Anda di halaman 1dari 65

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Low Back Pain
a. Pengertian
Punggung merupakan struktur yang terdiri atas tulang-tulang, otot, ligamen,
tendon, diskus, suatu bantalan yang menyerupai tulang rawan, yang berfungsi
sebagai absorbent di antara dua tulang punggung. Nyeri punggung dapat berasal
dari manapun komponen tersebut, bahkan tak jarang ditemukan sakit pinggang
tanpa penyebab yang jelas. (www.wikimu.com)
Nyeri punggung bawah atau Nyeri pinggang bawah atau low back pain
merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bagian bawah
(Bimaariotejo.wordpress.com).
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa
diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau
lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki
(http://neurology.multiply.com).
Low back pain (LBP) adalah suatu gejala dan bukan suatu diagnosis, dimana
pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan
ketepatan yang tinggi, namun di sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan
berlangsung lama. Dengan demikian maka LBP yang timbulnya sementara dan hilang
timbul adalah sesuatu yang dianggap biasa. Namun bila LBP terjadi mendadak dan
berat maka akan membutuhkan pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus
akan sembuh dengan sendirinya (http://neurology.multiply.com).
Low Back Pain paling sering terjadi karena gangguan pada musculoskeletal.
Bagaimanapun, penyebab lain seperti metabolisme, sirkulasi, genekologi, urologi
atau masalah-masalah psikologis, dimana mungkin menunjukan nyeri pada
punggung bawah ( Lewis, Heitkemper and Diksen, 2000).
Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar,
antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau
sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti
kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian.
Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot,
ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada
daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini
penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
2) Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-
ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena
osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis
dan tumor.
Keluhan nyeri dapat beragam pada pasien dengan LBP dan nyeri
diklasifikasikan sebagai nyeri yang bersifat lokal, radikular, dan menjalar (referred
pain) atau spasmodik, yaitu:
1) Nyeri yang bersifat lokal
Nyeri lokal berasal dari proses patologik yang merangsang ujung saraf sensorik,
umumnya menetap, namun dapat pula intermiten, nyeri dipengaruhi
perubahan posisi, bersifat nyeri tajam atau tumpul.
2) Nyeri radikular
Nyeri radikular berkaitan erat dengan distribusi radiks saraf spinal (spinal never
root), dan keluhan ini lebih berat dirasakan pada posisi yang mengakibatkan
tarikan seperti membungkuk dan berkurang dengan istirahat.
3) Nyeri menjalar (referred pain)
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis visera umum mengenai dermatom tertentu,
bersifat tumpul dan terasa lebih dalam.
Tabel 2.1 Karakteristik Low Back Pain berdasarkan berbagai sumber
Sumber Nyeri Distribusi Sifat Nyeri
Faktor yang
Memperberat
Perubahan
Neurologis
Nyeri spinal Sklerotomal
lokal
Tajam
Tumpul
Pergerakan Tidak ada
Nyeri diskus Sklerotomal Dalam,
aching
Peningkatan
tekanan
intadiskus
seperti
Tidak ada
membungkuk,
duduk,
maneuver
valsava
Nyeri radiks
saraf
Radikular Parestesia
Baal
Regangan akar
saraf
ada
Multiple
lumbar spinal
sternosis
Radikular
sklerotomal
Pola
sklaudikasio
spinal
Ekstensi lumbal
Berjalan
ada
Nyeri alih
visera
Dermatomal Dalam,
aching
Berkaitan
dengan organ
yang terkena
Tidak ada
b. Anatomi
Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis,
ligamen antara spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam disekitar
pelvis, abdomen dan kulit yang menutupi daerah punggung
(http://bimaariotejo.wordpress.com).
Tulang belakang lumbal sebagai unit struktural dalam berbagai sikap tubuh
dan gerakan dapat ditinjau dari sudut mekanika. Beban yang ditanggung oleh tulang
belakang lumbal dapat dipelajari dengan diskus intervertebralis antara L-5 sampai S-
1 atau L-4 dan L-5 sebagai titik tumpuan. Bila mengangkat benda berat, tangan,
lengan dan badan dapat dianggap sebagai lengan beban posterior pendek, yang
berjarak dari pusat diskus intervertebralis sampai prosessus spinosus belakang
(http://fkunsri.wordpress.com).
Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yang merupakan satu kesatuan fungsi
dan bekerja bersama-sama melakukan tugas-tugas seperti:
1. Memperhatikan posisi tegak tubuh
2. Menyangga berat badan
3. Fungsi pergerakan tubuh
4. Pelindung jaringan tubuh
Pada saat berdiri, tulang belakang memiliki fungsi sebagai penyangga berat
badan, sedangkan pada saat jongkok atau memutar, tulang belakang memiliki fungsi
sebagai penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari
tulang belakang inilah yang seringkali menyebabkan masalah.
Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :
1. Vertebrae cervicales 7 buah
2. Vertebrae thoracalis 12 buah
3. Vertebrae lumbales 5 buah
4. Vertebrae sacrales 5 buah
5. Vertebrae coccygeus 4-5 buah
Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true vertebrae.
Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 2.1 menunjukkan susunan dari tulang belakang.
Gambar
2.1
Gambar
Vertebra
Sumber :
http://bima
ariotejo.w
ordpress.c
om
Gambar
2.2
Gambar
Tulang
Belakang
dan Saraf-sarafnya
Sumber : http://bimaariotejo.wordpress.com
Gambar 2.3
Gambar lumbar spine
Sumber : http://bimaariotejo.wordpress.com
Gambar 2.3 diatas merupakan gambar lumbal yang dalam kondisi normal dilihat dari
samping dan belakang.
Gambar 2.4
Gambar Vertebral Body
Sumber : http://bimaariotejo.wordpress.com
Gambar 2.4 diatas merupakan gambar vertebra yang dihubungkan oleh intervetebra disc
satu sama lainnya. Bagian ini yang melingkari dan melindungi lubang luas tulang belakang,
terletak di sebelah belakang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
a. Prosesus spinosus / taju duri
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang
b. Prosesus tranversum / taju sayap
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
c. Prosesus artikulasi / taju penyendi
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis)
Sendi thoracolumbal adalah sendi yang dibentuk oleh vertebra Th 12 dan L1.
Secara umum keduanya berfungsi statis, kinetis, keseimbangan dan perlindungan.
Pada fungsi statis tulang belakang mempertahankan posisi tegak melawan
gravitasi dengan energi sekecil mungkin sehingga membentuk sikap tubuh tertentu.
Fungsi kinetis merupakan rangkaian alat gerak yang memungkinkan terjadinya
gerakan. Fungsi keseimbangan turut aktif mempertahankan titik berat tubuh pada
posisi tetap pada tulang Sacrum 2 saat berdiri.
Fungsi proteksi ialah melindungi organ dan jaringan penting seperti sumsum
tulang belakang, akar saraf, pembuluh darah. Pada tulang belakang terdapat segmen
gerak yang disebut segmen junghans terdiri dari diskus intervertebralis, korpora,
sendi faset, ligamenta, foramen intervertebralis beserta isinya, kanalis vertebralis
dan otot paravertebralis.
Di antara kedua korpus tulang belakang terdapat jaringan fibrocartilago yang
merupakan bantalan sendi, berfungsi sebagai peredam kejut.
Penambahan beban akan menyebabkan kompresi terhadap nukleus
pulposus; gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi secara berlebihan juga dapat
mengganggu nukleus. Selain bantalan sendi juga terdapat ligamen sebagai
stabilisator pasif yaitu ligamen longitudinal posterior, ligamen longitudinal anterior,
ligamen flavum, ligamen transversalis dan ligamen interspinalis.
Gerakan tulang belakang persegmen tidak pernah terjadi secara aktif; gerak
pasif dalam posisi tertentu, fiksasi tertentu dan komponen gerak tertentu dapat
diperoleh dengan dominasi segmen tertentu. Teknik ini yang digunakan untuk
mobilisasi hipomobilitas segmental dan joint block.
