Co-ass Bedah Identitas pasien Nama lengkap : Tn. F Jenis kelamin : Laki-Laki Usia : 44 tahun Suku bangsa : Indonesia Status pernikahan : Menikah Agama : Islam Pekerjaan : wiraswasta Pendidikan : SMA Alamat : Jalan Untung Suropati gg. Raja Ratu No.66, Tanjung Karang Pusat - Bandar Lampung Anamnesa Diambil dari: Autoanamnesis Tanggal: 03 September 2013 Jam : 09.30 WIB
1.Keluhan utama Sesak napas akibat luka tusuk senjata tajam (keris) di pinggang belakang kanan atas sejak 1 hari SMRS.
2.Keluhan tambahan: Nyeri di lengan kanan akibat luka tusuk senjata tajam (keris).
3.Riwayat penyakit sekarang: Sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien datang ke Unit Gawat Darurat dengan sesak napas yang diakibatkan luka tusuk terkena benda tajam ujungnya runcing, panjang, dan tajam di pinggang kanan atas belakang.
Anamnesa(lanjutan) Sesak napas dirasakan semakin memberat. Didapatkan luka terbuka diduga menembus ke dalam rongga paru yang menyebabkan sesak napas. Pasien juga merasakan sakit pada daerah lengan kanan diakibatkan luka terbuka terkena benda tajam. Didapatkan bengkak pada daerah sekitar luka. Tidak didapatkan cedera dan keluhan pada bagian tubuh yang lain. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing.
Pasien tidak memiliki riwayat DM dan hipertensi. Tidak mengkonsumsi obat pengencer darah.
4.Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada
Pemeriksaan Fisik 1. Status Generalis Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis Tanda-tanda vital Tekanan darah : 110/60 mmHg Nadi : 72 x/min Pernafasan : 20 x/min Suhu : 36,80C Kepala : Dalam batas normal Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-). Telinga : Dalam batas normal
Pemeriksaan Fisik Hidung : Dalam batas normal Tenggorok : Dalam batas normal Gigi-mulut : Dalam batas normal Leher : Kelenjar getah bening dan tiroid tidak teraba membesar
Paru Inspeksi : bagian dada kanan tertinggal saat bernafas, retraksi sela iga (-) luka tusuk dengan senjata tajam (keris) tertutup verban di linea axillaris posterior IC VIII-IX Palpasi : nyeri (+), benjolan (-), vocal fremitus tidak simetris Perkusi : sonor Auskultasi : suara nafas vesikuler melemah, ronchi (-), wheezing (-)
Pemeriksaan Fisik Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat. Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga V linea midklavikula sinistra. Perkusi : batas kanan sela iga V linea sternal dekstra. batas kiri sela iga V linea midklavikula sinistra. batas atas sela iga II linea parasternal sinistra. Auskultasi : bunyi jantung I & II reguler murni, gallop (-), murmur (-).
Pemeriksaan Fisik Perut Inspeksi : datar, benjolan (-), sikatriks (-) Palpasi : nyeri tekan (+) pada perut kanan atas, defans muskuler (-), Hati tidak teraba membesar, limpa tidak teraba membesar, ballotement ginjal (-/-) Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-/-) Auskultasi : bising usus (+) normal
Tungkai Tugor kulit cukup, akral dingin (-), edema (+) pada daerah sekitar luka di lengan kanan, luka tertutup verban di regio antebrachii 1/3 dextra tertusuk benda tajam (keris)
Status Lokalis Pinggang kanan atas belakang Inspeksi : bagian dada kanan tertinggal saat bernafas, retraksi sela iga (-) luka tusuk dengan senjata tajam (keris) tertutup verban di linea axillaris posterior IC VIII-IX Palpasi : nyeri (+), benjolan (-), vocal fremitus tidak simetris. Perkusi : hipersonor timpani pada dada kanan dan sonor pada dada kiri. Auskultasi : suara nafas vesikuler melemah, ronchi (-), wheezing (-).
Status Lokalis Lengan kanan Inspeksi : luka tertutup verban di regio antebrachii 1/3 dextra tertusuk benda tajam (keris), bengkak (+), merah(+), atrofi(-) Palpasi : nyeri (+), tes sensori (+), akral hangat,denyut nadi a.radialis teraba normal.
Pemeriksaan Penunjang 1.LABORATORIUM (02 September 2013)
Pemeriksaan Penunjang 2. Foto Thoraks PA (03 September 2013) Cor : gambaran Cardiomegaly, CTR kurang lebih 50 cm (Suspek LVH), elongation arcus aortae Pulmo : gambaran pneumothorax dextra yaitu pleural line pada lobus inferior, medius, dan sebagian superior dengan gambaran avaskular ditepi bagian distalnya, corakan bronkovesikuler tidak meningkat pada paru kiri.
RINGKASAN Pasien laki-laki berusia 44 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang diakibatkan luka tusuk terkena benda tajam di pinggang kanan atas belakang. Sesak napas dirasakan semakin memberat. Didapatkan luka terbuka diduga menembus ke dalam rongga paru yang menyebabkan sesak napas.
Pasien juga merasakan sakit pada daerah lengan kanan diakibatkan luka terbuka terkena benda tajam. Didapatkan bengkak pada daerah sekitar luka. Tidak didapatkan cedera dan keluhan pada bagian tubuh yang lain. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing. RINGKASAN Pasien tidak memiliki riwayat DM dan hipertensi. Pasien tidak mengkonsumsi pengencer darah. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat DM dan hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/70 mmHg N: 72x/menit RR: 20 x/menit S: 36,80C . Pada pinggang belakang kanan atas didapatkan, Inspeksi: luka terbuka sekitar 6 cm, bagian dada kanan tertinggal saat bernafas, retraksi sela iga (-), di linea axillaris posterior IC VIII-IX . Palpasi : nyeri (+), benjolan (-), vocal fremitus tidak simetris. Perkusi : hipersonor pada dada kanan dan sonor pada dada kiri. Auskultasi: suara nafas vesikuler melemah, ronchi (-), wheezing (-).
RINGKASAN Pada lengan kanan didapatkan, Inspeksi : luka tertutup verban di regio antebrachii 1/3 dextra tertusuk benda tajam (keris), bengkak (+), merah(-), atrofi(-), Palpasi : nyeri (+), tes sensori (+), akral hangat, denyut arteri radialis teraba normal. Diagnosa Kerja Pneumothorax Traumatic non-iatrogenic ec vulnus punctum
Mendukung diagnosis Pada pinggang belakang kanan atas didapatkan, Inspeksi: luka terbuka sekitar 6 cm, bagian dada kanan tertinggal saat bernafas, retraksi sela iga (-), di linea axillaris posterior IC VIII-IX . Palpasi : nyeri (+), benjolan (-), vocal fremitus tidak simetris. Perkusi : hipersonor pada dada kanan dan sonor pada dada kiri. Auskultasi: suara nafas vesikuler melemah, ronchi (-), wheezing (-).
Diagnosa Kerja Gejala : sesak nafas yang dirasakan semakin memberat dan terdapat luka terbuka terkena senjata tajam yang ujungnya runcing, panjang, dan tajam.
Dari hasil Foto Thorax didapatkan gambaran pneumothorax dextra yaitu pleural line pada lobus inferior, medius, dan sebagian superior dengan gambaran avaskular ditepi bagian distalnya.
Diagnosa Banding 1) Hemotoraks Pengumpulan darah dalam rongga toraks akan menekan paru-paru sehingga mengganggu ventilasi yang berakibat gangguan nafas. Trauma dapat diklasifikasikan sebagai trauma tembus (misalnya luka tusuk ) atau trauma tumpul (fraktur iga yang selanjutnya menyebabkan laserasi paru atau pembuluh darah interkostal).
2) Pneumotoraks traumatic iatrogenic aksidental Pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut.
Diagnosa Banding 3) Pneumotoraks Spontan Pneumotoraks spontan adalah setiap pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenic). Terdapatnya udara bebas dalam paru sehingga paru tidak mengembang dan mengganggu ventilasi yang berakibat gangguan nafas.
Penatalaksanaan 1. Rencanakan tindakan pembedahan cito berupa Thoracotomy dan pemasangan WSD serta jahit luka. 2. Pemberian antibiotik, analgesik, antiemetik, transfusi darah bila Hb < 10 g/dl.
PEMERIKSAAN ANJURAN Arterial blood gas analysis
PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam. Ad functionam : dubia ad bonam. Ad sanationam : dubia ad bonam.
FOLLOW UP 03 September 2013(06.20 am) S: sesak nafas (+), nyeri pada luka operasi pada saat tarik nafas, mual (+), muntah (-), flatus (-), BAB (-) ,BAK (+) O: TD: 110/70 mmHg, HR: 90 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 30x/menit Status lokalis : Thoraks : Inspeksi : pasang WSD di line axillaris posterior IC VIII-XI tertutup verban, rembesan darah (-), nyeri di sekitar luka operasi, volume drain : 1.400 cc, nyeri pada luka di lengan kanan, tertutup verban, rembesan darah (-)
A : post operasi explorasi luka tusuk + pasang WSD + jahit luka hari II P : - dilakukan perawatan luka operasi, - injeksi ulceranin 2x1 ampul, - Farpain 3x1 ampul, - injeksi Stabactam 2x1, - injeksi Narfoz
FOLLOW UP 04 September 2013(06.00 am) S: sesak nafas (+) minimal, nyeri pada luka operasi pada saat tarik nafas minimal,mual (-), muntah (-), flatus (-), BAB (-) ,BAK (+) O: TD: 100/60 mmHg, HR: 84 x/menit, S: 36,3 oC, RR: 20x/menit Status lokalis : Thoraks : Inspeksi : pasang WSD di line axillaris posterior IC VIII-XI tertutup verban, rembesan darah (-), nyeri di sekitar luka operasi minimal, volume drain : 1.400 cc, nyeri pada luka di lengan kanan, tertutup verban, rembesan darah (-)
A : post operasi explorasi luka tusuk + pasang WSD + jahit luka hari III P : - dilakukan perawatan luka operasi, - konsul untuk chest fisiotherapy, - injeksi ulceranin 2x1 ampul, - Farpain 3x1 ampul , - injeksi Stabactam 2x1, - injeksi Narfoz FOLLOW UP 05 September 2013(06.30 am) S : sesak nafas (+) minimal, mual (-), muntah (-), flatus (+), BAB (+) ,BAK (+) O : TD: 110/70 mmHg, HR: 64 x/menit, S: 35,7 oC, RR: 20x/menit Status lokalis : Thoraks : Inspeksi : pasang WSD di line axillaris posterior IC VIII-XI tertutup verban, rembesan darah (-), nyeri di sekitar luka operasi minimal, volume drain : 1.600 cc, nyeri pada luka di lengan kanan minimal, tertutup verban, rembesan darah (-)
A : post operasi explorasi luka tusuk + pasang WSD + jahit luka hari IV P : - dilakukan perawatan luka operasi, - thorax foto AP, - Fisiotherapy lanjut, - injeksi ulceranin 2x1 ampul, - Farpain 3x1 ampul, - injeksi Stabactam 2x1, - injeksi Narfoz
FOLLOW UP 06 September 2013(06.10 am)
S : sesak nafas (-), mual (-), muntah (-), flatus (+), BAB (+) ,BAK (+) O : TD: 120/80 mmHg , HR: 72 x/menit, S: 36,4 oC, RR: 20x/menit Status lokalis : Thoraks : Inspeksi : pasang WSD di line axillaris posterior IC VIII-XI tertutup verban, rembesan darah (-), nyeri di sekitar luka operasi minimal, volume drain : 1.600 cc, nyeri pada luka di lengan kanan minimal, tertutup verban, rembesan darah (-)
A : post operasi explorasi luka tusuk + pasang WSD + jahit luka hari IV P : - dilakukan perawatan luka operasi, - lepas chest tube, - injeksi ulceranin 2x1 ampul stop, - Farpain 3x1 ampul stop ganti ketorolac 3x1 tab, - injeksi Stabactam 2x1, - injeksi Narfoz
FOLLOW UP NB : Pulang paksa atas permintaan pasien jam 10.30 WIB tanggal 06 September 2013 Anamnesis Apakah ada trauma, kecelakaan?
Adakah sesak napas yang semakin berat disertai nyeri dada?
