Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS GROUND VIBRATION PADA PELEDAKAN

PT. THIESS CONTRACTOR INDONESIA SITE SENAKIN,


KALIMANTAN SELATAN





SKRIPSI






Oleh
DOUGLAS WIDODO SILABAN
NIM. 112.040.022
















JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2011

I
ANALISIS GROUND VIBRATION
PADA KEGIATAN PELEDAKAN
PT. THIESS CONTRACTOR INDONESIA SITE SENAKIN,
KALIMANTAN SELATAN



SKRIPSI



Oleh
DOUGLAS WIDODO S
NIM. 112.040.022










Disetujui J urusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Tanggal : ...........................


Pembimbing I Pembimbing II



( Ir. Bagus W.MT ) ( Ir Winda. MT )

III
RINGKASAN



PT Thiess Contractor Indonesia merupakan salah satu perusahaan tambang
batubara yang wilayah penambangan terletak di Senakin, Kalimantan Selatan. Sistem
tambang yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka strip mine. PT.Thiess
Indonesia melakukan pembongkaran lapisan tanah penutup menggunakan metode
pemboran dan peledakan dengan jenis bahan peledak emulsi.
Peledakan lapisan penutup di PT Thiess Indonesia dilakukan pada batuan
utama, yaitu Basalt. Diameter lubang tembak 7,78 inchi (205mm) dan geometri
peledakan dengan burden 8-9 m, spasi 9-11 m, stemming 4 m, subdrilling 0,5-1 m,
panjang kolom isian 12-15 m, kedalaman lubang bor 15-20 m, tinggi jenjang 15 m,
loading density 41 kg/m, powder factor 0,58 kg/m
3
. Pola peledakan yang diterapkan
yaitu echelon cut dengan menggunakan in hole delay 400 ms dan surface delay
detonator 100 ms, 17 ms, 42 ms dan 65 ms..
Berdasarkan pengukuran vibrasi actual yang dlakukan mulai tanggal 17 J uli
2008 26 J aunari 2009 sebanyak 26 kali. Terdapat ground vibration maksimum
yaitu 5,61mm/s dengan jarak dari pusat peledakan ke tempat pengukuran getaran
tidak lebih dari 1540m yang mengganggu keadaan masyarakat sekitar lingkungan
tambang dan rata-rata ground vibration yang terjadi 2,501 mm/s.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis ground vibraton dengan
menggunakan Persamaan Regresi Linier Berganda dan Teori George Bertha.
Sehingga didapat nilai rata-rata ground vibration berdasarkan Regresi Linier
Berganda sebesar 2,580 mm/s. Rata-rata ground vibration teori george Bertha
sebesar 3,766 mm/s.
Dari kedua teori tersebut maka didapat persamaan Regresi Linier Berganda
mempunyai nilai penyimpangan rata-rata terkecil terhadap ground vibration actual
yaitu sebesar 0,078 mm/s sehingga dapat digunakan untuk memprediksi ground
vibration selanjutnya.
Berdasarkan Kriteria KEPMEN Lingkungan Hidup No.49 Tahun 1996 dengan
muatan terbesar 1672,8 kg,pada jarak 7500 1200 meter dan peak particle velocity
3,964 mm/s masuk dalam kategori A (tidak menimbulkan kerusakan). J arak 1100
1000 meter dengan peak particle velocity 5,21 mm/s masuk dalam kategori B (
kemungkinan timbulnya keretakan plesteran ).Sedangkan menurut kriteria Australia
Standar Vibration Limit AS 2817-1993 pada jarak 7500-1000 meter dinyatakan
sebagai jarak aman.



vi
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat TYME karena berkatNya penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir yang berjudul Analisis Ground Vibration Pada Kegiatan Peledakan
PT. Thiess Contractor Indonesia
Penyusunan Tugas Akhir ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan program sarjana (S1) di Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT
Thiess Contractor Indonesia site Senakin, Kalimantan Selatan dari tanggal 11
November 2008 sampai dengan 11 Febuari 2009. Dalam penyusunan Tugas Akhir
ini banyak sekali tantangan dan hambatan yang penulis lalui. Oleh karena itu, penulis
menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu didalam
proses penyelesaian laporan Tugas Akhir ini, diantaranya :
1. Bapak Agus Effendi sebagai Deputy Project Manager Senakin Mine Project,
PT. Thiess Contractors Indonesia.
2. Bapak Mudzakir, sebagai Engineering Superintendent Senakin Mine Project,
PT. Thiess Contractors Indonesia.
3. Bapak Deddy D., sebagai Pembimbing Lapangan
4. Bapak Komang Alit , sebagai Pembimbing Lapangan II
5. Prof. Dr. Didiet Welly Udjianto, Msc selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
6. Dr.Ir. S.Koesnaryo MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
7. Ir. Anton Sudiyanto, MT selaku Ketua J urusan Teknik Pertambangan
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
8. Ir. Bagus Wiyono, MT sebagai Pembimbing I
9. Ir. Winda, MT sebagai Pembimbing II
10. Kedua orang tua yang banyak memberikan dorongan, bimbingan dan doa.
vii
11. Dosen dan rekan-rekan mahasiswa J urusan Teknik Pertambangan Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, khususnya tambang 2004
terima kasih atas dukungan dan sarannya.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi perusahaan dan pemerhati
pertambangan.


Yogyakarta, Penulis,


(Douglas W.S)

viii
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........ vi
DAFTAR ISI . viii
DAFTAR GAMBAR ..... xii
DAFTAR TABEL ..... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.. xv

I PENDAHULUAN..... 1
1.1 Latar Belakang . 1
1.2 Identifikasi Masalah.. 1
1.3 Pembatasan Masalah .... 1
1.4 Tujuan Penelitian ..... 2
1.5 Metode Penelitian .................................................................... 2
1.6 Manfaat Penelitian.................................................................... 3
II TINJAUAN UMUM........................................................................ 4
2.1.Lokasi Operasi Penambangan dan Kesampaian Daerah ............ 4
2.2. Keadaan Iklim dan Masyarakat ................................................ 5
2.3. Kondisi Geologi ........................................................................ 6
2.4. Cadangan dan Kualitas Batubara di Daerah Senakin ............... 8
2.5. Kegiatan Penambangan....................... ............... . ................... 10
III LANDASAN TEORI..................................................................... 17
3.1. Getaran Tanah (Ground Vibration)......................................... 17
3.1.1. Pengertian Getaran Tanah (Ground Vibration).......... 17
3.1.2. Gelombang Seismik..................................................... 18
3.1.3. Persamaaan Gelombang............................................... 19
3.2. Peralatan Yang Digunakan...................................................... 20
3.2.1. Compact Texcel Monitor.............................................. 20
3.3. Mekanisme Pecahnya Batuan.................................................. 21
3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Usaha

ix
Perancangan Peledakan............................................................ 23
3.4.1. Faktor Yang Tidak Dapat Dikendalikan...................... 23
3.4.1.1. Karakteristik Massa Batuan.......................... 23
3.4.2. Peubah Yang Dapat Dikendalikan............................... 26
3.4.2.1. Geometri Pemboran...................................... 26
3.4.2.2. Geometri Peledakan...................................... 35
3.4.2.3. Pola Peledakan.............................................. 37
3.4.2.4. Waktu Tunda (Delay Time).......................... 38
3.4.2.5. Sifat Bahan Peledak...................................... 40
3.5. Pengaruh Peledakan Terhadap Media...................................... 43
3.5.1. Daerah Hancuran (Crushed Zone)............................... 43
3.5.2. Daerah Retakan (Fractured Zone)............................... 43
3.6. Kontrol Getaran....................................................................... 43
3.8. Teori-Teori Vibrasi.................................................................. 44
3.8.1. Teori George Bertha (1990)........................................ 44
3.8.2. Teori Persamaan Regresi Linier.................................... 48
3.8.3. Kriteria Standar Getaran Di Indonesia.......................... 49
3.8.4. Kriteria Australia Standar............................................. 49
IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 51
4.1. Lokasi Penelitian....................................................................... 51
4.2. Geometri Peledakan................................................................. 51
4.3. Karakteristik Bahan Peledak..................................................... 54
4.4. Hasil Pengukuran Aktual.......................................................... 54
4.5. Prediksi Getaran Tanah............................................................ 55
4.5.1 Menggunakan Persamaan Regresi Linier Berganda........ 55
4.5.2 Menggunakan Persamaan Bertha..................................... 55
V PEMBAHASAN.................................................................................. 56
5.1. Pengukuran Dengan Pendekatan Peak Particle Velocity..... 56
5.1.1 Perhitungan Regresi Linier Berganda.............................. 56
5.1.2 Penyimpangan PPV Teori Terhadap Aktual.................... 57
5.2. Prediksi Getaran Akibat Peledakan........................................... 57
5.3. Penentuan J arak Aman Berdasarkan KEPMEN....................... 58

x
5.4. Zona Aman Berdasarkan KEPMEN No.49 Tahun 1996.......... 59
5.5. Penentuan J arak Aman Berdasarkan Autralia Standar............. 59
VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 61
6.1 Kesimpulan ...... 61
6.2 Saran ........................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 62













xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Tambang Senakin Mine Project .................................. 6
2.2. Peta Geologi Regional Kotabaru ..................................................... 8
2.3. Pengupasan Top Soil ........................................................................ 12
2.4. Peledakan Overburden .................................................................... 13
2.5. Loading Point Batubara .................................................................. 14
3.1. Lintasan Gelombang.......................................................................... 19
3.2. Compact Texcel Monitor................................................................... 20
3.3. Tiga Arah Gelombang yang Ditangkap Sensor................................ 20
3.4. Getaran Berada diluar jangkauan (salah) ....................................... 21
3.5. Getaran Berada didalam jangkauan (benar) .................................... 21
3.6. Proses Pecahnya Batuan ............................................................... 23
3.7. Peubah Terkendali dan Tidak Terkendali rancangan Peledakan .... 25
3.8. Pengaruh Diameter Lubang Ledak bagi Tinggi Stemming ............. 27
3.9. Lubang Ledak Tegak dan Lubang Ledak Miring ......................... 29
3.10. Pola Pemboran .............................................................................. 30
3.11. Pengaruh Energi Peledakan terhadap pola Pemboran...................... 30
3.12. Geometri Peledakan.......................................................................... 31
3.13. Pengaruh Burden Terhadap hasil Peledakan..................................... 32
3.14. Pengaruh Spasi terhadap Fragmentasi............................................... 34
3.15. Pengaruh Waktu Tunda....................................................................... 40
3.16. Diagram Gelombang Getaran Dan Parameternya................................ 44
4.1 . Pola Peledkan Echelon......................................................................... 53
xii
5.1. Hubungan Antara J arak Dan Muatan Terbesar Dengan PPV.............. 58
5.2. Zona Aman Berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup...................... 59

xiii


DAFTAR TABEL




Halaman
2.1. Curah Hujan Di Senakin Mine Project ................................................ 5
2.2. Cadangan Batubara Mineable Di Senakin Mine Project ..................... 9
2.3. Kualitas Batubara Di Senakin Mine Project ......................................... 9
3.1. Mohs Hardness And Compressive Strenght ......................................... 24
3.2. Koreksi Posisi Lapisan Batuan dan Struktur Geologi .......................... 32
3.3. Stiffness Ratio dan Pengaruhnya .......................................................... 37
3.4. Tipe Kelompok Batuan ......................................................................... 48
3.5. Baku Tingkat Getaran Berdaarkan Dampak Keruakan ......................... 50
3.6. Australia Standar Vibration.................................................................... 50
4.1. J umlah Bahan Peledak Yang diGunakan.................. 54



1
BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
. Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Adaro Indonesia adalah
sistem tambang terbuka (Surface Mining) dengan metode " Strip mine " yang
kegiatan penambangannya meliputi : pembukaan lokasi tambang dan pembersihan
lahan, pengupasan lapisan penutup, penggalian dan pengangkutan batubara. Salah
satu kegiatan penambangan adalah pengupasan lapisan penutup dengan cara
pemboran dan peledakan.
Proses peledakan yang dilakukan PT.Thiess Contactor selama ini sering
terjadi ground vibration yang kecepatannya melebihi nilai ambang batas pada jarak
1200 7000 m dari pusat peledakan. Getaran tanah ini menimbulkan kerusakan dan
ketidaknyaman yang dirasakan oleh penduduk dari kampung sekitar daerah
penambangan. Dengan permasalahan tersebut maka diperlukan adanya penelitian
tentang besarnya pengaruh yang muncul akibat kegiatan peledakan.
1.2 Pembatasan Masalah
Permasalahan yang timbul dari penelitian ini di batasi pada:
1. Lokasi pengamatan dilakukan pada kegiatan peledakan dengan blasting
minitoring di Pit Manggis pada batuan Basalt.
2. Penulis tidak merubah geometri peledakan yang telah digunakan PT Thiess
Contractor.
3. Metode yang digunakan adalah teori George Bertha dan Persamaan Regeresi
Linier .
4. Tingkat getaran menggunakan kriteria Australia Standar 2187-1993.
5. Tingkat getaran menurut KEPMEN Lingkungan Hidup Nomer Kep 49/1996.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengukur ground vibration yang terjadi selama proses peledakan di Pit
Manggis PT.Thiess Contactor .


2
2. Membandingkan nilai peak particle velocity antara teori Persamaan Regresi
Linier Berganda dengan George Bertha (1990).
3. Menentukan jarak aman dari ground vibration.
4. Menentukan kriteria standar yang di gunakan.

1.4 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini tahapan/prosedur penelitian yang dilakukan
meliputi :
1. Studi Literatur :
Tujuan dilakukannya studi literatur adalah mencari data-data sekunder yang
akan dibutuhkan dalam pengolahan data. Data-data sekunder tersebut adalah :

- Lokasi dan Kesampaian daerah.
- Keadaan geologi dan karakteristik massa batuan.
- Teori geometri pemboran.
- Teori geometri peledakan.

2. Penelitian Lapangan
Penelitian di lapangan dilakukan untuk mendapatkan data primer yang
diperlukan guna kepentingan penelitian seperti :
- Data geometri Peledakan di uur dengan menggunakan alat meteran.
- Data getaran diukur dengan menggunakan alat Compact Texcel Monitor.
-Data total isian bahan peledak per hole dan total isian untuk seluruh lubang
ledak dalam satu atau lebih pattern.

3.Pengolahan dan Analisis Data
Mengolah data yang ada dengan perhitungan-perhitungan secara
teoritis.Menggunakan pendekatan regresi dan statistik. Sedangkan data
pengukuran getaran diolah dengan alat bantu yang membantu perhitungan
yaitu software Easy Link, ShootPlus. Berdasarkan hasil analisis tersebut
diperoleh beberapa alternatif pemecahan masalah.


3
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang di peroleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan masukan
kepada perusahaan dalam hal pelaksanaan peledakan yang aman.