Stabilisator aktif tulang belakang terdiri dari beberapa otot, yaitu otot trunkus
posterior, lateral, anterior :
1. Otot-otot trunkus posterior
a. Lapisan dalam terdiri dari : otot transpinalis, otot interspinalis, otot longissimus
dan otot iliocostalis
b. Lapisan tengah terdiri dari : otot serratus posterior inferior di bagian tengah
posterior otot paravertebra dan anterior latissimus.
c. Lapisan superfisial : dibentuk oleh otot latissimus dorsi yang menutupi semua
otot paravertebra dan berlanjut ke arah inferolateral.
2. Otot-otot trunkus lateralis.
Terdiri dari otot quadratus lumborum dan otot psoas.
3. Otot -otot trunkus anterior.
Terdiri dari otot rectus abdominis, otot transversus abdominis, obliqus internus
abdominis dan otot obliqus externus abdominis.
Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke arah
ekstrremitas maupun yang terdapat pada bagian punggung itu sendiri. Otot pada
punggung memiliki fungsi sebagai pelindung dari columna spinalis, pelvis dan
ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka mungkin dapat menyebabkan
terjadinya low back pain.
c. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang
tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (diskus intervertebralis)
yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligament dan otot
paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkin fleksibelitas sementara
disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum
tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical
pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat
beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot
tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thoracal dan lumbal, sehingga
pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada
kedua permukaan facet sendi menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut
yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang
dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartiago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Diskus
lumbal bawah, L4-L5 dan L5-SI, mederita stress mekanis paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar
saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar
sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah yang
menderita Hernia nucleus pulposus (Brunner and Suddarth, 2002).
Di bawah ini adalah gambar tulang belakang mulai dari yang normal dan tidak
normal yang menunjukkan berbagai masalah-masalah yang terjadi pada tulang
belakang sehingga dapat menyebabkan terjadinya nyeri pinggang.
Gambar 2.5
Gambar intervetebral disc yang normal dan tidak normal
Sumber : http://www.bhpain.com
d. Tanda Dan Gejala
Berdasarkan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke dalam 3
kelompok berikut ini:
1. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :
a) Adanya nyeri pada daerah lumbal atau lumbosakral tanpa penjalaran
atau keterlibatan neurologis
b) Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung
dari aktivitas fisik
c) Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik
2. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih
tanda atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis
a) Gejala : nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai, kaki, ataupun adanya
rasa baal di daerah nyeri
b) Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun
sensorik atau refleks
3. Red flag LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi
patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :
a) Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor
b) Nyeri non-mekanik yang konstan dan progresif
c) Ditemukan nyeri abdominal dan atau torakal
d) Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
telentang
e) Riwayat atau ada kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis
lainnya yang dapat menyebabkan kanker
f) Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
g) Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil, dan
atau demam
h) Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
i) Saddle anesthesia, dan atau adanya inkotinensia urin
j) Risiko untuk terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB
pada usia kurangdari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun
(http://prodiaohi.co.id).
e. Etiologi
Pada dasarnya timbulnya rasa sakit adalah karena terjadinya tekanan pada
susunan saraf tepi daerah pinggang (saraf terjepit). Jepitan pada saraf ini dapat
terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya, gangguan pada sarafnya
sendiri, kelainan tulang belakang maupun kelainan di tempat lain, misalnya infeksi
atau batu ginjal dan lain-lain (http://nusaindah.tripod.com).
Penyebab Low back pain bermacam-macam dan multifaktor. Di antaranya
dapat disebut (http://bimaariotejo.wordpress.com):
1) Kelainan Konginetal
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab low back pain yang
penting. Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan low back pain adalah :
a. Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus
vertebrae itu ( in utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus
vertebraenya sendiri. Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri
(biasanya L5 ) tergeser ke depan.
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam
kandungan, namun (oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif)
sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri
pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan
bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan. Spondilolitesis dapat
mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri radikuler.
b. Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh
kulit yang berbulu, maka didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida
okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus
spinosus di daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka
pada tempat itu tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum. Keadaan
ini akan menimbulkan suatu lumbo-sakral sarain yang oleh si penderita
dirasakan sebagai nyeri pinggang.
c. Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit
telah ada sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita
berumur 35 tahun. Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila
penderita berjalan dengan sikap tegak. Nyeri akan hilang ketika penderita
berhenti bejalan atau duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka
penderita berjalan sambil membungkuk.
d. Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus
intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
e. Spondylitis.
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini
merupakan penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama
mengenai orang muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai
akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang
belakang.
2) Trauma dan Gangguan Mekanis
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama nyeri
pinggang bawah. Pada orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot
atau sudah lama tidak melakukan kegiatan ini dapat menderita nyeri pinggang
bawah yang akut. Cara bekerja di pabrik atau di kantor dengan sikap yang salah
lama-lama nenyebabkan nyeri pinggang bawah yang kronis. Patah tulang, pada
orang yang umurnya sudah agak lanjut sering oleh karena trauma kecil saja
dapat menimbulkan fraktur kompresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak
ditemukan pada kaum wanita terutama yang sudah sering melahirkan. Dalam
hal ini tidak jarang osteoporosis menjadi sebab dasar daripada fraktur kompresi.
Fraktur pada salah satu prosesus transversus terutama ditemukan pada orang-
orang lebih muda yang melakukan kegiatan olahraga yang terlalu dipaksakan.
Pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat menggangu
keseimbangan statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga timbul nyeri
pinggang.
Ketegangan mental terutama ketegangan dalam bidang seksual atau
frustasi seksual dapat ditransfer kepada daerah lumbal sehingga timbul
kontraksi otot-otot paraspinal secara terus menerus sehingga timbul rasa nyeri
pinggang. Analog dengan tension headache maka nyeri pinggang semacam ini
dapat dinamakan tension backache. Tidak jarang seorang pemuda mengeluh
tentang nyeri pinggang, yang timbul karena adanya anggapan yang salah yaitu
bahwa karena seringnya melakukan onani di waktu yang lampau lantas kini
sumsum balakangnya telah menjadi kering dan nyeri.
3) Radang ( Inflamasi )
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra.
Artritis rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat
mesenkimal.
Penyakit Marie-Strumpell
Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa
atau bamboo spine terutama mengenai pria dan mengenai kolum vertebra dan
persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan
menyebar di daerah pinggang disertai kekakuan (stiffness) dan kelainan ini
bersifat progresif.
4) Tumor ( Neoplasma)
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak
dapat mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai
pada tumor vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat
dari pada tumor ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah
osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam
hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau
lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal
yang dapat menyebabkan low back pain. Meningioma adalah tumor intradural
dan ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat
mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan
5) Gangguan Metabolik
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab
banyak keluhan nyeri pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan protein
atau oleh gangguan hormonal (menopause, penyakit cushing). Sering oleh
karena trauma ringan timbul fraktur kompresi atau seluruh panjang kolum
vertebra berkurang karena kolaps korpus vertebra. Penderita menjadi bongkok
dan pendek denga nyeri difus di daerah pinggang.
6) Psikis
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala Low back pain,
misalnya anxietas dapat menyebabkan tegang otot yang mengakibatkan rasa
nyeri, misalnya dikuduk atau di pinggang. Rasa nyeri ini dapat pula kemudian
menambah meningkatnya keadaan anxietas dan diikuti oleh meningkatnya
tegang otot dan rasa nyeri. Kelainan histeria,kadang-kadang juga mempunyai
gejala nyeri pinggang bawah.
f. Klasifikasi Low Back Pain
Nyeri punggung bawah ( Low Back Pain) disebabkan oleh berbagai kelainan
atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan
tubuh. Oleh karena itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar
kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Klasifikasi LBP sebagai
berikut (Harsono,2009) :
1. Low Back Pain Viserogenik
LBP yang disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di
daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik ini tidak bertambah
berat dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat.
