Anda di halaman 1dari 60

Pneumotoraks Traumatik

Jhon Morris Sirait 112012153


Co-ass Bedah
Identitas pasien
Nama lengkap : Tn. F
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 44 tahun
Suku bangsa : Indonesia
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Untung Suropati gg. Raja Ratu No.66, Tanjung Karang
Pusat - Bandar Lampung
Anamnesa
Diambil dari: Autoanamnesis Tanggal: 03 September 2013 Jam : 09.30 WIB

1.Keluhan utama
Sesak napas akibat luka tusuk senjata tajam (keris) di pinggang belakang kanan atas sejak
1 hari SMRS.

2.Keluhan tambahan:
Nyeri di lengan kanan akibat luka tusuk senjata tajam (keris).

3.Riwayat penyakit sekarang:
Sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien datang ke Unit Gawat Darurat dengan
sesak napas yang diakibatkan luka tusuk terkena benda tajam ujungnya runcing, panjang,
dan tajam di pinggang kanan atas belakang.



Anamnesa(lanjutan)
Sesak napas dirasakan semakin memberat. Didapatkan luka terbuka diduga menembus ke
dalam rongga paru yang menyebabkan sesak napas. Pasien juga merasakan sakit pada
daerah lengan kanan diakibatkan luka terbuka terkena benda tajam. Didapatkan bengkak
pada daerah sekitar luka. Tidak didapatkan cedera dan keluhan pada bagian tubuh yang
lain. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing.

Pasien tidak memiliki riwayat DM dan hipertensi. Tidak mengkonsumsi obat pengencer
darah.

4.Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada


Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi : 72 x/min
Pernafasan : 20 x/min
Suhu : 36,80C
Kepala : Dalam batas normal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-).
Telinga : Dalam batas normal


Pemeriksaan Fisik
Hidung : Dalam batas normal
Tenggorok : Dalam batas normal
Gigi-mulut : Dalam batas normal
Leher : Kelenjar getah bening dan tiroid tidak teraba membesar

Paru
Inspeksi : bagian dada kanan tertinggal saat bernafas, retraksi sela iga (-)
luka tusuk dengan senjata tajam (keris) tertutup verban di linea
axillaris posterior IC VIII-IX
Palpasi : nyeri (+), benjolan (-), vocal fremitus tidak simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler melemah, ronchi (-), wheezing (-)

Pemeriksaan Fisik
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga V linea midklavikula sinistra.
Perkusi : batas kanan sela iga V linea sternal dekstra.
batas kiri sela iga V linea midklavikula sinistra.
batas atas sela iga II linea parasternal sinistra.
Auskultasi : bunyi jantung I & II reguler murni, gallop (-), murmur (-).

Pemeriksaan Fisik
Perut
Inspeksi : datar, benjolan (-), sikatriks (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) pada perut kanan atas, defans muskuler (-), Hati tidak
teraba membesar, limpa tidak teraba membesar, ballotement ginjal (-/-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-/-)
Auskultasi : bising usus (+) normal

Tungkai
Tugor kulit cukup, akral dingin (-), edema (+) pada daerah sekitar luka di lengan kanan,
luka tertutup verban di regio antebrachii 1/3 dextra tertusuk benda tajam (keris)

Status Lokalis
Pinggang kanan atas belakang
Inspeksi : bagian dada kanan tertinggal saat bernafas, retraksi sela iga (-)
luka tusuk dengan senjata tajam (keris) tertutup verban di linea
axillaris posterior IC VIII-IX
Palpasi : nyeri (+), benjolan (-), vocal fremitus tidak simetris.
Perkusi : hipersonor timpani pada dada kanan dan sonor pada dada kiri.
Auskultasi : suara nafas vesikuler melemah, ronchi (-), wheezing (-).

Status Lokalis
Lengan kanan
Inspeksi : luka tertutup verban di regio antebrachii 1/3 dextra tertusuk benda tajam (keris),
bengkak (+), merah(+), atrofi(-)
Palpasi : nyeri (+), tes sensori (+), akral hangat,denyut nadi a.radialis teraba normal.