4
BAB II
TINJAUAN UMUM


2.1. Lokasi Penambangan dan Kesampaian Daerah
Lokasi tambang batubara PT. Thiess Contractors Indonesia di Senakin dibagi
menjadi 2 bagian yaitu Tambang Senakin Timur (East Senakin Mine) dan Tambang
Senakin Barat (West Senakin Mine). Lokasi tambang Senakin meliputi beberapa desa
pada beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Klumpang Tengah dan Utara,
Kecamatan Sampanahan dan Kecamatan Pamukan Selatan. Semua kecamatan
tersebut berada di dalam wilayah Kabupaten Kotabaru Propinsi Kalimantan Selatan.
Untuk sampai ke lokasi penambangan dapat ditempuh dengan jalan darat dari
ibukota propinsi Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin ke Kotabaru selama 8 jam
melewati lokasi penambangan daerah Satui. Setelah sampai ke Kabupaten Kotabaru
dilanjutkan dengan perjalanan menggunakan Speed Boat sampai ke lokasi Tambang
Senakin yang memerlukan waktu 1 jam. Dapat juga ditempuh dengan jalur udara
dengan menggunakan pesawat terbang dari Kota Balikpapan selama 45 menit ke
Kotabaru dan dilanjutkan dengan menggunakan Speed Boat sampai ke lokasi dengan
menempuh waktu 1 jam. (lihat gambar 2.1)
2.2. Keadaan Iklim Dan Masyarakat
Secara geogafis letaknya yang tidak terlalu jauh dari garis Equator Senakin
mempunyai iklim tropis dimana terjadi musim hujan dan musim kemarau yang
bergantian setiap tahun. Berdasarkan data dari Enviromental department PT. Thiess
Contractors Indonesia Senakin mine project (2003-2008) menunjukkan bahwa curah
hujan rata-rata tahunan 216.80 mm per bulan (lihat tabel 2.1). Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan Maret sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus.
Masyarakat terdekat yang tinggal berjarak 1200m dan terjauh 7200m dari
wilayah pertambangan dan memiliki mata pencaharian utama sebagai petani dan
peladang dengan jumlah penduduk 312 jiwa. Dampak negatif adanya aktivitas
penambangan yaitu pengalihan fungsi lahan dari pertanian dan perkebunan menjadi
areal pertambangan. Akibatnya banyak petani dan peladang yang beralih profesi.



5

Sedangkan dampak positif yang dirasakan masyarakat yaitu mudahnya
masyarakat dalam memasarkan hasil bumi dikarenakan akses jalan yang mudah,
yang secara tidak langsung tersedia akibat kegiatan penambangan. Dampak positif
lainnya adalah meningkatnya pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan
kerja baru, terutama dalam bidang perdagangan, bengkel dan rumah makan, sehingga
peredaran uang di masyarakat meningkat.

Tabel 2.1
Curah Hujan Di Senakin Mine Project
Bulan
2003
(mm)
2004
(mm)
2005
(mm)
2006
(mm)
2007
(mm)
2008
(mm)
Rata-
rata
J anuari 299.50 294.00 325.50 255.65 287.34 192.50 275.75
Februari 189.50 255.50 252.00 296.63 330.10 179.50 250.54
Maret 260.00 332.00 453.75 240.14 216.40 177.75 280.01
April 230.00 157.00 349.00 255.00 215.00 143.75 224.96
Mei 330.50 232.50 257.50 245.75 151.80 232.25 241.72
J uni 368.50 80.00 96.50 563.38 406.50 154.25 278.19
J uli 205.50 95.50 31.75 124.90 610.25 387.00 242.48
Agustus 177.00 1.00 97.63 44.00 217.75 265.75 133.85
September 117.50 232.50 11.38 74.50 187.00 213.25 139.36
Oktober 136.50 126.50 239.78 116.40 63.75 - 136.59
November 335.00 142.50 220.75 136.14 163.95 - 199.67
Desember 335.00 142.50 220.75 136.14 158.00 - 198.48
Total 2984.50 2091.50 2556.29 2488.63 3007.84 1946.00 2601.58
Rata-rata 248.71 174.29 213.02 207.39 250.65 216.22 216.80




6


Gambar 2.1
Lokasi Tambang Senakin

2.3. Kondisi Geologi
2.3.1.Morfologi
Daerah perbukitan bergelombang terbentang di bagian utara senakin. Tinggi
elevasi berkisar antara 20m 250 m di atas muka air laut. Sungai-sungai yang
mengalir ke arah pantai umumnya berpola hampir paralel dan bersifat aktif.
Morfologi pedataran terbentang 5 10 km dari garis pantai ke arah daratan. Elevasi
<20 m di atas muka air laut. Daerah- daerah kubangan (cekungan) sering dijumpai
pada morfologi pedataran terebut.
Topografi di wilayah pesisir Kabupaten Kotabaru terdiri atas daerah morfologi
perbukitan, perbukitan bergelombang, dan morfologi pedataran. Morfologi
perbukitan berrelif tinggi terdapat di wilayah pesisir Pulau Laut, elevasi >70 m.
Morfologi perbukitan bergelombang elevasi 50m 100m terdapat di wilayah pesisir



7
Pulau Laut. Morfologi pedataran elevasi 20m 50m terdapat di kawasan daratan
pesisir <10 km dari garis pantai.

2.3.2.Stratigrafi
Pada Cekungan Kutai terdapat Formasi-Formasi batuan sedimen pembawa
lapisan batubara. Formasi batuan sedimen tertua yaitu Formasi Tanjung berumur
Eosen yang tidak selaras menindih alas-batuan berumur Pra-Tersie. Formasi Tanjung
terdiri atas batuan sedimen klastika kontinen yang berselingan dengan material laut
dan napal. Batuan sedimen dari Formasi Tanjung ini diendapkan selama tahap awal
terjadinya transgresi laut Tersier. Formasi Tanjung ini ditindih selaras Formasi
Berai/Pemaluan yang berumur Miosen Bawah.
Formasi Berai terdiri atas lapisan tebal batugamping, masif, berwarna abu-abu
terang, terdapat moluska dan koral. Sebaran Formasi Berai ini menerus ke arah
selatan pada Anak Cekungan Asam-Asam di Kalimantan Selatan.
Formasi Warukin diendapkan selama proses regresi, menindih Formasi Berai.
Formasi Warukin berumur Miosen Tengah hingga Miosen Atas yang umumnya
terdiri atas batuan sedimen klastik berbutir halus, batulempung dan sedikit batulanau
dan batupasir, serta lapisan batubara.
Pada Kala yang lebih muda diendapkan secara tidak selaras Formasi Dahor
berumur Plio-Plistosen. Formasi Dahor terdiri atas batu pasir dan sedikit batuan
sedimen klastik berbutir halus, serta lapisan lignit. Formasi Dahor ditindih oleh
sedimen kuarter berupa sedimen klastik hasil rombakan batuan sebelumnya.
2.3.3 Struktur Geologi
Daerah kabupaten Kotabaru termasuk dalam anak cekungan Asam-Asam dan
anak cekungan Pasir. Keduanya merupakan anak cekungan Barito dan cekungan
Kutai. Batuan tertua yang terdapat di kabupaten Kotabaru adalah kelompok batuan
yang diperkirakan berumur J ura yang terdiri dari batuan ultramafik, batuan malihan,
batuan bancuh, dan Rijang Radiolaria. Secara tidak selaras di atas kelompok batuan
berumur J ura tersebut diendapkan.



8


Gambar 2.2
Peta Geologi Regional


Struktur geologi yang terdapat di wilayah Kabupaten Kotabaru terdiri dari sesar
naik, sesar geser, sesar normal dan lipatan. Sesar naik umumnya mempunyai arah
dari Utara - Selatan hingga Barat daya Timur laut. Arah sesar bervariasi dari Timur
laut Barat daya hingga Barat laut Tenggara.Deposit Sangsang dan Sepapah yang
ditambang berada pada bagian Barat sayap antiklin sedangkan deposit Senakin
Timur berada di sayap sebelah Barat. Sudut kemiringan dari slope bervariasi antara 5
sampai 15 derajat. Untuk tujuan penambangan dan perdagangan seam batubara
Senakin dibagi menurut kandungan sulphur setiap level yang berbeda di dalam seam.
Kemiringan (dip) dari layer sedimen rata-rata N15
0
E. Struktur geologi berupa sesar
normal minor ditemukan di Pit manggis .
2.4. Cadangan dan Kualitas Batubara di Daerah Senakin
2.4.1. Cadangan Batubara
Data jumlah cadangan insitu batubara yang dikerjakan oleh PT. TCI dibeberapa
pit sampai bulan November 2009 adalah sebesar 28.303.061 ton dengan total waste
283.308.186 ton (lihat tabel II.2).



9
Tabel 2.2
J umlah Cadangan Mineable Batubara
Di Senakin Mine Project
PIT Waste coal SR
Pit 2-7 cutback 127,149,765 10,849,016 11.72
pit 15 18,469,778 1,641,700 11.25
pit 16 1,630,644 243,106 6.71
pit manggis 69,870,117 5,740,220 12.17
pit 18 13,616,060 1,297,220 10.5
pit 20 52,571,822 8,531,799 6.16
Total 283,308,186 28,303,061 10.01

2. 4.2 Kualitas Batubara
J enis batubara yang ditambang oleh PT. TCI di tambang batubara Senakin
mine project termasuk dalam peringkat batubara bituminous. Berdasarkan hasil
proximate analisis (air dried basis) di laboratorium dapat diketahui besarnya
kandungan nilai inherent moisture, abu, volatile matter, total sulphur, fixed carbon,
dan gross caloric value batubara yang dihasilkan dari Senakin mine project (lihat
tabel II.3)

Tabel 2.3
Kualitas Batubara Di Senakin MINE PROJECT
Komponen Nilai
Total moisture(ar) 11,00 %
Inherent moisture(adb) 4,50 %
Ash (adb) 12,00 %
Volatile matter, (adb) 41,50 %



10
Total sulphur (adb) 1,00 %
Fixed carbon (adb) 42,00 %
Gross calorific value (adb) 6.700 Kcal/kg

2.5. Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan batubara yang dilakukan oleh PT. Thiess Contractors
Indonesia berlangsung pada Tambang Senakin Timur. Tambang Senakin Timur
dibagi menjadi beberapa Pit. Pit yang sedang melakukan kegiatan penambangan pada
bulan November 2009 adalah pit 2, pit 15, pit16 dan pit Manggis. Masing masing pit
dibagi menjadi beberapa blok. Masing-masing blok mempunyai kegiatan yang
berbeda. Seperti pada Pit 16 Tambang Senakin Timur, ada sebagian blok yang
sedang melakukan kegiatan pembongkaran lapisan tanah penutup dan penggalian
batubara sedangkan pada blok lain ada yang masih dalam kegiatan penyiapan lahan.
Secara umum kegiatan penambangan batubara oleh PT. Thiess Contractors Indonesia
pada Tambang Senakin Timur meliputi :
1. Penyiapan Lahan
Sebelum melakukan kegiatan pembongkaran dan penggalian material penutup,
kegiatan pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan lahan yang akan ditambang.
Proses penyiapan lahan yang Akan ditambang pada lokasi Tambang Senakin Timur
oleh PT. Thiess Contractors Indonesia dibagi menjadi 2 tahap. Tahap awal adalah
Pembersihan lahan (Land Celaring) dari pepohonan dan semak-semak. Pembersihan
lahan adalah kegiatan membersihkan daerah yang akan ditambang dari pepohonan
dan semak semak. Tujuan utama dari pembersihan lahan yaitu untuk memudahkan
alat muat mengambil lapisan tanah paling atas (topsoil). PT. Thiess Contractors
Indonesia dalam melakukan kegiatan pembersihan lahan mempunyai 2 macam cara,
yaitu :

a.Pembersihan lahan dengan menggunakan Alat Mekanis
Alat mekanis yang digunakan pada kegiatan pembersihan lahan Tambang
Senakin Timur yaitu Bulldozer dan Excavator. Bulldozer berfungsi untuk meratakan



11
semak-semak dan mendorong pepohonan pada permukaan yang relatif datar,
sedangkan Excavator mempunyai fungsi yang sama, hanya saja biasanya dipakai
pada permukaan yang lebih curam. Untuk penebangan pohon, diameter pohon yang
bisa didorong oleh alat mekanis maksimal 300 mm.
Cara penebangan pohon oleh alat mekanis (Bulldozer/Excavator) yaitu
dengan mendorong pohon ke arah condongnya pohon (arah kemiringan pohon).
Proses pendorongannya dilakukan dengan cara menuruni lereng dari bagian atas
sampai ke bagian bawah lereng. Setelah pohon tumbang, semak-semak dibersihkan
dan diratakan, kemudian lubang bekas pohon yang ditumbangkan diisi kembali dan
diratakan seperti permukaan tanah semula.

b.Penebangan pohon menggunakan gergaji kayu (Chainsaw)
Untuk pohon yang berukuran besar dengan diameter lebih dari 300 mm,
penebangan dilakukan dengan cara menggergaji pohon yang dilakukan oleh pekerja
lokal (masyarakat sekitar tambang) yang dikontrak oleh perusahaan. Pohon-pohon
yang berdiameter lebih dari 300 mm hanya boleh ditebang oleh regu penggergaji
yang sudah berpengalaman dan dikontrak oleh perusahaan.

Tahap selanjutnya adalah pembuatan kolam pengendapan (Sediment Pond).
Dengan membuat kolam pengendapan di desain sedemikian rupa sehingga aliran air /
limbah dari tambang (lahan terbuka, timbunan tanah penutup, stockpile, dll.) masuk
ke dalam kolam pengendapan. Kolam pengendapan berfungsi sebagai pengendap
lumpur dan penetralisir air yang berasal dari kegiatan penambangan sebelum
dilepaskan ke sungai. Tingkat keasaman air dalam Kolam Pengendapan rutin
diperiksa untuk memastikan kisaran pH antara 6 sampai 9. Untuk proses penetralan
apabila pH asam, dilakukan dengan penambahan kapur atau tawas sesuai dengan
kebutuhan.

2. Pengupasan lapisan tanah pucuk(topsoil)
Setelah melakukan kegiatan penyiapan lahan, kemudian dilanjutkan dengan
pengupasan lapisan tanah pucuk. Ketebalan lapisan tanah penutup pada Tambang
Senakin berkisar 1 sampai 3 meter. Lapisan topsoil merupakan lapisan tanah



12
penutup paling atas. Lapisan tanah pucuk digunakan sebagai lapisan tanah penutup
yang paling atas saat kegiatan reklamasi dan saat penutupan ulang lubang bekas
galian batubara.

