Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopik dan Mikroskopik Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel. O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Paru-paru dibagi menjadi dua, yakni : Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru): o Lobus pulmo dekstra superior o Lobus medial o Lobus inferior. Paru-paru kiri, terdiri dari: o pulmo sinister lobus superior o pulmosinister lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri atas belahan-belahan yang lebih kecil (segmentalis): Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu : 5 buah segment pada lobus superior, dan 5 buah segment pada inferior Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni : 5 buah segment pada lobus inferior 2 buah segment pada lobus medialis 3 buah segment pada lobus inferior Tiap-tiap segment ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah geteh bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang - cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 0,3 mm.
Letak paru-paru Paru-paru terletak pada rongga dada, datarannya menghadap ke tengah rongg dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oeh selaput selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua : Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang 1. Serabut symphaticus: truncus sympaticus pleura parietalis berdasarkanletaknya terbagi atas: a. Pleura costalis b. Pleura diaphragmtica c. Pleura mediatinalis d. Pleura cervicalis Pada hillus terdapat ligamentum pulmonale yng berfungsi untuk mengatur pergerakan alat dalam hillus selama proses respirasi. Alat yang masuk pada hillus pulmonalis: (brouncus primer, arteri pulmonalis, arteri brounchialis, dan syaraf). Alat yang keluar pada hillus pulmonalis: (vena pulmonalis, vena bronchialis, dan vasa limfatisi) Persarafan Paru: Serabut aferrent dan eferrent visceralis berasal dari truncus sympaticus dan serabut parasympatiscus berasal dari nervus vagus.
1. Serabut symphatis Truncusympaticus kanan dan kiri memberikan cabang caang pada paru membentuk plexus pulmonalis yang terletak didepan dan dibelakang broncus prim. Fungsi saraf sympatis untuk merelaxasi tunica muscularis dan menghambat sekresi bron cus. 2. Serabut para sympatikus Nervus vagus kanan dan kiri juga memberikan cabang cabang pada plexus pulmonalis kedepan dan kebelakang. Fungsi saraf parasympaticus untuk konstraksi tunica muscularis akibatnya lumen menyempit dan merangsang sekresi boncus. MIKROSKOPI Broncus Broncus extrapulmonal sangat mirip dengan trakea Tidak terdapat tulang rawberbentuk huruf C Epitel bertingkat torak dengan silia dan sel goblet Terdapat kelenjar campur Pada lamina propia terdapat berkas berkas otot polos. Mucosa tidak rata, terdapat lipatan longitudinal karena kontraksi otot polos. BRONCHIOLUS Tidak mempunyai tulang rawan dan pada lamina propia tidak terdapat kelenjar Lamina propia terdapat otot polos dan serat elastin Pada bronkiolus besar masih terdapat sel goblet. Pada bronkiolus kecil, mucosa dilapisi sel sel kuboid atau toraks renda, terdapat sel tanpa silia, tidak terdapat sel goblet. Pada bronkiolus kecil terdapat sel clara yang menghasilkan surfaktan. BRONCUS TERMINALIS Mucosa dilapisi oleh selapis sel kuboid. Pada dinding tidak terdapat alveolus Pada lamina dapat dilihat serat serat otot polos
BRONCUS RESPIRATORIUS Epitel terdiri dari sel torak rendah atau kuboid Epitel terputus putus, karena pada dinding terdapat alveolus. Tidak terdapat sel goblet Terdapat serat otot polos, kolagen, dan elastin. DUCTUS ALVEOLARIS Ductus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, bebentuk kerucut. Epitel selapis gepeng Diluar epitel, dindingnya dibentuk oleh jaringan fiboelastis. Alveoli dipisahkan septum interalveolaris ATRIA, SACCUS ALVEOLARIS dan ALVEOLI Ductus alveolaris bermuara keatria. Alveolus berupa kantung dilapisis epitel selapis epitel selapis gepeng yang sanagt tipis. Pada septum interalveolare terdapat serat retikular dan serat elastin. Tiga jenis sel utama terletak didalam septum alveolaris 1. Sel alveolar gepeng 9 tipe 1) atau sel epitel ppermukaan. Inti sel yang gepeng Sitoplasmanya sulit dilihat 2. Sel alveolar besar ( tipe II) atau sel septa Sel ini tampa seperti sendiri sendiri atau sebagai kelompok kelompok kecil Sel Epitel gepeng akan membentuk taut kedap. Bentuk selnya kubis dan menonjol kedala ruanganalveol tetapi biasanya terletak di sudut dinding alveol. Lapisan mengandug surfaktan Mempunyai kemampuan mitosis Sel anak dianggap dapat menjadi sel tipe I, jadi dapat merupakan sumber utama pembentukan sel baru yang melapisi alveoli.