Pemeriksaan Penunjang
1.LABORATORIUM (02 September 2013)

Hemoglobin 14.7 g/dl L:12-17 ; P:11-15
Hematokrit 42 % 37-54
Eritrosit 4.70 juta/ul 3.5-5.5
Trombosit 304 ribu/ul 150-350
Leukosit 8.400 /ul 5000-10000
Segment 34 % 50-70
Limfosit 53 % 25-40
Monosit 11 % 2-8

Pemeriksaan Penunjang
MCHC 35 g/dl 31-36
MCH 31 pg 27-32
MCV 89 fl 77-94
MPV 12 fl 6-12
Gambaran eritrosit Normal
Trombosit Cukup

Kimia Darah
Diabetes
Glukosa Sewaktu 96 mg/dl 70-200

Pemeriksaan Penunjang
Fungsi Hati
SGOT 23 u/l L:<38;P:<32
SGPT 26 u/l L:9-36; P: 9-43

Ginjal
Urea 17,3 mg/dl 10-50
BUN 8,10 mg/dl 6-20
Creatinin 0.89 mg/dl L:<1.3;P:1.1

Hepatitis
HbsAG Non Reaktif Non Reaktif

Pemeriksaan Penunjang
2. Foto Thoraks PA (03 September 2013)
Cor : gambaran Cardiomegaly, CTR kurang lebih 50 cm (Suspek LVH), elongation arcus
aortae
Pulmo : gambaran pneumothorax dextra yaitu pleural line pada lobus inferior, medius, dan
sebagian superior dengan gambaran avaskular ditepi bagian distalnya, corakan
bronkovesikuler tidak meningkat pada paru kiri.

RINGKASAN
Pasien laki-laki berusia 44 tahun datang dengan keluhan sesak napas yang diakibatkan
luka tusuk terkena benda tajam di pinggang kanan atas belakang. Sesak napas dirasakan
semakin memberat. Didapatkan luka terbuka diduga menembus ke dalam rongga paru
yang menyebabkan sesak napas.

Pasien juga merasakan sakit pada daerah lengan kanan diakibatkan luka terbuka terkena
benda tajam. Didapatkan bengkak pada daerah sekitar luka. Tidak didapatkan cedera dan
keluhan pada bagian tubuh yang lain. Pasien tidak mengeluh mual, muntah, pusing.
RINGKASAN
Pasien tidak memiliki riwayat DM dan hipertensi. Pasien tidak mengkonsumsi pengencer
darah. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat DM dan hipertensi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD: 110/70 mmHg N: 72x/menit RR: 20 x/menit S:
36,80C . Pada pinggang belakang kanan atas didapatkan, Inspeksi: luka terbuka sekitar 6
cm, bagian dada kanan tertinggal saat bernafas, retraksi sela iga (-), di linea axillaris
posterior IC VIII-IX . Palpasi : nyeri (+), benjolan (-), vocal fremitus tidak simetris. Perkusi
: hipersonor pada dada kanan dan sonor pada dada kiri. Auskultasi: suara nafas vesikuler
melemah, ronchi (-), wheezing (-).

RINGKASAN
Pada lengan kanan didapatkan, Inspeksi : luka tertutup verban di regio antebrachii 1/3
dextra tertusuk benda tajam (keris), bengkak (+), merah(-), atrofi(-), Palpasi : nyeri (+), tes
sensori (+), akral hangat, denyut arteri radialis teraba normal.
Diagnosa Kerja
Pneumothorax Traumatic non-iatrogenic ec vulnus punctum

Mendukung diagnosis
Pada pinggang belakang kanan atas didapatkan,
Inspeksi: luka terbuka sekitar 6 cm, bagian dada kanan tertinggal saat
bernafas, retraksi sela iga (-), di linea axillaris posterior IC VIII-IX .
Palpasi : nyeri (+), benjolan (-), vocal fremitus tidak simetris.
Perkusi : hipersonor pada dada kanan dan sonor pada dada kiri.
Auskultasi: suara nafas vesikuler melemah, ronchi (-), wheezing (-).