Gambar 2.3
Pengupasan Topsoil


Lapisan topsoil pada Tambang Senakin dikupas dengan bantuan bulldozer dan
dimuat oleh Hydraulic Excavator ke dalam Dump truck. Excavator yang digunakan
adalah Hitachi tipe EX 1900 (Shovel) dan excavator Liebherr tipe R 994-200.
Topsoil yang sudah dikupas kemudian dimuat ke dalam Dump truck oleh excavator.
Setelah dimuat kemudian diangkut ke tempat penimbunan lapisan tanah penutup
(Topsoil Stock). Topsoil Stock berfungsi sebagai penampung semua tanah penutup
yang sudah dikupas, sehingga apabila diperlukan kembali akan mudah untuk didapat.
Selain ke tempat penimbunan, lapisan tanah penutup juga ada yang langsung disebar
ke lokasi reklamasi.
3.Pembongkaran Lapisan Tanah Penutup
Setelah topsoil dikupas, tahapan selanjutnya adalah pengupasan dan
pembongkaran lapisan tanah penutup (Overburden). Lapisan tanah penutup dibagi
menjadi 2 yaitu lapisan tanah penutup yang lunak dan lapisan tanah penutup yang
keras. Lapisan tanah penutup yang terdapat setelah lapisan tanah penutup atas adalah
lapisan tanah penutup yang lunak. Lapisan tanah penutup yang lunak(topsoil) mudah
dikupas sehingga tidak memerlukan aktivitas peledakan.
Lapisan tanah penutup selanjutnya adalah lapisan tanah penutup yang keras.
Lapisan tanah penutup yang keras adalah lapisan tanah penutup yang paling dekat



13
dengan lapisan batubara. Kegiatan pembongkaran lapisan tanah penutup yang keras
dilakukan dengan peledakan, setelah diledakkan lapisan tanah penutup yang keras
akan mudah untuk dimuat oleh alat mekanis.
Kegiatan peledakan pembongkaran lapisan tanah penutup pada Tambang
Senakin dilakukan oleh PT. ORICA sebagai subkontraktor Peledakan PT. Thiess
Contractors Indonesia. Sebelum kegiatan peledakan terlebih dahulu dilakukan
pemboran (drilling) lubang ledak. Untuk proses pembuatan lubang ledak dengan
Mesin bor dilakukan oleh PT. Thiess Contractors Indonesia dengan menggunakan
mesin bor Ingersoll Rand tipe DM50E berjumlah 2 unit dengan kapasitas pemboran
58 m/jam. Untuk lubang ledak kedalamannya rata-rata 16 meter per lubang dengan
total kedalaman lubang bor 400 m/hari dan 2800 m/minggu dan jumlah bahan
peledak yang digunakan 487.5 kg/m per lubang ledak dengan tingkat getaran tanah
tertinggi 5,61mm/s pada jarak 1540m . Setelah lubang ledak dibuat, kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan pengisian (Charging)
bahan peledak pada lubang ledak. Untuk proses pengisian lubang ledak sampai
peledakan dilakukan dilaksanakan oleh PT. ORICA.


Gambar 2.4
Peledakan Overburden


Alat mekanis yang digunakan untuk menggali dan memuat lapisan tanah
penutup pada Tambang Senakin yaitu Excavator Hitachi tipe EX-3600 dan
Excavator Liebherr dan 9350 (Backhoe). Untuk proses pengangkutannya



14
menggunakan dump truck Caterpillar tipe 785C dengan kapasitas maksimal 150 ton,
dump truck Caterpillar tipe 777D dengan kapasitas maksimal 110 ton. Semua dump
truck yang digunakan merupakan tipe Rear Dump Truck (RDT.

3. Penambangan Lapisan Batubara
Penambangan batubara pada Tambang batubara Senakin adalah kegiatan
pengambilan batubara dari tambang kemudian diangkut ke tempat penimbunan
batubara (ROM Stock), diangkut ke pencucian (Jig Wash Plant/Dense medium Plant)
dan kemudian diangkut ke product load out (Sembilang/Sungai Tawar Port).Karena
lapisa batubara yang relatif keras maka sebelum digali oleh excavator perlu
dilakukan ripping terlebih dahulu menggunakan Bulldozer Caterpillar tipe D10.
Selain untuk ripping batubara, bulldozer juga digunakan untuk mengumpulkan
batubara yang tercecer dan perbaikan loading point batubara. Untuk penggalian dan
pemuatan batubara ke dump truck digunakan excavator Hitachi tipe EX 1200
(Backhoe) (lihat gambar 2.5).

Gambar 2.5
Loading Point Batubara

Sedangkan untuk alat angkut dari loading point batubara menuju ROM stock
digunakan Dump Truck Caterpillar tipe 773E (Cambuna) dengan kapasitas muatan
maksimal 60 ton. Pengapalan batubara (barging) hasil penambangan dari tambang



15
batubara Senakin dilakukan di Port Sembilang dan Air Tawar II dengan
menggunakan barged dengan kapasitas antara 3000 ton sampai 8000 ton dan
operasionalnya menjadi tanggung jawab PT. Arutmin Indonesia sebagai owner dan
selanjutnya di bawa ke North Pulau Laut Coal Terminal di Kotabaru dan siap di
ekspor.
4. Kegiatan Reklamasi
Reklamasi adalah usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan
vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat usaha pertambangan dan
energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Aktivitas
reklamasi yang dilakukan oleh PT. Thiess Contractors Indonesia dibagi menjadi
beberapa tahapan antara lain: Penghalusan lahan (smoothing), pembentukan lahan
(regreding), penyebaran lapisa tanah pucuk, pembuatan gradient channel,
penyebaran cover crop, penanamam pohon (revegetation) dan pemeliharaan.
Penghalusan lahan adalah proses menghaluskan lahan bekas aktivitas
penambanga di area bekas dumping point. Alat yang digunakan adalah Bulldozer
kecil yaitu Bulldozer Caterpillar tipe D7G untuk melakukan aktivitas smoothing.
Pembentukan lahan dilakukan setelah penghalusan lahan selesai.
Setelah kegiatan smoothing selesai kemudian dilanjutkan dengan aktivitas
penyebaran lapisan tanah pucuk pada area yang akan direklamasi. Tanah pucuk
tersebut berasal dari Stock Topsoil dan dari kegiatan pengupasan tanah pucuk secara
langsung. Tahapan selanjutnya adalah pembuatan Gradient Channel sebagai tempat
mengalirnya air pada area yang akan direklamasi dengan membuat paritan
memanjang dengan kemiringan tertentu supaya aliran air hujan tidak menghanyutkan
topsoil yang sudah disebarkan. Setelah topsoil disebarkan secara merata dilanjutkan
dengan penanaman Cover crop. Cover crop adalah sejenis kacang-kacangan yang
dapat tumbuh cepat menutupi areal terbuka. Penanaman cover crop pada daerah yang
terbuka dilakukan sebagai perlindungan untuk mengurangi jumlah lapisan yang
terbawa air.
Pohon yang ditanam pada kegiatan reklamasi Tambang Senakin oleh PT.
Thiess Contractors Indonesia dibagi 2 macam yaitu tanaman cepat tumbuh (fast
growing) dan tanaman multi guna (Multi Purpose). J enis pohon yang tergolong



16
tanaman cepat tumbuh yang dipakai dalam proses revegetasi adalah Akasia (Acacia
Mangium), Sengon Laut (Paraserianthes Falcataria), Sungkai (Peronema
Canescens) dan Gmelina (Gmelina Arborea). Sedangkan tanaman yang tergolong
tanaman multi guna yang ditanam adalah Karet, Kecapi, Rambutan, Durian, Nangka,
Cempedak, dan lain-lain. Untuk pemeliharaan tanaman aktivitas yang dilakukan
antara lain; pemupukan tanaman pada umur 2 minggu, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12
bulan dan 18 bulan, pembersihan tanaman pengganggu/ pesaing, penyiangan
dilakukan sampai tanaman umur 6 bulan, pemangkasan cabang/ranting yang tidak
perlu, inspeksi tanaman bila diperlukan.



17
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. GETARAN TANAH (GROUND VIBRATION)
3.1.1. Pengertian Getaran Tanah (Ground Vibration)
Getaran Tanah (Ground Vibration) adalah gerakan bumi yang terjadi akibat
perambatan gelombang seismik di bawah tanah. Kegiatan peledakan selalu
menghasilkan gelombang sismik. Tujuan peledakan umumnya untuk memecahkan
batuan. Kegiatan ini membutuhkan sejumlah energi yang cukup sehingga melebihi
atau melampaui kekuatan batuan atau melampaui batas elastis batuan.Apabila hal
tersebut terjadi maka batuan akan menjadi pecah.Proses pemecahan batuan akan
terus berlangsung ,sampai energi yang di hasilkan bahan peledak makin lama makin
berkurang,dan menjadi lebih kecil dari kekuatan batuan.Sehingga proses pemecahan
batuan terhenti,dan energi yang tersisa akan menjalar melalui batuan,karena masih
dalam batas elastisitasnya.Hal ini akan menghasilkan gelombang seismik.

Tingkat getaran dipengaruhi oleh 2 faktor utama yaitu : Jumlah bahan
peledak / waktu tunda (Charge Weight Per Delay), Jarak Pengukuran. Semakin
banyak bahan peledak maka semakin tinggi nilai kecepatan partikel puncak,dan
semakin jauh jarak pengukuran peledakan maka semakin rendah nilai partikel
puncak.
Dengan menggunakan uji berbagai scale distance disuatu daerah maka akan
diperoleh persamaan yang akan digunakan untuk memperkirakan tingkat getaran
yang akan terjadi.

Dalam teori getaran ada tiga macam gelombang yaitu:
1. Gelombang tekan (compressive wave) adalah gelombang yang
menghasilkan pemadatan dan pemuaian pada daerah yang sama dengan
arah perambatan gelombang.
2. Gelombang geser (shear wave) adalah gelombang yang melintang
(transversal) yang bergerak tegak lurus pada arah perambatan gelombang.


18
3. Gelombang permukaan (surface wave) adalah gelombang yang merambat
diatas permukaan batuan tetapi tidak menembus batuan.
Ketiga jenis gelombang getar tersebut dapat dikelompokkan dalam
gelombang badan dan gelombang permukaan.
Gelombang badan merambat melalui tubuh dari batuan atau tanah. Salah satu
jenis gelombang badan adalah P-Waves yang menyebabkan tekanan/pemuaian pada
arah perambatan gelombang.
3.1.2. Gelombang Seismik
Gelombang seismik menggambarkan getaran tanah dilokasi penerima.
Getaran tanah merupakan akibat dari gelombang badan dan gelombang permukaan
yang yang ada dalam kulit bumi dengan lintasan yang berbeda.
Walaupun gelombang seismik memperlihatkan waktu tiba yang berbeda,
tetapi waktu tiba yang paling mudah untuk dikenal adalah waktu tiba dari gelombang
yang tiba lebih awal.
Lintasan tempuh gelombang didalam kulit bumi pada umumnya di bagi
menjadi tiga yaitu:

1. Lintasan gelombang langsung
2. Lintasan gelombang pantul
3. Lintasan gelombang bias

Pemantulan dan pembiasan terjadi jika gelombang merambat melalui bidang
antara dua material yang berbeda densitas dan karakteristiknya.
Terjadinya pemantulan dan pembiasan dipengaruhi oleh kecepatan rambat
gelombang dalam medium yang besarnya sama dengan sudut datang gelombang.
Pemantulan terjadi jika gelombang datang dari medium dengan cepat rambat lebih
besar dan dengan sudut yang datang lebih besar dar sudut datang kritis. Sudut datang
kritis adalah sudut datang yang mana sudut biasnya 90. Pada sudut 90 gelombang
akan dibiaskan dengan sudut 0, dengan kata lain gelombang akan di pantulkan tanpa
penyimpangan ke arah semula.


19

Gambar 3.1
Lintasan Gelombang Langsung,Bias dan Pantul
3.1.3 Persamaan Gelombang
Analisa seismik diperlukan untuk mengetahui besarnya parameter getaran
sehingga dapat diperkirakan tingkat getaran yang mungkin terjadi akibat adanya
gelombang seismik. Analisa ini dapat dilakukan berdasarkan persamaan gerak,
perambatan gelombang dan spektrum respon. Parameter yang ditentukan adalah
perpindahan (), kecepatan (v), percepatan (a) dimana V = 2 a f.
3.2. Peralatan Yang Di Gunakan
3.2.1. Compact Texcel Monitor
Alat yang digunakan untuk mengukur getaran peledakan di lapangan adalah
Compact TexcelMonitor (gambar 3.1). Alat ini memiliki tiga saluran yang terdiri dari
saluran perekam getaran yang ditimbulkan dari hasil peledakan yang terdiri dari tiga
komponen gerakan batuan pada arah transversal, vertical, dan longitudinal (Radial).
Saluran kedua adalah saluran yang digunakan untuk merekam airblast yang
ditimbulkan selama proses peledakan, saluran ketiga adalah saluran untuk
mengkoneksikan alat ke komputer/laptop (output data hasil rekaman baik itu dari
hasil getaran maupun hasil suara ledakan).
Alat ini terdiri dari:
1. Geophone
2 Microphone (Sound level meter)
3 Monitor


20

Gambar 3.2
Compact Texcel Monitor
Prinsip kerja geophone adalah mengubah masukan yang berupa getaran tanah
menjadi gaya pegas/sinyal listrik (tergantung jenis geophone yang di pakai) sehingga
di peroleh keluaran berupa angka.


Tanggapan Alat

Getaran
Frekuensi


Gambar 3.3
Getaran Berada Di Luar Jangkauan (Salah)



Tanggapan Alat

Getaran

Frekuensi

Gambar 3.4
Getaran Berada Di Dalam Jangkauan (Benar)







S
i
m
p
a
n
g
a
n








S
i
m
p
a
n
g
a
n



21

3.3. Mekanisme Pecahnya Batuan
Proses pemecahan batuan dibagi menjadi 3 (tiga) tahap :
a) Proses pemecahan tahap I (Dinamic Loading)
Pada saat bahan peledak meledak, tekanan tinggi yang ditimbulkan akan
menghancurkan batuan di daerah sekitar lubang tembak. Terjadi gelombang
kejut (shock wave) yang merambat dengan kecepatan 2.750-5.200 ft/det dan
akan mengakibatkan tegangan tangensial (tangensial stress) yang
menimbulkan rekahan radial (radial crack) yang menjalar dari daerah lubang
tembak. Rekahan radial pertama terjadi dalam waktu 1-2 ms.
b) Proses Pemecahan tahap II (Quo-static Loading)
Tekanan akibat gelombang kejut yang meninggalkan lubang tembak
pada proses pemecahan tahap I adalah positif. Apabila gelombang kejut
mencapai bidang bebas (free face), gelombang tersebut akan dipantulkan.
Bersamaan dengan itu tekanannya akan turun dengan cepat dan kemudian
akan berubah menjadi negatif, serta menimbulkan gelombang tarik (tension
wave) yang akan merambat kembali di dalam batuan. Oleh karena ketahanan
batuan terhadap kuat tarik lebih kecil daripada kuat tekan, maka akan terjadi
rekahan-rekahan karena tegangan tarik (tensile stress) cukup kuat sehingga
menyebabkan terjadinya scabbing atau spalling pada bidang bebas.
Dalam proses pemecahan tahap I dan II fungsi dari energi yang
ditimbulkan oleh gelombang kejut adalah membuat sejumlah pecahan-
pecahan kecil pada batuan. Secara teoritis jumlah energi gelombang kejut
hanya berkisar antara 5-15 % dari energi total bahan peledak. Jadi gelombang
kejut tidak secara langsung memecahkan batuan, tetapi mempersiapkan
kondisi batuan untuk proses pemecahan tahap akhir.
c) Proses Pemecahan tahap III (Release of Loading)
Proses ini merupakan tahap terakhir dari pemecahan batuan. Dengan
pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas hasil peledakan, rekahan
radial utama (tahap II) akan diperlebar/diperbesar secara cepat oleh efek
kombinasi dari tegangan tarik yang disebabkan kompresi radial dan


22
pembajian. Apabila massa di depan lubang tembak gagal mempertahankan
posisinya dan bergerak ke depan, maka tegangan tekan tinggi yang berada
dalam batuan akan dilepaskan seperti spiral kawat yang ditekan kemudian
dilepaskan. Akibat pelepasan tegangan tekan ini akan menimbulkan tegangan
tarik yang besar di dalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang
melengkapi proses pemecahan batuan yang sudah dimulai pada tahap II.
Rekahan yang terjadi dalam proses pemecahan tahap II merupakan bidang-
bidang lemah yang membantu fragmentasi utama pada proses peledakan.
Umumnya batuan akan pecah secara alamiah mengikuti bidang-bidang yang
lemah, seperti kekar dan bidang perlapisan.
Secara singkat, proses pecahnya batuan saat peledakan pada dasarnya
mengalami beberapa tahap, yaitu dimulai dengan membesarnya lubang ledak
yang disebabkan oleh tekanan ledakan dari bahan peledak. Pada tahap
selanjutnya, energi ledakan akan menuju bidang bebas terdekat sambil
melakukan tekanan terhadap batuan di sekitarnya. Pada tahap terakhir, energi
ledakan tersebut dipantulkan kembali oleh bidang bebas dan menekan
permukaan batuan dengan tekanan yang melebihi kuat tarik dari batuan
tersebut sehingga batuan menjadi pecah (Gambar 3.5).


















Gambar 3.5
Proses Pecahnya Batuan



23

3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Usaha Perancangan
Peledakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan peledakan dapat dikelompokkan
dalam dua kategori, yaitu peubah yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable
variable) dan peubah yang dapat dikendalikan.
3.4.1. Faktor yang Tidak Dapat Dikendalikan
3.4.1.1. Karakteristik Masa Batuan
Dalam kegiatan pemboran dan peledakan, karakteristik massa batuan yang
perlu diperhatikan yaitu kekerasan/kekuatan batuan, elastisitas dan plastisitas batuan,
abrasivitas batuan dan kecepatan perambatan gelombang pada batuan.
a) Semakin tinggi tingkat kekerasan batuan, maka akan semakin sukar batuan
tersebut untuk dihancurkan (Tabel 3.1), demikian juga dengan batuan yang
memiliki kerapatan tinggi. Sehingga semakin berat massa suatu batuan, bahan
peledak yang dibutuhkan untuk membongkar atau menghancurkan batuan
tersebut akan lebih banyak.
Tabel 3.1
Moh's Hardness dan Compressive Strength

Hardness Moh's MPa (MN/m
2
)
Extremely Hard > 7 > 200
Hard 6 7 120 200
Medium Hard 4,5 6 60 120
Qiute soft 3 4,5 30 60
Soft 2 3 10 30
Extremely soft 1 2 < 10



24
b) Elastisitas batuan adalah sifat yang dimiliki batuan untuk kembali ke bentuk
atau keadaan semula setelah gaya yang diberikan kepada batuan tersebut
dihilangkan. Secara umum batuan memiliki sifat elastis fragile yaitu batuan
dapat dihancurkan apabila mengalami regangan yang melewati batas
elastisitasnya. Sedangkan plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang
mengizinkan deformasi permanen setelah regangan dikembalikan ke kondisi
awal, dimana batuan tersebut belum hancur.
c) Abrasifitas batuan merupakan suatu parameter batuan yang mempengaruhi
keausan (umur) dari mata bor yag digunakan untuk melakukan pemboran pada
batuan tersebut.
d) Kecepatan perambatan gelombang pada setiap batuan berbeda. Secara teoritis
semakin tinggi kecepatan rambat gelombang pada suatu batuan, maka
diperlukan bahan peledak yang memiliki energi yang tinggi pula agar dapat
menghancurkan batuan tersebut.


Gambar 3.6
Peubah Terkendali dan Tidak Terkendali dalam Rancangan Peledakan


25
3.4.2. Peubah yang Dapat Dikendalikan
Adalah faktor-aktor yang dapat dikendalikan oleh kemampuan manusia
dalam merancang suatu peledakan untuk memperoleh hasil peledakan yang
diharapkan. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu :
a). Geometri, meliputi diameter lubang ledak, panjang isian, burden, spasi, stemming
dan lain-lain
b). Bahan peledak, meliputi tipe bahan peledak, kekuatan, energi, sistim penyalaan
dan lain-lain
c) Waktu, meliputi waktu tunda dan urutan penyalaan
3.4.2.1. Geometri Pemboran
Geometri pemboran meliputi diameter pemboran, kemiringan pemboran dan
pola pemboran.

a) Diameter pemboran
Diameter lubang ledak merupakan parameter yang penting dalam
merancang suatu peledakan karena akan mempengaruhi geometri peledakan.
Pemilihan ukuran lubang ledak secara tepat pada suatu rancangan peledakan akan
memberikan dua bagian penilaian. Bagian pertama yaitu mempertimbangkan
efek dari ukuran lubang ledak terhadap fragmentasi, suara ledakan, batu terbang
dan getaran tanah, sedangkan bagian kedua adalah mempertimbangkan faktor
ekonominya.
Bila diameter lubang ledak terlalu kecil, maka faktor energi yang dihasilkan
akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan yang akan
diledakkan, sedangkan bila diameter lubang ledak terlalu besar akan
mengakibatkan besarnya fragmentasi batuan dan akan menimbulkan efek
peledakan yang maksimal terhadap lingkungan.
Ukuran diameter lubang ledak yang akan dipilih akan tergantung pada:
1. Volume massa batuan yang akan dibongkar (volume produksi)
2. Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
3. Tingkat fragmentasi yang diinginkan
4. Alat muat yang digunakan


26
Diameter lubang ledak juga mempengaruhi panjang stemming. Untuk
menghindari getaran maupun batuan terbang (flyrock), apabila lubang ledak
berdiameter besar maka stemming harus panjang sedangkan jika lubang ledak
berdiameter kecil maka stemming menjadi pendek .
b) Kemiringan lubang ledak
Kemiringan lubang ledak secara teoritis ada dua, yaitu lubang ledak tegak dan
lubang ledak miring (Gambar 3.7). Pada rancangan peledakan yang menerapkan
lubang ledak tegak, gelombang tekan yang dipantulkan oleh bidang bebas lebih
sempit sehingga kehilangan gelombang tekan akan cukup besar pada lantai
jenjang bagian bawah. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya tonjolan pada lantai
jenjang (toe remnant). Sedangkan pada peledakan dengan lubang ledak miring
akan membentuk bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah
proses pecahnya batuan dan kehilangan gelombang tekan pada lantai jenjang
menjadi lebih kecil.
Keuntungan dan kerugian dari penggunaan kedua sistem tersebut adalah
sebagai berikut:
Untuk lubang ledak tegak.
Keuntungannya adalah :
- Pemboran dapat dilakukan dengan lebih mudah dan lebih akurat
- Untuk tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang ledak tegak akan lebih
pendek jika dibanding dengan lubang ledak miring
- Lemparan batuan lebih sedikit
Kerugiannya adalah :
- Kemungkinan timbulnya tonjolan pada lantai jenjang (remnant toe) besar
- Kemungkinan timbulnya retakan ke belakang jenjang (backbreak) dan
getaran tanah (ground vibration) lebih besar
- Fragmentasi kurang bagus terutama pada daerah stemming
- Penghancuran disepanjang lubang tidak merata
Untuk lubang ledak miring
Keuntungannya adalah :
- Fragmentasi dari tumpukan hasil peledakan yang dihasilkan lebih baik


27
- Dinding jenjang dan lantai jenjang yang dihasilkan relatif lebih rata
- Mengurangi terjadinya pecah berlebihan pada batas baris lubang ledak bagian
belakang (back break)
- Powder factor lebih rendah, karena gelombang kejut yang dipantulkan untuk
menghancurkan batuan pada lantai jenjang lebih efisisen
- Produktifitas alat muat tinggi karena tumpukan hasil peledakan (muckpile)
lebih rendah dan seragam
- Mengurangi terjadinya longsoran
Kerugiannya adalah :
- Kesulitan dalam penempatan sudut kemiringan yang sama antar lubang
ledak serta dibutuhkan lebih banyak ketelitian dalam pembuatan lubang
ledak, sehingga membutuhkan pengawasan yang ketat
- Mengalami kesulitan dalam pengisian bahan peledak
- Pada pemboran lubang ledak dalam, sudut deviasi yang dibentuk akan
semakin besar
- Biaya operasi besar
















Gambar 3.7
Lubang Ledak Tegak dan Lubang Ledak Miring


28

c) Pola Pemboran
Pada umumnya ada dua macam pola pemboran lubang ledak, yaitu pola
pemboran sejajar (paralel) dan pola pemboran selang-seling (staggered).
Pola pemboran sejajar adalah pola dengan penempatan lubang bor yang
sejajar pada setiap kolomnya, sedangkan pola pemboran selang-seling adalah
pola dengan penempatan lubang bor secara berselang-seling pada setiap
kolomnya.
Pola pemboran sejajar merupakan pola yang lebih mudah diterapkan
dilapangan, tetapi perolehan fragmentasi batuannya kurang seragam.
Sedangkan pola pemboran selang-seling lebih sulit penanganannya di lapangan
namun fragmentasi batuannya lebih baik dan seragam, hal ini disebabkan
karena distribusi energi peledakan yang dihasilkan lebih optimal bekerja dalam
batuan.





















Gambar 3.8
Pola Pemboran


29













Gambar 3.9
Pengaruh Energi Peledakan pada Pola Pemboran



3.4.2.2. Geometri Peledakan
Yang dimaksud dengan geometri peledakan adalah besaran-besaran yang
menentukan keberhasilan dari operasi peledakan, yaitu burden, spasi, stemming,
subdrilling, kedalaman lubang ledak, panjang isian dan tinggi jenjang
(lihat Gambar 3.10)

Gambar 3.10
Geometri Peledakan


Perhitungan geometri peledakan menurut Konya (1990) tidak hanya
mempertimbangkan faktor bahan peledak, sifat batuan dan diameter lubang ledak,
tetapi juga memperhatikan faktor koreksi terhadap posisi lapisan batuan, keadaan
struktur geologi serta koreksi terhadap jumlah lubang ledak yang diledakkan.


30
a) Burden
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak terhadap bidang bebas
terdekat dan merupakan arah pemindahan batuan (displacement) akan terjadi.
Jarak burden yang baik adalah jarak yang memungkinkan energi ledakan dapat
secara maksimal bergerak keluar dari kolom isian menuju bidang bebas, dan
dipantulkan kembali dengan kekuatan yang cukup untuk melampaui kuat tarik
batuan sehingga akan terjadi penghancuran batuan. Dengan demikian pecahnya
batuan yang terjadi dapat sesuai dengan fragmentasi batuan yang direncanakan
dengan mengupayakan sekecil mungkin terjadinya batu terbang (flyrocks),
bongkah dan retaknya batuan pada batas akhir jenjang.
Pada Gambar 3.11 memperlihatkan lubang tembak jauh dari free face,
sehingga peledakan hanya menghancurkan bagian disekitar lubang tembak saja.
Semakin dekat lubang tembak dengan free face, maka retakan yang terjadi
semakin banyak sehingga dapat memecahkan batuan sekaligus mendorongnya
membentuk tumpukan yang akan memudahkan proses pemuatan hasil peledakan
, tetapi apabila lubang tembak terlalu dekat dengan free face , batuan akan sangat
terpecahkan, terlempar dan akan menyebabkan flyrocks, tersebar luas sehiggga
akan menyulitkan proses sesudahnya.













Gambar 3.11
Pengaruh Burden Terhadap Hasil Peledakan


31


Tabel 3.2
Koreksi Posisi Lapisan Batuan dan Struktur Geologi

Rock Deposition Kd
Bedding steeply dipping into cut 1,18
Bedding steeply dipping into face 0,95
Other cases of deposition 1,00
Geologic Structure Ks
Heavily cracked, frequent weak joint, weakly cemented
layers
1,30
Thin well-cemented layers with tight joints 1,10
Massive intact rock 0,95
Dalam penentuan panjang burden berdasarkan rumusan Konya sebagai berikut:
De
SGr
SGe
B

= 5 , 1
2
012 , 0 .........................................................(3.1)
keterangan :
B = Burden (m)
SG
e
= Berat jenis bahan peledak
SG
r
= Berat jenis batuan
D
e
= Diameter lubang ledak (mm)
sedangkan perhitungan koreksi burden digunakan rumusan dibawah ini :
B
2
= Kd x Ks x Kr x B
1
.........................................................(3.2)

keterangan :
B
1
= Burden awal (m)
B
2
= Burden terkoreksi (m)
Kd = Faktor koreksi berdasarkan struktur geologi batuan
Ks = Faktor koreksi berdasarkan orientasi perlapisan
Kr = Faktor koreksi berdasarkan jumlah baris peledakan, yaitu Kr = 1 jika
terdapat satu atau 2 baris dan Kr = 0,9 jika terdapat 3 baris atau lebih.
b) Spasi
Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di dalam
satu baris (row). Perbandingan jarak spasi dengan burden (S/B) pada pola
peledakan dan penyebaran energinya. Apabila spasi terlalu besar, akan


32
menyebabkan banyak bongkah atau bahkan batuan hanya mengalami keretakan
dan menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak setelah diledakkan, karena
energi ledakan dari lubang yang satu tidak mampu berinteraksi dengan energi dari
lubang lainnya tetapi bila jarak spasi terlalu keci,akan menyebabkan batuan
hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan terlalu kuat dan
menimbulkaan efek ledakan berupa noise (kebisingan) dan flyrocks.
Untuk memperoleh jarak spasi maka digunakan rumusan sebagai berikut:
1). Instantneous initation single row blastholes
A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
L < 4B, S = ( L + 2B) / 3
B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches)
L = 4B, S = 2B
2). Delayed initation single row blastholes
A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
L < 4B, S = ( L+ 7B ) / 8
B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches)
L = 4B, S = 1,4B
c) Stemming
Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak, yang
letaknya di atas kolom isian bahan peledak. Fungsi stemming adalah agar terjadi
keseimbangan tekanan dan mengurung gas-gas hasil ledakan sehingga dapat
menekan batuan dengan energi yang maksimal. Disamping itu stemming juga
berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi batuan terbang (flyrocks) dan ledakan
tekanan udara (airblast) saat peledakan.
Dalam hal ini panjang stemming juga dapat mempengaruhi ukuran fragmen
batuan hasil peledakan, dimana stemming yang terlalu panjang dapat
mengakibatkan terbentuknya bongkah apabila energi ledakan tidak mampu untuk
menghancurkan batuan di sekitar stemming tersebut, dan stemming yang terlalu
pendek dapat mengakibatkan terjadinya batuan terbang dan pecahnya batuan
menjadi lebih kecil.
Untuk penentuan tinggi stemming digunakan rumusan seperti yang tertera
berikut ini :


