BAB III
PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN
RADIOAKTIF
1. PELURUHAN EKSPONENSIAL
Proses peluruhan merupakan statistik untuk nuklida yang cukup banyak,
maka banyaknya peluruhan per satuan waktu (dN/dt) sebanding dengan
banyaknya nuklida radioaktif(N).
Tetapan merupakan tetapan pelunthan yang bernilai positif Penyelesaian dan
persamaan peluruhan tersebut adalah
(3-2)
Umur paruh (t
1/2
) didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan agar jumlah
radionukiida mencapai separuh dan jumlah semula.
(3-3)
Universitas Gadjah Mada 2
Selain umur paruh, perlu diketahui juga umur rata-rata (t) yang didefinisikan
sebagai jumlah umur (waktu) dan semua nuklida yang ada dibagi dengan jumlah
awal nuklida. Jika N (jumlah nuklida) sangat banyak, maka jumlah didekati
dengan integral,
(3-4)
Umur rata-rata Iebih besar (1/0,693) kali daripada umur paruh. Banyaknya nuklida
yang dicapai pada saat umur rata-rata (1I) adalah (lie) kali jumlah nuklida awal.
Aktivitas suatu radioaktif adalah banyaknya peluruhan per satuan waktu.
Adapun satuan aktivitas adalah bequerel (Bq) atau curie (Ci). Satu bequerel setara
dengan satu disintegrasi per detik (dps), dan satu curie setara dengan 3,7.10
10
Bq.
4. CAMPURAN DARI DUA AKTIVITAS YANG MELURUH SECARA SALING
TIDAK TERGANTUNG
Jika ada dua spesies radioaktif (misalnya radioaktif 1 dan 2) dicampur bersama
- sama, maka aktivitas totalnya adalah
Universitas Gadjah Mada 3
3-5
Kuva log A terhadap t (waktu) merupakan kurva cekung, karena radionuklida
yang berumur paruh lebih pendek menjadi kurang signifikan dengan berjalannya
waktu. Pada kenyataannya, setelah cukup waktu radionuklida yang mur parun lebih
panjang akan mendominasi, umur paruhnya dapat dibaca dan bagian akhir kurva
peluruhan. Jika bagian akhir yang berupa garis lurus diekstrapolasikan kembali pada
t = 0 dan garis ekstrapolasi dikurangkan dan kurva asal (asli), maka kurva sisa
pengurangan tersebut mewakili peluruhan dan semua radionuklida kecuali yang
berumur paruh panjang.
Untuk kurva yang terdiri dari dua radionuklida yang umur paruhnya tidak
terlalu berbeda, maka
3-6
Jika kedua sisi dikalikan e
-
1
t
, maka akan diperoleh
Besarnya dan
1
2
telah diketahui dan A dapat diukur dengan detektor yang
merupakan fiingsi dari t. Dengan menampilkan dalam bentuk kurva antara A e
-
1
t
terhadap e
(1-2)
maka
1
menjadi radionuklida B (radionuklida anak). Radionuklida B akan menjadi C
Universitas Gadjah Mada 4
dengan konstanta peluruhan
2
. Banyaknya nuklida A yang meluruh dihitung dengan
menggunakan persamaan (3-2), yaitu
Dengan
2
N
2
, atau
(3-7)
Persamaan diferensial linier orde satu tersebut dapat diselesaikan dengan metode
standar yang hasilnya adalah sebagai berikut,
(3-8)
Jika pada awalnya hanya ada nuklida A saja atau
= 0 pada t = 0, maka
(3-9)
a. Kesetimbangan Sekuler
Kesetimbangan sekuler terjadi jika umur paruh induk jauh lebih besar daripada
umur paruh anak. Perbedaan antara umur paruh induk dengan anak adalah sekitar
10
4
kali atau lebih besar. Karena umur paruh induk jauh lebih besar dari umur paruh
anak, maka konstanta peluruhan induk akan menjadi jauh lebih kecil dan konstanta
peluruhan anak atau )))
1
dan sebagai akibatnya
Sehingga,
(3-10)
Pada kesetimbangan sekuler, aktivitas anak akan sama dengan aktivitas
induk. Radionuklida anak akan meluruh dengan umur paruh radionuklida induk.
Universitas Gadjah Mada 5
Adapun contoh kesetimbangan sekuler adalah peluruhan
226
Ra (t
1/2
= 1620
tahun) menjadi
222
Rn (t
1/2
= 3,5 hari) dan peluruhan
90
Sr (t
1/2
= 19,9 tahun) menjadi
90
Y (t
1/2
= 64,2 jam).
b. Kesetimbangan Transien
Kesetimbangan transien terjadi jika umur paruh induk lebih besar daripada
umur paruh anak. Perbedaan antara umur paruh induk dengan anak adalah sekitar
10 kali atau lebih besar. Karena umur paruh induk lebih besar dari umur paruh anak,
maka konstanta peluruhan induk akan menjadi lebih kecil dan konstanta peluruhan
anak atau
2
)
1
dan untuk nilai t besar (sangat besar), maka e
-2t)
diabaikan jika
dibandingkan dengan e
-1t
, sehingga
(3-10)
Pada kesetimbangan transien, radionuklida anak juga meluruh dengan umur
paruh radionuklida induk, tetapi dengan aktivitas yang lebih besar dari radionuklida
induk.
c. Tidak terjadi keseimbangan
Jika umur paruh radionuklida induk lebih pendek daripada umur paruh
radionuklida anak atau konstanta peluruhan induk lebih besar daripada konstanta
peluruhan anak, maka tidak akan terjadi kesetimbangan. Jika pada awalnya terdapat
radionuklida induk murni, pada saat radionuklida induk meluruh, maka jumlah
radionuklida anak akan bertambah dan akan melewati titik maksimum, yang pada
akhirnya meluruh dengan umur paruh radionuklida anak.
Peluruhan eksponensial akhir anak diekstrapolasikan kembali ke t = 0. Titik
potong yang dihasilkan merupakan aktivitas sebesar c
2
atom
menyebabkan kenaikan atom N
2
sedemikian awal sehingga
2
kemungkinan
ditentukan sama dengan nilai ekstrapolasi N
2
pada t=0. Perbandingan antara
aktivitas awal dengan aktivitas ekstrapolasi menghasilkan perbandingan umur paruh,
Universitas Gadjah Mada 6
(3-13)
Pada kesetimbangan transien dan tidak terjadi kesetimbangan, ada titik
maksimum dari kurva pertumbuhan anak yang menunjukkan aktivitas anak terbesar
yang dapat dicapai. Waktu untuk mencapai aktivitas maksimum tersebut dapat
ditentukan dengan cara mendeferensialkan nuklida anak terhadap waktu, dan hasil
deferensial tersebut sama dengan nol atau
= 0
(3-14)
Pada saat t
m
tercapai, laju peluruhan anak
2
N
2
sama dengan laju
pembentukan 1N
1
. Untuk kesetimbangan sekuler besarnya t
m
adalah tidak
terhingga.
b. Peluruhan berturutan dalam jumlah banyak
Pembahasan sebelumnya adalah untuk menentukan banyaknya nuklida anak
dari peluruhan berturut (N
2
), sedangkah untuk menentukan N
3
, N
4
, dan seterusnya
digunakan solusi Bateman dengan asumsi bahwa pada t = 0 maka
= =
= R - N
dengan penyelesaian sebagai benikut,
R =
(3-16)
Untuk iradiasi yang sangat lama (t >> 1/) laju disintegrasi N mendekati nilai
saturasi (jenuh) R. Faktor (1 e
-t
) disebut sebagai faktor saturasi.
Universitas Gadjah Mada 8
Kadang-kadang produk yang terbentuk selama iradiasi baik melalui
reaksi inti secara langsung maupun peluruhan induknya yang aktif yang
dihasilkan dan reaksi lainnya (misalnya produk dan reaksi (p, pn), jika tidak stabil
kemungkinan meluruh dengan memancarkan positron atau tangkapan elektron
menjadi produk reaksi (p, 2p) pada target yang sama). Dengan demikian
banyaknya atom produk yang ada pada waktu t
s
setelah akhir penembakan yang
dilakukan selama t
b
akan memiliki tiga sumber, yaitu:
1) yang terbentuk secara langsung dalam reaksi inti,
2) yang terbetuk dari peluruhan induknya selama penembakan terjadi
3) yang terbentuk dari peluruhan induknya selama rentang waktu t
s
(misalnya waktu antara akhir penembakan dengan dilakukannya
pemisahan anak dan induknya secara kimia).
Jika R
1
adalah laju reaksi inti yang secara langsung membentuk produk induk
dan R
2
adalah laju reaksi inti yang secara langsung membentuk produk anak,
maka banyaknya atom anak yang muncul dari masing-masing tiga sumber yang
telah disebutkan diatas adalah
Secara eksperimental, hanya jumlah total atom anak (N
2
+ N
2
+ N
2
) yang
diamati, tetapi dengan diketahuinya waktu t
b
dan t
s
konstanta peluruhan
1
dan
2
, laju pembentukan induk R
1
(yang dapat ditentukan dengan eksperimen
terpisah), maka kemungkinan R
2
dapat dihitung.
b. Target radioaktif dalam reaktor fluks tinggi
Jika reaksi inti disebabkan dalam nuklida radioaktif, maka laju hilangnya
substan tidak lagi ditentukan oleh hukum transformasi radioaktif saja tetapi
dengan hukum yang dimodifikasi yang memperhitungkan hilangnya substan
karena reaksi transmutasi. Laju transformasi radioaktif dan reaksi inti dapat
diabaikan dibandingkan dengan laju peluruhan radioaktif. Tetapi untuk kasus
Universitas Gadjah Mada 9
nuklida berumur panjang, dan dengan fluks neutron yang besar dalam reaktor
inti, transformasi dengan kedua mekanisme kadang-kadang harus
dipertimbangkan.
Jika dianggap terdapat N atom dan jenis radioaktif tunggal dengan
konstanta peluruhan (s
-1
) dan penampang lintang reaksi neutron total (cm
2
)
dalam fluks neutron konstan nv (n . cm
-2
.s
-1
). Laju transformasi radioaktif adalah
N, laju transformasi karena reaksi neutron adalah nv N dan total laju hilangnya
substan adalah
(3-20)
dimana dianggap sebagai kontanta peluruhan yang dimodifikasi. Persamaan di
atas memiliki bentuk yang sama dengan persamaan diferensial standar untuk
peluruhan radioaktif, dan hasil integrasinya adalah
N = N
0
e
-t
(3-21)
Radionuklida induk akan hilang karena transmutasi dan proses peluruhan
-
= (
1
+ nv
1
)N
1
=
1
N
1
(3-22)
tetapi radionuklida anak tumbuh dengan laju yang sama dengan laju peluruhan
induk dan berkurang karena meluruh,
=
1
N
1
-
2
N
2
(3-23)
Secara umum dapat dinyatakan dengan
=
1
N
1
-
i+1
N
i+1
(3-24)
Nilai
1
diganti dengan konstanta peluruhan yang dimodifikasi, yaitu *
I =
*
I
+
nvT*
I.
Tanda asterik hanya untuk mengingatkan saja bahwa jika baik peluruhan
maupun reaksi induk tidak selalu menyebabkan anggota berantai selanjutnya,
maka harus merupakan konstanta peluruhan parsial dan harus merupakan
penampang lintang parsial dan anggota ke-I sampai dengan (I +1). Untuk
=... =
= 0
(3-25)
Dimana
Universitas Gadjah Mada 10
(3-26)
Sebagai contoh :
Hitunglah banyaknya
199
Au (t
1/2
= 3,15 hari) yang terbentuk dari dua reaksi (n,)
berturutan, jika
197
Au sebanyak 1 gram dipapari selama 30 jam dalam fluks
neutron 10
14
n.cm
-2
.s
-1
. Nilai parameter yang harus digunakan adalah:
dengan menggunakan persamaan (3-20), maka
Dengan menggunakan nilai-nilai di atas, maka
Universitas Gadjah Mada 11
Laju disintegrasi
199
Au pada akhir iradiasi adalah
Sebagai bahan perbandingan, dapat dihitung laju disintegrasi
198
Au dalam sampel
adalah
Dengan demikian kira-kira 10% disintegrasi radioaktif dalam sampel terjadi di
dalam
199
Au.