Diagnosa Kerja
Gejala : sesak nafas yang dirasakan semakin memberat dan terdapat luka terbuka terkena
senjata tajam yang ujungnya runcing, panjang, dan tajam.

Dari hasil Foto Thorax didapatkan gambaran pneumothorax dextra yaitu pleural line pada
lobus inferior, medius, dan sebagian superior dengan gambaran avaskular ditepi bagian
distalnya.

Diagnosa Banding
1) Hemotoraks
Pengumpulan darah dalam rongga toraks akan menekan paru-paru sehingga mengganggu
ventilasi yang berakibat gangguan nafas. Trauma dapat diklasifikasikan sebagai trauma
tembus (misalnya luka tusuk ) atau trauma tumpul (fraktur iga yang selanjutnya
menyebabkan laserasi paru atau pembuluh darah interkostal).

2) Pneumotoraks traumatic iatrogenic aksidental
Pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis karena
kesalahan/komplikasi tindakan tersebut.

Diagnosa Banding
3) Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks spontan adalah setiap pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya
suatu penyebab (trauma ataupun iatrogenic). Terdapatnya udara bebas dalam paru
sehingga paru tidak mengembang dan mengganggu ventilasi yang berakibat gangguan
nafas.

Penatalaksanaan
1. Rencanakan tindakan pembedahan cito berupa Thoracotomy dan pemasangan WSD serta
jahit luka.
2. Pemberian antibiotik, analgesik, antiemetik, transfusi darah bila Hb < 10 g/dl.

PEMERIKSAAN ANJURAN
Arterial blood gas analysis

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam.
Ad functionam : dubia ad bonam.
Ad sanationam : dubia ad bonam.

FOLLOW UP
03 September 2013(06.20 am)
S: sesak nafas (+), nyeri pada luka operasi pada saat tarik nafas, mual (+), muntah (-),
flatus (-), BAB (-) ,BAK (+)
O: TD: 110/70 mmHg, HR: 90 x/menit, S: 36,7 oC, RR: 30x/menit
Status lokalis : Thoraks : Inspeksi : pasang WSD di line axillaris posterior IC VIII-XI
tertutup verban, rembesan darah (-), nyeri di sekitar luka operasi, volume drain : 1.400 cc,
nyeri pada luka di lengan kanan, tertutup verban, rembesan darah (-)

A : post operasi explorasi luka tusuk + pasang WSD + jahit luka hari II
P : - dilakukan perawatan luka operasi, - injeksi ulceranin 2x1 ampul, - Farpain 3x1
ampul, - injeksi Stabactam 2x1, - injeksi Narfoz

FOLLOW UP
04 September 2013(06.00 am)
S: sesak nafas (+) minimal, nyeri pada luka operasi pada saat tarik nafas minimal,mual (-),
muntah (-), flatus (-), BAB (-) ,BAK (+)
O: TD: 100/60 mmHg, HR: 84 x/menit, S: 36,3 oC, RR: 20x/menit
Status lokalis : Thoraks : Inspeksi : pasang WSD di line axillaris posterior IC VIII-XI
tertutup verban, rembesan darah (-), nyeri di sekitar luka operasi minimal, volume drain :
1.400 cc, nyeri pada luka di lengan kanan, tertutup verban, rembesan darah (-)

A : post operasi explorasi luka tusuk + pasang WSD + jahit luka hari III
P : - dilakukan perawatan luka operasi, - konsul untuk chest fisiotherapy, - injeksi
ulceranin 2x1 ampul, - Farpain 3x1 ampul , - injeksi Stabactam 2x1, - injeksi Narfoz
FOLLOW UP
05 September 2013(06.30 am)
S : sesak nafas (+) minimal, mual (-), muntah (-), flatus (+), BAB (+) ,BAK (+)
O : TD: 110/70 mmHg, HR: 64 x/menit, S: 35,7 oC, RR: 20x/menit
Status lokalis : Thoraks : Inspeksi : pasang WSD di line axillaris posterior IC VIII-XI
tertutup verban, rembesan darah (-), nyeri di sekitar luka operasi minimal, volume drain :
1.600 cc, nyeri pada luka di lengan kanan minimal, tertutup verban, rembesan darah (-)

A : post operasi explorasi luka tusuk + pasang WSD + jahit luka hari IV
P : - dilakukan perawatan luka operasi, - thorax foto AP, - Fisiotherapy lanjut, -
injeksi ulceranin 2x1 ampul, - Farpain 3x1 ampul, - injeksi Stabactam 2x1, - injeksi Narfoz

FOLLOW UP
06 September 2013(06.10 am)

S : sesak nafas (-), mual (-), muntah (-), flatus (+), BAB (+) ,BAK (+)
O : TD: 120/80 mmHg , HR: 72 x/menit, S: 36,4 oC, RR: 20x/menit
Status lokalis : Thoraks : Inspeksi : pasang WSD di line axillaris posterior IC VIII-XI
tertutup verban, rembesan darah (-), nyeri di sekitar luka operasi minimal, volume drain :
1.600 cc, nyeri pada luka di lengan kanan minimal, tertutup verban, rembesan darah (-)

A : post operasi explorasi luka tusuk + pasang WSD + jahit luka hari IV
P : - dilakukan perawatan luka operasi, - lepas chest tube, - injeksi ulceranin 2x1
ampul stop, - Farpain 3x1 ampul stop ganti ketorolac 3x1 tab, - injeksi Stabactam 2x1,
- injeksi Narfoz

FOLLOW UP
NB : Pulang paksa atas permintaan pasien jam 10.30 WIB tanggal 06 September 2013
Anamnesis
Apakah ada trauma, kecelakaan?

Adakah sesak napas yang semakin berat disertai nyeri dada?

Apakah disertai batuk, demam dan menggigil?

Apakah pasien sebelumnya menderita TBC paru, PPOK, asma bronchial, pneumonia, tumor
paru?


Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : sesak nafas, dinding dada asimetris (lebih cembung di sisi yang sakit), terdapat
ketinggalan gerak pada paru yang sakit saat inspirasi

Palpasi : ICS yang melebar, taktil fremitus melemah pada sisi yang sakit

Perkusi : hipersonor sampai timpani.

Auskultasi : suara nafas yang melemah, sampai menghilang.
Pemeriksaan Penunjang
Chest X-Ray











Bayangan udara dalam rongga pleura memberikan
bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan
paru (avascular pattern) dengan batas paru berupa
garis radioopak tipis yang berasal dari pleura
visceral.
Arterial blood gas analysis

Pengukuran gas darah Nilai normal
Tekanan CO
2
(PaCO
2
)
Tekanan O
2
(PaO
2
)
Persentase kejenuhan O
2
(SaO
2
)
Konsentrasi ion Hidrogen (PH)
Bikabonat (HCO
3
-)
35-35 mmHg
80-100 mmHg
97
7,35-7,45
22-26 mEq/L
Diagnosis Kerja
Pneumotoraks Traumatik
Terjadi setelah trauma toraks tumpul (misalnya kecelakaan lalu lintas) atau tajam
(misalnya fraktur iga, luka tusuk) yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada
maupun paru.
Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks.
Pneumotoraks traumatik tidak harus disertai dengan fraktur iga maupun luka penetrasi
yang terbuka.


Diagnosis Banding
1) Hemotoraks
Hemotoraks perdarahan sejati ke dalam rongga pleura. Trauma merupakan penyebab
tersering hemotoraks.
- Hemotoraks ringan bila jumlah darah sampai 300 ml
- Hemotoraks sedang bila jumlah darah sampai 800 ml
- Hemotoraks berat bila jumlah darah > 800ml

Pengumpulan darah dalam rongga toraks akan menekan paru-paruhipoksia. Gabungan
hipovolemia dan hipoksia kematian.

