Anda di halaman 1dari 9

Bahaya Rokok

Racun pada Rokok


Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya 200
diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah
tar, nikotin, dan karbon monoksida.

• Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada
paru-paru.
• Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan.
• Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam darah,
membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Efek Racun
Efek racun pada rokok ini membuat pengisap asap rokok mengalami resiko
(dibanding yang tidak mengisap asap rokok):

• 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan


• 4x menderita kanker esophagus
• 2x kanker kandung kemih
• 2x serangan jantung

Rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal
jantung, serta tekanan darah tinggi.

Batas Aman
Menggunakan rokok dengan kadar nikotin rendah tidak akan membantu, karena
untuk mengikuti kebutuhan akan zat adiktif itu, perokok cenderung menyedot asap
rokok secara lebih keras, lebih dalam, dan lebih lama.

TIDAK ADA BATAS AMAN BAGI ORANG YANG TERPAPAR ASAP ROKOK.

Rokok, Laboratorium Reaksi Kimia Berbahaya


Ditulis oleh Sinly Evan Putra pada 14-05-2005

Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan


keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan bakar oleh
industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orang-orang
dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke
paru-paru mereka.

Kebiasaan merokok telah menjadi budaya diberbagai bangsa di


belahan dunia. Mayoritas perokok diseluruh dunia ini, 47 persen adalah populasi pria
sedangkan 12 persen adalah populasi wanita dengan berbagai kategori umur. Latar
belakang merokok beraneka ragam, di kalangan remaja dan dewasa pria adalah faktor
gengsi dan agar disebut jagoan, malahan ada salah satu pepatah menarik yang digunakan
sebagai pembenar atas kebiasaan merokok yaitu `ada ayam jago diatas genteng, ngga
merokok ngga ganteng`. Sedangkan kalangan orang tua, stres dan karena ketagihan
adalah faktor penyebab keinginan untuk merokok.

Berbagai alasan dan faktor penyebab untuk merokok diatas biasanya kalah seandainya
beradu argumen dengan pakar yang ahli tentang potensi berbahaya atas apa ditimbulkan
dari kebiasaan merokok baik bagi dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Harus
diakui banyak perokok yang mengatakan bahwa merokok itu tidak enak tetapi dari sekian
banyak pamflet, selebaran, kampanye anti rokok, sampai ke bungkus rokoknya diberi
peringatan akan bahaya kesehatan dari rokok, tetap tak bisa mengubris secara massal
berkurangnya kebiasaan merokok dan jumlah perokok

Tulisan ini mungkin sama nasibnya dengan kumpulan aksi anti rokok yang didengungkan
seperti diatas, tetapi saya mencoba membahasnya dari sudut kimia sesuai dengan literatur
yang dipunyai, dengan harapan pembaca situs ini yang mayoritas dari jurusan kimia akan
lebih mudah memahami ketimbang saya membahas dari sudut kesehatan, lingkungan
atau industri. Sehingga mudah-mudahan setelah membaca artikel ini.setidaknya ada
beberapa orang dapat berhenti merokok.

Rokok dan Reaksi Kimia (Pembakaran)

Proses pembakaran rokok tidaklah berbeda dengan proses pembakaran bahan-bahan


padat lainnya. Rokok yang terbuat dari daun tembakau kering, kertas dan zat perasa,
dapat dibentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan
Sulfur (S) serta unsur-unsur lain yang berjumlah kecil. Rokok secara keseluruhan dapat
diformulasikan secara kimia yaitu sebagai (CvHwOtNySzSi).

Dua reaksi yang mungkin terjadi dalam proses merokok

Pertama adalah reaksi rokok dengan oksigen membentuk senyawa-senyawa seperti CO2,
H2O, NOx, SOx, dan CO. Reaksi ini disebut reaksi pembakaran yang terjadi pada
temperatur tinggi yaitu diatas 800oC. Reaksi ini terjadi pada bagian ujung atau permukaan
rokok yang kontak dengan udara.

