Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TRAUMA ABDOMEN
2. SKENARIO Lembar 1 Pasien laki-laki,usia 25 thn dtg ke IGD RS Muhammadiyah diantar
keluarganya. Pasien mengeluh nyeri diseluruh lapangan perut. Dialami pasien sekitar 10 jam
sebelum dibawa ke RS Muhammadiyah. Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, mengendarai
sepeda motor dengan kencang lalu menabrak pohon yang berada dipinggir jalan. Riwayat
pingsan (-),muntah (),kejang(-). Status present;sensorium compos mentis,TD: 70/40
mmHg,HR:120 x/I,RR: 24x/I, temp: 36,80C, BB:60 kg.
3. Lembar 2 Pada pemeriksaan fisik dijumpai: Kepala: mata konjungtiva palpebra inferior anemis
(+/+) Thoraks I: simetris, luka lecet (+) dihemitoraks kiri. P: SF ka=ki,nyeri (-) P: sonor pada
kedua lapangan paru A: vesikuler pada kedua lapangan paru Abdomen I : Simetris,distensiium
(+),memar di hipokondrium kiri (+) A: Peristaltik (-) P: Timpani P: Defans muskular (+),nyeri
seluruh lapangan perut,nyeri lepas (+) Ekstremitas : tidak dijumpai kelainan;akral dingin Genitalia
eksterna : laki-laki,sirkumsisi,echimosis (-),hematoma (-) Pada pem DRE: Perineum
normal,spingter ani longgar, mukosa licin, ampula recti kolaps,nyeri (+) seluruh arah jarum
jam,sarung tangan: feses(+),darah(-),lendir (-).
4. Lembar 3 Pemeriksaan lab : Hb/leu/trom :5,8/24.31/109 Na/K/Cl :135/3.1/106 Ureum/creatinin
:21.8/0.90 PT/APTT/TT/INR :23.0/40.6/19.4/2.00 Pemeriksaan radiologi: Chest X-ray : jantung
dan paru dalam batas normal; Foto polos abdomen : erect dan supine : multiple airfluid level (+).
5. WE DONT KNOW Hb/leu/trom :5,8/24.31/109 Hb : pria 14-18 mg/dl, wanita 12-16 mg/dl
Leukosit : 4500-11000 /mm3 Trombosit : 150000-450000/mm3 Ureum/creatinin :21.8/0.90
Ureum : 15 40 mg/dl Kreatinin : 0,6-1,2 mg/dl
6. Na/K/Cl :135/3.1/106 Natrium :136-145 mEq/liter Kalium : 3,5-5,0 mEq/liter Chlorida : 96-
106 mEq/liter PT/APTT/TT/INR :23.0/40.6/19.4/2.00 PT : 22 -37 detik APTT : 21 45 detik
TT : dalam rentang 3 detik dari nilai kontrol (nilai kontrol: 1624 detik) INR : 0,8 1,2
7. TRAUMA ABDOMEN HIPOTESA
8. DEFINISI & ETIOLOGI KLASIFIKASI PATOFISIOLOGI MANIFESTASI KLINIS LEARNING
ISSUE CMD & DD PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI & PROGNOSA
9. DEFINISI Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak
diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau luka tusuk. Trauma
abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma
yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut
dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganannya lebih
bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.
10. ETIOLOGI Trauma abdomen umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada
kecelakaan bermotor, kecepatan,deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpulnya. Trauma
akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan kerusakan yang
besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka
tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal abdomen.
11. KLASIFIKASI Trauma abdomen disebabkan oleh 2 mekanisme yang merusak, yaitu : 1.
Trauma tumpul Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum.
Luka pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan
kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi/sabuk
pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan.
12. 2. Trauma tembus Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka
tembak. Berdasarkan organ yang terkena trauma abdomen dibagi 2, yaitu : 1. Trauma pada
organ padat seperti hepar, limpa/lien, dengan gejala utama perdarahan. 2. Trauma pada organ
padat berongga seperti usus, saluran empedu dengan gejala utama adalah peritonitis.