Perbandingan pneumotoraks dan hemotoraks
Sisi yang terkena tak ikut pada pernapasan, perkusi hipersonor (pneumotoraks) atau pekak
(hemotoraks) atau terdapat bersama-sama (hemopneumotoraks); suara napas menghilang.
Mungkin disertai emfisema subkutis dan patah tulang iga.
Radiologik : bayangan paru mengecil, dikelilingi daerah radiolusen (pneumotoraks), daerah
radioopak menandakan adanya hemotoraks.

2) Efusi pleura
Efusi pleuraadanya cairan yang tertimbun dalam rongga pleura dan memisahkan paru
yang terisi udara dengan dinding dada sehingga menyekat transmisi bunyi.
Etiologi : misalnya tubekulosis paru (merupakan penyebab yang paling sering di
Indonesia), penyakit primer pada pleura, penyakit penyakit sistemik dan keganasan baik
pada pleura maupun di luar pleura.

EFUSI PLEURA PNEUMOTORAKS
Dispnea bervariasi Dispnea (jika luas)
Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi jika
penyakit pleura
Nyeri pleuritik hebat
Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami
efusi
Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami
pneumothoraks
Ruang intercostalis menonjol (efusi lebih berat) Takikardi, Sianosis (jika luas)
Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada
bagian yang terkena
Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada
bagian yang terkena
Perkusi meredup diatas efusi pleura Perkusi hipersonor diatas pneumotoraks
Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi Perkusi meredup diatas paru yang kolaps
Suara napas berkurang diatas efusi pleura Suara napas berkurang atau tidak ada pada sisi
yang terkena
Fremitus vocal dan raba berkurang Fremitus vocal dan raba berkurang
3) Emphysema (emfisema)penyakit paru kronis yang dicirikan oleh kerusakan pada
jaringan paru, sehingga paru kehilangan keelastisitasannya. Emfisema juga menunjukkan
suatu keadaan paru dimana terdapat kelebihan udara dari keadaan normal sehingga pada
foto tampak lebih luscent dan paru tampak lebih panjang.
Gejala-gejala emfisema :
- Batuk dan keluarnya sputum (dahak) dalam jumlah besar. Biasanya hembusan nafas terasa
pendek bahkan ada beberapa diantaranya menimbulkan bunyi dan mudah sekali kelelahan
Perubahan fisik akan sangat terlihat jelas. Hal ini biasa ditandai dengan dada pasien yang
terlihat lebih cembung ke depan karena paru kesulitan untuk mengeluarkan udara.
Gambaran rontgen emfisema tampak aerasi kedua paru meningkat (hyperaereted),
diafragma : letak rendah, permukaan diafragma mendatar, intercostals space lebih lebar,
gambaran paru tampak lebih panjang.

Etiologi
Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks traumatic bukan iatrogenic
Pneumotoraks traumatic iatrogenic
Pneumotoraks traumatic iatrogenic aksidental
Pneumotoraks traumatic iatrogenic artificial (deliberate)
Epidemiologi
Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks.
Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban Trauma Unit"
menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3% dari seluruh trauma
toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam.
Patofisiologi
Trauma dada Kebocoran/ tusukan/ laserasi pleura visceralis udara masuk ke
dalam ruang pleura volume ruang pleura meningkat distress pernafasan,
gangguan pertukaran gas, penekanan pada struktur mediastional
Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Adanya udara pada cavum pleura
menyebabkan tekanan negatif pada intrapleura tidak terbentuk. Sehingga akan
mengganggu pada proses respirasi.

Gejala Klinis
Sesak napas, yang didapatkan pada 80-100% pasien
Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien
Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien
Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat sekitar 5-10% dan biasanya pada PSP.