33
T = 0,7 x B
keterangan :
T = Stemming (m)
d) Subdrilling (J)
Subdrilling adalah tambahan kedalaman pada lubang bor di bawah lantai
jenjang yang dibuat dengan maksud agar batuan dapat terbongkar sebatas lantai
jenjangnya.
Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan pada batas lantai jenjang
tidak lengkap terbongkar sehingga akan menyisakan tonjolan pada lantai
jenjangnya. Sebaliknya bila panjang subdrilling terlalu besar akan menghasilkan
ground vibration dan secara langsung akan menambah biaya pemboran dan
peledakan.
Dalam penentuan tinggi subdrilling yang baik untuk memperoleh lantai jenjang
yang rata maka digunakan rumusan sebagai berikut :
J = 0,3 x B


keterangan :
J = Subdrilling (m)
e) Kedalaman Lubang Ledak (H)
Dalam penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan
tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik.
Pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara
tinggi jenjang dengan besarnya subdrilling, yang dapat ditulis sebagai berikut:
H = L + J
keterangan:
H = Kedalaman lubang ledak (m)
L = Tinggi jenjang (m)
f) Panjang Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang ledak dikurangi
panjang stemming yang digunakan, sehingga dapat ditulis:


34
PC = H T
keterangan :
PC = Panjang kolom isian (meter)
H = Kedalaman lubang ledak (meter)
T = Stemming (meter)
g) Tinggi Jenjang (L)
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang
bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap hasil
peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang dan getaran
tanah. Hal ini dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan perbandingan tinggi
jenjang dan jarak burden yang diterapkan (stiffness ratio), maka akan diketahui
hasil dari peledakan tersebut .
Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan rumus
sebagai berikut :
L = 5De x 0,3048
keterangan :
L = Tinggi jenjang minimum (m)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
Efek ukuran lubang tembak terhadap faktor-faktor diatas dapat diprediksi.
Umumnya, makin besar diameter lubang tembak kemungkinan terjadinya vibrasi,
airblast, dan flyrocks sangat besar, dan biasanya fragmentasi juga sulit dikontrol.
Untuk mengatasi persoalan diatas perlu perkiraan yang akurat tentang hubungan
diameter lubang tembak dengan burden. Hubungan kedua parameter tersebut
dinamakan Stiffness Ratio, yaitu tinggi jenjang dibagi dengan burden atau L/B
dan pengaruhnya dapat dilihat pada Tabel 3.3


B
L
Sf =
keterangan :
Sf = Stiffness Ratio
L = Tnggi jenjang, (m)
B = burden, (m)


35
Tabel 3.3
Stiffness Ratio dan Pengaruhnya


3.4.2.3. Pola Peledakan
Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-lubang
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya, ataupun antara lubang
bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya.
Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta
arah runtuhan material yang diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak
b. Echelon cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
sudut dari bidang bebasnya (Lihat gambar 3.12).
c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.
Berdasarkan urutan waktu peledakan, metode peledakan diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Metode peledakan serentak, yaitu suatu metode yang menerapkan peledakan
secara serentak untuk semua lubang ledak.
b. Metode peledakan beruntun, yaitu suatu metode yang menerapkan peledakan
dengan waktu tunda antara baris yang satu dengan baris lainnya.
Stiffnes
s Ratio
Frag. Airblast Flyrock Vibrasi Keterangan
1 Jelek
Berpoten
si
Berpoten
si
Berpoten
si
Potensi terjadinya
backbreak dan toe.
Harus dihindari dan
dirancang ulang
2 Sedang Sedang Sedang Sedang
Sebaiknya dirancang
ulang
3 Baik Baik Baik Baik
Terkontrol dan
fragmentasi
memuaskan
4
Sempur
na
Sempurn
a
Sempurn
a
Sempurn
a
Tidak menguntungkan
lagi bila Stiffness
Ratio lebih dari 4


36

Gambar 3.12
Pola Peledekan Echelon

3.4.2.4. Waktu Tunda (Delay Time)
Waktu tunda merupakan penundaan waktu peledakan antara baris depan
dengan baris dibelakangnya atau antar lubang ledak dengan menggunakan delay
detonator. Pemakaian waktu tunda yang optimum pada suatu rancangan peledakan
tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
a) Sifat massa batuan (rock mass properties)
b) Geometri peledakan
c) Karakteristik bahan peledak
d) Sistem penyalaan
e) Efek peledakan yang diijinkan
f) Hasil peledakan yang diinginkan
Keuntungan melakukan peledakan dengan waktu tunda ialah :
a. Fragmentasi batuan hasil peledakan akan lebih seragam dan baik.
b. Mengurangi timbulnya getaran tanah, flyrock dan airblast.
c. Menyediakan bidang bebas baru untuk peledakan berikutnya.
d. Arah lemparan dapat diatur.
e. Batuan hasil peledakan (muckpile) tidak menumpuk terlalu tinggi.
Tujuan penyalaan dengan waktu tunda adalah untuk mengurangi jumlah muatan
yang meledak dalam waktu bersamaan dan memberikan tenggang waktu pada
material yang dekat dengan bidang bebas untuk dapat meledak secara sempurna,


37
serta untuk menyediakan ruang atau bidang bebas baru bagi baris lubang ledak
berikutnya.
Bila waktu tunda antar baris terlalu pendek maka beban muatan dalam baris
depan akan menghalangi pergeseran dari baris berikutnya, sehingga kemungkinan
material pada baris kedua akan tersembur ke arah vertikal membentuk tumpukan.
Akibatnya tumpukan material hasil peledakan (muckpile) menjadi sangat tinggi dan
akan menyulitkan kegiatan pemuatan.
Tetapi bila waktu tundanya terlalu lama, maka produk hasil bongkaran akan
terlempar jauh ke depan serta kemungkinan besar akan terjadi flyrock. Hal ini
disebabkan karena tidak ada dinding batuan yang berfungsi sebagai penahan
lemparan batuan di depannya.
Waktu tunda yang diterapkan dapat berupa surface delay (waktu tunda pada
satu baris dan waktu tunda antar baris) dan in-hole dalay.
a. Waktu tunda pada satu baris (intra-row delay)
Dalam pelaksanaannya hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat fragmentasi,
pemindahan (displacement), mengurangi overbreak dan tingkat getaran yang
diinginkan. Intra-row-delay untuk memperoleh hasil peledakan yang optimum
biasanya antara 2 sampai 5 ms/m spasi.
b. Waktu tunda antar baris (inter-row delay)
Penerapan waktu tunda ini sama penting dengan intra-row-delay dalam usaha
mengontrol hasil peledakan secara keseluruhan. Rancangan peledakan yang
menerapkan banyak baris menggunakan waktu tunda antar baris karena burden
pada tiap lubang ledak membutuhkan waktu untuk bergerak sesudah detonasi
untuk membuat bidang bebas baru (Gambar 3.15A), sedangkan penerapan waktu
tunda yang tidak cukup akan mengurangi unjuk kerja peledakan (blast
performance), flyrock dan overbreak (Gambar 3.15B).
c. Waktu tunda dalam lubang ledak (In-hole delay)
Penerapan in-hole delay yang tepat dapat meminimalkan terjadinya cut off
selama peledakan dan mengijinkan pemakaian inter-row delay yang panjang
yang akhirnya akan diperoleh unjuk kerja peledakan yang optimal. Pemakaian in-
hole delay yang optimal adalah tiga sampai lima kali waktu tunda dipermukaan
yang terlama.


38
Penentuan waktu tunda yang dibutuhkan untuk pergerakan batuan hasil
peledakan dapat digunakan rumusan sebagai berikut:
T = k x B
keterangan :
T = waktu tunda antar baris (ms)
k

= konstanta waktu antar baris, antara 6,5 ms/m 11,5 ms/m burden



















Gambar 3.13
Pengaruh Waktu Tunda

3.4.2.5. Sifat Bahan Peledak

Bahan peledak diartikan sebagai suatu rakitan yang terdiri dari bahan-bahan
berbentuk padat atau cair atau campuran dari keduanya, yang apabila terkena suatu
aksi seperti panas, benturan, gesekan dan sebagainya dapat bereaksi dengan


39
kecepatan tinggi, membentuk gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan yang
sangat tinggi.
Karakteristik bahan peledak yang sangat mempengaruhi operasi peledakan pada
tambang terbuka adalah kekuatan, kecepatan detonasi, kepekaan, bobot isi, tekanan
detonasi, sifat gas beracun dan ketahanan bahan peledak terhadap air.

1) Kekuatan
Kekuatan (strength) suatu bahan peledak adalah ukuran yang dipergunakan untuk
mengukur energi yang terkandung pada bahan peledak dan kerja yang dapat
dilakukan oleh bahan peledak. Tes yang digunakan untuk mengukur kekuatan
adalah ballistic mortar test.

2) Kecepatan detonasi
Kecepatan detonasi adalah kecepatan gelombang detonasi yang melalui bahan
peledak yang dinyatakan dalam m/dtk atau feet per detik. Kecepatan detonasi
suatu bahan peledak tergantung dari beberapa faktor, yaitu bobot isi bahan
peledak, diameter bahan peledak, derajat pengurungan, ukuran partikel dari
bahan penyusunnya dan bahan-bahan yang terdapat dalam bahan peledak.
Kecepatan detonasi dapat dinyatakan dalam kondisi terkurung dan kondisi tidak
terkurung. Kecepatan detonasi terkurung adalah ukuran kecepatan detonasi
dimana gelombang merambat melalui kolom bahan peledak di dalam lubang
ledak atau ruang terkurung lainnnya, sedangkan kecepatan detonasi tidak
terkurung adalah suatu kecepatan yang menunjukan kecepatan detonasi bahan
peledak apabila bahan peledak diledakkan dalam keadaan terbuka atau tidak
terkurung.
Untuk peledakan pada batuan keras dipakai bahan peledak yang mempunyai
kecepatan detonasi tinggi sedangkan pada batuan yang lunak dipakai bahan
peledak dengan kecepatan detonasi rendah.

3) Kepekaan (sensitivity)
Kepekaan adalah ukuran besarnya sifat peka bahan peledak untuk mulai bereaksi
menyebarkan reaksi peledakan ke seluruh kolom isian. Penyerapan air dan


40
terlapisinya kristal-kristal oleh zat lilin cenderung mengurangi kepekaan,
sedangkan peningkatan temperatur dapat menyebabkan kepekaan. Jika diameter
bahan peledak cukup besar maka perambatan reaksinya akan lebih mudah karena
permukaan bahan peledak lebih luas, sedangkan tingkat pengurungan cenderung
memusatkan tenaga reaksinya mengarah sepanjang isian dan menghindari
penyebaran tenaga reaksi.

4) Bobot isi bahan peledak
Bobot isi bahan peledak merupakan salah satu sifat terpenting bahan peledak
yang dinyatakan dalam satuan gr/cm
3
. Bobot isi dapat dinyatakan dalam beberapa
cara, yaitu:
a) Berat jenis (SG), tanpa satuan
b) Stick count (SC), yaitu jumlah dodol ukuran standar 3,175 cm x 20,32 cm
yang terdapat dalam satu doos seberat 22,68 kg.
c) Loading density (de), yaitu berat bahan peledak per meter panjang isian yang
dinyatakan dalam kg/m.
Pada umumnya bahan peledak yang mempunyai bobot isi tinggi akan
menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi.

5) Tekanan detonasi
Tekanan detonasi adalah penyebaran tekanan gelombang ledakan dalam kolom
isian bahan peledak yang dinyatakan dalam kilobar (kb). Tekanan detonasi bahan
peledak komersial antara 5 150 kb
Tekanan akibat ledakan akan terjadi di sekitar dinding lubang ledak kemudian
tersebar ke segala arah. Intensitasnya dipengaruhi oleh:
Jenis bahan peledak (kekuatan, bobot isi, VOD)
Tingkat/derajat pengurungan
Jumlah dan temperatur gas hasil ledakan
Secara empiris, Konya (1990) merumuskannya sebagai berikut:
( ) ( ) xSGe
xSGexVe x
P
8 , 0 1
10 5 , 4
2 6
+
=

.............................................................(3.3)


41
Keterangan :
P = Tekanan detonasi (kilobar)
SGe = Berat jenis bahan peledak
Ve = Kecepatan detonasi bahan peledak (ft/detik)
1 kilobar = 14.504 psi
1 ft = 0,3048 meter
6) Ketahanan terhadap air (resistivity)
Ketahanan terhadap air suatu bahan peledak adalah kemampuan bahan peledak
tersebut untuk menahan rembesan air dalam waktu tertentu dan masih dapat
diledakkan dengan baik. Ketahanan ini dinyatakan dalam satuan jam. Sifat ini
sangat penting terutama sebagai parameter dalam pemilihan bahan peledak,
dalam hubungannya dengan kondisi tempat kerja. Untuk sebagian besar jenis
bahan peledak, adanya air di dalam lubang ledak dapat mengakibatkan
panambahan unsur H dan O sehingga memerlukan panas yang lebih banyak
untuk menguapkan menjadi uap air. Disamping itu air dapat melarutkan sebagian
kandungan bahan peledak sehingga menyebabkan bahan peledak rusak.
3.5. Pengaruh Peledakan Terhadap Media
Pengaruh peledakan antara lain menyebabkan timbulnya : daerah hancuran
dan retakan di sekitar lubang tembak, getaran tanah (ground vibration) dan air blast.
3.5.1 Daerah Hancuran (Crushed Zone)
Daerah hancuran (crushed zone) terdapat di sekitar lubang tembak. Pada
daerah ini material padat akan berubah menjadi butir-butir halus berupa serbuk. Hal
ini dikarenakan tingginya temperatur dan tekanan gas-gas hasil reaksi peledakan dan
tingginya tekanan detonasi. Ukuran daerah ini tergantung jenis bahan peledak dan
material yang digunakan.
3.5.2 Daerah Retakan (Fractured Zone)
Daerah retakan (fractured zone) terjadi jika tegangan yang ditimbulkan
ledakan lebih besar dari tegangan yang dapat diterima material. Retakan-retakan
yang terbentuk pertama disebabkan oleh tekanan detonasi yang kemudian diperbesar
oleh tekanan peledakan. Ukuran daerah ini dipengaruhi jenis material dan bahan


42
peledak. Biasanya untuk batuan sedimen daerah retakan dapat mencapai 40 kali
diameter lubang tembak.

