Anda di halaman 1dari 7

Tutorial 1: KDRT

1. Pengertian
Kekerasan menurut Martha (2003, h. 21) diartikan sebagai : The threat, attempt, or use
of physical force by one or more person that result in physical or non physical harm to
one or more, yang dapat diartikan ancaman, berusaha, atau menggunakan kekersan fisik
kepada satu orang atau lebih yang mengakibatkan kerusakan fisik atau non fisik pada satu
orang atau lebih.
Menurut Sukri (2004, h. 7) kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan yang
dilakukan seseorang atau beberapa orang terhadap orang lain, yang berakibat atau
mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,dan atau
psikologis, termasuk ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang atau penekanan secara ekonomis yang terjadi
dalam lingkup rumah tangga.
kekerasan dalam rumah tangga adalah kekerasan secara verbal atau fisik yang dilakukan
oleh seorang suami yang dapat berakibat kesengsaraan dan penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan ekonomi pada istri.
kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun nonfisik dilakukan secara aktif
maupun dengan cara pasif (tidak berbuat), dikehendaki oleh pelaku dan akibat merugikan pada
korban (fisik maupun nonfisik) yang tidak dikehendaki oleh korban (UU RI Penghapusan KDRT No
23 Tahun 2004 Pasal 1 angka 1)

2. Epidemiologi
Data yang diperoleh dari Rifka Anissa Womens Crisis Centre menunjukkan tahun 1994
s/d tahun 2003 kasus KDRT berjumlah 1511 kasus. Tiap tahun selalu mengalami
peningkatan, mulai 18 kasus (1994), 82 kasus (1995), 134 kasus (1996), 188 kasus
(1997), 208 kasus (1998) dan terakhir 282 kasus (1999). Dari 706 kasus, pengaduan
terbanyak merupakan korban kekerasam suami (70%), bahkan ada korban yang sampai
buta. Namun ironisnya kurang dari 2% yang bersedia membawa kasusnya baik
kepengadilan maupun melapor ke polisi ( Saraswati, 2006, h. 2).

3. Bentuk bentuk kekerasan
Sukerti (2005, h. 7-8), mengemukakan beberapa bentuk kekerasan sebagai berikut
a. kekerasan fisik , seperti : memukul, menampar, dan mencekik
b. kekerasan psikologis, seperti : berteriak, menyumpah, mengancam, melecehkan dan
sebagainya
c. kekerasan seksual, seperti : melakukan tindakan yang mengarah keajakan/desakan
seksual seperti menyentuh, mencium, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan
korban.
Simpson dan Gangestad (dalam Baron, 2005, h. 31), menggambarkan sebuah
garis di posisi kontinum mengenai sociosexuality (sosioseksualitas). Pada satu
ujung garis kontinum terdapat orang-orang (umumnya laki-laki) yang
mengekspresikan unrestricted sociosexual orientation (orientasi sexual yang tak
terbatas) dimana lawan jenis dikejar-kejar hanya sebagai pasangan seksual tanpa
adanya kebutuhan akan kedekatan, komitmen, atau ikatan emosional.
Pada ujung yang lain dari dimensi ini adalah individu (umumnya wanita) yang
mengekspresikan restricted sociosexual orientation (orientasi sosiosexual yang
terbatas) di mana hubungan seks diterima hanya jika disertai adanya afeksi dan
kelembutan
d. kekerasan finansial, seperti : mengambil barang korban, dan menahan atau tidak
memberikan pemenuhan kebutuhan financial
e. kekerasan spiritual, seperti : merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban,
memaksa korban mempraktekan ritual dan keyakinan tertentu.

4. Etiologi
Menurut Sukri (2004, h. 32), faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kekerasan
meliputi : Usia, pendidikan, kondisi Ekonomi
Djannah (2002, h. 51), mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri, yaitu :
a. kemandirian ekonomi istri
b. karena pekerjaan istri
c. perselingkuhan suami
d. campur tangan pihak ketiga
e. pemahaman yang salah terhadap ajaran agama
f. kebiasaan suami
g. kekuasaan suami.