13. TANDA DAN GEJALA Gejala dan tanda dari trauma abdomen sangat tergantung pada organ
yang terkena, bila yang terkena organ-organ solid (hati dan lien) maka akan tampak gejala
perdarahan secara umum seperti pucat, anemis, bahkan sampai dengan tanda-tanda syok
hemoragic. Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
daerah yang terluka/menyebar. Terdapat nyeri saat di tekan dan di lepas. Mual muntah
Penurunan kesadaran ( malaise, latergi, gelisah)
14. Peronitis merupakan komplikasi tersering trauma abdomen. Gejala dan tanda yang sering
muncul pada penderita dengan peritonitis yaitu : Nyeri perut seperti ditusuk Perut yang
tegang Demam (38C) Produksi urin sedikit Mual dan muntah Haus Cairan di dalam
rongga abdomen Tidak bisa buang air besar, buang angin Tanda-tanda syok
15. CMD DAN DD
16. ANAMNESIS Anamnesis yang diteliti terhadap pasien yang mengalami trauma abdomen akibat
tabrakan kendaraan bermotor, harus mencakup : kecepatan kendaraan Jenis tabrakan Berapa
besar penyok kendaraan Jenis pengaman yang digunakan Ada/tidak air bag Posisi pasien dalam
kendaraan Status pasien yang lain
17. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik di arahkan untuk mencari bagian tubuh yang terkena
trauma. Pemeriksaan fisik abdomen harus dilakukan dengan teliti dan sistematis meliputi
inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. INSPEKSI Umumnya pasien diperiksa tanpa pakaian,
adanya jejas pada dinding perut dapat menolong kearah kemungkinan adanya trauma abdomen
. Abdomen bagian depan dan belakanh, dada bagian bawah dan perineum diteliti apakah
mengalami ekskoriasi / memar , laserasi , dll.
18. AUSKULTASI Mendengar bising usus, yang penting adalah ada tidaknya bising usus tersebut.
Darah bebas di retroperineum ataupun gastrointestinal dapat mengakibatkan ileus yang
menghilangkan bising usus. PERKUSI Manuver ini mengakibatkan pergerakan peritoneum tanda
peritonitis. Dengan perkusi bisa kita ketahui adanya nada timpani karena dilatasi lambung akut di
kuadran kiri atas ataupun adanya perkusi redup bila ada hemiperitonium. Adanya darah dalam
rongga perut dapat ditentukan adanya shifting dullness, sedangkan udara bebas ditentukan
dengan pekak hati yang beranjak atau menghilang.
19. PALPASI Adanya kekakuan dinding perut yang involunter nerupakan tanda yang bermakna
untuk merangsang peritoneal. Tujuan palpasi : untuk mendapatkan adanya nyeri lepas yang
kadang-kadang dalam. Nyeri lepas sesudah tangan yang menekan kita lepaskan dengan cepat
menunjukkan peritonitis. Yang biasanya oleh kontaminasi isi usus, maupun hemoperitoneum
tahap awal. PEMERIKSAAN PENIS, PERINEUM & RECTUM Adanya darah pada meatus uretra
menyebabkan dugaan kuat robekanya uretra, inspeksi pada skrotum dan perineum dilakukan
untuk melihat ada tidaknya ekimosis meupun hematoma dengan dugaan yang sama.
20. PEMERIKSAAN PENUNJANG PEMERIKSAAN RADIOLOGI Pemeriksaan X-Ray untuk
screening trauma tumpul. Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral, thorax AP
dan pelvis AP dilakukan pada pasien trauma tumpul dengan multitrauma. Rontgen foto abdomen
3 posisi (telentang, tegak dan lateral dekubitus) berguna untuk melihat adanya udara bebas di
bawah diafragma ataupun udara di luar lumen di retroperitonium.