3.6. Kontrol Getaran
Peledakan tunda (delay blasting) adalah suatu teknik peledakan dengan cara
meledakkan sejumlah besar muatan bahan peledakan tidak sebagai satu muatan
(single charge) tetapi sebagai suatu seri dari muatan-muatan yang lebih kecil. Maka
getaran yang dihasilkan terdiri dari kumpulan getaran kecil dan dengan
mempergunakan delay, pengurangan tingkat getaran dapat dicapai.
Untuk mengetahui mengapa peledakan delay adalah efektif dalam
pengurangan tingkat getaran perlu mengerti perbedaan antara kecepatan partikel
(particle velocity) dan kecepatan perambatan (propagation velocity atau transmission
velocity).
Kecepatan perambatan adalah kecepatan gelombang seismik merambat
melalui batuan, berkisar antara 2000 20.000 feet/detik, tergantung pada jenis
batuan. Untuk suatu daerah dengan batuan tertentu, kecepatan relatif konstan.
Kecepatan perambatan tidak dipengaruhi oleh besarnya energi (input energy).
Kecepatan partikel adalah kecepatan partikel bumi bergetar sekitar posisi
semula (rest position). Kecepatan partikel adalah fungsi dari energi
(input energy). Energi yang besar menghasilkan kecepatan partikel yang tinggi pula.
Peledakan delay mengurangi tingkat getaran sebab setiap delay menghasilkan
masing-masing gelombang seismik yang kecil yang terpisah. Gelombang hasil delay
pertama telah merambat pada jarak tertentu sebelum delay selanjutnya meledak.
Kecepatan perambatan tergantung pada jenis batuannya

37. Teori Vibrasi
3.7.1. Teori George Berta (1990)
Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elastis. Pada daerah ini
tegangan yang diterima material lebih kecil dari kuat tarik material sehingga hanya
menyebabkan perubahan bentuk dan volume. Sesuai dengan sifat elastis material
maka bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula setelah tidak ada


43
tegangan yang bekerja. Ground vibration dapat diprediksi dengan menggunakan
teori yang dikemukakan oleh George Berta (1990)

Gambar 3.14
Diagram gelombang getaran dan parameternya



a = perpindahan (m)
ac = akselerasi (m/ s
2
)


T = Periode (s)
F = 1/T frekuensi (s
-1
)
V = 2 a f = velocity kecepatan getaran (m/s)

Getaran bukanlah fenomena harmonik sederhana, tetapi hasil dari variasi
komponen dengan berbagai jenis frekuensi. Frekuensi getaran tergantung terutama
pada karakteristik batuan baik pada titik ledakan dan di lokasi merekam getarannya
dan itu juga tergantung pada jarak dari titik peledakan.
Dalam tanah tidak dikonsolidasi (terutama jika mengandung air) dapat
menghasilkan getaran dengan frekuensi rendah . Sedangkan dalam batuan kompak
getaran frekuensi tinggi yang dihasilkan.
Frekuensi getaran menjadi semakin rendah terutama karena lapisan
tanah menyerap frekuensi tinggi dan oleh karena itu gelombang frekuensi yang lebih
tinggi dilemahkan dengan cepat.
Teori ini mempertimbangkan beberapa faktor antara lain: faktor
impedansi, faktor coupling, faktor perubahan, jumlah bahan peledak yang digunakan,
energi per unit massa bahan peledak, jarak, bobot isi batuan, kecepatan seismik dan


44
tipe kelompok batuan. Dari beberapa faktor tersebut kemudian dibuat rumusan
perhitungan yaitu sebagai berikut:

rxC x KfxLogRx
x x x x
R
Q
V


5
10
6
3 2 1
= ...............................................................(3.4)
Keterangan :
V = Kecepatan getaran tanah (m/s)
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan per delay (kg)(toleransi waktu
peledakan 8ms/delay dianggap meledak bersamaan)
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)
= Energi perunit massa (J/kg)
r = Bobot isi batuan (kg/m
3
)
C = Kecepatan gelombang seismik (m/s)
Setelah didapatkan nilai partikel velocity (V) maka di tentukan juga
nilai amplitudo, dan percepatan seperti persamaan di bawah.


( ) fs
V
A

=
2

( ) V fs a
c
= 2
Keterangan:
A = Amplitudo (mm)
V = Kecepatan Getaran Tanah (mm/s)
fs = Frekwensi (Hz)
a = Percepatan (mm/s
2
)

Berikut beberapa faktor yang ditentukan menurut Bertha :
1) Faktor impedansi (
1
) :

2
2
1
) (
) (
1
r c
r c
+

=


45

Keterangan :
1
= Faktor impedansi
Ic = Impedansi bahan peledak (kg m
-2
s
-1
)
Ic =
e
( kg/m
3
) x VOD (m/s)

e
= Bobot isi bahan peledak (kg/ m
3
)
VOD = Kecepatan detonasi (m/s)
Ir = Impedansi batuan (kg m
-2
s
-1
)
Ir =
r
(kg/m
3
) x C (m/s

r
= Bobot isi batuan (kg/m
3
)
C = Kecepatan gelombang seismic (m/s)
Jika impedansi batuan mendekati impedansi bahan peledak, maka faktor
impedansi akan mendekati harga 1, akan tetapi pada umumnya selalu lebih kecil dari
1, ini artinya bahwa tidak semua energi yang dihasilkan akan diteruskan pada batuan.
2) Faktor coupling (
2
) :
Faktor coupling dalam hal ini merupakan fungsi dari coupling ratio
atau perbandingan antara diameter lubang ledak dengan isian bahan peledak (
f
/
c
),
dimana besaran coupling ratio ini akan menurunkan tekanan gas hasil peledakan
yang dengan sendirinya akan memperkecil energi yang diteruskan pada batuan.
Faktor coupling dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut :

( ) 1
1
2

=
e e
e f

Keterangan :
2
= Faktor coupling

f
= Diameter lubang ledak (inchi)

c
= Diameter isian bahan peledak (inchi)
e = 2,72
Dari persamaan diatas, maka secara otomatis
2
akan mendekati harga 1 jika
c
mendekati harga
f
dan
2
akan turun dengan besarnya coupling ratio. Pemanfaatan


46
fenomena tekanan dinamik sebagai fungsi dari coupling ratio dalam teknologi
peledakan dikenal dengan istilah decoupling yaitu dengan meningkatkan copling
ratio, atau dengan kata lain menggunakan cartridge dengan diameter yang lebih
kecil dari diameter lubang ledak.
3) Faktor perubahan (
3
) :
Faktor perubahan ini menyatakan besarnya perubahan energi dari bahan
peledak yang diubah menjadi getaran, yang diperkirakan sekitar 40%. Jadi besarnya
faktor perubahan (
3
) adalah 0,40 jika peledakan dilakukan terbuka (berhubungan
dengan udara luar) dan jika didalam tanah
3
< 0,40.

4) Kelompok batuan
Dari tiap-tiap tipe batuan dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan karakteristik
atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut seperti tercantum pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
Tipe Kelompok Batuan
Type of Ground Kf
Water logged sands and gravels 0,11 0,13
Compacted aluviums 0,06 0,09
Hard and compact rock 0,01 0,03

Dari tipe kelompok batuan diatas dapat ditentukan besarnya frekuensi getaran
yang dihasilkan oleh kegiatan peledakan. Frekwensi disini adalah untuk menentukan
besarnya perambatan gelombang pada batuan, yaitu dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut:
f = (Kf log R)
-1

Keterangan :
f = Frekwensi (Hz)
Kf = Faktor pengaruh karakteristik dari tanah
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)


47


Gambar 3.15
Jarak titik ledak ke sensor yang di tuju

3.8.2. Teori Persamaan Regresi Linier Berganda
Regresi Linier Berganda adalah regresi yang menjelaskan hubungan antara
peubah respon (variable dependent) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih
dari satu penduga (variable independent). Tujuan dari regresi linier berganda adalah
untuk mengukur intensitas hubungan dua variabel atau lebih dan membuat predisksi
atau perkiraan nilai Y atas nilai X. Regresi Linier berganda juga digunakan untuk
mencari pengaruh dua penduga atau lebih terhadap variabel respon (variable tak
bebas). Bentuk umum model regresi linier berganda adalah :
k
X
k
a X a X a a Y + + + + = ......
2 2 1 1 0

.....................................................(3.5)
Keterangan:
Y

= Variabel tak bebas ( dependent variabel ).


Xi = Variabel bebas ( independent variabel ).
a0 = Penduga bagi a0 intersep (titik potong)
a1,a2,ak = Penduga bagi ai


48
k = 1,2....n Koefisien Determinasi ( r
2
) ( nilainya antara 0 dan 1)
Untuk menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah Y yang dapat
di jelaskan oleh nilai-nilai peubah X melalui hubungan linier. Contoh r = 0,6 artinya
0,36 atau 36 % diantara keragaman total nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan
liniernya dengan nilai-nilai X. Atau besarnya sumbangan X terhadap naik turunnya
Y adalah 36 % sedangkan 64 % disebabkan oleh faktor lain.
Koefisien Korelasi Linier ( r )
Adalah ukuran hubungan linier antara dua variabel / peubah acak X dan Y
untuk mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar sebuah garis linier.

Tabel 3.5
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

3.8.3 Kriteria Standar Getaran di Indonesia Berdasarkan Dampak Kerusakan
Setelah diketahui frekwensi dan ground vibration maka bisa ditentukan
apakah suatu rancangan peledakan berpotensi menimbulkan kerusakan atau tidak,
dilakukan analisis berdasarkan acuan kriteria kerusakan yang ada di Indonesia yaitu
berdasarkan KEPMEN Lingkungan Hidup No. 49/Men LH/11/1996, tentang baku
mutu tingkat getaran ( Lihat Gambar Grafik 3.16).


49


Gambar 3.16
Grafik Baku Tingkat Getaran Berdasarkan Dampak Kerusakan

Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan .
Kategori B : Kemungkinan keretakan plester .
Kategori C : Kemungkinan rusak komponen struktur dinding pemikul beban.
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban.
3.8.4 Kriteria Standar Getaran di I ndonesia Untuk Kenyaman Dan
Kesehatan
Sedangkan untuk melakukan analisis tingkat getaran berdasarkan tingkat
kenyamanan dan kesehatan terhadap manusia maka di gunakan acuan Kepmen
Lingkungan Hidup No.49 /Men LH/11/1996. (Lihat Tabel 3.6)


50
Tabel 3.7
Baku Tingkat Getaran Untuk Kenyaman Dan Kesehatan

3.8.5 Tingkat Getaran Standar Australia
Pt Thiess Conttractor menggunakan Australian Standar Vibration Limit AS
2817-1993 (Lihat Tabel 3.7)
Tabel 3.8
Australia Standar Vibration
Tipe Banguan Peak Particle Of
Velocity
Perumahan 10 mm/s
Komersial dan bangunan industri 25 mm/s








51
BAB IV
HASIL PENELITIAN




Penelitian yang dilakukan adalah mengukur getaran tanah yang diakibatkan
oleh proses kegiatan peledakan yang dilakukan PT.Thiess Contractor Indonesia serta
memprediksi getaran tanah yang akan terjadi.

4.1 Lokasi Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan merekam getaran setiap
peledakan di Pit Manggis pada batuan yang mayoritas batuan Basalt dengan
menggunakan Compact Texcel Monitoring, penelitian getaran tanah dilakukan pada
desa Gunung Hanau/Kampung Manggis,Sungai Hanyar, Pudi. Data rekaman blasting
yang dikumpulkan adalah data peledakan pada kurun waktu 17 J uli 2008 sampai
dengan 26 J anuari 2009.
4.2 Geometri Peledakan
Design geometry pola peledakan yang digunakan disesuaikan dengan
karaktristik batuan pada lokasi yang akan diledakkan dengan berpatokan pada
geometry peledakan yang telah digunakan PT.Thiess Contractors Indonesia.
Geometri peledakan yang diterapkan pada operasi peledakan pada batuan basalt
adalah sebagai berikut :

a. Burden (B)
Burden yang diterapkan pada batuan keras (basalt) adalah 7 meter dan
pada batuan lunak adalah 9 meter
b. Spasi (S)
Spasi yang diterapkan pada batuan basalt adalah 8 m,dan pada batuan
lunak adalah 11 meter.
c. Stemming (T)
Stemming yang digunakan pada operasi peledakan bervariasi, tergantung
pada kedalaman lubang(hole depth), yaitu sebagai berikut :


52

Hole Depth (m) Stemming (m)
3 6 3
7 9 4
10 14 4
15 17 4,5
18 20 5
>21 5,5

d. Subdrilling (J)
Subdrilling yang digunakan pada kegiatan peledakan adalah 0,5 dan 1
meter.

e. Kedalaman lubang bor (H)
Kedalaman lubang tembak tidak boleh lebih kecil dari burden untuk
mencegah terjadinya overbreak. Kedalaman lubang merupakan
penjumlahan tinggi jenjang dan subdrilling dan besarnya rata-rata adalah
16m 20m.

f. Tinggi jenjang (L)
Besarnya tinggi jenjang sudah ditentukan oleh peralatan bor dan alat muat
yang tersedia. Dan besarnya tinggi jenjang saat ini rata-rata adalah 16
meter.

g. Panjang kolom isian (Pc)
Merupakan panjang dari lubang bor yang diisi bahan peledak dan
besarnya saat ini adalah 12 -15 meter.

h. Pola Pemboran dan Pengaturan Peledakan
Pola pemboran yang diterapkan saat ini adalah zig-zag atau selang-seling,
sedangkan pola peledakan yang digunakan adalah Echelon Cut ( lihat
gambar 4.1), V Cut, Box.


53



Gambar 4.1
Pola Peledakan Echelon


54

i. Waku Tunda
Satuan waktu tunda yang digunakan adalah millisecond (ms), Conectadet
digunakan untuk surface delay menggunakan waktu tunda 25ms, 42ms,
65ms, 17ms, 100ms,dan in hole delay 400ms.
j. Pemakaian Bahan Peledak
Bahan peledak yang dipakai adalah Fortis Coal dengan perbandingan
Amonium Nitrat dan Emulsi adalah 30 % AN dengan 70 % Amulsion.
Dan untuk pencampurannya dilakukan pada kendaraan Mobile Mixing
Unit BM169 dan BM123.
k. Loading Density
Loading Density yang digunakan tergantung dari jenis batuan, untuk
batuan keras digunakan loading density 41 kg/m, sedangkan untuk batuan
lemah digunakan loading density 38 kg/m.
l. Powder Factor (Pf)
Rata-rata besarnya powder factor setiap peledakan adalah 0,51 kg/m3.
4.3 Karakteristik Bahan Peledak
Bahan peledak yang digunakan adalah Fortis Coal dengan campuran 30% AN
dan 70% Emulsion (Lihat Tabel 4.1).
Tabel 4.1
J umlah Bahan Peledak Yang Digunakan




55

4.4 Hasil Pengukuran Actual
Hasil pengukuran vibrasi actual dilakukan oleh Orica Mining Services di
mulai dari tanggal 17 J uli 2008 sampai dengan 26 J anuari 2009. Data peledakan yang
digunakan berasal dari 26 kali kegiatan peledakan dibatuan Basalt. Data yang didapat
dari alat Compact Texcel Monitoring kemudian diload ke software Easy Link
,kemudian akan keluar hasil pengukuran vibrasi.
Berdasarkan lokasi penelitian dapat ditentukan persamaan peak particle
velocity actual maksimum 5,61 mm/s dan jarak pusat ledakan ke blasting monitoring
tidak lebih dari 1540 meter (dapat dilihat di Lampiran B).

4.5 Prediksi Getaran Tanah
4.5.1 Menggunakan Persamaan Regresi Linier Berganda
Hasil dari hubungan antara getaran tanah aktual dengan jarak dan jumlah
muatan bahan peledak menggunakan persamaan regresi linier berganda, maka akan
didapat nilai a0 =0,293130371, a1 =-0,00038358X
1,
a2 =0,00318048 sehingga di
dapat persamaan Y= 0,293130371 0,00038358X
1
+ 0,00318048X
2
. Dan nilai
koefisien determinasi (R
2
)nya adalah 0,807589064 (80,7%),. (Lihat Lampiran D).

4.5.2 Menggunakan Persamaan Bertha
Dengan menggunakan rumus bertha dapat diprediksi nilai dari getaran akibat
kegiatan peledakan dengan menggunakan beberapa persamaan seperti faktor
impedansi (1), faktor coupling (2), faktor perubahan (3).
Dari setiap persamaan maka dapat diketahui nilai rata-rata dari kecepatan
getaran tanah (V) yaitu 3,79 mm/s sesuai dengan jumlah kg bahan peledak dan jarak
dari pusat ledakan (Lihat Lampiran C).