CvHwOtNySzSi + O2 -> CO2+ NOx+ H2O + SOx + SiO2 (abu) ((pada suhu 800oC))

reaksi pembakaran rokok

Reaksi yang kedua adalah reaksi pemecahan struktur kimia rokok menjadi senyawa kimia
lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan dan ketiadaan oksigen. Reaksi ini lebih
dikenal dengan pirolisa. Pirolisa berlangsung pada temperatur yang lebih rendah dari
800oC. Sehingga rentang terjadinya pirolisa pada bagian dalam rokok berada pada area
temperatur 400-800oC. Ciri khas reaksi ini adalah menghasilkan ribuan senyawa kimia
yang strukturnya komplek.

CvHwOtNySzSi -> 3000-an senyawa kimia lainnya + panas produk ((pada suhu 400-
800oC))
reaksi pirolisa
Walaupun reaksi pirolisa tidak dominan dalam proses merokok, tetapi banyak senyawa
yang dihasilkan tergolong pada senyawa kimia yang beracun yang mempunyai
kemampuan berdifusi dalam darah. Proses difusi akan berlangsung terus selagi terdapat
perbedaan konsentrasi. Tidak perlu disangkal lagi bahwa titik bahaya merokok ada pada
pirolisa rokok. Sebenarnya produk pirolisa ini bisa terbakar bila produk melewati
temperatur yang tinggi dan cukup akan Oksigen. Hal ini tidak terjadi dalam proses
merokok karena proses hirup dan gas produk pada area temperatur 400-800oC langsung
mengalir kearah mulut yang bertemperatur sekitar 37oC.

Rokok dan proses penguapan uap air dan nikotin

Selain reaksi kimia, juga terjadi proses penguapan uap air dan nikotin yang berlangsung
pada temperatur antara 100-400oC. Nikotin yang menguap pada daerah temperatur di atas
tidak dapat kesempatan untuk melalui temperatur tinggi dan tidak melalui proses
pembakaran. Terkondensasinya uap nikotin dalam gas tergantung pada temperatur,
konsentrasi uap nikotin dalam gas dan geometri saluran yang dilewati gas.

Pada temperatur dibawah 100oC nikotin sudah mengkondensasi, jadi sebenarnya sebelum
gas memasuki mulut, kondensasi nikotin telah terjadi. Berdasarkan keseimbangan, tidak
semua nikotin dalam gas terkondensasi sebelum memasuki mulut sehingga nantinya gas
yang masuk dalam paru-paru masih mengandung nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin
akan mengalami keseimbangan baru, dan akan terjadi kondensasi lagi.

Jadi, ditinjau secara proses pembakaran, proses merokok tidak ada bedanya dengan
proses pembakaran kayu di dapur, proses pembakaran minyak tanah di kompor, proses
pembakakaran batubara di industri semen, proses pembakaran gas alam di industri
pemanas baja dan segala proses pembakaran yang melibatkan bahan bakar dan oksigen.
Sangat ironis memang bahwa manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat
proses pembakaran bahan bakar oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain
pihak orang-orang dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru-
paru mereka.

Jumlah kematian dan klaim perokok Menurut penelitian Organisasi Kesehatan dunia
(WHO), setiap satu jam, tembakau rokok membunuh 560 orang diseluruh dunia. Kalau
dihitung satu tahun terdapat 4,9 juta kematian didunia yang disebabkan oleh tembakau
rokok. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia, yang sebagian besar
merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu kanker), selain itu juga asap dari rokok
memiliki benzopyrene yaitu partikel-partikel karbon yang halus yang dihasilkan akibat
pembakaran tidak sempurna arang, minyak, kayu atau bahan bakar lainnya yang
merupakan penyebab langsung mutasi gen. Hal ini berbanding terbalik dengan sifat
output rokok sendiri terhadap manusia yang bersifat abstrak serta berbeda dengan
makanan dan minuman yang bersifat nyata dalam tubuh dan dapat diukur secara
kuantitatif.