Penderita LPB viserogenik yang mengalami nyeri hebat akan selalu mengeliat
dalam upaya untuk meredakan perasan nyerinya.
Adanya ulserasi atau tumor di dinding ventrikulus dan duodenum akan
menimbulkan induksi nyeri di daerah epigastrium. Tetapi bila dinding bagian
belakang turut terlibat dan terutam apabila teras dipunggung. Nyeri tadi biasanya
terasa digaris tengah setinggi lumbal pertama dan dapat naik sampai torakal ke-6.
2. Low Back Pain Vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri
punggung atau menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan
LBP di bagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh.
3. Low Back Pain Neurogenik
Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung bawah,
yaitu:
a) Neoplasma
Neoplasma interkanalis spinal sering ditemukan ialah neurioma,
hemangloma, ependimoma dan meningioma. Nyeri yang diakibatkan
neoplasma ini sering sulit dibedakan dengan nyeri akibat HNP. Pada
umunyan gejala pertama adalah rasa nyeri baru kemudian timbul gejala
neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas dan vegetative. Rasa nyeri
sering timbul waktu sedang tidur sehingga membangunkan penderita. Rasa
nyeri berkurang dengan berjalan.
b) Araknoiditis
Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila
terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut.
c) Stenosis Kanalis Spinalais
Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh karena proses
degenerasi diskus intervertebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum.
Gejala klinik yang timbul ialah adanya klauikasio intermiten yang disertai
rasa kesemutan dan pada saat penderita istirahat maka rasa nyerinya masih
tetap ada. Bedanya dengan klausdikasio intermitten pada penyumbatan arteri
ialah disini denyut nadi hilang dan tidak ada rasa kesemutan.
4. Low Back pain Spondilogenik
LBP Spondilogenik ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik),
diskus intervetebralis (diskogenik) dan miofasial (miogenik) dan proses patologik
di artikulasio sakroiliaka.
a) LBP Osteogenik sering disebabkan oleh:
- Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis
tuberkolosa, yang masih sering dijumpai meskipun jarang ditemui di daerah
lumbal, karena predileksinya di daerah torakal.
- Trauma, yang dapat mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis
(bergesernya korpus vertebra terhadap korpus vertebra di bawahnya).
b) LBP diskogenik, disebabkan oleh :
- Spondilitis, ini disebabkan oleh prosesdegenerasi yang progresif pada
diskus vertebralis, yang mengakibatkan menyempitnya jarak antara vertebra
sehingga menyebabkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis
dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri
pada spondilitis ini disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis dan
tertekannya radiks oleh kantong durameter yang mengakibatkan iskemi dan
radang.
- Hernia neukleus pulposus (HNP) ialah keadaan dimana nucleus purposes
keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah kanalis spinal melalui
annulus fibrosus yang robek. Penonjolan dapat terjadi dibagian lateral dan
ini banyak terjadi, disebut HNP lateral; dapat pula terjadi dibagin tengah
dan disebut HNP sentral. Dasar terjadinya HNP ini adalah proses
degenerasi diskus intervetebralis, maka banyak terjadi pada usia
pertengahan.
- Spondilitis ankilosa, proses ini biasanya mulai dari sendi sakroiliaka, yang
kemudian menjalar keatas, kedaerah leher. Gejala permulaan berupa rasa
kaku di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah
mengandakan gerakan. Pada foto rontgen terihat gambaran yang mirip
dengan ruas-ruas bambu sehingga disebut bamboo spine.
c) LBP Miogenik, disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot
dan hipersensitif
- Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-
ulang pada posisi yang sama akan memendekan otot yang akhirnya akan
menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari
kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik.
- Spasme otot atau kejang otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba
dimana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau
kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala khas, ialah dengan
adanya kontraksi otot yang disertai nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan
memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi.
- Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari
mekanisasi yang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena
imobilisasi.
- Otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil apabila
dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar kedaerah tertentu
(target area). Daerah kecil ini disebut sebagai noctah picu (trigger point).
5. Low back Pain Psikogenik
Nyeri jenis ini tidak jarang ditemui, tetapi biasanya ditemukan setelah
dilakukan pemeriksaan yang lengkap, dan hasilnya tidak memberikan jawaban
yang pasti. Hal ini memang besifat legeartis, dimana semua kemungkinan faktor
organik tidak dapat dibuktikan sebagai faktor etiologi LBP.
LBP psikogenik pada umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau
kecemasan dan depresi atau campuran antara kecemasan dan depresi.
g. Faktor Resiko
Faktor risiko pada LBP merupakan factor-faktor yang dapat mendorong atau
memicu terjadinya nyeri pada pinggang bawah. Faktor risiko dari LBP diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu:
1) Faktor resiko secara fisiologi.
a) Umur
Penentuan umur berdasarkan pada saat ulang tahun terakhir. Umur
merupakan faktor yang mendukung terjadinya LBP, sehingga biasanya di
derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya
terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda.
(http://www.inna-ppni.or.id)
Dengan penuaan, bertambahnya usia, anda cenderung mengalami lebih
banyak nyeri/sakit punggung yang berkaitan dengan penyakit degeneratif
rusaknya struktur pada punggung, seperti tulang-tulang dan piringan sendi
selaku bantal diantara tulang-tulang, sementara itu pada populasi yang lebih
muda, lebih cenderung mengalami nyeri/sakit punggung yang berkaitan
dengan penyakit-penyakit seperti sakit/nyeri punggung yang disebabkan
karena rheumatoid arthritis (http://dimasmis.blogspot.com).
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur.
Keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin
berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yang lebih sering
dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada
mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada
dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin
meningkat hingga umur sekitar 55 tahun (http://fkunsri.wordpress.com).
Dewasa dapat digolongkan dalam beberapa katagori yaitu :
1. Dewasa muda, usia 19 tahun sampai dengan usia 40 tahun. Karena pada
usia ini masih sangat produktif dari segi seksual, social dan ekonomi.
2. Usia dewasa pertengahan dari usia 40 tahun sampai dengan 60 tahun,
namun sangat sulit untuk mendefinisikan dengan jelas karena pada
kenyataan di masyarakat masih cukup banyak secara biologis masih
produktif melampui usia tersebut.
3. Usia lanjut, usia yang melampui usia rata rata harapan hidup di
masyarakat yaitu pada usia 60 tahun keatas. (http://permatabunda.com)
Setelah melalui periode puncak atau masa keemasan pada usia sekitar
40 tahun, setiap manusia akan mulai menurun grafik hidupnya. Berbagai
organ, sel, dan fungsi berbagai faktor dalam tubuh akan mengalami
kemunduran. Pada usia 50 tahun, kemampuan indranya mulai berkurang.
Begitu juga aktifitas fisik maupun metabolisme tubuh akan menurun.
Akibatnya kebutuhan energi pada orang-orang lanjut usia juga akan menurun
sekitar 10-15 persen. Kepekaan terhadap rasa manis dan asin menurun,
termasuk indra penciumannya. Kondisi ini akan menyebabkan mereka yang
telah berusia lanjut tidak bisa makanan secara optimal. Selain itu kemampuan
manula memproses makanan yang masuk juga akan berkurang. Hal ini
disebabkan berkurangnya produksi air liur sehingga kemampuannya untuk
menelan makanan juga akan berkurang. Berkurangnya produksi air liur juga
akan menyababkan kerusakan gigi, sehingga tidak sedikit orang tua yang
giginya banyak yang tanggal. Begitu juga di dalam lambung dimana makanan
mengalami proses pencernaan, akan terjadi penurunan penyerapan sejumlah
kandungan gizi makanan akibat berkurangnya produksi asam lambung dan
asam empedu. Sejumlah unsur gizi yang sulit diserap adalah kalsium, zat besi,
vitamin B12, vitamin A, vitamin D, vitamin E, vitamin K, dan lemak.