21. PEMERIKSAAN DARAH RUTIN. Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan
leukosit yang melebihi 20.000/mm3 tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan
cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
22. PEMERIKSAAN URINE RUTIN Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
IVP (Intravenous Pyelogram) Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal. DIAGNOSTIK PERITONEAL LAVAGE (DPL) Dapat membantu
menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
23. Indikasi untuk melakukan DPL adalah : Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
Trauma pada bagian bawah dari dada Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak) Pasien
cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang) Patah tulang pelvis
24. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA TRAUMA TUMPUL Beberapa prosedur yang dapat
dilakukan antara lain diagnostik peritoneal lavage, CT scan, maupun Focused Assesment
Sonography in Trauma (USG FAST). Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL) merupakan prosedur
invasif yang bisa dikerjakan dengan cepat, memiliki sensitivitas sebesar 98% untuk perdarahan
intraperitoneal. DPL harus dilakukan pada pasien trauma tumpul dengan hemodinamik
abnormal.
25. Bila tidak ada darah segar (lebih dari 10 cc) atau cairan geses, dilakukan lavase dengan 1000 cc
(10 cc/kgBB) larutan Ringer Laktat. Sesudah cairan tercampur dengan cara menekan, cairan
ditampung kembali dan diperiksa di laboratorium untuk melihat isi gastrointestinal, serat maupun
empedu. Tes dinyatakan positif apabila dijumpai eritrosit lebih dari 100.000 /mm3, leukosit >
500/mm3 Ultrasound FAST memberikan cara yang cepat, noninvasif, akurat, dan murah untuk
mendeteksi hemoperitoneum dan dapat diulang kapan pun.
26. Faktor yang mempengaruhi penggunaannnya antara lain obesitas, adanya udara subkutan
ataupun bekas operasi abdomen sebelumnya. Scanning dengan ultrasound bisa dengan cepat
dilakukan untuk mendeteksi hemoperitoneum. CT Scan merupakan prosedur diagnostik di mana
kita perlu memindahkan pasien ke tempat scanner, memberikan kontras intravena untuk
pemeriksaan abdomen atas, bawah serta pelvis. Akibatnya, dibutuhkan banyak waktu dan hanya
dilakukan pada pasien dengan hemodinamik stabil, di mana kita tidak perlu segera melakukan
laparatomi.
27. DIAGNOSA BANDING TRAUMA TUMPUL ABDOMEN RUPTUR LIENALIS PERFORASI
COLON PYEONERFRITIS ACUTE TRAUMA TAJAM ABDOMEN TRAUMA GENITOURINA RI
BAG. BAWAH
28. PENATALAKSANAAN Perawatan pra-Rumah Sakit Berfokus pada evaluasi cepat terhadap
masalah yangmengancam jiwa, memulai tindakan resusitasi, dan memulai transportasi cepat ke
perawatan definitif. Pasien cedera dengan risiko perdarahan yang terus menerus
membutuhkan transportasi yang cepat ke rumah sakit terdekat terdekat, Mengamankan jalan
napas, menempatkan IV line besar , cairan IV harus berlangsung dalam perjalanan.
29. Pada trauma tumpul abdomen, perlu dilakukan: Bed rest, puasa. Pasang cairan IVFD.
AB. Profilaksis, Analgetik tidak diberikan. Pasang NGT, DC. Pasang lingkar perut
Monitoring : Ku, anemia Tensi, Nadi, RR, Suhu tubuh Lingkar perut isi NGT, produksi urine
HB serial tiap 1 2 jam 32
30. Trauma Tumpul Abdomen FAST (+) Stabil Tidak stabil USG ulang Stabil CT (-) equivocal Tidak
stabil OP (+) CT / DPL (-) (+) (-) OP Observasi 33
31. Indikasi Bedah EMG -Vital Sign tidak stabil Trauma tembus - evisceration Eksplorasi luka
Tembus peritoneum? - impalement - Peritonitis Ya meragukan Tidak - tanda2 perdarahan
Diagnostic peritoneal lavage (DPL) Laparotomi + DPL Observasi - DPL
32. Manajemen Non Operatif Berdasarkan diagnosis CT scan dan stabilitas hemodinamik untuk
pengobatan cedera organ padat, terutama hati dan limpa Angiography sebagai manajemen
nonoperative dari cedera organ padat dari trauma tumpul pada orang dewasa untuk kontrol
perdarahan Splenic arteri embolotherapy (SAE), untuk manajemen nonoperative untuk cedera
limpa 35
33. Manajemen Operatif Indikasi untuk laparotomi : Berdasarkan Evaluasi klinis Trauma tumpul
dengan Hipotensi terus walaupun dilakukan resusitasi. Adanya peritonitis : defance musculer
dan nyeri seluruh perut. Hipotensi, Shock atau perdarahan tidak terkontrol Perdarahan
Gaster, rektum, Genitourinaria pada trauma tembus. Luka tembak melintasi rongga
peritoneum, retroperitoneum (viseral / vaskuler ). Eviserasi isi perut Trauma tumpul dengan
DPL + Klinis memburuk selama observasi 36
34. Indikasi untuk laparotomi : Berdasarkan Pemeriksaan Penunjang Adanya udara bebas ( air
sicle )intra atau retroperitonial dan ruptura diafragma. CT-Scan dengan kontras ada ruptura
organ-organ vaskuler. Didapatkan hemoperitoneum pada pemeriksaan FAST dan atau CT-
scan. 37
35. Laparotomi Ketika laparotomi diindikasikan, antibiotik spektrum luas diberikan Insisi pada
garis tengah biasanya lebih banyak dipakai. Jika ada luka organ berongga harus dijahit.
Dilakukan eksplorasi seluruh isi abdomen. 38
36. Setelah cedera intraperitoneal yang dikontrol, retroperitoneum dan pelvis harus diperiksa.
Jangan melakukan eksplorasi hematoma pelvis. Gunakan fiksasi eksternal dari patah tulang
pelvis untuk mengurangi atau menghentikan kehilangan darah. Embolisasi arteriografi, jika ada
hematoma pelvis dan pasien terus kehilangan darah setelah fiksasi eksternal 39
37. Gambar: Algoritma untuk evaluasi awal dari trauma tumpul abdomen. DPL = peritoneal lavage
diagnostik; LUQ = = left lower quadrant; US = USG. Sumber: Schwartzs principles of surgery 40
38. Gambar: Algoritma untuk evaluasi awal dari trauma tembusl abdomen Sumber:
emedicine.medscape.com 41
39. Manajemen Perioperatif Observasi pre-op Bukan hanya tanda vital (TNRS) saja USG
FAST, CT-Scan, urine, GCS, laboratorium, dapat digunakan untuk OBSERVASI Kontinu dan,
jika mungkin, oleh orang yang sama Pasien STABIL juga harus OBSERVASI periodik Pasien
TIDAK STABIL harus OBSERVASI KETAT jika perlu, setiap saat 42
40. KOMPLIKASI PROGNOSA
41. KOMPLIKASI KOMPLIKASI Komplikasi yang sering terjadi pada trauma abdomen adalah
PERITONITIS. Komplikasi yang dapat timbul pada trauma abdomen adalah, cidera yang
terlewatkan, latrogenic, intraabdomen, sepsis dan abses.
42. PROGNOSA PROGNOSIS Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi tanpa
data statistik yang menggambarkan jumlah kematian diluar rumah sakit, dan jumlah pasien total
dengan trauma abdomen gambaran spesifik prognosis untuk pasien trauma intraabdomen sulit.
Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar antara 510%.
43. REFERENSI Aji Setia Utama, S. Ked. Referat Trauma Abdomen. SMF BEDAH RSD dr.
SOEBANDI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2011 TRAUMA ABDOMEN.
SUPERVISOR: dr. ASRUL, Sp.B KBD.DEPARTEMEN ILMU BEDAH FK USU/RSUP HAM
MEDAN 2012. Sjamsuhidajat,R.2004.Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 2.Penerbit EGC:Jakarta