Anda di halaman 1dari 44

Oleh :

Hendrik Susanto

Pembimbing :
dr. Ireine Suantika C. Roosdy

Supervisor :
dr. Rabiah Tanthawie, Sp.KJ
Persepsi adalah daya mengenal barang, kualitas atau
hubungan serta perbedaan antara hal ini melalui proses
mengamati, mengetahui dan mengartikan setelah
pancainderanya mendapat rangsang.

Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan manusia
dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari
sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi
somatik dengan impuls dan stimulus eksternal.
Syarat terjadinya persepsi adalah adanya :
Objek, stimulus yang berasal dari luar
individu dan pancaindera
Perhatian

Proses persepsi memiliki tiga proses sebagai
berikut :
Proses fisik
Proses fisiologis
Proses psikologis

1.Distorsi sensorik (sensory distortion) -> salah tafsir
pancaindera akibat penyimpangan (distorsi) dalam
menangkap rangsangan sensorik.
Perubahan intensitas : Hiperestesia, Hipestesia
Perubahan kualitas : penilaian terhadap persepsi visual
berubah. Kloropsia (hijau), Xantopsia (kuning),
Eritropsia (merah)
Perubahan bentuk (dismegalopsia) : Mikropsia,
Makropsia
Distorsi terhadap waktu yang terjadi

2.Desepsi sensorik (sensory deception) -> muncul
persepsi baru dengan atau tanpa objek luar.
a. Ilusi
b. Halusinasi :
1. Halusinasi hipnagogik: terjadi saat akan tertidur.
2. Halusinasi hipnopompik: terjadi saat bangun tidur
3. Halusinasi dengar (auditorik)
4. Halusinasi visual
5. Halusinasi cium (olfaktoris)
6. Halusinasi kecap (gustatoris)
7. Halusinasi raba (taktil; haptik)
8. Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang sesuatu
hal yang terjadi di dalam tubuh atau terhadap
tubuh, paling sering berasal dari organ visceral,
juga dikenal sebagai cenesthesic hallucination).

9. Halusinasi liliput: juga dikenal sebagai mikropsia.
10. Halusinasi yang sejalan dengan mood (moodcongruent
hallucination)
11. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent
hallucination)
12. Halusinosis: paling sering adalah halusinasi dengar akibat
alkohol.
13. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh
sensasi lain (sebagai contohnya, suatu sensasi auditoris yang
disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi visual; suatu bunyi
dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai
didengar).
14. Trailing phenomenon: obat-obat halusinogen
15. Command hallucination: persepsi perintah, merasa patuh.

3. Gangguan pengendalian diri
a. Depersonalisasi
Depersonalisasi ialah perasaan aneh tentang
dirinya sendiri, atau perasaan bahwa dirinya
sudah tidak seperti biasa lagi.

b. Derealisasi
Derealisasi merupakan perasaan aneh yang
muncul tentang lingkungannya.

4. Gangguan Psikofisiologik
5. Gangguan Somatosensorik
6. Agnosia
Teori psikopatologi yang pasti belum
diketahui. Dalam keadaan terjaga, normalnya
otak dihantar oleh aliran stimulus yang datang
dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh. Input
ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari
munculnya ke alam sadar.
Teori psikodinamika menggambarkan bahwa
halusinasi terjadi karena adanya isi alam tidak
sadar yang masuk alam sadar sebagai suara
respon terhadap konflik psikologis dan
kebutuhan yang tidak dipenuhi sehingga
halusinasi merupakan gambaran dan rangsangan
keinginan dan ketakutan yang dialami oleh
pasien.

Halusinasi yang sejalan dengan mood
(moodcongruent hallucination) bisa
didapatkan pada pasien yang mengalami
depresi mendengar suara yang mengatakan
bahwa pasien adalah orang yang jahat;
seorang pasien manik mendengar suara yang
mengatakan bahwa pasien memiliki harga
diri, kekuatan, dan pengetahuan yang tinggi.
Halusinasi auditorik merupakan salah
satu kriteria penting dalam mendiagnosis
penyakit jiwa, skizofrenia.

Nama : Tn. AM
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Auditor
Alamat : Makassar
Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 5
Mei 2014

RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama :
Susah tidur
Keluhan dan Gejala
Dialami sejak 1 bulan yang lalu memberat 1 minggu
terakhir karena memikirkan pekerjaannya yang
menumpuk 1 tahun terakhir, pasien juga mengeluhkan
sakit kepala sampai tidak bisa tidur. Pasien di pindahkan
dari bagian pengawas ke bagian auditor sejak 1 tahun
terakhir. Dalam 1 tahun terakhir, di kantor pasien telah
menggunakan program yang baru untuk metode
pelaporan tugas pegawai, tetapi pasien tidak mengetahui
cara menjalankan program tersebut sehingga
pekerjaannya 1 tahun terakhir ini menumpuk. Padahal
pasien dikenal sebagai orang yang perfeksionis dan selalu
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan sangat baik,
sehingga pasien tidak bersemangat lagi untuk bekerja
bahkan sempat terpikirkan untuk pensiun. Pasien juga
selalu menyendiri dan cenderung pendiam akhir-akhir ini.
Pasien sudah membicarakan hal ini dengan pimpinannya
dan minta ditambahkan rekan kerja yang bisa
membantunya. Nafsu makan pasien berkurang.

Pasien pernah diberitahukan oleh orang pintar
bahwa dia mengalami kelainan di daerah perutnya.
Pasien juga pernah memeriksakan diri ke dokter
dan disarankan untuk tidak melakukan pekerjaan
yang berat. Hal ini mengakibatkan pasien tidak lagi
menjalani profesinya sebagai pekerja tambak.
Pasien sudah seringkali ke dokter. Terakhir kali
dirawat inap dua pekan yang lalu selama 4 hari 4
malam di RS Polman karena penyakit fisiknya. Pada
saat menjalani perawatan ini pasien tidak tidur
selama dua malam pertama. Diberi obat tapi nama
obat tidak diketahui. Selama pengobatan ini pasien
merasa ada perbaikan.

Hendaya Fungsi
Hendaya sosial : (-)
Hendaya pekerjaan : (-)
Hendaya waktu senggang : (-)
Faktor stressor psikososial :
Pasien tidak mengetahui cara
menjalankan program yang baru untuk
pelaporan hasil kerja sehingga
pekerjaan pasien menumpuk.


Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat
penyakit fisik dan psikis sebelumnya :
Pasien selalu memikirkan pekerjaannya yang
menumpuk sehingga pasien sulit tidur dan
tidak bersemangat lagi untuk bekerja.

Riwayat Gangguan Sebelumnya
Pasien tidak mempunyai riwayat gangguan
jiwa, tidak ada gangguan medis, ia juga tidak
menggunakan NAPZA.


Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, dan persalinan
dibantu oleh bidan. Sewaktu hamil, ibu dalam
keadaan sehat, riwayat ibu dalam menggunakan
alkohol tidak ada.

Riwayat Masa Kanak Awal ( sejak lahir hingga usia
1-3 tahun)
Pasien memperoleh ASI dari ibunya hingga umur
2 tahun, pertumbuhan dan perkembangan sama
dengan anak sebayanya. Tidak ada riwayat
trauma dan kejang.


Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( usia 4-11
tahun)
Pasien bersekolah di Sekolah Dasar di
Makassar, prestasi di sekolah cukup baik.
pasien mudah bergaul.

Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja ( usia
12-18 tahun)
Setelah tamat SD pasien melanjutkan
pendidikan di SMP dan SMA di Makassar,
pasien dikenal ramah dan memiliki banyak
teman.

Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
Pasien melanjutkan pendidikan di bangku
perkuliahan di Makassar
Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai auditor
Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dan dikaruniai tiga
orang anak
Riwayat Kehidupan beragama
Pasien cukup taat beribadah

Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak ke 1 dari 5
bersaudara ( (),,,, ). Hubungan
dengan kedua orangtua dan saudara baik,
hubungan dengan anak dan istri baik.

Situasi Sekarang
Pasien merasa stres dengan masalah
pekerjaan di kantornya dan selalu
menyendiri serta cenderung pendiam akhir-
akhir ini.

Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa sakit dan perlu pengobatan


Deskripsi Umum
Penampilan
Laki-laki memakai kemeja lengan panjang warna ungu
muda, celana panjang kain, wajah sesuai umur, wajah
sesuai umur, perawatan diri baik.

Kesadaran
Baik

Perilaku dan aktivitas motorik
Cemas

Pembicaraan
Lancar, spontan, intonasi biasa

Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif

Keadaan afektif (Mood), perasaan atau
empati
Mood : Cemas
Afek : Cemas
Empati : dapat dirabarasakan
Keserasian : serasi
Fungsi intelektual
Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan
kecerdasan : sesuai taraf pendidikan
Daya konsentrasi : baik
Orientasi (waktu,tempat,orang) : baik
Daya ingat (jangka panjang, jangka pendek,segera)
: baik
Pikiran abstrak : baik
Bakat kreatif : Tidak diketahui
Kemampuan menolong diri sendiri : baik
Gangguan Persepsi
Halusinasi : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
Proses Berpikir
Arus pikiran
Produktivitas : baik
Kontinuitas : relevan, koheren
Hendaya berbahasa : tidak ada
Isi pikiran
Preokupasi : Pasien selalu
memikirkan masalah pekerjaannya di kantor
Gangguan isi pikiran : tidak ada
Pengendalian Impuls : baik



Daya Nilai
Normo sosial : baik
Uji daya nilai : baik
Penilaian realitas : baik

Tilikan (Insight)
Derajat VI ( pasien sadar dirinya sakit dan
perlu pengobatan )

Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya

Status Internus
Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi
80x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit,
suhu 37 C
Status Neurologis
GCS E4V5M6, gejala rangsang menings : kaku
kuduk (-), kernig sign (-), pupil bulat isokor
2,5mm/2,5mm, RCL+/+, RCTL +/+, fungsi
motorik, sensorik keempat ekstremitas dalam
batas normal dan tidak ditemukan refleks
patologis.
Seorang laki-laki datang ke poli jiwa dengan
keluhan susah tidur dialami sejak 1 bulan yang lalu
memberat 1 minggu terakhir karena memikirkan
pekerjaannya yang menumpuk 1 tahun terakhir,
pasien juga mengeluhkan sakit kepala sampai tidak
bisa tidur. Pasien di pindahkan dari bagian
pengawas ke bagian auditor sejak 1 tahun terakhir.
Dalam 1 tahun terakhir, di kantor pasien telah
menggunakan program yang baru untuk metode
pelaporan tugas pegawai, tetapi pasien tidak
mengetahui cara menjalankan program tersebut
sehingga pekerjaannya 1 tahun terakhir ini
menumpuk.
Padahal pasien dikenal sebagai orang yang
perfeksionis dan selalu menyelesaikan tugas-tugasnya
dengan sangat baik, sehingga pasien tidak
bersemangat lagi untuk bekerja bahkan sempat
terpikirkan untuk pensiun. Pasien juga selalu
menyendiri dan cenderung pendiam akhir-akhir ini.
Pasien sudah membicarakan hal ini dengan
pimpinannya dan minta ditambahkan rekan kerja
yang bisa membantunya. Nafsu makan pasien
berkurang.
Penampilan pasien laki-laki memakai kemeja lengan
panjang warna ungu muda, celana panjang kain,
wajah sesuai umur, wajah sesuai umur, perawatan
diri baik.
Kesadaran baik, psikomotor cemas. Pembicaraan
spontan, lancar, intonasi biasa. Sikap terhadap
pemeriksa kooperatif.
Keadaan afektif (mood) cemas, afek cemas, empati
dapat dirabarasakan, keserasian serasi.
Dari pemeriksaan fisik dan pada pemeriksaan
neurologis tidak ada kelainan.
AKSIS I
Berdasarkan autoanamnesa serta pemeriksaan status
mental ditemukan gejala klinis bermakna berupa sulit
tidur yang sudah dialami sejak 1 bulan yang lalu,
sehingga menimbulkan distress bagi pasien sehingga
dapat dikategorikan sebagai gangguan jiwa. Pada
pemeriksaan status mental tidak ditemukan adanya
hendaya berat dalam menilai realita, sehingga pasien
dikategorikan dalam gangguan jiwa non psikotik. Tidak
terdapat kelainan dalam pemeriksaan fisik dan
neurologis, maka pasien ini dapat dikategorikan
gangguan jiwa non organik.
Dari autoanamnesa didapatkan gejala-gejala yang
dialami berupa sulit tidur akibat cemas memikirkan
pekerjaannya, stres, depresi, dapat ditegakkan
diagnosis berdasarkan PPDGJ III sebagai gangguan
campuran anxietas dan depresi (F41.2).
AKSIS II
Ciri kepribadian cemas (F60.6)
AKSIS III
Tidak ada diagnosis
AKSIS IV
Stressor berupa pekerjaan yang menumpuk 1 tahun
terakhir
AKSIS V
GAF Scale 70-61, beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih baik.
Organobiologik
Ditemukan ketidakseimbangan neurotransmitter
sehingga pasien memerlukan farmakoterapi.

Psikologik
Ditemukan adanya gangguan cemas dan
penurunan semangat dalam bekerja sehingga
memerlukan psikoterapi
Bonam

Faktor pendukung
Tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang
sama
Stressor psikologik jelas
Keinginan pasien untuk sembuh
Tidak mempunyai penyakit organik
Dukungan keluarga baik

Psikofarmaka
Ludiomil 25 mg 0-0-1
Alprazolam 1 mg 0-0-1

Psikoterapi suportif
Konseling
Memberikan pengertian pada pasien tentang penyakitnya
dan pasien memahami kondisi dirinya sendiri lebih baik,
selain itu pasien dinasehati untuk berobat teratur.
Ventilasi
Memberikan kesempatan pada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga perasaan pasien menjadi
lega.


Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang
penyakit pasien sehingga tercipta dukungan sosial
dalam lingkungan yang kondusif sehingga dapat
membantu penyembuhan pasien.

Memantau keadaan umum pasien dan
perkembangan penyakit serta menilai
efektivitas pengobatan yang diberikan dan
kemungkinan munculnya efek samping obat
yang diberikan.

Berdasarkan PPDGJ-III, untuk mendiagnosis
gangguan campuran anxietas depresi (F41.2) :
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun
depresi, dimana masing-masing tidak ada
rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk
anxietas, beberapa gejala otonom harus
ditemukan, walaupun tidak terus menerus
disamping rasa cemas berlebihan.

Biasanya disertai anxietas dan depresi
ringan, maka harus dipertimbangkan anxietas
tipe lainnya atau anxietas tipe fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas
yang cukup berat untuk menegakkan masing-
masing diagnosa, maka kedua diagnosis
campuran tidak dapat ditegakkan, jika
karena suatu hal, hanya satu diagnosis yang
dapat ditegakkan, maka gangguan depresif
harus diutamakan dan apabila gejala
tersebut berkaitan erat dengan stress
kehidupan yang jelas maka harus didiagnosis
(F43.2) gangguan penyesuaian.
Dari anamnesis didapatkan gejala-gejala
kecemasan yang dialami sejak sebulan yang
lalu berupa sulit tidur, stres, depresi.
Keluhan ini dialami setiap waktu dan tidak
bergairah untuk bekerja.
Karena adanya gejala depresi dan anxietas
tersebut dan gejala-gejala tersebut tidak
menunjukkan gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri, maka
berdasarkan PPDGJ III dapat digolongkan
gangguan campuran anxietas dan depresi
(F41.2), dan diberikan golongan SSRI karena
efek sedasi, otonomik dan hipotensi sangat
minimal serta obat anxietas golongan
benzodiazepine karena sebagai anti anxietas
karena kurang menimbulkan adiksi dengan
toksisitas yang rendah dibandingkan dengan
meprobamate atau phenobarbital.

Anda mungkin juga menyukai