Symptoms & Signs
All types of pneumothorax
o Chest pain
Abrupt onset
Sharp
Pleuritic
Located on side of pneumothorax
o Dyspnea
o Tachycardia
o Hypoxia
o Hypotension
o Decreased breath sounds on side of pneumothorax
Penatalaksanaan
Observasi dan pemberian tambahan oksigen
Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi .
Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb/bulla
Torakotomi ( first line act for pneumothorax traumatic)
Observasi dan pemberian tambahan oksigen
Tindakan ini dilakukan apabila luas pneumotoraks <15% dari hemitoraks. Observasi
dilakukan dalam beberapa hari (minggu) dengan foto dada serial tiap 12-24 jam selama 2 hari bisa
dilakukan dengan atau tanpa harus dirawat di rumah sakit.
Jika pasien dirawat di rumah sakit dianjurkan untuk memberikan tambahan oksigen. Pasien
dengan luas pneumotoraks kecil unilateral dan stabil, tanpa gejala diperbolehkan berobat jalan dan
dalam 2-3 hari pasien harus control lagi.

Aspirasi dengan jarum dan tube torakostomi
Tindakan ini dilakukan seawal mungkin pada pasien pneumotoraks yang luasnya >15%.
Tindakan ini bertujuan mengeluarkan udara di rongga pleura (dekompresi). Tindakan
dekompresi ini dapat dilakukan dengan cara :
Menusukkan jarum melalui dinding dada sampai masuk rongga pleura, sehingga tekanan
udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.

Water sealed drainage (WSD)

1. WSD dengan satu botol
Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana
Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung.
Drainage berdasarkan adanya grafitasi. Umumnya digunakan pada pneumotoraks

2. WSD dengan dua botol
Botol pertama sebagai penampung / drainase
Botol kedua sebagai water seal
Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level.
Dapat dihubungkan sengan suction control

3. WSD dengan 3 botol
Botol pertama sebagai penampung / drainase
Botol kedua sebagai water seal
Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.

Indikasi pemasangan WAD pada pneumothotax traumatic:
Sesak nafas atau gangguan nafas
Bila gambaran udara pada foto thoraks lebih dari seperempat rongga thoraks sebelah luar.
Bila ada pneumothorax bilateral
Bila ada tension pneumothorax setelah di punksi
Bila ada haemothoraks setelah di punksi.
Bila ada pneumothoraks yang tadinya konservatif pada pemantauan selanjutnya ada
perburukan

Torakoskopi
Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung kedalam rongga toraks dengan
alat bantu torakoskop. Torakoskopi yang dipandu dengan video (Video Assisted Thoracoscopy
Surgery/VATS) memberikan kenyamanan dan keamanan baik bagi operator maupun
pasiennya karena akan diperoleh lapangan pandang yang lebih luas dan gambar yang lebih
bagus.

Torakotomi
Tindakan pembedahan ini indikasinya hampir sama dengan torakoskopi. Tindakan ini
dilakukan jika dengan torakoskopi gagal lalu dilakukan secara manual dengan torakotomy.
Komplikasi
Tension Pneumotoraks (terjadi pada 3-5% pasien pneumotoraks)
Komplikasi ini terjadi karena tekanan dalam rongga pleura meningkat sehingga paru
mengempis lebih hebat, mediastinum tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah
vena ke atrium kanan. Pada foto sinar tembus dada terlihat mediastinum terdorong dan
diafragma pada sakit tertekan kebawah.



Pencegahan
Disarankan untuk mengenakan sabuk pengaman dan perangkat perlindungan diri pasif
saat mengemudi.
Mematuhi peraturan lalu lintas saat berkendara.
Prognosis
Baik. Penyakit paru mengancam jiwa seseorang karena keterlambatan dalam pengelolaan
trauma toraks tersebut.
Kesimpulan
Pneumotoraks traumatik terjadi setelah trauma toraks tumpul (misalnya kecelakaan lalu
lintas) atau tajam (misalnya fraktur iga, luka tusuk) yang menyebabkan robeknya pleura,
dinding dada maupun paru.
Pneumotoraks traumatik diperkirakan 40% dari semua kasus pneumotoraks. Jika
pneumothoraks luas, akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru menjadi
kuncup/kolaps di daerah hilus mendorong mediastinum ke arah kontralateral.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai