Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

KEWARGANEGARAAN
PERAN SERTA DALAM MASYARAKAT





Oleh :
ERFANSYAH HASMI
A1D111497




KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANJARBARU
2013
A.Pengertian Peran Serta dan Masyarakat
Resbin L. Sihite (2007:16) mengemukakan bahwa peran serta adalah berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam suatu program atau
kegiatan tertentu, sehingga bermakna dalam pencapaian tujuan. Menurutnya wujud dari
peran serta yang diberikan dapat berupa pemikiran, tindakan, sumbangan dana atau
barang yang berguna bagi program ataupun pencapaian tujuan. Ia juga
mengemukakan pengertianmasyarakat sebagai sekelompok orang yang hidup dalam
daerah khusus.
Yusufhadi Miarso (2004:706) menggunakan istilah partisipasi untuk mengatakan peran
serta. Partisipasi menurutnya merupakan hal turut serta dalam suatu kegiatan.
Pengertian masyarakat menurutnya adalah kumpulan individu yang menjalin kehidupan
bersama sebagai suatu kesatuan yang besar, yang saling membutuhkan, memiliki cirri-
ciri yang sama sebagai kelompok.
Istilah masyarakat dalam UU No.20 Tahun 2003 diartikan sebagai kelompok warga
Negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang
pendidikan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa peran serta masyarakat
dalam pendidikan adalah aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam bidang
pendidikan dengan tujuan untuk memajukan pendidikan dengan cara-cara tertentu.
Kelompok orang yang dimaksud adalah dapat berupa masyarakat yang berhubungan
langsung dengan pendidikan seperti orang tua siswa yang tergabung dalam komite
sekolah, masyarakat luas yang tergabung dalam dewan pendidikan, dunia usaha
seperti badan-badan usaha yang dapat berpartisipasi dalam program Manajemen
Berbasis Sekolah, penyelenggara pendidikan nonpemerintah, dan sebagainya.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, Dewan pendidikan adalah lembaga mandiri yang
berbagai unsur masyarakat yang peduli pendidikan, sedangkan Komite Sekolah adalah
lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua atau wali peserta didik, komunitas
sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
B. Lingkup Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan
Resbin L. Sihite (2007:15) mengemukakan tujuh peran serta masyarakat dalam
pendidikan yaitu:
1. Sebagai sumber pendidikan
2. Sebagai pelaku pendidikan
3. Pelaksana pendidikan
4. Pengguna hasil pendidikan
5. Perencanaan pendidikan
6. Pengawasan pendidikan
7. Evaluasi program pendidikan.
Sedangkan Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005:179) mengemukakan kaitan antara
masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu masyarakat sebagai
penyelenggara pendidikan, mempunyai peran dan fungsi edukatif, dan masyarakat
sebagai sumber belajar.
Dua pendapat tadi menggambarkan lingkup peran serta masyarakat secara menyeluruh
mulai dari perencanaan sampai evaluasi. Nampak bahwa masyarakat dan pendidikan
saling berkaitan dan saling topang. Sehingga keberehasilan pendidikan bukan saja
menjadi tanggung jawab penyelenggara pendidikan saja, tetapi juga merupakan
tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dan pemerintah terjun
langsung ke tengah-tengah dunia pendidikan atau dsapat dikatakan masyarakat turut
berpartisipasi dalam pendidikan dan pemerintah memberikan dorongan berupa
peraturan atau perundang-undangan.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan dikemukakan oleh Yusufhadi Miarso
(2004:709) bertujuan untuk:
1. Terbentuknya kesadaran masyarakat tentang adanya tanggung jawab
bersama dalam pendidikan.
2. Terselenggaranya kerja sama yang saling menguntungkan (memberi dan
menerima) antara semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan.
3. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam penmanfaatan sumber daya,
meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan
seperti dana, fasilitas, dan peraturan-peraturan termasuk perundang-
undangan.
4. Meningkatkan kinerja sekolah yang berarti pula meningkatnya produktivitas,
kesempatan memperoleh pendidikan, keserasian proses dan hasil pendidikan
sesuai dengan kondisi anak didik dan lingkungan, serta komitmen dari para
pelaksana pendidikan.
Begitu pentingnya peran serta msyarakat atau partisipasi masyarakat ini, maka UU No.
20 Tahun 2003 begitu banyak mengemukakan hal tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan, logika,seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (Bab III, pasal 4 ayat 6)
2. Setiap warga Negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan. (Bab IV, pasal 6 ayat 2)
3. Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan
memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya. (Bab IV,
pasal 6 ayat 7)
4. Masyarakat berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan evaluasi program pendidikan. (Bab IV, pasal 6 ayat 8)
5. Masyaraakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan. (Bab IV, pasal 6 ayat 9)
6. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan. (Bab XV pasal 54 ayat 1)
7. Masyarakat dapat beerperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan.(Bab XV pasal 54 ayat 2)
8. Ketentuan peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud poin 6 dan 7
diataur dengan peraturan pemerintah. (Bab XV pasal 54 ayat 3)
9. Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat
pada pendidikan formal dan nonoformal sesuai dengan kekhasan agama,
lingkungan sosial, dan budaya untuk kepentingan masyarakat (Bab XV Bagian II
pasal 55 ayat 1-5)
Selain peraturan atau UU seperti di atas sebetulnya peran serta msyarakat dalam
pendidikan sudah merupakan tradisi budaya. Norma adapt sebetulnya lebih kuat dari
pada kebiasaan atau norma lainnya. Beberapa norma sosial yang dapat diidentifikasi dan
hidup di lingkungan masyarakat bangsa Indonesia dan dapat dimanfaatkan oleh dunia
pendidikan adalah sebagai berikut (Yusufhadi Miarso, 2004:71).
1.Musyawarah dan mufakat
2. Gotong Royong
3. Kebersamaan
4. Kepatuhan
5. Tenggang Rasa
6. Keterbukaan
7. Keteladanan
8. Tolong Menolong
C.Masyarakat sebagai Sumber, Pelaku dan Pelaksana Pendidikan
Masyarakat merupakan sumber belajar, artinya banyak hal yang dapat diambil dari
masyarakat untuk kepentingan pendidikan. Walaupun suatu masyarakat punah, tetapi
peninggalan-peninggalan dari mereka masih dapat diambil, baik ilmunya,
kebudayaannya, dan sebagainya. Peninggalan-pweninggalan tersebut tentu berguna
bagi seorang sejarahwan atau arkeolog. Masyarakat dari berbagai tingkat maupun
golongan dengan berbagai profesi dan keahlian, dengan berbagai suku, bangsa,adapt
istiadat dan agama, keberadaan dabn aktivitas kehidupannya merupakan fenomena
yang unuik yang kimpleks penuh denganpersoalan menarik yang menjadi sumber atau
obyek pembelajaran bagi siapa saja yang mau pmempelajarainya (Resbin L. Sihite,
2007:17).
Masyarakat juga sebagai pelaku pendidikan, artinya baik perorangan atau
kelompok masyarakat bertindak selaku pembelajar. Pendidikan memang ditujukan
kepada masyarakat sejak seorang manusia mulai dapat belajar sampai akhir hayatnya.
Bentuk pendidikan yang dapat ditempuh oleh masyarakat dapat berupa pendidikan
formal, nonformal, atau informal. Hal ini mereka lakukan karena mereka memiliki rasa
ingin tahu, sikap disiplin, dan memiliki daya juang yang tinggi. Pendidikan formal yang
mereka tempuh mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan
nonioformal yang dapat mereka tempuh seperti kursus-kursus, lembaga pelatihan,
majelis taklim, dan sebagainya. Sedangkan lembaga informal berupa pendidikan dalam
keluarga dan lingkungan masyarakatnya.
Sebagai pelaksana pendidikan, masyarakat melakukan kegiatan penyelenggara dan
pembina pendidikan serta sebagai pelaksana pendidikan. Penyelenggara dan pembina
pendidikan bertugas membuat peraturan perundang-undangan, merumuskan,
menetapkan dan melaksanakan kebijakan pembinaan di bidang pendidikan. Tugas ini
tentunya diemban oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Apa yang diatur
oleh Depdiknas menjadi acuan bagi penyelenggaraan pendidikan di propinsi dan
kabupaten/kota di Indonesia. Walaupun ada peraturan ataupun kebijakan yang memang
dilakukan oleh pihak propinsi atau kabupaten/ kota secara sendiri-sendiri sesuai dengan
kewenangannya. Hal ini mengingat pemberlakukan otonomi daerah dan desentralisasi
pendidikan. Sedangkan pelaksana pendidikan melakukantugas penyelenngaraan
kegiatan proses belajar dan membelajarkan baik pada lembaga formal, nonformal atau
informal. Dalam dua lembaga inilah baik penyelenngara maupun pelaksana pendidika,
masyarakat dapat terjun atau berpartisipasi mendarmabaktikan dirinya dalam dunia
pendidikan.
D. Masyarakat sebagai Pengguna, Perencana dan Pengawas, serta Pengevaluasi
Pendidikan
Lulusan pendidikan tentu akhirnya akan terjun ke masyarakat, danmasyarakatpun
sebagai pengguna hasil pendidikan. Mereka akan menerapkan ilmu yang telah
mereka peroleh di lembaga pendidikan itu di masyarakat. Mereka akan memasuki dunia
kerja, dan sebagai pengguna tenaga kerja atau lulusan itu adalah masyarakat, baik
pemerintah, pasar( industri) ataupun masyarakat. Di pemerintahan, mereka akan
memasuki bidang pekerjaan eksekutif (menjalankan roda pemerintahan) atau legislatif
(yang mengawasi pemerintah). Di dalam perusahaan, mereka secara garis besar akan
memasuki bidang pekerjaan formal dan informal.Sedangkan di dalam dunia industri,
mereka akan terjun baik industribarang ataupun jasa
Dari uraian di atas nampak bahwa masyarakat baik pemerintah, industri, perusahaan
dan sebagainya merupakan pengguna hasil pendidikan.Apabila hasil pendidikan tidak
bermutu, maka yang akan menerima akibatnya itu adalah masyarakat itu juga. Untuk
itu perlu kirannya adanya kesesuaian antara program layanan pendidikan dengan
kebutuhan masyarakat. Untuk mendapatkan kesesuaian itu maka perlu pula kerja sama
antara lembaga pendidikan dan masyarakat.
Yang dapat dilakukan masyarakat sebagai perencana pendidikanadalah dalam
bentuk pemberian ide atau masukan pemikiran yang bermakna untuk mendukung bagi
tersusunnya perencanaan yang baik. Keberadaan masyarakat agar berperan aktif sangat
diharapkan baik dalam penyampaianj informasi atau terlibat langsung dalam diskusi-
diskusi penyusunan perencanaan yang sangat penting, sehingga tuntutan akan
kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja bersesuaian (link and match).
Untuk melaksanakan ini, nampaknya keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
sangat diperlukan. Dewan Pendidikan baik di tingkat kabupaten/kota, propinsi atau
nasional diharapkan dapat mennjadi wadah untuk menyerap aspirasi masyarakat yang
menjadi bahan dalam penyusunan kebijakan strategis dan operasional. Begitu
pula kehadiran komite sekolah diharapkan akan memberikan masukan dalam
penyususnan program-program teknis di tingkat sekolah.
Pengawasan pendidikan yang dikakukan oleh masyarakatdimaksudkan untuk
pengendalian agar pelaksanaan program dapat terjamin sesuai dengan perencanaan.
Pengawasan ini dapat dilakukan oleh Dewan Pendidikan dan Komute Sekolag.
Permasalahannya adalah sejauh mana Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah telah
berkeja sebaik-baiknya dalam menyalurkan aspirasi masyarakat tersebut.
Evaluasi program pendidikan yang dilakukan oleh masyarakatdimaksudkan untuk
mengukur sejauh mana ketercapaian program dan manfaat program bagi pencapaian
tujuan pendidikan Sehubungan dengan itu masyarakat baik orang tua atau pengguna
lulusan tersebut hendaknya memberikan masukan dalam evaluasi tersebut. Salah satu
conto pengukuran itu adalah berapa banyak lulusan suatu sekolah diterima di perguruan
tinggi atau berapa banyak yang diterima di dunia kerja.
E. Fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab XV Bagian Ketiga Pasal 56 ayat 1-4 dikemukakan
fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah sebagai berikut.
Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi
perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui dewan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah.
Dewan Pendidikan sebagai lembaga mandiridibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan
pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak
mempunyai hubungan hirarkis.
Komite Sekolah/Madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam
peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan
dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta penmgawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.
Ketentuan mengenai pembentukan dewan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud ayat 1, 2 dan 3 diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah
Selain itu peranan komite sekolah adalah sebagai berikut (Trimo, 2008:2).
Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,
Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan apenyelenggaraan
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan
(Kepmendiknas no. 044/U/2002).

F. Kesalahan Dalam Pendidikan
Prof. Sikun Pribadi (1984) menemukakan tiga golongan kesalahan dalam
melaksanakan pendidikan yaitu:
a. Kesalahan-kesalahan teknis, artinya kesalahan yang di sebabkan oleh kekeurangan
keterampilan atau kesalahan dalam cara menerapkan pengertian atau prinsip-prinsip tertentu.
b. Kesalahn-kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian prilaku pendidik sendiri.
c. Kesalahan-kesalahan yang sifatnya konseptual, artinya karena pendidikan kurang mendalami
masalah-masalah yang sifatnya teoritis maka perbuatan mendidiknya mempunyai akibat-
akibat yang tak dapat di benarkan.

Anda mungkin juga menyukai