56
BAB V
PEMBAHASAN



Adapun yang akan dibahas dalam bab ini adalah penentuan nilai batas
maksimal yang diijinkan oleh masing-masing teori vibrasi (persamaan regresi ,dan
bertha). Kemudian dimasukkan dalam kriteria standar Australia Standar 2187-1993
dan KEPMEN lingkungan hidup No. 49 tahun 1996.

5.1. Pengukuran Dengan Pendekatan Peak Particle Velocity
Pengukuran ground vibration merupakan hal yang sangat penting dan harus
menjadi perhatian karena mempunyai dampak yang serius terhadap manusia
(pekerja). Dengan adanya data pengukuran ground vibration dari setiap kegiatan
peledakan dapat diketahui sejauh mana tingkat getaran tanah yang terjadi setiap
dilaksanakannya kegiatan peledakan, apakah masuk dalam kategori aman atau
sebaliknya.

5.1.1 Perhitungan Regresi Linier Berganda
Perhitungan regresi linier berganda actual dilakukan dengan maksud untuk
mengetahui koefisien korelasi (R) dengan memasukkan variabel jarak, muatan dan
peak particle velocity dimana jarak (X1), muatan (X2) dan peak particle velocity (Y).
Setelah dilakukan perhitungan regresi linier berganda didapat persamaan Y=
0,293130371 0,00038358X
1
+0,00318048X
2
.
Serta diperoleh nilai coefisien of determinasi (R
2
) adalah 0,807589064
(80,7%), hal ini menunjukkan bahwa, sebesar 80,7 % variabel X1(J arak) dan
X2(muatan) berpengaruh terhadap peak particle velocity. Sedangkan sebesar 19,3 %
merupakan variabel lainnya.
Dari nilai coefisien of determinasi dapat diketahui nilai koefisien korelasinya
yaitu 0,89. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa hubungan jarak dan
muatan dengan peak particle velocity sangat kuat.



57
5.1.2 Penyimpangan rata-rata error Peak Particle Velocity Teori Terhadap
Aktual
Dari Perhitungan nilai peak particle velocity teori (Bertha dan Regresi Linier
Berganda) maka didapatkan nilai penyimpangan rata-rata peak particle velocity
terhadap actual seperti terlihat pada Tabel 5.1
Tabel 5.1
Selisih Penyimpangan Nilai Peak Particle Velocity Teori Berta dan Regresi Linier
Berganda Terhadap Actual
PPV Actual
Penyimpangan Peak Particle
Velocity(mm/s)
mm/s Regresi Linier Bertha
2,501923077 2,580302 3,7663085
Penyimpangan 0.078378923 1.264385423

Dari ketiga teori diatas didapatkan nilai penyimpangan rata-rata peak particle
velocity terkecil dari actual yaitu dengan menggunakan teori persamaan regresi linier
berganda (dapat dilihat di lampiran A) dengan nilai penyimpangan rata-rata
0,078378923 mm/s dari actual . Karena memberikan simpangan terkecil. maka teori
persamaan linier berganda yang digunakan untuk penentuan jarak aman manusia dari
lokasi peledakan.

5.2 Predeksi Getaran Akibat Peledakan
Berdasarkan Teori persamaan linier berganda Y= 0,293130371
0,00038358X
1
+ 0,00318048X
2
merupakan teori yang mendekati kondisi
pengamatan di lapangan, sehingga dapat dijadikan pedoman untuk memprediksi
besarnya tingkat getaran yang akan terjadi apabila menggunakan muatan tertentu dan
pada jarak tertentu. Contohnya pada muatan terbesar yaitu 1672,8 kg dengan jarak
1000 meter 7500 meter maka akan didapat nilai nilai peak particle velocitynya (
lihat gambar 5.1 ).

Dari gambar 5.1 dapat dilihat bahwa semakin dekat jarak dengan lokasi
peledakan maka akan menghasilkan peak particle velocity yang tinggi begitu juga
sebaliknya semakin jauh jarak dengan lokasi peledakan maka akan menghasilkan
peak particle velocity yang rendah.



58

Gambar 5.1
Hubungan Antara J arak dan Muatan Terbesar Dengan PPV

5.3 Penentuan Jarak Aman Berdasarkan Kriteria KEPMEN Lingkungan
Hidup No. 49 Tahun 1996
Berdasarkan kriteria KEPMEN lingkungan hidup nomor 49 tahun 1996
(Lihat tabel 3.5) pada muatan tebesar yaitu 1672,8 kg. Menunjukkan bahwa untuk
jarak 7500 meter dengan frekwensi 8,6020 Hz dan peak particle velocity 2,73 mm/s
masuk dalam kategori A ( tidak menimbulkan kerusakan).Pada jarak 7400 sampai
1200 meter dengan frekwensi 8,614 sampai 9,253Hz dan peak particle velocity rata-
ratanya 3,964 mm/s masuk dalam kategori A (tidak menimbulkan kerusakan). J arak
1100 sampai 1000 meter dengan frekwensi 9,282 sampai 11,111 Hz dan peak particle
velocity 5,21 mm/s masuk dalam kategori B ( kemungkinan timbulnya keretakan
plesteran ).
Analisis dan perhitungan grafik baku tingkat getaran untuk kenyamanan dan
kesehatan berdasarkan KEPMEN LH No. 49 tahun 1996 tentang baku tingkat mutu
getaran menunjukkan bahwa pada muatan terbesar jarak aman untuk manusia adalah
>1100 meter. Perhitungan secara mendetail dapat dilihat pada Lampiran B .
0
1
2
3
4
5
6
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
P
P
V

m
m
/
s
)

Jarak(Meter)



59
5.4 Zona Aman Dari Getaran Tanah Berdasarkan Dampak Kerusakan
Menurut KEPMEN Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
Diketahui jenis batuan yang paling banyak yaitu, Batuan Basalt, dan terdapat
bidang-bidang diskontinuitasnya. Penelitian yang dilakukan pada pit manggis ,
sehingga berdasarkan KepMen Lingkungan Hidup zona yang paling aman
berdasarkan dampak kerusakan dengan muatan terbesar yang digunakan 1672,8 kg
adalah kategori A yaitu pada jarak lebih besar dari 1100 meter dari lokasi peledakan,
sedangkan zona yang masuk kategori B ( tidak aman ) yaitu pada jarak lebih kecil
dari 1100 meter dari zona peledakan yang dilakukan dalam proses penambangan (
lihat gambar 5.2 ) sehingga kampung manggis masuk zona aman kategori A.
5.4.1 Zona Aman Untuk Kenyaman Dan Kesehatan Manusia Menurut
Kriteria KEPMEN Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996
Sedangkan untuk kenyaman dan kesehatan manusia dengan muatan terbesar
yang digunakan 1672,8kg , yang masuk kategori A ( mengganggu) terdapat pada
jarak lebih dari 2100 meter dari lokasi peledakan. Sedangkan yang termasuk kategori
B ( tidak nyaman) yaitu pada jarak lebih kecil dari 2100 meter dari lokasi peledakan
,kampung manggis termasuk dalam kategori B.
5.4.2 Penentuan Jarak Aman Berdasarkan Australia Standar Vibration Limit
AS 2817-1993
Berdasarkan kriteria Australia Standar Vibration Limit AS 2817-1993( Lihat
tabel 3.6), di dapatkan respon manusia(perumahan penduduk) terhadap getaran pada
total bahan peledak tebesar yaitu 1672,8 kg dan jarak 7500-3500 meter adalah 3,016-
4,55 mm/s dengan durasi getaran 4,096 sekon respon manusia terhadap getaran
masih dalam kondisi aman. J arak 3400-1000 meter pada peak particle velocity 4,59-
5,51mm/s dengan durasi getaran 4,096 sekon respon manusia terhadap getaran masih
dalam kondisi aman Dari penjelasan tersebut maka sesuai dengan kriteria Australia
Standar AS 2817-1993 maka pada jarak 7500-1000 dinyatakan sebagai jarak aman.
5.5 Perbandingan Kriteria Kepmen Lingkungan Hidup Dengan Australia
Standar
Dari hasil analisis yang mengacu terhadap kedua kriteria diatas maka kriteria
KepMen Lingkungan Hidup merupakan kriteria yang paling ketat dan tepat untuk
digunakan di wilayah sekitar zona peledakan PT Thiess Contractor. Hal ini dapat



60
dilihat dari minimal tingkat getaran yang di ijinkan oleh kriteria Australia Standar
adalah 10 mm/s dan KepMen Lingkungan Hidup minimal 2 mm/s.


Gambar 5.2
Zona Aman Berdasarkan KepMen Lingkungan Hidup


61
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
Dari uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Analisi getaran tanah menggunakan Persamaan Regresi Linier berganda
mempunyai nilai penyimpangan terkecil terhadap getaran tanah actual
yaitu sebesar 0,078 mm/s, sehingga dapat digunakan untuk mempredisksi
getaran tanah selanjutnya.
2. Mengacu pada kriteria KEPMEN lingkungan hidup No. 49 tahun 1996
dengan muatan terbesar 1672,8 kg pada jarak 1200m 7500m
menghasilkan ground vibration 3,963mm/s masuk dalam kategori A
(tidak menimbulkan kerusakan). J arak 1000m 1100 meter dengan
ground vibration 5,21 mm/s masuk dalam kategori B (kemungkinan
timbulnya keretakan plesteran).

6.2. Saran
1) Memberikan batas-batas zona jarak aman sebelum kegiatan peledakan
dilakukan .
2) Menggunakan kriteria KepMen Lingkungan Hidup no 49. Tahun 1996
sebagai pedoman untuk tingkat standar getaran .


62
DAFTAR PUSTAKA



1. Autralian Standar Vibration Limit AS 2817-1993.

2. Berta G, (1985), Explosives: an Engineering Tool, Italesplosivi, Milano

3. Department PT. Thiess Contractors Indonesia Senakin mine project

4. Hustrulid, W. (1999). Blasting Principles For Open Pit Mining. Colorado School
of Mines, Golden, Golden, Colorado, USA
5. J imeno.C.L. and J imeno.E.L, (1995), Drilling and Blasting of Rocks,
Balkema/Rotterdam/Brookfield,
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-
48/MENLH/XI/1996, Baku Tingkat Getaran.
7. Koesnaryo.S. (2001), Rancangan Peledakan Batuan, J urusan Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta

8. Naapuri J . (1988), Tamrock, Surface Drilling And Blasting, Norway,
9. Singgih Saptono, (2006), Teknik Peledakan, J urusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta.
10. Sudjana. (1996), Metoda Statistika , Tarsito, Bandung

11. ____________, (2007), www.oricaminingservices.com







LAMPIRAN A
Data Peledakan Pit Manggis Batuan Basalt



Event Timing Pola Yang Digunakan BLAST DURATION Maximum Kg
per Hole
CR ER Pembeda In Hole
10:02:53 Pit Manggis B 17-18 17 65 400 595
11:57:35 Pit Manggis B 14-15 17 65 25 400 636
11:54:35 Pit Manggis B 15-16 42 100 400 390
12:08:59 Pit Manggis B 14 17 65 25 400 800
16:54:15 Pit Manggis B 14 17 65 400 718
11:54:55 Pit Manggis B14 17 65 400 670
13:58:24 Pit manggis B11 25 100 400 385
12:50:36 Pit Manggis B12 42 100 400 574
15:36:38 Pit Manggis B12 65 25 17 400 560
12:12:34 Pit Manggis B13 17 65 400 677
12:10:27 Pit Manggis B13 17 65 400 574
16:32:34 Pit Manggis B14 17 65 400 246
12:31:50 Pit Manggis B13 25 65 400 410
11:57:50 Pit Manggis B12 17 65 400 664
12:52:25 Pit Manggis B14 17 65 400 677
12:06:08 Pit Manggis B13 17 65 400 390
12:52:52 Pit Manggis B12 65 17 25 400 574
12:56:14 Pit Manggis B10 65 17 42 400 517
11:55:01 Pit Manggis B10 65 17 400 492
12:01:20 Pit Manggis B13 65 17 400 677
11:53:45 Pit Manggis B14 42 65 400 492
11:15:45 Pit Manggis B16 100 65 400 513
11:15:54 Pit Manggis B11 65 42 400 437
11:55:30 Pit Manggis B17 65 42 400 570
12:11:01
Pit Manggis B18 65 42 400 205
11:56:44
Pit Manggis B12 65 42 400 615
418.2
344.4
184.5
541.2
246
481.75
389.5
492
524.8
151.7
451
393.6
466.9
225.5
229.6
188.6
258.3
422.8
295.2
512
258.3
497.7
328
422.3
Average kgs
Per Hole
430
336.2
0.38
0.41
0.51
0.52
0.61
0.56
0.66
0.40
0.55
0.43
0.42
0.58
0.27
0.50
0.14
0.54
0.60
0.49
0.50
0.51
0.48
0.64
0.71
0.60
Powder Factor
(kg/m3)
0.64
0.61
23,010
26-Jan-09 -15 Echelon 1440 7 x 8 89 18.2 3 45.744
7 x 8 122 8.5 2 19-Jan-09 0 Echelon 2730
87,426
17-Jan-09 0 Echelon 2189 7 x 8 143 12.4 3 35,897
7 x 8 224 15.7 4 16-Jan-09 -15 Echelon 2,552
44,403
9-Jan-09 0 Echelon 3,380 7 x 8 173 16.5 3 88,662
7 x 8 114 13.5 3 8-Jan-09 0 Echelon 1,860
34,319
25-Dec-08 -15 Echelon 1,900 7 x 8 101 16.25 1 63,213
7 x 8 101 9.5 1 22-Dec-08 0 Echelon 1,900
71,731
18-Dec-08 -15 V Cut 1,800 7 x 8 164 13.6 4 64,616
7 x 8 146 15.5 3 17-Dec-08 -15 V Cut 1,920
81,500
24-Nov-08 0 Echelon 1,280 7 x 8 126 7.2 1 19,509
7 x 8 154 17.3 2 21-Nov-08 -30 Box Cut 1,340
15,765
16-Nov-08 0 Box Cut 1,240 7 x 8 114 8.1 4 19,277
7 x 8 89 9.1 3 4-Nov-08 -15 Box Cut 1,080
31,772
30-Oct-08 -15 Echelon 7,60 7 x 8 17 9 1 4,518
7 x 8 74 15.4 2 27-Oct-08 -15 Echelon 1,180
48,704
19-Oct-08 -15 Echelon 1,240 7 x 8 88 17 1 46,283
7 x 8 166 11.2 1 22-Sep-08 0 Box Cut 1,900
29,691
13-Sep-08 15 Echelon 2,100 7 x 8 109 15.3 1 59,377
7 x 8 89 10.3 1 12-Sep-08 0 Echelon 1,220
52,240
6-Aug-08 -15 Echelon 1,579 7 x 8 120 14.3 2 61,408
7 x 8 98 12 2 1-Aug-08 -15 Echelon 1,340
31,945
24-Jul-08 -15 Box Cut 1,420 7 x 8 105 16.2 3 61,293
7 x 8 115 9.8 2 21-Jul-08 0 Box Cut 2,300
51,092
19-Jul-08 -15 Box Cut 1,140 7 x 8 98 12.2 4 52,477
7 x 8 104 15 3 17-Jul-08 0 Echelon 1,120
Total Charges
(ms) (MS) (m) (m) (Holes) (kgs)
Pattern Size Total Holes Depth Average Max Hole Per Delay Date Of Blast Lokasi Target To RL Delay Type



LAMPIRAN B
Data Pengukuran Getaran Tanah Menggunakan Compcat Texcel Monitoring


D D W W SD MIC PPV
(m) (feet) (kg) (lbs) (D/W^0,5) RadiaL Transversa VerticaL Actual
(feet/lbs) (mm/s) (mm/s) (mm/s) (mm/s)
Pit Manggis B 17-18 1360 4461.94 1290.00 2982.01 81.71 1.6 1.79 1.2 2.04
Pit Manggis B 14-15 1540 5052.49 1344.80 2962.18 92.83 3.27 2.99 5.57 5.61
Pit Manggis B 15-16 1500 4921.26 516.60 1719.12 118.69 0.78 0.88 0.54 1.61
Pit Manggis B 14 1200 3937.01 1493.10 3253.10 69.03 3.77 3.25 4.22 4.52
Pit Manggis B 14 1480 4855.64 656.00 1445.82 127.70 2.84 2.66 1.21 2.97
Pit Manggis B14 1430 4691.60 844.60 1860.18 108.78 2.4 1.83 1.32 2.58
Pit manggis B11 1300 4265.09 258.30 568.63 178.86 1.73 1.89 1.32 2.07
Pit Manggis B12 1200 3937.01 422.80 1020.45 123.25 3.67 3.15 4.08 4.32
Pit Manggis B12 1400 4593.18 295.20 650.18 180.13 1.91 1.63 1.37 1.94
Pit Manggis B13 1400 4593.18 512.00 1174.73 134.01 2.89 1.83 1.94 3.02
Pit Manggis B13 1420 4658.79 933.80 2058.54 102.68 2.48 3.18 4.19 4.24
Pit Manggis B14 1200 3937.01 225.50 542.18 169.08 0.49 0.57 0.62 0.62
Pit Manggis B13 1260 4133.86 688.80 1626.55 102.50 2.33 2.43 2.4 2.48
Pit Manggis B12 1240 4068.24 754.40 1842.54 94.78 2.27 1.99 5.04 5.09
Pit Manggis B14 1350 4429.13 1049.60 2221.63 93.97 1.63 1.65 1.65 1.78
Pit Manggis B13 1250 4101.05 151.70 859.56 139.88 1.27 1.81 1.09 1.83
Pit Manggis B12 1520 4986.88 1353.00 3116.46 89.33 3.77 2.27 2.2 3.8
Pit Manggis B10 1490 4888.45 1574.40 3469.10 83.00 2.69 3.62 1.89 3.67
Pit Manggis B10 7500 24606.30 246.00 1084.37 747.24 0 0 0 0
Pit Manggis B13 7500 24606.30 481.75 1106.41 739.76 0 0 0 0
Pit Manggis B14 6800 22309.71 1168.50 857.36 761.93 0 0 0 0
Pit Manggis B16 5800 19028.87 1476.00 1128.45 566.46 0 0 0 0
Pit Manggis B11 1400 4593.18 1672.80 3587.67 76.68 2.71 3.2 3.72 3.82
Pit Manggis B17 1400 4593.18 1033.20 2273.04 96.34 1.91 2.33 2.71 2.72
Pit Manggis B18 1500 4920.00 369.00 811.8 172.68 0.98 0.85 0.78 0.98
Pit Manggis B12 1370 4493.60 1623.60 3571.92 75.19 3.1 2.46 2.77 3.26 26-Jan-09
Tipe Gelombang PPV
9-Jan-09
16-Jan-09
17-Jan-09
19-Jan-09
18-Dec-08
22-Dec-08
25-Dec-08
8-Jan-09
16-Nov-08
21-Nov-08
24-Nov-08
17-Dec-08
19-Oct-08
27-Oct-08
30-Oct-08
4-Nov-08
6-Aug-08
12-Sep-08
13-Sep-08
22-Sep-08
19-Jul-08
21-Jul-08
24-Jul-08
1-Aug-08
Date Of Blast Lokasi
Peledakan
17-Jul-08




LAMPIRAN C
Pengukuran Getaran Tanah Pada Batuan Basalt (Teori G. Bertha)



Q Q^ R 1 2 3 10^6 Kf Log R r C V V
(kg) (kg) (m) (mj/kg) (kg/m^3) (m/s) (m/s) (mm/s)
Pit Manggis B 17-18 1290 35.92 1360 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.133539 3.14 2750 5400 0.005207 5.21
Pit Manggis B 14-15 1344.8 36.67 1540 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.187521 3.14 2750 5400 0.004655 4.66
Pit Manggis B 15-16 516.6 22.73 1500 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.176091 3.14 2750 5400 0.002968 2.97
Pit Manggis B 14 1493.1 38.64 1200 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.079181 3.14 2750 5400 0.006405 6.41
Pit Manggis B 14 656 25.61 1480 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.170262 3.14 2750 5400 0.003393 3.39
Pit Manggis B14 844.6 29.06 1430 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.155336 3.14 2750 5400 0.003993 3.99
Pit manggis B11 258.3 16.07 1300 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.113943 3.14 2750 5400 0.002445 2.45
Pit Manggis B12 422.8 20.56 1200 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.079181 3.14 2750 5400 0.003408 3.41
Pit Manggis B12 295.2 17.18 1400 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.146128 3.14 2750 5400 0.002415 2.42
Pit Manggis B13 512 22.63 1400 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.146128 3.14 2750 5400 0.003181 3.18
Pit Manggis B13 933.8 30.56 1420 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.152288 3.14 2750 5400 0.004231 4.23
Pit Manggis B14 225.5 15.02 1200 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.079181 3.14 2750 5400 0.002489 2.49
Pit Manggis B13 688.8 26.24 1260 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.100371 3.14 2750 5400 0.004129 4.13
Pit Manggis B12 754.4 27.47 1240 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.093422 3.14 2750 5400 0.004396 4.40
Pit Manggis B14 1049.6 32.40 1350 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.130334 3.14 2750 5400 0.004734 4.73
Pit Manggis B13 151.7 12.32 1250 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.09691 3.14 2750 5400 0.001954 1.95
Pit Manggis B12 1353 36.78 1520 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.181844 3.14 2750 5400 0.004735 4.74
Pit Manggis B10 1574.4 39.68 1490 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.173186 3.14 2750 5400 0.005218 5.22
Pit Manggis B10 246 15.68 7500 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.875061 3.14 2750 5400 0.000371 0.37
Pit Manggis B13 481.75 21.95 7500 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.875061 3.14 2750 5400 0.000519 0.52
Pit Manggis B14 1168.5 34.18 6800 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.832509 3.14 2750 5400 0.000896 0.90
Pit Manggis B16 1476 38.42 5800 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.763428 3.14 2750 5400 0.001192 1.19
Pit Manggis B11 1672.8 40.90 1400 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.146128 3.14 2750 5400 0.005749 5.75
Pit Manggis B17 1033.2 32.14 1400 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.146128 3.14 2750 5400 0.004518 4.52
Pit Manggis B18 369 19.21 1500 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.176091 3.14 2750 5400 0.002508 2.51
Pit Manggis B12 1623.6 40.29 1370 0.914321 1 0.4 2.33 1000000 0.03 3.136721 3.14 2750 5400 0.005796 5.80
Date Of Blast Lokasi
Peledakan
17-Jul-08
19-Jul-08
21-Jul-08
24-Jul-08
1-Aug-08
6-Aug-08
12-Sep-08
13-Sep-08
22-Sep-08
19-Oct-08
27-Oct-08
30-Oct-08
4-Nov-08
16-Nov-08
21-Nov-08
24-Nov-08
17-Dec-08
18-Dec-08
22-Dec-08
25-Dec-08
8-Jan-09
9-Jan-09
16-Jan-09
17-Jan-09
19-Jan-09
26-Jan-09



LAMPIRAN D
Pengukuran Getaran Tanah Dengan Persamaan Regresi Linier Berganda









LAMPIRAN E
PETA LOKASI PENELITIAN

f =(Kf log R)
-1
No R Muatan Terbesar a0 a1 a2 PPV fs T Amplitudo Amplitudo Ac Kategori Kerusakan
m mm/s (Hz) (mm) (mikron) mm/s^2
1 7500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,736593 8,60201454 0,116252 0,050658 50,65826558 147,8325 Kategori A
2 7400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,774951 8,61497469 0,116077 0,051291 51,29105059 150,1305 Kategori A
3 7300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,813309 8,62815109 0,1159 0,051921 51,92063325 152,4385 Kategori A
4 7200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,851667 8,64155044 0,11572 0,052547 52,54694014 154,7569 Kategori A
5 7100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,890025 8,65517977 0,115538 0,05317 53,16989498 157,0859 Kategori A
6 7000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,928383 8,6690464 0,115353 0,053789 53,78941847 159,4259 Kategori A
7 6900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 2,966741 8,68315804 0,115165 0,054405 54,4054281 161,7771 Kategori A
8 6800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,005099 8,69752272 0,114975 0,055018 55,01783799 164,1398 Kategori A
9 6700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,043457 8,71214889 0,114782 0,055627 55,62655868 166,5145 Kategori A
10 6600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,081815 8,7270454 0,114586 0,056231 56,23149696 168,9015 Kategori A
11 6500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,120173 8,74222155 0,114387 0,056833 56,83255558 171,3011 Kategori A
12 6400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,158531 8,75768712 0,114185 0,05743 57,42963308 173,7137 Kategori A
13 6300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,196889 8,77345237 0,11398 0,058023 58,0226235 176,1399 Kategori A
14 6200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,235247 8,7895281 0,113772 0,058611 58,6114161 178,5799 Kategori A
15 6100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,273605 8,80592571 0,11356 0,059196 59,19589505 181,0343 Kategori A
16 6000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,311963 8,8226572 0,113345 0,059776 59,77593916 183,5036 Kategori A
17 5900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,350321 8,83973522 0,113126 0,060351 60,35142143 185,9882 Kategori A
18 5800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,388679 8,85717314 0,112903 0,060922 60,92220877 188,4886 Kategori A
19 5700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,427037 8,87498509 0,112676 0,061488 61,48816153 191,0056 Kategori A
20 5600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,465395 8,89318601 0,112446 0,062049 62,04913305 193,5396 Kategori A
21 5500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,503753 8,91179174 0,112211 0,062605 62,6049692 196,0912 Kategori A
22 5400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,542111 8,93081906 0,111972 0,063156 63,15550783 198,6612 Kategori A
23 5300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,580469 8,95028577 0,111728 0,063701 63,70057818 201,2503 Kategori A
24 5200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,618827 8,9702108 0,11148 0,06424 64,24000026 203,8591 Kategori A
25 5100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,657185 8,99061427 0,111227 0,064774 64,77358412 206,4885 Kategori A
26 5000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,695543 9,01151761 0,110969 0,065301 65,30112915 209,1394 Kategori A
27 4900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,733901 9,03294367 0,110706 0,065822 65,82242316 211,8126 Kategori A
28 4800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,772259 9,05491686 0,110437 0,066337 66,3372415 214,5091 Kategori A
29 4700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,810617 9,07746324 0,110163 0,066845 66,84534605 217,2298 Kategori A
30 4600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,848975 9,10061076 0,109883 0,067346 67,34648405 219,976 Kategori A
31 4500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,887333 9,12438934 0,109596 0,06784 67,84038685 222,7487 Kategori A
32 4400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,925691 9,14883115 0,109304 0,068327 68,32676856 225,5493 Kategori A
33 4300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 3,964049 9,17397075 0,109004 0,068805 68,80532445 228,3789 Kategori A
34 4200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,002407 9,1998454 0,108697 0,069276 69,27572926 231,2392 Kategori A
35 4100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,040765 9,22649532 0,108384 0,069738 69,73763525 234,1316 Kategori A
36 4000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,079123 9,25396396 0,108062 0,070191 70,19067002 237,0578 Kategori A
37 3900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,117481 9,28229842 0,107732 0,070634 70,63443409 240,0197 Kategori A
38 3800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,155839 9,31154983 0,107394 0,071068 71,06849813 243,0191 Kategori A
39 3700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,194197 9,34177379 0,107046 0,071492 71,49239987 246,0582 Kategori A
40 3600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,232555 9,37303093 0,106689 0,071906 71,90564052 249,1394 Kategori A
41 3500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,270913 9,40538751 0,106322 0,072308 72,3076808 252,2651 Kategori A
42 3400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,309271 9,43891614 0,105944 0,072698 72,69793627 255,4381 Kategori A
43 3300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,347629 9,47369654 0,105555 0,073076 73,0757721 258,6614 Kategori A
44 3200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,385988 9,50981657 0,105154 0,07344 73,44049697 261,9384 Kategori A
45 3100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,424346 9,54737328 0,104741 0,073791 73,791356 265,2727 Kategori A
46 3000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,462704 9,58647424 0,104314 0,074128 74,1275226 268,6684 Kategori A
47 2900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,501062 9,62723909 0,103872 0,074448 74,4480889 272,13 Kategori A
48 2800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,53942 9,66980133 0,103415 0,074752 74,75205454 275,6624 Kategori A
49 2700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,577778 9,71431058 0,102941 0,075038 75,03831343 279,2713 Kategori A
50 2600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,616136 9,76093513 0,102449 0,075306 75,30563802 282,963 Kategori A
51 2500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,654494 9,80986517 0,101938 0,075553 75,55266058 286,7445 Kategori A
52 2400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,692852 9,86131663 0,101406 0,075778 75,77785066 290,6239 Kategori A
53 2300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,73121 9,91553599 0,100852 0,075979 75,9794877 294,6104 Kategori A
54 2200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,769568 9,97280611 0,100273 0,076156 76,15562778 298,7143 Kategori A
55 2100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,807926 10,0334537 0,099667 0,076304 76,30406255 302,9478 Kategori A
56 2000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,846284 10,0978584 0,099031 0,076422 76,42226833 307,3249 Kategori A
57 1900 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,884642 10,1664649 0,098363 0,076507 76,50734211 311,8619 Kategori A
58 1800 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,923 10,2397981 0,097658 0,076556 76,5559205 316,5781 Kategori A
59 1700 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,961358 10,3184833 0,096913 0,076564 76,56407561 321,4964 Kategori A
60 1600 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 4,999716 10,4032725 0,096124 0,076527 76,52717954 326,6442 Kategori A
61 1500 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,038074 10,4950805 0,095283 0,07644 76,43972538 332,0549 Kategori A
62 1400 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,076432 10,5950339 0,094384 0,076295 76,29508677 337,7696 Kategori A
63 1300 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,11479 10,7045407 0,093418 0,076085 76,0851888 343,8393 Kategori A
64 1200 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,153148 10,8253885 0,092375 0,0758 75,80004756 350,3287 Kategori A
65 1100 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,191506 10,9598913 0,091242 0,075427 75,42711014 357,3216 Kategori B
66 1000 1672,8 0,29313 -0,00038 3,18E-03 5,229864 11,1111111 0,09 0,07495 74,95028067 364,9283 Kategori B

Anda mungkin juga menyukai