Pemeriksaan Fisik Inspeksi : sesak nafas, dinding dada asimetris (lebih cembung di sisi yang sakit), terdapat ketinggalan gerak pada paru yang sakit saat inspirasi
Palpasi : ICS yang melebar, taktil fremitus melemah pada sisi yang sakit
Perkusi : hipersonor sampai timpani.
Auskultasi : suara nafas yang melemah, sampai menghilang. Pemeriksaan Penunjang Chest X-Ray
Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceral. Arterial blood gas analysis
Pengukuran gas darah Nilai normal Tekanan CO 2 (PaCO 2 ) Tekanan O 2 (PaO 2 ) Persentase kejenuhan O 2 (SaO 2 ) Konsentrasi ion Hidrogen (PH) Bikabonat (HCO 3 -) 35-35 mmHg 80-100 mmHg 97 7,35-7,45 22-26 mEq/L Diagnosis Kerja Pneumotoraks Traumatik Terjadi setelah trauma toraks tumpul (misalnya kecelakaan lalu lintas) atau tajam (misalnya fraktur iga, luka tusuk) yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks. Pneumotoraks traumatik tidak harus disertai dengan fraktur iga maupun luka penetrasi yang terbuka.
Diagnosis Banding 1) Hemotoraks Hemotoraks perdarahan sejati ke dalam rongga pleura. Trauma merupakan penyebab tersering hemotoraks. - Hemotoraks ringan bila jumlah darah sampai 300 ml - Hemotoraks sedang bila jumlah darah sampai 800 ml - Hemotoraks berat bila jumlah darah > 800ml
Pengumpulan darah dalam rongga toraks akan menekan paru-paruhipoksia. Gabungan hipovolemia dan hipoksia kematian.
Perbandingan pneumotoraks dan hemotoraks Sisi yang terkena tak ikut pada pernapasan, perkusi hipersonor (pneumotoraks) atau pekak (hemotoraks) atau terdapat bersama-sama (hemopneumotoraks); suara napas menghilang. Mungkin disertai emfisema subkutis dan patah tulang iga. Radiologik : bayangan paru mengecil, dikelilingi daerah radiolusen (pneumotoraks), daerah radioopak menandakan adanya hemotoraks.
2) Efusi pleura Efusi pleuraadanya cairan yang tertimbun dalam rongga pleura dan memisahkan paru yang terisi udara dengan dinding dada sehingga menyekat transmisi bunyi. Etiologi : misalnya tubekulosis paru (merupakan penyebab yang paling sering di Indonesia), penyakit primer pada pleura, penyakit penyakit sistemik dan keganasan baik pada pleura maupun di luar pleura.
EFUSI PLEURA PNEUMOTORAKS Dispnea bervariasi Dispnea (jika luas) Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika penyakit pleura Nyeri pleuritik hebat Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami pneumothoraks Ruang intercostalis menonjol (efusi lebih berat) Takikardi, Sianosis (jika luas) Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena Perkusi meredup diatas efusi pleura Perkusi hipersonor diatas pneumotoraks Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi Perkusi meredup diatas paru yang kolaps Suara napas berkurang diatas efusi pleura Suara napas berkurang atau tidak ada pada sisi yang terkena Fremitus vocal dan raba berkurang Fremitus vocal dan raba berkurang 3) Emphysema (emfisema)penyakit paru kronis yang dicirikan oleh kerusakan pada jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisitasannya. Emfisema juga menunjukkan suatu keadaan paru dimana terdapat kelebihan udara dari keadaan normal sehingga pada foto tampak lebih luscent dan paru tampak lebih panjang. Gejala-gejala emfisema : - Batuk dan keluarnya sputum (dahak) dalam jumlah besar. Biasanya hembusan nafas terasa pendek bahkan ada beberapa diantaranya menimbulkan bunyi dan mudah sekali kelelahan Perubahan fisik akan sangat terlihat jelas. Hal ini biasa ditandai dengan dada pasien yang terlihat lebih cembung ke depan karena paru kesulitan untuk mengeluarkan udara. Gambaran rontgen emfisema tampak aerasi kedua paru meningkat (hyperaereted), diafragma : letak rendah, permukaan diafragma mendatar, intercostals space lebih lebar, gambaran paru tampak lebih panjang.
Etiologi Pneumotoraks Traumatik Pneumotoraks traumatic bukan iatrogenic Pneumotoraks traumatic iatrogenic Pneumotoraks traumatic iatrogenic aksidental Pneumotoraks traumatic iatrogenic artificial (deliberate) Epidemiologi Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks. Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban Trauma Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3% dari seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Patofisiologi Trauma dada Kebocoran/ tusukan/ laserasi pleura visceralis udara masuk ke dalam ruang pleura volume ruang pleura meningkat distress pernafasan, gangguan pertukaran gas, penekanan pada struktur mediastional Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Adanya udara pada cavum pleura menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan mengganggu pada proses respirasi.
Gejala Klinis Sesak napas, yang didapatkan pada 80-100% pasien Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat sekitar 5-10% dan biasanya pada PSP.
Symptoms & Signs All types of pneumothorax o Chest pain Abrupt onset Sharp Pleuritic Located on side of pneumothorax o Dyspnea o Tachycardia o Hypoxia o Hypotension o Decreased breath sounds on side of pneumothorax Penatalaksanaan Observasi dan pemberian tambahan oksigen Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi . Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb/bulla Torakotomi ( first line act for pneumothorax traumatic) Observasi dan pemberian tambahan oksigen Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari hemitoraks. Observasi dilakukan dalam beberapa hari (minggu) dengan foto dada serial tiap 12-24 jam selama 2 hari bisa dilakukan dengan atau tanpa harus dirawat di rumah sakit. Jika pasien dirawat di rumah sakit dianjurkan untuk memberikan tambahan oksigen. Pasien dengan luas pneumotoraks kecil unilateral dan stabil, tanpa gejala diperbolehkan berobat jalan dan dalam 2-3 hari pasien harus control lagi.
Aspirasi dengan jarum dan tube torakostomi Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks yang luasnya >15%. Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara di rongga pleura (dekompresi). Tindakan dekompresi ini dapat dilakukan dengan cara : Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.
Water sealed drainage (WSD)
1. WSD dengan satu botol Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung. Drainage berdasarkan adanya grafitasi. Umumnya digunakan pada pneumotoraks
2. WSD dengan dua botol Botol pertama sebagai penampung / drainase Botol kedua sebagai water seal Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level. Dapat dihubungkan sengan suction control
3. WSD dengan 3 botol Botol pertama sebagai penampung / drainase Botol kedua sebagai water seal Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.
Indikasi pemasangan WAD pada pneumothotax traumatic: Sesak nafas atau gangguan nafas Bila gambaran udara pada foto thoraks lebih dari seperempat rongga thoraks sebelah luar. Bila ada pneumothorax bilateral Bila ada tension pneumothorax setelah di punksi Bila ada haemothoraks setelah di punksi. Bila ada pneumothoraks yang tadinya konservatif pada pemantauan selanjutnya ada perburukan
Torakoskopi Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung kedalam rongga toraks dengan alat bantu torakoskop. Torakoskopi yang dipandu dengan video (Video Assisted Thoracoscopy Surgery/VATS) memberikan kenyamanan dan keamanan baik bagi operator maupun pasiennya karena akan diperoleh lapangan pandang yang lebih luas dan gambar yang lebih bagus.
Torakotomi Tindakan pembedahan ini indikasinya hampir sama dengan torakoskopi. Tindakan ini dilakukan jika dengan torakoskopi gagal lalu dilakukan secara manual dengan torakotomy. Komplikasi Tension Pneumotoraks (terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks) Komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong dan diafragma pada sakit tertekan kebawah.
Pencegahan Disarankan untuk mengenakan sabuk pengaman dan perangkat perlindungan diri pasif saat mengemudi. Mematuhi peraturan lalu lintas saat berkendara. Prognosis Baik. Penyakit paru mengancam jiwa seseorang karena keterlambatan dalam pengelolaan trauma toraks tersebut. Kesimpulan Pneumotoraks traumatik terjadi setelah trauma toraks tumpul (misalnya kecelakaan lalu lintas) atau tajam (misalnya fraktur iga, luka tusuk) yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru. Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks. Jika pneumothoraks luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru menjadi kuncup/kolaps di daerah hilus mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Terima kasih