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan suami terhadap istri, antara
lain:
Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak laki-laki
harus kuat, berani dan tidak toleran.
Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.
Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena merupakan
masalah keluarga dan bukan masalah sosial.
Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri, kepatuhan istri
pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh
menguasai perempuan.
Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi.
Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.
Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak.
Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior.
Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang sering melakukan
kekerasan pada ibunya atau dirinya.

5. Manifestasi Klinis
Gambaran Klinis Penganiayaan dan kekerasan
a. Korban trauma atau penganiayaan dapat dipastikan mengalami cidera fisik yang
memerlukan penanganan medis, tetapi mereka juga mengalami cidera psikologis yang
dapat mencakup repons yang cukup luas
b. Beberapa korban mungkin mengalami agitasi dan tampak kecewa, korban lain
menarik diri dan menyendiri, yang tampak hilang rasa atau tidak menyadari
ligkungan sekitarnya
c. Kekerasan dalam rumah tangga sering dirahasiakan selama berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun karena korban takut terhadap orang yang menganiaya mereka
d. Korban sering kali menekan kemarahan dan kebencian mereka selama bertahun-tahun
dan tidak dapat mengatakannya keepada siapapun.
e. Individu yang bertahan dari penyaniayaan merasa kehilangan martabat, terhina, dan
kehilangan kualitas kemanusiaan. Harga diri mereka menjadi sangat rendah dan
mereka menganggap diri mereka tidak dicintai
f. Mereka sulit mempercayai orang lain

Karakteristik Kekerasan Dalam Rumah Tangga
a. Isolasi social
Anggota keluarga ini merahasiakan kekerasan dan sering kali tidak mengundang
orang lain kerumah mereka atau tidak mengatakan kepada orang lain hal yang terjadi.
Anak dan wanita yang mengalami penganiayaan sering kali diancam oleh penganiaya
bahwa mereka akan lebih disakiti jika mengungkapkan rahasia tersebut. Mereka
ditakuti agar mereka menyimpan rahasia atau mencegah orang lain mencampuri
urusan keluarga yang pribadi.
b. Kekuasaan dan control
Anggota keluarga yang melakukan penganiayaan hamper selalu berada dalam posisi
berkuasa dan memiliki kendali terhadap korban, baik korban adalah anak, pasangan,
dan lansia. Penganiaya sering kali adalah satusatunya anggota keluarga yang
membuat keputusan, mengeluarkan uang, atau diizinkan untuk meluangkan waktu di
rumah orang lain. Penganiaya melakukan penganiayaan emosional dengan
meremehkan atau menyalahkan korban dan sering mengancam korban
c. Penyalahgunaan alcohol dan obat obatan lain
Penganiaya cenderung menggunakan alcohol dan obat-obatan lainnya
d. Proses transmisi antargenerasi
Pola kekerasan diteruskan dari satu generasi ke genari berikutnya melalui model
peran dan pembelajaran social.

6. Dampak
Menurut Sukri (2004, h. 12-14), kekerasan terhadap perempuan memiliki dampak jangka
pendek dan jangka panjang, yaitu : dampak Jangka Pendek dan dampak Jangka Panjang.
Terjadinya kekerasan dalam keluarga akan menimbulkan dampak yang negatif pada anak
bahkan keluarga itu sendiri, seperti istri menuntut untuk bercerai karena tidak tahan akan
perilaku suami yang keras
- Dampak kekerasan terhadap istri yang bersangkutan itu sendiri adalah: mengalami sakit
fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak
berdaya, mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,
mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.
- Dampak kekerasan terhadap pekerjaan si istri adalah kinerja menjadi buruk, lebih banyak
waktu dihabiskan untuk mencari bantuan pada Psikolog ataupun Psikiater, dan merasa
takut kehilangan pekerjaan.
- Dampaknya bagi anak adalah: kemungkinan kehidupan anak akan dibimbing dengan
kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam pada anak-anak akan lebih tinggi,
anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada
pasangannya apabila telah menikah karena anak mengimitasi perilaku dan cara
memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya.
7. Penanganan
Dewasa ini telah lahir beragam upaya dan lembaga yang memberi perhatian kepada
masalah korban kekerasan. Salah satu bentuk perhatian itu adalah mendirikan berbagai
pusat pelayanan perempuan korban kekerasan.