Kandungan protein makanan juga lambat diserap tubuh akibat berkurangnya
sekresi pepsin dan enzim proteolotik. Dengan terjadinya penurunan
kesehatan fisik pada usia 40 tahun keatas menyebabkan individu rentan
terhadap berbagai penyakit dan mudah sakit (http://naturaterapi.com).
Menurut Syaiful Saamin (2005), nyeri punggung bawah mencapai
puncaknya pada usia 40 tahun bagi pria dan 10 tahun kemudian bagi wanita.
Pada usia tua telah mengalami proses degenerasi dimana segmen L4 L5 dan
L5 S1 paling sering mengalami degenerasi akibat regio tersebut paling besar
menerima beban sehingga degenerasi yang terjadi pada segmen tersebut
sering menimbulkan nyeri punggung bawah (http://ikafisioterapimks.org).
b) Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.
Pada saat sakit laki-laki lebih jarang dan sulit untuk diajak berobat saat
sakit. Sering merasa bahwa fisiknya kuat dan mampu melawan penyakit
apapun sehingga laki-laki jarang melakukan kunjungan ke rumah sakit untuk
berobat (http://kardie.blog.undip.ac.id).
Menurut Ruth Sapsford (1999), wanita terutama ibu rumah tangga yang
melakukan aktivitas pekerjaan di rumah cenderung mengalami nyeri
punggung bawah. Wanita terutama ibu rumah tangga sering melakukan
aktivitas pekerjaan di rumah dengan postur yang jelek. Pada umumnya,
wanita sering melakukan aktivitas pekerjaan di rumah yang melibatkan trunk
saat mengangkat/memindahkan barang. Kebiasaan postur jelek yang sering
dilakukan oleh wanita banyak menjadi faktor penyebab terjadinya nyeri
punggung bawah (http://ikafisioterapimks.org).
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan
nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis
kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang,
karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat
mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang
(http://fkunsri.wordpress.com)
c) Obesitas
Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan
lemak tubuh yang berlebih, sehingga BB seseorang jauh di atas normal dan
dapat membahayakan kesehatan. Sedangkan Overweight (kelebihan berat
badan) keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal.
(http://obesitas.web.id)
Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai
apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standard normal atau ideal.
Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara
berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa
Tubuh (IMT) sebagai berikut :
BB (kg)
IMT =
TB (m)
2
Indeks massa tubuh merupakan sebuah metode sederhana yang
digunakan untuk mengklasifikasi berbagai tingkatan dari berat badan, sepeti
berat badan kurang, kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa.
Metode ini didefinisikan sebagai pembagian antara berat badan dalam satuan
kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter. Sebagai contoh
berat badan A sebesar 70 Kg dan tinggi badannya 1,75 meter, maka total
indeks massa tubuhnya sebesar 22,9 sehingga kategori berat badan A masuk
dalam kategori berat yang normal menurut klasifikasi indeks massa tubuh
Berikut ini adalah sebuah table yang menjelaskan klasifikasi hasil dari
pengukuran indeks massa tubuh menurut standar yang telah ditetapkan oleh
World Health Organization ( WHO ) yaitu sebuah Badan Kesehatan Dunia
milik Persatuan Bangsa-bangsa ( PBB ). Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
1. Berat Badan Kurang, Jika hasilnya < 18.50
2. Kekurangan Berat Tingkat Parah, Jika hasilnya < 16.00
3. Kekurangan Berat Tingkat Sedang, Jika hasilnya 16.00 16.99
4. Kekurangan Berat Tingkat Ringan, Jika hasilnya 17.00 18.49
5. Berat Badan Normal, Jika hasilnya 18.50 24.99
6. Berat Badan Lebih, Jika hasilnya > 25.00
7. Pra-Obesitas, Jika hasilnya 25.00 29.99
8. Obesitas, Jika hasilnya > 30.00
9. Obesitas Tingkat Ringan , Jika hasilnya30.00 34.99
10. Obesitas Tingkat Sedang, Jika hasilnya 35.00 39.99
11. Obesitas Tingkat Parah, Jika hasilnya > 40.00
Klasifikasi di atas bersumber dari World Health Organization pada tahun
1995, 2000, dan 2004. Nilai yang didapat berlaku untuk pria dan wanita dari
semua ras di dunia yang berumur diatas 20 tahun
(http://alhamdriatnaanwar.com).
Menurut FAO dan WHO:
1. Batas IMT untuk laki-laki normal 20,1-25,0
2. Batas IMT untuk perempuan normal 18,7-23,9
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan
akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan
beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh
(http://fkunsri.wordpress.com) .
d) Scoliosis parah
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana
terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.
Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila
diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada
tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga
dimensi, yaitu perubahan struktur penyokong tulang belakang seperti
jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya. Skoliosis ini biasanya
membentuk kurva C atau kurva S (http://nersqeets.blogspot.com/2009).
Gejalanya berupa:
Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
Bahu dan/ pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
Nyeri punggung
Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60
o
) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
e) HNP
Hernia neukleus pulposus (HNP) ialah keadaan dimana nucleus purposes
keluar menonjol untuk kemudian menekan kearah kanalis spinal melalui
annulus fibrosus yang robek (Harsono, 2009).
Gambar 2.6
Gambar penonjolan nucleus pada HNP
Sumber : http://spesialisbedah.com
HNP adalah penonjolan bantalan sendi tulang belakang merupakan
penyebab terbanyak Low Back Pain. Pada pemeriksaan MRI biasanya nampak
jelas adanya penyempitan pada terowongan tulang belakang dan terjepitnya
saraf tulang belakang. (http://aryamehragainstpain.multiply.com)
HNP dapat disebabkan oleh karena suatu trauma (jatuh, terbentur,
gerakan yang tiba-tiba cepat dan lainnya) atau oleh karena proses ketuaan
membuat lapisan permukaan ruas tulang belakang menjadi tergesek,
mengakibatkan struktur mengandung sel gellatin yang lentur dan kenyal itu
(nucleus pulposus) mengalami cedera. Lapisan kolagen ini, lama kelamaan
kemudian merembes membentuk tonjolan (protrusio) ke luar dari ruang
antar ruas tulang yang akhirnya menekan struktur yang berada di dekat
tonjolan tadi. Lebih sering kejadian rembesan atau tonjolan ini ke arah
samping belakang, dimana di bagian itu sebagai tempat keluarnya akar saraf
yang berasal dari batang saraf yang lebih besar (medulla spinalis) di dalam
sumsum tulang belakang. Terjadi pula pada kasus yang lebih jarang proses ini
di susunan ruas tulang leher (cervical). Semakin banyak lapisan kolagen yang
merembes ke luar, semakin tertekan saraf yang berjalan di sekitarnya dan
semakin nyeri anggota gerak di bagian bawah lokasi hernia yang dirasakan
penderita. (http://spesialisbedah.com)
HNP terbanyak terjadi pada segmen tulang belakang bawah (setinggi
pinggang) disertai gejala kesemutan pada salah satu atau kedua tungkai
bahkan bila pada keadaan yang berat bisa disertai kelemahan tungkai bawah
dan yang paling parah biasanya sudah terjadi gangguan buang air kecil
(ngompol) dan buang air besar akibat ketidakmampuan merasakan dan
mengontrol sensasi tersebut (gangguan fungsi motorik)
(http://aryamehragainstpain.multiply. com).
Nyeri oleh karena HNP yang menjepit saraf rasanya lebih menggigit,
terasa seperti terbakar atau seperti terkena sengatan listrik. Dirasakan
menjalar ke bagian bawah dan jika lebih parah lagi akan terasa nyerinya dari
belakang paha menyebar ke bagian bawah hingga betis pada satu sisi. Nyeri
dapat timbul setiap saat tidak terbatas apakah sedang beraktifitas atau lagi
istirahat. Berbeda dengan nyeri akibat gangguan di saluran kemih. Jika
hambatan ada di ginjal, nyeri terasa lebih di atas pinggang, kemeng dan
penderita merasa sebatas tidak nyaman saja. Kalau hambatan berada di
dalam saluran bagian bawahnya bisa menimbulkan nyeri kolik, kumat-
kumatan, saat parah hingga menimbulkan muntah dan susah melokalisir asal
nyeri. Nyeri karena peradangan organ bagian dalam, akan tersebar ke bagian
perut bawah dan bertambah jika disentuh atau ditekan. Waktu munculnya
nyeri relatif lebih konstan. Pada tahap yang lebih ringan, bisa juga dibedakan
dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal pegal pada otot pinggang.
(http://spesialisbedah.com)
HNP sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 S1 kemudian pada C5-C6
dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada
anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20
tahun. HNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis.
(http://joedoank.blogspot.com)
Dasar terjadinya HNP ini adalah proses degenerasi diskus intervetebralis,
maka banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului
pada aktivitas yang berlebihan misalnya mengangkat benda berat (terutama
secara mendadak), mendorong barang berat dll. Laki-laki lebih banyak
menderita HNP dari pada wanita. Gejala pertama yang timbul adalah nyeri
punggung bawah disertai nyeri otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan di
tempat tadi (Harsono, 2009).
Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai
otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas :
1. HNP sentral
HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi
urine
2. HNP lateral
Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan
betis, belakang tumit dan telapak kaki. Ditempat itu juga akan terasa nyeri
tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler
negatif. HNP lateral kebanyakan terjadi di L5-S1 dan L4-L5. HNP lateral
L5-S1 rasa nyeri terdapat di punggung bawah , ditengah-tengah antara
kedua pantat dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan jari kaki
ke-V berkurangdan reflek Achilles negatif. Sedangkan pada HNP lateral L
4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral
pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan
ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada
dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada
percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh leg
raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi
panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue
positif). Tes lain ialah Valsava yaitu nyeri akan bertambah apabila tekanan
cairan cerebrospinal dinaikan dengan cara penderita disuruh mengejan dan
Naffiziger yaitu dengn menekan kedua venajugularis yang akan
memberikan hasil positif (Harsono, 2009).
f) Spondilitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang.
Disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus
intervetebralis, yang menyebabkan makin menyempitnya jarak antar veterbra
sehingga menyebabkan terjadinya osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan
foramen intervetebrale dan iritasi persendian posterior. Ini merupakan
penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang
muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan
sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang belakang (Harsono,
2009).
g) Spinal stenosis
Penyempitan kanal dalam tulang belakang yang berisi saraf tulang
belakang, menyebabkan saraf pada tulang belakang sebelah bawah tertekan
dan menimbulkan rasa nyeri. Dalam kasus lain, yang menjadi sumber masalah
adalah berubah bentuknya cakram antar-ruas.
Cakram antar-ruas adalah bantalan-bantalan kecil yang pinggiran luarnya
terbuat dari bahan kuat tetapi elastis (disebut annulus) sedangkan bagian
tengahnya lunak. Cakram ini berfungsi sebagai peredam getar di antara ruas-
ruas tulang belakang. Lama kelamaan ada cakram yang menonjol dari
posisinya karena annulus-nya koyak, dan ini menyebabkan bagian tengah
menonjol ke luar menekan akar saraf, berakibat nyeri yang luar biasa. Sikap
tubuh yang buruk juga meningkatkan peregangan pada punggung dan dapat
memperparah artritis selain menyebabkan kerusakan pada cakram antar-
ruas.
h) Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan
jaringan tulang perunit volume, sehingga tidak mampu melindungi dan
mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal.
Pada tulang belakang yang mengalami osteoporosis seringkali terjadi
patah patologis karena beban badan (fraktur kompresi) yang pada kondisi
normal tidak mengganggu tulang belakang. Bila ini terjadi maka keluhan yang
seringkali mengganggu penderita adalah nyeri yang berkepanjangan.
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur,
maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang
belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang
rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan.
Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari
punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan.
Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini
akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa
bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk
kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang
menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang
seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh
(http://rahyussalim.multiply.com).
i) Merokok
Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan
kertas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
1. Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak teman yang
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Dan fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-temannya itu terpengaruhi diri tersebut yang akhirnya
mereka semua menjadi merokok.
2. Kepribadian
Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa membebaskan diri dari
kebosanan.
3. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang dari kejantanan membuat
seseorang sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada
dalam iklan tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di England, 120.000 orang
meninggal akibat merokok setiap tahunnya. Dan semakin muda seseorang
mulai merokok, maka semakin besar pula kemungkinan mereka mendapat
masalah kesehatan dihari berikutnya (http://ayurai.wordpress.com).
Merokok menurunkan kwalitas hidup seseorang, karena tulang menjadi
tidak kuat dan rapuh. Memudahkan mendapatkan penyakit tulang belakang.
Membuat hormone menjadi abnormal. Membuat kehilangan tenaga dan
mudah capek. Mempercepat pengerutan kulit, membuat sukar tidur. Memicu
ketuaan, dan kehilangan kegesitan. Melemahkan organ-organ lain dalam
fungsinya (http://community.gunadarma.ac.id).
Merokok mengurangi aliran darah ke punggung dan dapat memperlemah
cakram antarruas. Nikotin mengakibatkan aliran darah pada bantalan antara
tulang punggung berkurang. Nikotin adalah alkolid toksis yang terdapat dalam
tembakau. Sebatang rokok umumnya berisi 1-3 mg nikotin.
Perokok aktif mempunyai pengertian orang yang melakukan langsung
aktivitas merokok dalam arti mengisap batang rokok yang telah dibakar.
Sedangkan Perokok pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun
menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan (disamping
asap utama yang dihembuskan balik oleh perokok). 75% asap rokok
berdampak pada perokok pasif, sedangkan hanya 25% yang berdampak pada
perokok aktif (http://ewepe.wordpress.com).
Perokok dikatagorikan sebagai berikut :
a. Perokok ringan : kurang dari 10 batang perhari
b. Perokok sedang : 10-20 batang perhari
c. Perokok berat : lebih dari 20 batang perhari
2) Faktor resiko dari lingkungan
a) Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban
berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran
penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu,
misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya
setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan
memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang
(http://fkunsri.wordpress.com ).
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot
rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan
barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja (awkward
posture), getaran, dan kerja statis. Oleh karena itu, riwayat pekerjaan sangat
diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini
(tp://prodiaohi.co.id).
b) Aktvitas Fisik
Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik
dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari (http://balaiolahragamks.wordpress.com).
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran Kalori).
Ada banyak hal yang menyebabkan nyeri pinggang, diantaranya adalah
aktivitas fisik yang berlebihan, seperti; mengangkat benda berat,
membungkuk, posisi tubuh yang tidak tepat saat beraktivitas, seperti; naik
tangga, duduk dan berdiri dari tempat duduk (seperti masuk dan keluar dari
mobil, bak mandi, tempat tidur), memutarkan badan terlalu keras,
membungkukkan badan ke depan, berlari, dan berjalan dengan kecepatan
yang berlebihan
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi
kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya,
pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang
tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah
yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang
salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang
diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya
beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan,
beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri
lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang
monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10
anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.
c) Olahraga
Olahraga adalah bentuk kegiatan jasmani yang terdapat dalam
permainan, perlombaan, dan kegiatan jasmani secara intensif dalam rangka
memperoleh rekreasi, kesenangan dan prestasi optimal.
(http://www.bloggaul.com)
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan
terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan
untuk meningkatkan kebugaran jasmani
(http://pbprimaciptautama.blogspot.com).
Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga
metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi
dalam tubuh menjadi lebih efektif dan efisien. Jika olahraga dilakukan dengan
baik dan benar dalam porsi dan prosedur latihan yang pas, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung, akan membawa hasil positif bagi kesehatan
fisik juga psikis bagi pelakunya.
Keluar keringat bukan berarti intensitas olahraga itu telah cukup, karena
keringat hanya menandakan kenaikan suhu tubuh, atau reaksi karena adanya
hawa panas diluar tubuh. Olahraga satu sesi baru dikatakan cukup
intensitasnya bila detak nadi telah mencapai 70% dari detak nadi maximal per
menit, yang dapat dideteksi sendiri dengan menghitung detak nadi di
pergelangan tangan kiri, rumusnya: 70% x (220-usia).
Frekuensi latihan yang baik dilakukan 3-5 kali per minggu. Olahraga
dianjurkan selama 30 menit, lebih lama akan lebih baik. Untuk meningkatkan
daya tahan tubuh (endurence) perlu waktu antara 1/2 - 1 jam, untuk
membakar lemak perlu waktu lebih lama (lebih dari satu jam).
(http://pbprimaciptautama.blogspot.com)
Salah satu manfaat olahraga adalah meningkatkan kekuatan otot dan
kepadatan tulang yang ditandai pada :
1. Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan.
2. Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang, menurunkan nyeri sendi
kronis pada pinggang, punggung dan lutut.
Olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan otot atau tulang salah
tempat. Porsi latihan yang berlebih juga tidak bagus bagi tubuh. Tiap-tiap
orang memiliki batas gerak tubuh yang berbeda. Gerak otot dan tulang yang
terlalu diforsir dapat menyebabkan cedera otot dan persendian
(http://duniaolahraga.com).
d) Vibrasi yang lama
Vibrasi dengan frekuensi rendah memberi efek fisiologis pada tubuh
manusia, khususnya terhadap organ-organ di dalamnya. Selain dari kuantitas
frekuensi yang juga berpengaruh adalah intensitas, arah, serta durasi
getaran. Secara biologis, tubuh manusia terdiri dari massa yang tidak
homogen serta berupa sistem yang non-linear. Dalam hal ini, frekuensi
getaran bebas sebesar 4 sampai 25 Hz-lah yang paling banyak pengaruhnya.
Khusus getaran 4 sampai 5 Hz, yang paling dipengaruhi adalah dinding perut
dan dada, serta diafragma atau sekat antara rongga dada dan perut. Akibat
getaran yang terus-menerus dan tak tertahankan, seorang bisa menderita
nyeri kronis atau gangguan degeneratif pada tulang, otot, dan jaringan ikat di
bagian punggung. (http://samsul-arifin.math.web.id)
3) Faktor resiko dari psikososial
a) Stress
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berpikir dan kondisi seseorang. Stress didefinisikan sebagai faktor-
faktor fisik, kimia dan emosional yang menyebabkan ketegangan tubuh atau
mental dan mungkin adalah salah satu faktor yang disebabkan penyakit.
Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri.
Stress yang diakibatkan oleh apapun akan meningkatkan atau
memperhebat rasa nyeri. Sebagian orang bereaksi terhadap stress kronis
dengan pengaktifan sistem-sistem dalam tubuh secara berlebihan dan
berkepanjangan. Akhirnya dapat menimbulkan permasalahan fisik yang
terkait dengan stress seperti sakit kepala, pegal dan nyeri otot, peningkatan
tekanan darah, gangguan lambung, gangguan BAB dan lain-lain. Mudah
marah dan tersinggung, atau rasa cemas dan ragu-ragu dapat menyebabkan
kegelisahan terus-menerus. Sebagian orang yang lainnya bereaksi terhadap
stress kronis dengan menonaktifkan fisik dan kehilangan tenaga. Mereka
menjadi lesu dan depresi dengan motivasi serta minat yang sangat rendah
terhadap sesuatu. Segala bentuk reaksi terhadap stress diatas akan
meningkatkan rasa nyeri dan penderitaannya (http//kesimpulan.com).
b) Depresi
Salah satu gangguan alam perasaan dengan perasaan sedih yang
berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa tidak berharga, merasa
kosong dan tidak ada harapan, berpusat pada kegagalan dan menuduh diri
sendiri dan sering disertai iri dan pikiran bunuh diri, klien tidak berminat pada
pemeliharaan. Nyeri punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi
atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan
(http//kesimpulan.com).
h. Lokasi
Lokasi untuk nyeri pinggang bawah adalah daerah lumbal bawah, biasanya
disertai penjalaran ke daerah-daerah lain, antara lain sakroiliaka, koksigeus, bokong,
kebawah lateral atau posterior paha, tungkai, dan kaki.
i. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi
meliputi evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks
1. Motorik.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Berjalan dengan menggunakan tumit.
b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
2. Sensorik.
a. Nyeri dalam otot.
b. Rasa gerak.
3. Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi
terjadinya lesi pada saraf spinal.
4. Test-Test
a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0) didorong ke arah
muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40 dan sejauh
90. Percobaan ini untuk merenggangkan nervus ishiadicus dan radiks-
radiksnya. Penderita dalam posisi terlentang dan tidak boleh tegang
(Harsono, 2009).
Gambar 2.7
Gambar tes Lassegue
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro
iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.
Gambar 2.8
Gambar Tes Patrick
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
c. Test Kebalikan Patrick
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan
ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif
menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaka.
j. Pemeriksaan penunjang
1. X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka
degeneratif pada spinal. Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab
sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran
sehingga efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan
sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray
merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung,
dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau
CT scan. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila
perlu oblique kanan dan kiri.
Gambar 2.9
Gambar hasil foto lumbar spine
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal.
Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium
disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat
pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa
pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis,
atau untuk abses spinal (Harsono, 2009).
Gambar 2.10
Gambar hasil foto spinal cord
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk
pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar
CT-scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas
daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek
radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan
yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan
jaringan lainnya pada punggung.
Gambar 2.11
Gambar hasil lumbar spine
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
4. Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )
EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan
untuk pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.
EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :
a. Adanya kerusakan pada saraf
b. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )
c.Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )
d. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
e. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf
Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
fisik pasien dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu
pambedahan.
k. Penatalaksanaan
Oleh karena penyebab LBP sangat beraneka ragam maka tatalaksananya juga
bervariasi. Namun dikenal 2 tahapan terapi LBP, yaitu: konservatif dan operatif.
Kedua tahapan terapi tadi mempunyai kesamaan tujuan ialah rehabilitasi (Harsono,
2009).
1. Terapi Konservatif
Cara konservatif meliputi bed rest (rehat baring), medikamentosa dan fisioterapi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari
dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per.
Tempat tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa
tipis.
Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut,
fraktur, dan HNP. Pada HNP sikap terbaring paling banyak ialah dalam posisi
setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul atau
lutut. Lama tirah baring bergantung pada berat-ringannya gangguan yang
dirasakan penderita.
b. Mendikamentosa
Ada 2 jenis obat dalam tatalaksana LBP ini, ialah obat yang bersifat
simtomatik dan yang bersifat kausal. Obat-obat simtomatik antara lain
analgetika:
- Salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga
mempunyai khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik.
Contohnya : Aspirin
Dosis Aspirin : Sebagai anlgesik 600 900 mg, diberikan 4 x sehari
Sebagai antiinflamasi 750 1500 mg, diberikan 4 x
sehari
Kontraindikasi : Penderita tukak lambung
Resiko terjadinya pendarahan
Gangguan faal ginjal
Hipersensitifitas
Efek samping : Gangguan saluran cerna
Anemia defisiensi besi
Serangan asma bronchial
- Paracetamol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman
untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.
Dosis terapi : 600 900 mg, diberikan 4 x sehari
- Dll
Dan obat simtomatik lainnya seperti : kortikosteroid (prednisone,
prednisolon), anti-inflamasi non steroid (AINS) misalnya piroksikam,
antidepresan trisiklik (secara sentral) misalnya amitriptilin dan obat penenang
minor, misanya diazepam, klordiasepoksid.
Obat-obatan kausal misalnya antituberkulosis, antibiotika untuk
spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain, kolagenase (untuk
HNP).
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, serta traksi
pelvis misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
1) Terapi Panas
Terapi menggunakan kantong dingin kantong panas. Dengan menaruh
sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau
sakit selama 5-10 menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih
terasa gunakan heating pad (kantong hangat).
2) Elektro Stimulus
- Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan
tetapi cara ini tidak terlalu efisien karena ditakutkan resiko
komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga
menyebabkan infeksi.
- Ultra Sound
Untuk menghangatkan
Gambar 2.12
Gambar Ultra Sonic
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
- Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf
a) Spinal Endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk
memindahkan atau menghilangkan jaringan scar.
b) Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
c) Elektro Thermal Disc Decompression
d) Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Menggunakan alat dengan tegangan kecil.
3) Traction
Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot.
Gambar 2.13
Gambar traksi pada pasien LBP
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
4) Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merileksi otot belakang
dan melancarkan peredaran perdarahan.
Latihan Low Back Pain dapat dilakukan sebagai berikut :
a) Lying supine hamstring stretch
Gambar 2.14
Gambar posisi Lying supine hamstring stretch
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
b) Knee to chest stretch
Gambar 2.15
Gambar posisi Knee to chest stretch
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
c) Pelvic Tilt
Gambar 2.16
Gambar posisi Pelvic Tilt
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
d) Sitting leg stretch
Gambar 2.17
Gambar posisi Sitting leg stretch
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
e) Hip and quadriceps stretch
Gambar 2.18
Gambar posisi Hip and quadriceps stretch
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
5) Alat Bantu
1) Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low
Back Pain yang dapat membungkus punggung dan perut.
Gambar 2.19
Gambar back corsets
Sumber : http//brimaaritejo.files.wordpress.com
2) Tongkat Jalan
2. Terapi Operatif
Pada dasarnya terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif
tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung
mengakibatkan deficit neurologic. Yang terakhir ini memerlukan tindakan segera
(cito). Defisit neurologic yang dapat diketahui adalah gangguan fungsi otonom dan
paraplegia. Pada kasus HNP, tindakan konservatif perlu dikerjakan apabila terapi
konservatif tidak memberi hasil atau kambuh berulang-ulang, atau telah terjadi deficit
neurologik.
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada tulang
belakang/punggung pasien. Biasanya prosedurnya menyangkut pada
LAMINECTOMY yang mana menghendaki bagian yang diangkat dari vertebral arch
untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP pasien. Jika disc menonjol atau
bermasalah, para ahli bedah akan melakukan bagian laminectomy untuk mencari tahu
vertebral kanal, mengidentisir ruptered disc ( disc yang buruk ), dan mengambil atau
memindahkan bagian yang baik dari disc yang bergenerasi, khususnya kepingan atau
potongan yang menindih saraf.
Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu SPINAL
FUSION, jika si pasien merasa membutuhkan keseimbangan di bagian spinenya.
Spinal fusion merupakan operasi dengan menggabungkan vertebral dengan bone
grafts. Kadang graft tersebut dikombinasikan dengan metal plate atau dengan alat
yang lain.
Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang dapat diobati
dengan teknik PERCUTANEOUS DISCECTOMY, yang mana discnya diperbaiki
menembus atau melewati kulit tanpa membedah dengan menggunakan X-ray sebagai
pemandu. Ada juga cara lain yaitu CHEMONEUCLOLYSIS, cara ini menggunakan
penyuntikan enzim-enzim ke dalam disc. Cara ini sudah jarang digunakan.
B. Penelitian Terkait
1. Pengaruh Posisi Duduk Terhadap Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Pengemudi
Rosalia Indah Travel-Solo
Industri jasa trasportasi darat dewasa ini semakin berkembang, misalnya saja jasa
tour dan travel. Seiring dengan perkembangan tersebut dijumpai pulahal-hal baru,
khususnya yang berkaitan dengan penyakit akibat kerja. Pada industri jasa tour dan
travel, penyakit yang banyak diderita oleh pengemudi kendaraan, misalnya nyeri
punggung bawah. Nyeri punggung bawah merupakan penyakit akibat kerja yang
terkait dengan faktor ergonomi yaitu posisi kerja, yang jika diikuti oleh faktor
pengetahuan kesehatan kerja yang kurang akan dapat mempercepat munculnya
kejadian nyeri punggung bawah pada pengemudi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh posisi duduk terhadap kejadian nyeri punggung bawah.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat cross sectional. Lokasi Penelitian
adalah Rosalia Indah Travel Solo, Jawa Tengah. Subyek penelitian sebanyak 60
orang pengemudi. Variabel bebes adalah posisi duduk, sedangkan variabel terikat
adalah kejadian nyeri punggung bawah yang diukur dengan menggunakan tes
kesegaran punggung karya Imrie. Analisis data menggunakan uji regresi dengan
program SPS 2000. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
dari variabel posisi duduk terhadap kejadian nyeri punggung bawah dengan nilai r
parsial = - 0,652 dengan p= 0,000 < 0,005, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap
peningkatan atau penurunan pada variabel posisi duduk akan selalu diikuti oleh
penurunan atau peningkatan variabel nyeri punggung bawah
(arc.ugm.ac.id/files/(1232-H-2004).
2. Hubungan Posisi Kerja Duduk Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Low Back Pain Pada
Pekerja Pemecah BAtu Granit Tradisional Di Kelurahan Tg. Batu Kota Kbupaten
Karimun Tahun 2008
Yunus , Muhamad (2008)
Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.
Low Back Pain adalah salah satu keluhan yang dirasakan oleh sebagian besar pekerja,
biasanya mulai dirasakan pada usia 25 tahun, dan meningkat pada usia 50 tahun.
Bekerja dengan posisi duduk yang tidak ergonomis dan dalam waktu yang lama dapat
meningkatkan risiko keluhan LBP. Penelitian bertujuan untuk melihat hubungan
posisi kerja duduk dan masa kerja dengan keluhan LBP pada pekerja pemecah batu
granit tradisional di Kelurahan Tg Batu Kota Kabupaten Karimun. Penelitian ini
menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian
adalah 60 pekerja yang diambil dengan teknik purpose sampling. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah kuesioner, cek list, kamera digital dan anthropometer.
Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara posisi kerja
duduk dengan keluhan Low Back Pain nilai p=0,00 (p=0,05), dan ada hubungan masa
kerja dengan keluhan Low Back Pain nilai p=0,012(p<0,05).
3. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Nyeri Pinggang Pada Pekerja Konveksi Di
Desa Rowosari Kecamatan Ulujami Pemalang Tahun 2002.
Kumala Nikmah -- E2A302108
Nyeri Pinggang adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah punggung bagian bawah
dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan nyeri pinggang antara lain: Posisi duduk saat bekerja,
umur, jenis kelamin, masa kerja dan waktu istirahat. Dalam melakukan pekerjaan,
pekerja konveksi duduk dikursi tanpa sandaran, hal ini berisiko besar terjadinya nyeri
pinggang. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan nyeri pinggang pada
pekerja tersebut. Penelitian ini termasuk explanatory, dengan menggunakan metode
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja konveksi di Desa
Rowosari Kecamatan Ulujami Pemalang yang berjumlah 83 orang. Tehnik
pengambilan sampel dengan metode simple random sampling sehingga diperoleh
sampel sebesar 45. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder.
Analisis data dilakukan secara univariat berupa penjelasan deskriptif dan bivariat
dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Dari
karakteristik responden diketahui bahwa mayoritas pekerja (57,8%) berjenis kelamin
perempuan dengan umur terbanyak > 20 tahun (57,8%) serta memiliki masa kerja > 5
tahun (66,7%). Sedangkan dari hasil penelitian dengan menggunakan uji Chi square
didapatkan bahwa ada hubungan antara posisi duduk saat bekerja dengan nyeri
pinggang (p<0,05), ada hubungan umur dengan nyeri pinggang (p<0,05), tidak ada
hubungan antara jenis kelamin dengan nyeri pinggang (p>0,05), ada hubungan masa
kerja dengan nyeri pinggang (p<0,05) dan ada hubungan waktu istirahat dengan nyeri
pinggang (p<0,05).
4. Pengaruh MWD dan Muscle Energy Technique Terhadap Peningkatan Fleksibilitas
Lumbal Pada Penderita Nyeri Punggung Bawah di RSUD. Lasinrang Pinrang tahun
2009
Oleh :Sudaryanto, S.ST.Ft dan Jasmah Djabar, S.ST.Ft
Nyeri punggung bawah bukanlah merupakan suatu penyakit melainkan gejala
dari sekelompok penyakit yang terdapat pada punggung bawah yakni Th12-L1 sampai
lumbosacral joint, bahkan sampai hip joint. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan
oleh berbagai gangguan, dalam hal ini disebabkan oleh gangguan pada facet joint dan
muskular yang umumnya menyebabkan keterbatasan gerak dan spasme otot erector
spine.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh MWD dan Muscle Energy Technique terhadap peningkatan
fleksibilitas lumbal pada penderita nyeri punggung bawah. Penelitian ini dilaksanakan
di Poli Fisioterapi RSUD. Lasinrang Pinrang, dengan responden adalah penderita
nyeri punggung bawah yang berjumlah 15 orang sesuai dengan kriteria inklusi yang
ditetapkan oleh peneliti.
Berdasarkan distribusi usia, hasil penelitian menunjukkan bahwa paling banyak
responden yang berusia 51 57 tahun yaitu sebanyak 5 orang (33,3%) sedangkan
responden yang berusia 30 36 tahun memiliki jumlah terkecil yaitu 1 orang (6,7%).
Berdasarkan distribusi jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih
banyak responden perempuan yaitu 8 orang (53,3%) daripada responden laki-laki
yaitu 7 orang (46,7%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian MWD dan
Muscle Energy Technique dapat menghasilkan peningkatan ROM fleksi lumbal
dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,28. Sedangkan hasil Uji Wilcoxon diperoleh
nilai p = 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa pemberian MWD dan Muscle Energy
Technique dapat menghasilkan peningkatan ROM fleksi lumbal pada penderita nyeri
punggung bawah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian MWD dan Muscle
Energy Technique dapat menghasilkan peningkatan ROM fleksi lumbal pada
penderita nyeri punggung bawah sehingga disarankan untuk memilih Muscle Energy
Technique sebagai modalitas utama pada kondisi nyeri punggung bawah akibat
gangguan pada facet joint dan muskular. http://ikafisioterapimks.org
5. Low Back Pain Pada perawat RSUD Dr. Soetomo dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Tahun 2008
Nawawinetu
Disain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Untuk mengetahui hubungan
antar variabel digunakan uji chi square. Populasi adalah seluruh tenaga keperawatan ,
meliputi perawat, bidan dan pekarya kesehatan yang berjumlah 257 orang. Sampel
sejumlah 101 orang diambil secara accidental. Variabel penelitian ini meliputi usia,
jenis kelamin, lama masa kerja, lama jam kerja sehari, jenis pekerjaan, pekerjaan lain
yang dilakukan, status gizi dan keluhan LBP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden sebagian besar berada pada
kisaran >45-50 tahun, jenis kelamin sebagian besar perempuan (69,3%), jenis
pekerjaan sebagian besar perawat (63,4%). Hanya sebagian kecil responden yang
melakukan pekerjaan lain (14%) selain perawat dan hanya 7% yang bekerja sebagai
perawat di tempat lain. Lama masa kerja sebagian besar responden > 16-24 tahun
(30,7%) dengan lama jam kerja sehari terbanyak 7 jam sehari (50,5%). Status Gizi
responden sebagian besar normal (50,5%). Sebagian besar responden (44,6%) tidak
biasa berolahraga dengan frekuensi terbanyak > 1-2 kali seminggu (35,6%). Olah raga
yang dilakukan sebagian besar adalah olah raga yang mencegah LBP diantaranya
senam (43,6%) dengan lama melakukan olah raga terbanyak adalah >45 menit
(44,3%). Status Gizi responden sebagian besar normal (50,5%). Hanya 45,5%
responden yang menderita LBP dibanding yang tidak (54,5%). Hubungan antar
variabel seluruhnya tidak bermakna (p>0,05) , namun ada kecenderungan semakin tua
usia responden semakin sering menderita LBP. Responden yang berolah raga
cenderung lebih jarang menderita LBP. Semakin gemuk , semakin sering menderita
LBP.
Berdasarkan hasil penelitian di atas , disarankan agar manajemen RSUD Dr.Soetomo
mulai memperhatikan masalah LBP pada perawat dan merencanakan upaya
pencegahannya melalui promosi kesehatan tentang pentingnya olah raga, status gizi
normal dan cara mengangkat dan mengangkut yang benar dalam mencegah LBP.
(www.adln.lib.unair)
6. Analisis faktor risiko kejadian low back pain pada operator tambang sebuah
perusahaan tambang nickel di sulawesi selatan Tahun 2007-2008
Kristiawan Basuki Rahmat
(LBP) adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau
perasaan tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah. LBP umum menjadi
persoalan kesehatan kerja karena menyumbang cukup banyak absentisme dan
kompensasi yang harus dibayar perusahaan kepada karyawan. LBP banyak terjadi
pada karyawan yang melakukan kegiatan fisik dan menggunakan kendaraan. Industri
tambang merupakan salah satu industri yang banyak melibatkan kegiatan manusia
dengan alat-alat kerja berupa kendaraan. PT.INXX sebagai salah satu industri
tambang nickel di Propinsi Sulawesi Selatan mempunyai 700 orang operator tambang
dan dari data kunjungan Rumah Sakit Perusahaan bulan Maret 2007 Maret 2008
didapatkan jumlah 212 orang didiagnosis LBP (ICD 10 = M54.5). Untuk itu
dilakukan penelitian ini dengan tujuan mengetahui hubungan faktor-faktor risiko
terhadap kejadian LBP pada karyawan tambang operator alat berat Jenis penelitian ini
adalah ini adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan case-
control terhadap 65 orang responden kasus (LBP) dan 65 orang responden kontrol
(non LBP). Responden dipilih secara acak dari operator tambang, dengan batasan
minimal telah bekerja 5 tahun dan jenis kelamin laki-laki. Data diambil dari data
sekunder berupa rekam medis di RS dan dari wawancara menggunakan kuesioner.
Analisis data menggunakan analisis univariat, uji Chi Square untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas yaitu : umur, jenis kendaraan, olah raga, stres kerja,
kegemukan dan rokok dengan variabel terikat : LBP. Khusus untuk faktor risiko stres
kerja menggunakan pendekatan cross sectional. Untuk mengetahui faktor risiko yang
paling berpengaruh digunakan uji regresi logistik. Variabel yang terbukti secara
bermakna berhubungan dengan kejadian LBP adalah jenis kendaraan (nilai p = 0.020,
= 0.005, OR= 2.94, confidence interval 95%,) olah raga (p=0..029, = 0.005, OR=
2.94, CI 95%,) dan stres kerja (p=0.0001, = 0.005, OR= 4.71, CI 95%,). Variabel
yang tidak terbukti berhubungan adalah umur, kegemukan, dan merokok. Hasil
analisis multivariat dengan logistik regresi menunjukkan faktor jenis kendaraan
adalah faktor paling dominan pengaruhnya terhadap kejadian LBP.
(http//eprints.undip.ac.id/20039/1/kristiawan_basuki_rahmad)
Kejadian Low back
pain
C. Kerangka Teori
Faktor resiko secara
fisiologi:
- Umur
- Jenis kelamin
- Obesitas
- HNP
- Scoliosis
- spondilitis
- Osteoporosis
- Spinal sternosis
- Merokok
Faktor resiko dari
lingkungan :
- Pekerjaan
- Aktivitas Fisik
- Olahraga
- Vibrasi yang Lama
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor resiko dari
psikologis:
- Stress
- Depresi

Anda mungkin juga menyukai