Selain mengklaim mendapatkan kenikmatan dari output rokok, perokok juga mengklaim
bahwa rokok dapat meningkatan ketekunan bekerja, meningkatkan produktivitas dan
lain-lain. Tetapi klaim ini sulit untuk dibuktikan karena adanya nilai abstrak yang terlibat
dalam output merokok. Para ahli malah memperkirakan bahwa rokok tidak ada
hubunganya dengan klaim-klaim di atas. Malah terjadi sebaliknya, menurunnya
produktiviats seseorang karena merokok akibat terbaginya waktu bekerja dan merokok.
Selain itu berdasarkan penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok dapat menurunkan
IQ. (dari berbagai sumber)

Bikin Hidup Lebih Redup

03. September 2007

Perokok Berisiko Tinggi Terserang Dementia

Antara News - Orang yang merokok lebih mungkin untuk terserang penyakit Alzheimer
dan bentuk lain sakit jiwa (dementia) dibanding orang yang telah berhenti atau tak pernah
merokok. Perokok yang berusia di atas 55 tahun menghadapi kemungkinan 50 persen
untuk terserang sakit jiwa dibandingkan dengan orang yang tak merokok, kata Dr.
Monique Breteler dari Erasmus Medical Center di Rotterdam, Belanda, dan
rekannya.Breteler dan rekannya, yang menulis di jurnal Neurology, mengatakan mereka
menelusuri hampir 7.000 orang yang berusia 55 tahun dan lebih selama rata-rata tujuh
tahun. Selama masa itu, 706 di antara orang-orang tersebut terserang sakit jiwa.

Ada satu jenis gen yang sudah diketahui yang meningkatkan risiko sakit jiwa yang
disebut APOE4 atau apolipoprotein E4. Merokok tak berdampak pada resiko Alzheimer
bagi orang yang memiliki gen itu. Namun orang yang tak memiliki gen tersebut
menghadapi 70 persen risiko Alzheimer kalau mereka merokok.

Merokok dapat mengakibatkan stroke ringan, yang pada gilirannya merusak otak dan
mengakitkan sakit jiwa, kata Breteler. “Merokok meningkatkan risiko penyakit
cerebrovascular (stroke), yang juga berhubungan dengan dementia,” kata Breteler dalam
suatu pernyataan yang dikutip Reuters.

“Mekanisme lain dapat melalui stres oxidative, yang dapat merusak sel di dalam
pembuluh darah dan mengarah kepada pengerasan pembuluh nadi. Perokok mengalami
stress oxidative yang lebih besar dibandingkan orang yang bukan perokok, dan
peningkatan tekanan oxidative juga terlihat pada penyakit Alzheimer,” katanya.

Stress oxidative adalah suatu proses yang sama dengan berkarat, kondisi yang
memungkinkan reaksi kimia merusak DNA.

08. August 2007

Kecanduan Asap

New Scientist (23 Juli 2007) menceritakan kisah dari seorang dokter hewan. “Several
years ago I was presented with a severely depressed, anorexic Labrador dog. Clinical
examination was unremarkable, as were lab profiles, yet the dog was obviously very ill. I
was stumped.” Nah, setelah penelitian lebih jauh, diketahui bahwa lima penghuni rumah
itu semuanya perokok. Syukurnya, akal sehat membuat mereka berhenti merokok.
Mereka semua. Tapi sayangnya, si anjing itu sudah telanjur menderita – ia terkena
kecanduan nikotin.

Sejumlah besar remaja masa kini, putra dan putri, meneruskan tradisi buruk orang tuanya
untuk merokok. Padahal informasi kesehaatan masa kini sudah lebih baik daripada di
masa lalu. Tak heran. Sedikit banyak, generasi ini telah terpapar rokok sejak dini, dan
sedikit banyak menderita semacam kecanduan nikotin yang baru teratasi saat mereka
mulai merokok. Pun, saat orang tuanya – yang akhirnya memakai otak mereka, walaupun
terlambat – gigih melarang mereka.

31. May 2007

100% Bebas Rokok

Kepada: Pengelola Bisnis dan Layanan Umum

Penelitian ilmiah tentang bahaya perokok pasif telah dilakukan selama lebih dari 20
tahun. Tidak ada keraguan bahwa merokok secara pasif sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia, menyebabkan kanker dan banyak penyakit pernafasan serta kardiovaskuler pada
anak-anak serta orang dewasa, dan tidak jarang mempercepat kematian.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah berkesimpulan bahwa asap rokok, sekecil
apapun jumlahnya, tetaplah berbahaya. Rekomendasi WHO tentang hal ini mengatakan
bahwa satu-satunya cara untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok adalah
dengan memberlakukan peraturan 100% bebas asap rokok bagi tempat-tempat umum.

Hak untuk mendapatkan udara bersih, bebas dari asap rokok adalah hak umat manusia.

Dengan demikian, kami meminta anda untuk melindungi kesehatan pegawai, pekerja, dan
masyarakat umum dengan cara menerapkan peraturan yang 100% melarang rokok di
tempat-tempat umum. Kami percaya, langkah ini adalah langkah yang sangat penting
untuk melindungi kesehatan kita dan anak-anak kita semua.

30. May 2007

Blog Tamu: Usep Hasan Sadikin

“TAAT CUMA KALO ADA YANG LIAT, TANYA KENAPA?”

Sering kali kita menemukan dan melihat pesan tersebut (atau yang sejenis), baik di rumah
dengan melalui media elektronik berupa televisi, ataupun di jalan-jalan yang biasa kita
lewati melalui media reklame. Pesan tersebut mudah kita temukan dan terlihat di mana-
mana. Ya, sebagaimana yang kita ketahui pesan tersebut merupakan bentuk pemasaran
(iklan) yang dibuat oleh salah satu merek dari produk rokok terkenal, A MILD. Redaksi
pesan tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak pesan yang disampaikan oleh A
MILD. Sebut saja yang lainnya, “Jalan Pintas Dianggap Pantas”, “Gali Lubang Tutup
Lupa”, “Kalo Masih Banyak Celah Kenapa Harus Nyerah”, “Terus Terang, Terang Ga
Bisa Terus-terusan”, “Mau Pintar Ko’ Mahal?”, “Susah Ngeliat Orang Seneng, Seneng
Ngeliat Orang Susah” atau pesan berbau religius ketika di bulan Ramadhan, seperti
“Ngobrol Jangan Cuma Setahun Sekali!” atau “Malu Sama Yang di Atas!” yang semua
itu diakhiri dengan kalimat, “Tanya Kenapa?”

Jika kita baca, resapi dan pahami, pesan-pesan tersebut merupakan bentuk kritik moral
terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah atau pun kepada sikap kita sehari-hari. Pesan-
pesan yang ringan, santai dan tidak menggurui tetapi memiliki makna yang tajam dan
mendalam. Tajam karena bersifat menggugat sesuatu yang umumnya biasa terjadi atau
sering dilakukan tetapi justru merupakan sikap yang harus dirubah. Mendalam karena
sangat menyadarkan kita, dan dengan perkataan akhir “Tanya Kenapa(?)”, menjadikan
diri kita berintropeksi dan tergerak.

Sebagaimana yang kita ketahui juga bahwa, kini perusahaan rokok semakin dibatasi
kesempatannya dalam memasarkan/ mengiklankan produknya, baik itu dalam hal ruang
pemasaran maupun dalam hal waktu pemasaran. Perusahaan rokok dilarang memasarkan
produknya serta tidak boleh menjadi sponsor kegiatan pada (umumnya) institusi
pendidikan. Dalam memasarkan/ mengiklankan pun perusahaan rokok tidak boleh
menampilkan wujud rokok serta aktivitas merokok baik itu dalam visualisasi berupa
gambar atau film pada media televisi, internet dan reklame ataupun suara pada media
radio. Waktu pemasaran pun dibatasi, yaitu di atas jam setengah sepuluh malam sampai
jam lima pagi, dengan asumsi anak-anak pada waktu tersebut tidak menggunakan media
elektronik yang informatif (Peraturan Pemerintah No.38 Th.2000). Dan rokok pun dalam
pemasarannya “wajib” menyertakan peringatan pemerintah bahwa merokok dapat
merusak kesehatan.

Kebijakan tersebut (termasuk kebijakan pengontrolan perokok dan asap rokok dengan
menyediakan smoking room khususnya di kota Jakarta) ada karena secara mendasar
orang tahu bahwa rokok merupakan produk yang merusak kesehatan. Bahan yang ada
pada rokok (banyak) merupakan racun yang tentu saja tidak baik dikonsumsi/ dihisap,
dalam hal ini rokok merusak kesehatan dan berbahaya bagi keselamatan jiwa si
penghisap. Saat merokok, orang menghisap kurang lebih 4000 bahan kimia dengan tiga
komponen utama, yaitu: nikotin yang menyebabkan ketergantungan/ adiksi, tar (benzo-a-
piren, piren) yang bersifat karsinogenik dan karbon monoksida yang afinitasnya sangat
kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah (terutama bagi perokok
pasif) berkurang -sumber: Health Departement of Western Australia dari Lembaga M3
(Menanggulangi Masalah Merokok). Jika hal tersebut terakumulasi akan menimbulkan
penyakit kanker, impotent, atau merusak jantung, paru-paru, janin, kandungan dan
lainnya –Peringatan Pemerintah, tertera pada kemasan dan penyampaian iklan rokok.
Dari hal-hal tersebut kita (termasuk perokok aktif) sepakat bahwa rokok merupakan
produk yang merusak kesehatan. Produk yang membahayakan keselamatan jiwa. Rokok
bersifat mematikan.

Dengan ter(dan di)sosialisasikannya pengetahuan atau informasi itu oleh para pakar,
praktisi, dan aktivis kesehatan (atau yang lainnya) pada khalayak umum baik itu melalui
media elektronik dan cetak maupun melalui kegiatan seminar, diskusi dan kampanye,
serta dengan adanya kebijakan pemerintah yang membatasi pemasaran/ iklan rokok, tidak
membuat perusahaan rokok dengan tim kreatif dan marketingnya “kehilangan akal”. Di
saat perusahaan lain (selain perusahaan rokok) memasarkan produknya dengan cara
mengatakan dan menampilkan keunggulan-keunggulan produknya ditambah dengan
slogan-slogan seperti “propaganda konsumtif”, rokok yang sebelumnya juga dianggap
sebagai “teman” kesendirian, kecemasan, kepusingan dan stress (candu), kini hadir
sebagai “teman” yang senantiasa menyapa kita dengan pesan-pesan yang mencerahkan,
bermakna, berguna dan bermanfaat.

Selain pesan-pesan moral berupa kritik yang disampaikan oleh produk rokok merek A
MILD dari SAMPOERNA GROUP, merek-merek lain pun tidak mau kalah friendly-nya.
Sebut saja pesan, “Apa Obsesimu?” disertai dengan slogan “Bikin Hidup Lebih Hidup”
dari merek STAR MILD, “U are U !” (baca: kamu adalah kamu) dari merek U MILD, “X-
presikan Aksimu!” dari merek X MILD, dan yang lainnya, merupakan pesan-pesan hidup
yang juga mencerahkan, bermakna, berguna dan bermanfaat.
Rokok dengan image sebagai “teman” pun hadir di saat teman-teman kita (yang memang
kita anggap sebagai teman sepermainan) lengkap dengan pergaulannya, lebih banyak
membicarakan dan melakukan kegiatan yang tidak bermakna, tidak berguna dan tidak
bermanfaat serta jauh dari mencerahkan. Kegiatan-kegiatan yang konsumtif, tidak
produktif dan bersifat hura-hura (hedonis). Rokok hadir sebagai “teman” dengan pesan
dan nasehat di saat kebanyakan dari teman-teman kita tidak melakukannya. Rokok juga
hadir sebagai “teman” di saat peran dan fungsi orangtua sebagai “teman” terdekat
semakin berkurang karena berbagai macam kesibukannya.

Ya, rokok tampil sebagai “teman” dengan begitu percaya diri di saat banyak dari kita
sulit atau tidak bisa melakukannya. Padahal, pesan-pesan dari masing-masing merek
rokok tersebut disampaikan atas dasar agar rokok tetap bisa diterima oleh khalayak
umum (begitu juga dengan banyaknya beasiswa yang tersedia di institusi pendidikan dari
perusahaan-perusahaan rokok). Agar kita permisif/ mentolerir rokok yang bersifat
merusak kesehatan dan mematikan. Agar kita bimbang terhadap mana nilai yang baik dan
mana nilai yang buruk. Agar rokok bisa dianggap oleh kita sebagai “teman”. Hal ini
membuat kita “lupa”, bahwa pesan-pesan tersebut tidak lebih dari strategi dalam
memasarkan produk yang dibuat dan disebarkan oleh perusahaan rokok agar produknya
tetap dan lebih laku dijual serta diterima di pasar dan dikonsumsi.

Jadi benar jika ada yang mengatakan, “marketing adalah bagaimana cara kita menjual
sate babi di kampung Arab (dan laku)!”. Babi mungkin bisa enak, mengenyangkan dan
laku dijual, tetapi tetap saja babi haram dikonsumsi (salah satunya karena merusak
kesehatan) bagi orang Arab (baca: Islam). Begitu juga dengan rokok yang mungkin bisa
menjadi “teman”, TTM,.tetapi bukan “teman tapi mesra” sebagaimana lagu yang
dinyanyikan grup musik Ratu. Rokok adalah “teman” yang membahayakan kesehatan
dan jiwa kita. Rokok, “teman” tapi mematikan.

USEP HASAN SADIKIN


Koordinator Forum Lintas Batas

18. June 2006

Rokok dan Pornografi JIL

JIL (Jaringan Islam Dugem), memaparkan sebuah artikel tentang rokok dan pornografi:
Regulasi Pornografi. Cukup menarik cara JIL membandingkan pornografi dan rokok:
sampah masyarakat (sumber penyakit masyarakat) yang dinikmati orang2 tertentu,
sementara penikmatnya sendiri tidak mampu keluar dari alur logika untuk menemukan
akal sehat yang dapat mengenali kesampahan pornografi dan rokok itu. Merasa
mengurangi stress, sementara yang terjadi adalah akumulasi penyebab stress. Rokok dan
pornografi juga memiliki kesamaan menarik, yaitu bahwa orang yang tidak ikut
menikmati rokok dan pornografi cenderung mengalami kerugian lebih besar.
Tapi tentu JIL tetap JIL, yang tidak punya nyali untuk menyuarakan kebenaran melawan
raksasa industri rokok dan pornografi. Yang diminta JIL hanyalah himbauan-himbauan
dan harapan untuk menyadarkan diri masing-masing. Sia-sia kita memiliki negara,
pemerintahan, dan keteraturan masyarakat; kalau untuk menghadapai sampah dan
ancaman masyarakat, yang diharapkan hanyalah himbauan. Tapi namanya juga JIL :).
31. May 2006

Hari Tanpa Tembakau 2006

Sambil ikut memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2006 pada hari ini, maka kami,
penulis blog yang peduli dengan masalah ini, bermaksud untuk memperingatkan kita
semua akan bahaya merokok:

1. Mengingatkan kembali bahwa segala macam konsumsi tembakau adalah


berbahaya, baik bagi diri sendiri, maupun terutama bagi lingkungan (perokok
pasif: para orang keren, para balita, para manula, dll); dalam bentuk apa pun:
rokok, rokok pipa, bidi, kretek, rokok beraroma cengkeh, snus, snuff, rokok tanpa
asap, cerutu. Semuanya berbahaya.
2. Juga mengingatkan kembali bahwa semua bahwa tembakau dalam jenis, nama
dan rasa apapun sama bahayanya. Tembakau berbahaya dalam samaran apa pun.
Mild, light, low tar, full flavor, fruit flavored, chocolate flavored, capuccino
flavored, natural, additive-free, organic cigarette, PREPS (Potentially Reduced-
Exposure Products), harm-reduced … semuanya berbahaya. Label-label tersebut
tidak menunjukkan bahwa produk-produk yang dimaksud lebih aman
dibandingkan produk lain tanpa label-label tersebut.
3. Terutama: menuntut Pemerintah Republik Indonesia untuk sesegera mungkin
meratifikasi WHO Framework Convention on Tobacco Control (WHO FCTC)
demi kesehatan penerus bangsa. Memalukan: Indonesia adalah satu-satunya
negara di Asia yang belum menandatangani perjanjian internasional ini.

26. July 2002

Rokok Mendukung Tumor dan Plak Arteri

Kompas memaparkan kembali: Nikotin Percepat Pertumbuhan Pembuluh Darah


Baru
Dalam suatu riset terhadap sel manusia dan binatang, para ahli di Universitas Stanford
menemukan, nikotin ternyata dapat merangsang pembentukan pembuluh darah baru —
suatu proses yang dipercaya dapat membantu tumor dan plak pada arteri tumbuh dan
berkembang. Peneliti melakukan publikasi atas temuannya dalam Jurnal Nature Medicine
edisi Juli.
Peneliti juga menyarankan, nicotine-replacement therapy atau terapi penggantian nikotin
sebaiknya tetap hanya dijadikan sebagai tindakan jangka pendek dalam menghentikan
kebiasaan merokok –dan bukannya terapi jangka panjang untuk mengobati kecanduan
nikotin.

01. June 2002

Rokok Haram

Dari Komite Tarbiyah dan Pengembangan Diskusi Isnet: Rokok hukumnya haram,
karena

1. Bahayanya lebih banyak dari manfaatnya ( Q2:219) )


2. Merusak badan atau kesehatan. Kata khamar dalam ayat berikut ini (Q5:90)
adalah segala sesuatu yang merusak ( badan, otak, kesehatan dsb), bukan hanya
arak. Acu juga (Q2:195)
3. Termasuk Israf (membuang-buang uang) (Q40:28 Q6:141 Q7:31)
4. Termasuk dalam Hadith La dhororo wala dhirara: tidak boleh membinasakan
diri, dan diri orang lain. Bayangkan nanti hari qiamat kalau kita menjadi penyebab
meninggalnya seseorang karena asap rokok kita. Orang itu berhak untuk menuntut
kita di hadapan Allah

28. June 2001

Hello World!

Kompas mengabarkan: Seruan Dukung Gerakan Antinarkoba Ditanggapi Dingin


Seruan aktivis gerakan antinarkoba untuk menyalakan lampu kendaraan pada pagi dan
petang hari sebagai tanda mendukung gerakan antinarkoba, ditanggapi dingin oleh
masyarakat. Banyak diantaranya yang bahkan tidak tahu-menahu mengenai seruan ini.
Gerakan seperti ini jadi lucu kalau dilakukan dengan stiker, slogan, dengan mengundang
artis, dan hal-hal nonsens lainnya; karena di pihak lain pemerintah masih mendukung
model-model “konsumsi tanpa otak” seperti rokok. Kalau rokok yang menyakiti
lingkungan saja tidak dilarang, apa perlunya berkaok-kaok melarang narkoba yang
cuman menyakiti diri sendiri.

08. June 2001

Penipuan oleh Philip Morris

Republika, hari ini memberitakan: Juri pengadilan Los Angeles memerintahkan


perusahaan tembakau besar di Amerika Serikat Philip Morris untuk membayar uang
senilai 3 miliar dolar AS lebih kepada seorang perokok yang menderita kanker tahap
terminal. Perokok yang bernama Richard Boeken, pria asal California berusia 56 tahun
ini, menuntut perusahaan Philip Morris. Ia menilai perusahaan tidak memperingatkan
betapa bahayanya rokok yang ia produksi. Akibatnya dia menderita penyakit kanker
akibat kebiasaannya merokok produk Philip Morris. Boeken menuduh perusahaan Philip
Morris atas enam tuduhan penipuan, konspirasi dan kecerobohan. Dewan juri di
pengadilan ini akhirnya mendukung keenam tuntutan Boeken. Boeken menyatakan
bahwa dia mulai mencoba-coba merokok Marlboro pada usia 13 tahun. Baru pada
pertengahan tahun 1990-an dia menyadari betapa bahayanya asap rokok yang selama ini
dia konsumsi.
Kapan di Indonesia penipuan massal ini bisa berakhir melalui cara yang legal?

Anda mungkin juga menyukai