8. Siklus KDRT
Ciciek (1999, hal.29) menjelaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan
suatu perilaku yang berulang dan membentuk suatu pola yang khas. Untuk memahami
masalah kekerasan dalam rumah tangga, kita harus memahami siklus atau lingkaran
kekerasan tersebut . Adapun siklus atau tahap-tahap tersebut sebagai berikut: tahap awal
atau tahap munculnya ketegangan, tahap pemukulan akut, dan tahap bulan madu semu


.






9. Asuhan keperawatan
a. Diagnosa keperawtan : ketidakefektifan koping individu
Gangguan perilaku adaptif dan kemampuan penyelesaian masalah pada sesorang dalam
memnuhi tuntutan dan peran dalam hidup
b. kriteria hasil
klien akan:
- mengekspresikan perasaan tidak beerdaya, takut , marah, perasaan bersalah, cemas, dsb
- memperlihatkan berkurangnya perilaku menarik diri, depresi, atau cemas
- memperlihatkan penurunan gejala terkait stress
- mengidentikasikan system pendukung diluar rumah sakit
c. intervensi
- luangkan waktu dengan klien dan dorong klien mengekspresikan perasaannya dengan
berbincang, menulis, menangis, dsb. Terima perasaan klien termasuk rasa bersalah, marah,
takut, dan peduli terhadap orang yang menganiayanya
Cinta
Harapan
Teror
konflik
Minta maaf
Bulan madu Kekerasan
rasional : situasi yang abusive menimbulkan berbagai perasaan yang perlu klien
ekspresikan, termasuk rasa duka terhadap kehilangan suatu hubungan yang sehat atau
ideal, rasa percaya, kesehatan, harapan, rencana keamanan financial, dan rumah.

- ketika beriteraksi dengan klien beri petunjuk dan dukungan kepada klien dalam membuat
keputusan, mencari bantuan, mengekspresikan kekuatan, menyelesaikan masalah, dan
mencapai kebrhasilan. Akui usaha klien dalam berinteraksi, aktivitas, dan rencana terapinya
rasional: klien mungkin tidak melihat kekuatan atau upayanya sebagai hal yang berharga
dan pernah dianiaya ketika memperlihatkan kekuatan dimasa lalu. Dukungan yang positif
dapat membantu menguatkan upaya klien dan meningkatkan pertumbuhan harga diri klien

- beri pilihan kepada klien sebanyak mungkin, susun beberapa aktivitas sesuai tingkat
pencapaian klien saat ini untuk member pengalaman yang berhasil
rasional : menunjukkan bahwa klien memiliki hak pilih dan mampu melakukannya
10. pencegahan
perhatian utama harus diarahkan pada pengembangan berbagai strategi untuk mencegah terjadi
penganiayaan dan meminimalkan efeknya yang merugikan ada beberapa solusi untuk mencegah
KDRT antara lain :
a. Membangun kesadaran bahwa persoalan KDRT adalah persoalan sosial bukan individual dan
merupakan pelanggaran hukum yang terkait dengan HAM.
b. Sosialiasasi pada masyarakat tentang KDRT adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan
dan dapat diberikan sangsi hukum. Dengan cara mengubah pondasi KDRT di tingkat
masyarakat pertama tama dan terutama membutuhkan.
c. Adanya konsensus bahwa kekerasan adalah tindakan yang tidak dapat diterima.
d. Mengkampanyekan penentangan terhadap penayangan kekerasan di media yang
mengesankan kekerasan sebagai perbuatan biasa, menghibur dan patut menerima
penghargaan.
e. Peranan Media massa. Media cetak, televisi, bioskop, radio dan internet adalah macrosystem
yang sangat berpengaruh untuk dapat mencegah dan mengurangi kekerasan dalam rumah
tangga ( KDRT). Peran media massa sangat berpengaruh besar dalam mencegah KDRT
bagaimana media massa dapat memberikan suatu berita yang bisa merubah suatu pola
budaya KDRT adalah suatu tindakan yang dapat melanggar hukum dan dapat dikenakan
hukuman penjara sekecil apapun bentuk dari penganiayaan.
f. Mendampingi korban dalam menyelesaikan persoalan (konseling) serta kemungkinan
menempatkan dalam shelter (tempat penampungan) sehingga para korban akan lebih
terpantau dan terlindungi serta konselor dapat dengan cepat membantu pemulihan secara
psikis


Hal Yang Dapat Dilakukan Dan Tidak Dapat Dilakukan Dalam Menangani Korban Penganiayaan Pasangan
Hal Yang Tidak Dapat Dilakukan Hal Yang Dapat Dilakukan
Jangan membocorkan komunikasi klien
tanpa persetujuan klien
Jangan menggurui, mengatakan hal hal
tentang moral atau memberikan kesan
bahwa anda meragukan klien
Pastikan dan jaga kerahasiaan klien
Dengarkan, pastikan, dan katakan, saya
turut menyesal bahwa anda telah disakiti
Ungkapkan: saya peduli akan
keselamatan anda
Jangan meremehkan dampak kekerasan
Jangan mengungkapkan kemarahan
kepada pelaku penganiayaan
Jangan member kesan klien bertanggung
jawab atas penganiayaan yang dialaminya
Jangan merekomendasikan konseling
pasangan
Jangan mengarahkan klien untuk
meninggalkan hubungan
Jangan membebani klien dan lakukan
semua untuk klien

Katakana kepada korban : anda memiliki
hak merasa aman dan dihormati
Katakana, penganiayaan yang anda alami
bukan salah anda
Rekomendasikan suatu kelompok
pendukung atau konseling individu
Identifikasi sumber masyarakat dan
dorong klien untuk mengeembang rencana
keamanan
Tawarkan bantuan kepada klien dalam
menghubungi tempat penampungan,
polisi, atau sumber lain

INDIKATOR PENGANIAYAAN LANSIA YANG MUNGKIN
Indikator penganiayaan fisik
Adanya cidera yang tidak dapat dijelaskan dan sering terjadi disertai kebiasaan mencari bantuan
medis dari berbagai tempat
Enggan mencari terapi medis untuk cedera atau menyangkal adanya cedera
Disorientasi atau grogi yang menunjukkan penyalahgunaan obat-obatan
Taku atau gugup ketika ada anggota keluarga yang merawat
Indikator penganiayaan psikologis atau emosional
Tidak berdaya
Ragu ragu untuk berbicara terbuka
Marah atau agitasi
Menarik diri atau depresi
Indikator penganiayaan financial
Transaksi perbankan yang tidak lazim atau tidak tepat
Tanda tanga cek yang berbeda dari tanda tangan lansia
Perubahan terbaru surat warisan atau pemberian kuasa pada pengacara ketika lansia tidak
mampu membuat keputusan tersebut
Kehilangan barang berharga yang bukan karena salah meletakkan
Tidak memiliki televisi, pakaian atau barang pribadi yang diperoleh dengan mudah
Kekhawatiran orang yang merawat lansia yang tidak lazim tentang biaya pengobatan lansia,
padahal bukan uang yang merawat yang dugunakan


Daftar pustaka
Baron, Robert A, Bryne done. 2005. Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga

Ciciek, Farha.1999. Ikhtisar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta: Kerjasama
Solidaritas Perempuan, Lembaga Kajian Agama dan Jender.

Martha, Aroma Elmina. 2003. Perempuan Kekerasan dan Hukum. Jakarta : UII Press.
Saraswati, Rika. 2004. Pergeseran Cara Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga: dari
hukum perdata ke hukum publik, Jurnal Politik dan Social tahunIV. Salitiga : CV. Renai.

Saraswati, Rika. 2006. Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Bandung: PT. Citra Aditya BaktiSukri, S. 2004. Islam Menentang Kekerasan Terhadap
Istri.Yogyakarta: Gama Media.

Sukerti, Ni Nyoman, 2005. Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga : Kajian
Dari Perspektif Hukum Dan Gender Studi Kasus Di Kota Denpasar Tesis (tidak diterbitkan).
Bandung : Program Pascasarjana, Universitas Udayana.

Videbeck, Sheila L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai