -15 Box Cut 1,140 7 x 8 98 12.2 4 52,477
7 x 8 104 15 3 17-Jul-08 0 Echelon 1,120
Total Charges
(ms) (MS) (m) (m) (Holes) (kgs)
Pattern Size Total Holes Depth Average Max Hole Per Delay Date Of Blast Lokasi Target To RL Delay Type
LAMPIRAN B
Data Pengukuran Getaran Tanah Menggunakan Compcat Texcel Monitoring
D D W W SD MIC PPV
(m) (feet) (kg) (lbs) (D/W^0,5) RadiaL Transversa VerticaL Actual
(feet/lbs) (mm/s) (mm/s) (mm/s) (mm/s)
Pit Manggis B 17-18 1360 4461.94 1290.00 2982.01 81.71 1.6 1.79 1.2 2.04
Pit Manggis B 14-15 1540 5052.49 1344.80 2962.18 92.83 3.27 2.99 5.57 5.61
Pit Manggis B 15-16 1500 4921.26 516.60 1719.12 118.69 0.78 0.88 0.54 1.61
Pit Manggis B 14 1200 3937.01 1493.10 3253.10 69.03 3.77 3.25 4.22 4.52
Pit Manggis B 14 1480 4855.64 656.00 1445.82 127.70 2.84 2.66 1.21 2.97
Pit Manggis B14 1430 4691.60 844.60 1860.18 108.78 2.4 1.83 1.32 2.58
Pit manggis B11 1300 4265.09 258.30 568.63 178.86 1.73 1.89 1.32 2.07
Pit Manggis B12 1200 3937.01 422.80 1020.45 123.25 3.67 3.15 4.08 4.32
Pit Manggis B12 1400 4593.18 295.20 650.18 180.13 1.91 1.63 1.37 1.94
Pit Manggis B13 1400 4593.18 512.00 1174.73 134.01 2.89 1.83 1.94 3.02
Pit Manggis B13 1420 4658.79 933.80 2058.54 102.68 2.48 3.18 4.19 4.24
Pit Manggis B14 1200 3937.01 225.50 542.18 169.08 0.49 0.57 0.62 0.62
Pit Manggis B13 1260 4133.86 688.80 1626.55 102.50 2.33 2.43 2.4 2.48
Pit Manggis B12 1240 4068.24 754.40 1842.54 94.78 2.27 1.99 5.04 5.09
Pit Manggis B14 1350 4429.13 1049.60 2221.63 93.97 1.63 1.65 1.65 1.78
Pit Manggis B13 1250 4101.05 151.70 859.56 139.88 1.27 1.81 1.09 1.83
Pit Manggis B12 1520 4986.88 1353.00 3116.46 89.33 3.77 2.27 2.2 3.8
Pit Manggis B10 1490 4888.45 1574.40 3469.10 83.00 2.69 3.62 1.89 3.67
Pit Manggis B10 7500 24606.30 246.00 1084.37 747.24 0 0 0 0
Pit Manggis B13 7500 24606.30 481.75 1106.41 739.76 0 0 0 0
Pit Manggis B14 6800 22309.71 1168.50 857.36 761.93 0 0 0 0
Pit Manggis B16 5800 19028.87 1476.00 1128.45 566.46 0 0 0 0
Pit Manggis B11 1400 4593.18 1672.80 3587.67 76.68 2.71 3.2 3.72 3.82
Pit Manggis B17 1400 4593.18 1033.20 2273.04 96.34 1.91 2.33 2.71 2.72
Pit Manggis B18 1500 4920.00 369.00 811.8 172.68 0.98 0.85 0.78 0.98
Pit Manggis B12 1370 4493.60 1623.60 3571.92 75.19 3.1 2.46 2.77 3.26 26-Jan-09
Tipe Gelombang PPV
9-Jan-09
16-Jan-09
17-Jan-09
19-Jan-09
18-Dec-08
22-Dec-08
25-Dec-08
8-Jan-09
16-Nov-08
21-Nov-08
24-Nov-08
17-Dec-08
19-Oct-08
27-Oct-08
30-Oct-08
4-Nov-08
6-Aug-08
12-Sep-08
13-Sep-08
22-Sep-08
19-Jul-08
21-Jul-08
24-Jul-08
1-Aug-08
Date Of Blast Lokasi
Peledakan
17-Jul-08
LAMPIRAN C
Pengukuran Getaran Tanah Pada Batuan Basalt (Teori G. Bertha)
Q Q^ R 1 2 3 10^6 Kf Log R r C V V
(kg) (kg) (m) (mj/kg) (kg/m^3) (m/s) (m/s) (mm/s)
Pit Manggis B 17-18 1290 35.92 1360 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.133539 3.14 2750 5400 0.005207 5.21
Pit Manggis B 14-15 1344.8 36.67 1540 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.187521 3.14 2750 5400 0.004655 4.66
Pit Manggis B 15-16 516.6 22.73 1500 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.176091 3.14 2750 5400 0.002968 2.97
Pit Manggis B 14 1493.1 38.64 1200 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.079181 3.14 2750 5400 0.006405 6.41
Pit Manggis B 14 656 25.61 1480 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.170262 3.14 2750 5400 0.003393 3.39
Pit Manggis B14 844.6 29.06 1430 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.155336 3.14 2750 5400 0.003993 3.99
Pit manggis B11 258.3 16.07 1300 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.113943 3.14 2750 5400 0.002445 2.45
Pit Manggis B12 422.8 20.56 1200 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.079181 3.14 2750 5400 0.003408 3.41
Pit Manggis B12 295.2 17.18 1400 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.146128 3.14 2750 5400 0.002415 2.42
Pit Manggis B13 512 22.63 1400 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.146128 3.14 2750 5400 0.003181 3.18
Pit Manggis B13 933.8 30.56 1420 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.152288 3.14 2750 5400 0.004231 4.23
Pit Manggis B14 225.5 15.02 1200 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.079181 3.14 2750 5400 0.002489 2.49
Pit Manggis B13 688.8 26.24 1260 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.100371 3.14 2750 5400 0.004129 4.13
Pit Manggis B12 754.4 27.47 1240 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.093422 3.14 2750 5400 0.004396 4.40
Pit Manggis B14 1049.6 32.40 1350 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.130334 3.14 2750 5400 0.004734 4.73
Pit Manggis B13 151.7 12.32 1250 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.09691 3.14 2750 5400 0.001954 1.95
Pit Manggis B12 1353 36.78 1520 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.181844 3.14 2750 5400 0.004735 4.74
Pit Manggis B10 1574.4 39.68 1490 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.173186 3.14 2750 5400 0.005218 5.22
Pit Manggis B10 246 15.68 7500 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.875061 3.14 2750 5400 0.000371 0.37
Pit Manggis B13 481.75 21.95 7500 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.875061 3.14 2750 5400 0.000519 0.52
Pit Manggis B14 1168.5 34.18 6800 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.832509 3.14 2750 5400 0.000896 0.90
Pit Manggis B16 1476 38.42 5800 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.763428 3.14 2750 5400 0.001192 1.19
Pit Manggis B11 1672.8 40.90 1400 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.146128 3.14 2750 5400 0.005749 5.75
Pit Manggis B17 1033.2 32.14 1400 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.146128 3.14 2750 5400 0.004518 4.52
Pit Manggis B18 369 19.21 1500 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.176091 3.14 2750 5400 0.002508 2.51
Pit Manggis B12 1623.6 40.29 1370 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.136721 3.14 2750 5400 0.005796 5.80
Date Of Blast Lokasi
Peledakan
17-Jul-08
19-Jul-08
21-Jul-08
24-Jul-08
1-Aug-08
6-Aug-08
12-Sep-08
13-Sep-08
22-Sep-08
19-Oct-08
27-Oct-08
30-Oct-08
4-Nov-08
16-Nov-08
21-Nov-08
24-Nov-08
17-Dec-08
18-Dec-08
22-Dec-08
25-Dec-08
8-Jan-09
9-Jan-09
16-Jan-09
17-Jan-09
19-Jan-09
26-Jan-09
LAMPIRAN D
Pengukuran Getaran Tanah Dengan Persamaan Regresi Linier Berganda
LAMPIRAN E
PETA LOKASI PENELITIAN
f =(Kf log R)
-1
No R Muatan Terbesar a0 a1 a2 PPV fs T Amplitudo Amplitudo Ac Kategori Kerusakan
m mm/s (Hz) (mm) (mikron) mm/s^2
1 7500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,736593 8,60201454 0,116252 0,050658 50,65826558 147,8325 Kategori A
2 7400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,774951 8,61497469 0,116077 0,051291 51,29105059 150,1305 Kategori A
3 7300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,813309 8,62815109 0,1159 0,051921 51,92063325 152,4385 Kategori A
4 7200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,851667 8,64155044 0,11572 0,052547 52,54694014 154,7569 Kategori A
5 7100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,890025 8,65517977 0,115538 0,05317 53,16989498 157,0859 Kategori A
6 7000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,928383 8,6690464 0,115353 0,053789 53,78941847 159,4259 Kategori A
7 6900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,966741 8,68315804 0,115165 0,054405 54,4054281 161,7771 Kategori A
8 6800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,005099 8,69752272 0,114975 0,055018 55,01783799 164,1398 Kategori A
9 6700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,043457 8,71214889 0,114782 0,055627 55,62655868 166,5145 Kategori A
10 6600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,081815 8,7270454 0,114586 0,056231 56,23149696 168,9015 Kategori A
11 6500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,120173 8,74222155 0,114387 0,056833 56,83255558 171,3011 Kategori A
12 6400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,158531 8,75768712 0,114185 0,05743 57,42963308 173,7137 Kategori A
13 6300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,196889 8,77345237 0,11398 0,058023 58,0226235 176,1399 Kategori A
14 6200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,235247 8,7895281 0,113772 0,058611 58,6114161 178,5799 Kategori A
15 6100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,273605 8,80592571 0,11356 0,059196 59,19589505 181,0343 Kategori A
16 6000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,311963 8,8226572 0,113345 0,059776 59,77593916 183,5036 Kategori A
17 5900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,350321 8,83973522 0,113126 0,060351 60,35142143 185,9882 Kategori A
18 5800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,388679 8,85717314 0,112903 0,060922 60,92220877 188,4886 Kategori A
19 5700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,427037 8,87498509 0,112676 0,061488 61,48816153 191,0056 Kategori A
20 5600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,465395 8,89318601 0,112446 0,062049 62,04913305 193,5396 Kategori A
21 5500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,503753 8,91179174 0,112211 0,062605 62,6049692 196,0912 Kategori A
22 5400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,542111 8,93081906 0,111972 0,063156 63,15550783 198,6612 Kategori A
23 5300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,580469 8,95028577 0,111728 0,063701 63,70057818 201,2503 Kategori A
24 5200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,618827 8,9702108 0,11148 0,06424 64,24000026 203,8591 Kategori A
25 5100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,657185 8,99061427 0,111227 0,064774 64,77358412 206,4885 Kategori A
26 5000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,695543 9,01151761 0,110969 0,065301 65,30112915 209,1394 Kategori A
27 4900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,733901 9,03294367 0,110706 0,065822 65,82242316 211,8126 Kategori A
28 4800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,772259 9,05491686 0,110437 0,066337 66,3372415 214,5091 Kategori A
29 4700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,810617 9,07746324 0,110163 0,066845 66,84534605 217,2298 Kategori A
30 4600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,848975 9,10061076 0,109883 0,067346 67,34648405 219,976 Kategori A
31 4500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,887333 9,12438934 0,109596 0,06784 67,84038685 222,7487 Kategori A
32 4400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,925691 9,14883115 0,109304 0,068327 68,32676856 225,5493 Kategori A
33 4300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,964049 9,17397075 0,109004 0,068805 68,80532445 228,3789 Kategori A
34 4200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,002407 9,1998454 0,108697 0,069276 69,27572926 231,2392 Kategori A
35 4100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,040765 9,22649532 0,108384 0,069738 69,73763525 234,1316 Kategori A
36 4000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,079123 9,25396396 0,108062 0,070191 70,19067002 237,0578 Kategori A
37 3900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,117481 9,28229842 0,107732 0,070634 70,63443409 240,0197 Kategori A
38 3800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,155839 9,31154983 0,107394 0,071068 71,06849813 243,0191 Kategori A
39 3700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,194197 9,34177379 0,107046 0,071492 71,49239987 246,0582 Kategori A
40 3600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,232555 9,37303093 0,106689 0,071906 71,90564052 249,1394 Kategori A
41 3500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,270913 9,40538751 0,106322 0,072308 72,3076808 252,2651 Kategori A
42 3400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,309271 9,43891614 0,105944 0,072698 72,69793627 255,4381 Kategori A
43 3300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,347629 9,47369654 0,105555 0,073076 73,0757721 258,6614 Kategori A
44 3200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,385988 9,50981657 0,105154 0,07344 73,44049697 261,9384 Kategori A
45 3100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,424346 9,54737328 0,104741 0,073791 73,791356 265,2727 Kategori A
46 3000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,462704 9,58647424 0,104314 0,074128 74,1275226 268,6684 Kategori A
47 2900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,501062 9,62723909 0,103872 0,074448 74,4480889 272,13 Kategori A
48 2800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,53942 9,66980133 0,103415 0,074752 74,75205454 275,6624 Kategori A
49 2700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,577778 9,71431058 0,102941 0,075038 75,03831343 279,2713 Kategori A
50 2600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,616136 9,76093513 0,102449 0,075306 75,30563802 282,963 Kategori A
51 2500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,654494 9,80986517 0,101938 0,075553 75,55266058 286,7445 Kategori A
52 2400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,692852 9,86131663 0,101406 0,075778 75,77785066 290,6239 Kategori A
53 2300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,73121 9,91553599 0,100852 0,075979 75,9794877 294,6104 Kategori A
54 2200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,769568 9,97280611 0,100273 0,076156 76,15562778 298,7143 Kategori A
55 2100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,807926 10,0334537 0,099667 0,076304 76,30406255 302,9478 Kategori A
56 2000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,846284 10,0978584 0,099031 0,076422 76,42226833 307,3249 Kategori A
57 1900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,884642 10,1664649 0,098363 0,076507 76,50734211 311,8619 Kategori A
58 1800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,923 10,2397981 0,097658 0,076556 76,5559205 316,5781 Kategori A
59 1700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,961358 10,3184833 0,096913 0,076564 76,56407561 321,4964 Kategori A
60 1600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,999716 10,4032725 0,096124 0,076527 76,52717954 326,6442 Kategori A
61 1500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,038074 10,4950805 0,095283 0,07644 76,43972538 332,0549 Kategori A
62 1400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,076432 10,5950339 0,094384 0,076295 76,29508677 337,7696 Kategori A
63 1300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,11479 10,7045407 0,093418 0,076085 76,0851888 343,8393 Kategori A
64 1200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,153148 10,8253885 0,092375 0,0758 75,80004756 350,3287 Kategori A
65 1100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,191506 10,9598913 0,091242 0,075427 75,42711014 357,3216 Kategori B
66 1000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,229864 11,1111111 0,09 0,07495 74,95028067 364,9283 Kategori B