SEL DEBU Makrofag alveolar atau fagosit, memiliki ciri seperti makrofag di tempat ini. Fagosit alveolar terdapat dalam jaringan interstisial septa interalveolaris, bebas dalam rongga alveol. Banyak dari sel tersebut tidak diragukan lagi berasal dari monosit yang berasal dari sum-sum tulang, tetapi sumbernya tetap dalam perdebatan.beberapa sel nampaknya bervakuol yaitu bekas tempat lemak pada sitoplasma, mungkin kolestrol, dan lainnya mengandung karbon yang difagositosis. Salah satu jenis yaitu siderofag atau sel gagal jantung. Umumnya dijumpai bila ada bendungan aliran darah merah memasuki alveoli (diapedesis), dalam keadaan ini makrofag memakan sel darah merah sehingga akan mengandung hemosiderin. Fagosit relatif cepat diganti dan hampir seluruhnya dikeluarkan kedalam sputum melalui percabangan bronkus. Beberapa sel yang terletak didalam jaringan ikat septa interalveolaris, didalam pleura, dan sekitar pembuluh darah serta saluran bronkial, relatif statis. 2. Memahami dan menjelaskan Mycobacterium tuberculosis
Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis. Kingdom : Bacteria Filum : Actinobacteria Ordo : Actinomycetales Upaordo : Corynebacterineae Famili : Mycobacteriaceae Genus : Mycobacterium Spesies : Mycobacterium tuberculosis Mycobacterium adalah bakteri batang aerob yang tidak membentuk spora. Meskipun bakteri ini tidak dapat terwarnai dengan mudah, sekali terwarnai, bakteri ini dapat menahan warnanya walaupun diberikan asam atau alkohol dan oleh sebab itu disebut bakteri tahan asam (BTA). Pada jaringan, basil tuberkulosis adalah bakteri batang tipis lurus berukuran sekitar 0,4 x 3 m. Mycobacterium adalah aerob obligat dan mendapatkan energi dari oksidasi banyak komponen karbon sederhana. Terdapat tiga formulasi untuk biakan mycobacterium, yaitu : 3. Medium agar semisintetik 4. Medium telur inspissated 5. Medium kaldu Komponen Basil Tuberkel : a. Lipid Mycobacterium kaya akan lipid, yang terdiri dari asam mikolat, lilin, dan fosfat. Didalam sel, lipid banyak terikat dengan protein dan polisakarida. Muramil dipeptida (dari peptidoglikan) yang membuat kompleks dengan asam mikolat dapat menyebabkan pembentukan granuloma; fosfolipid penginduksi nekrosis caseosa. Lipid pada beberapa hal bertanggung jawab pada sifat tahan asamnya. b. Protein Setiap mycobacterium mengandung beberapa protein yang membangkitkan reaksi tuberkulin. Protein berikatan dengan wax fraction can, setelah injeksi, akan menginduksi sensitivitas tuberkulin. Protein ini juga merangsang pembentukan berbagai antibodi. c. Polisakarida Peran polisakarida dalam patogenesis penyakit manusia tidak jelas. Polisakarida tersebut dapat menginduksi hipersensitifitas tipe cepat dan dapat berperan sebagai antigen dalam reaksi dengan serum pasien yang terinfeksi. Secara sederhana, sejumlah karakteristik Mycobacterium dapat dilihat pada table di bawah ini:
Spesies Kecocokan atmosfir Nitratase Kepekaan pada TCH Kepekaan pada Pyrazimide M. tuberculosis Aerob Positif Resisten Sensitif M. bovis Micro-aerofilik Negatif Sensitif Resisten M. Africanum Micro-aerofilik bervariasi Sensitif Sensitif
1.1 Sifat Mikobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagi gram positif atau gram negative karena sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium, karenanya ia termasuk dalam bakteri tahan asam. Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol. Mikobakteri tidak menghasilkan kapsul atau spora; dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP; dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60%. Bakteri ini adalah bakteri aerob, karenanya pada kasus TBC biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya. Mikobakteria mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karena sifatnya yang cukup kompleks dan dinding selnya yang impermeable, sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembang biak dengan baik pada suhu 22- 23oC, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab (Simbahgaul, 2008).
1.2 siklus hidup Siklus hidup bakteri TBC tidak terlalu rumit dan dapat dibagi menjadi 4 tahap dan ini adalah sebagai berikut : 1. tidak aktif ketika seseorang terinfeksi 2. ketika bakteri akan aktif dan penyakit akan mewujud 3. mengacu pada penyebaran TBC saat penderitanya batuk dan bersin 4. bakteri memasuki tubuh orang lain melalui inhalasi dan siklus dimulai lagi
3. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Pernafasan
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan externa, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut, pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakheadan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus membran alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. 4 proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner atau pernapasan externa: 1) Ventilasi pulmoner, atau gera pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar 2) Arus darah melalui paru-paru 3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh 4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler. Karbon dioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen. Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernapasan. Penambahan ventilasi yang dengan demikian terjadi mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2. Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah, yaitu menuruni gradien tekanan. Udara mengalir masuk dan keluar paru selama proses bernapas dengan mengikuti penurunan gradien tekanan yang berubah berselang-seling antara alveolus dan atmosfer akibat aktivitas siklik otot-otot pernapasan. Terdapat 3 tekanan berbeda yang penting pada ventilasi: Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadap benda-benda di permukaan bumi. Tekanan intra-alveolus (intra-pulmonalis) adalah tekanan di dalam alveolus. Tekanan intrapleura (tekanan intratoraks) adalah tekanan di dalam kantung pleura; tekanan yang terjadi di luar paru di dalam rongga toraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih kecil daripada tekanan atmosfer, rata-rata 756 mmHg saat istirahat. Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradient tekanan, maka tekanan intra alveolus harus lebih rendah daripada tekanan atmosfer agar udara mengalir masuk ke paru selama inspirasi. Demikian juga, tekanan intra alveolus harus lenih besaru daripada tekanan atmosfer agar udara mengalir keluar dari paru selama ekspirasi. Tekanan intra alveolus dapat diubah dengan mengubah volume paru sesuai hukum boyle.
Mekanisme inspirasi Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan melemas, tidak ada udara yang mengalir, dan tekanan intra alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada awitan inspirasi, otot-otot inspirasi (diaphragma dan otot antariga eksternal) terangsang untuk berkontraksi, sehingga terjadi pembesaran rongga toraks. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenikus. Diafragma bergerak ke bawah dan memperbesar volume rongga toraks. Otot-otot antariga diaktifkan oleh saraf interkostalis. Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk mengisi rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intra alveolus menurun karena molekul dalam jumlah yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Karena tekanan intra alveolus sekarang lebih rendah daripada tekanan atmosfer, uadar mengalir masuk ke paru mengikuti penurunan gradient tekanan dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Udara terus mengalir sampai tidak ada lagi gradient.
Mekanisme ekspirasi Pada akhir inspirasi, otot-otot inspirasi melemas. Saat melemas, diafragma kembali ke bentuknya, sewaktu otot antariga melemas, sangkar iga yang terangkat turun, dan dinding dada dan paru yang teregang kembali menciut ke ukuran inspirasi karena adanya sifat elastic.
Sewaktu paru menciut dan berkurang volumenya, tekanan intra alveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih besar yang terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir inspirasi sekarang terkompresi ke dalam volume yang lebih kecil. Udara sekarang keluar paru mengikuti penurunan gradient tekanan dari tekanan alveolus yang tinggi ke tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran keluar udara berhenti jika tekanan intra alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan tidak lagi terdapat gradient tekanan. Dalam keadaan normal, ekspirasi adalah suatu proses pasif karena terjadi akibat penciutan elastic paru saat otot-otot inspirasi melemas tanpa memerlukan kontraksi otot atau pengeluaran energi. Volume paru dan kapasitas paru dapat ditentukan oleh: Isi Alun Nafas / tidal volume/ volume pasang surut: adalah udara yg keluar dan masuk paru pada pernafasan biasa. Pada keadaan istirahat besarnya 500 cc. Volume Cadangan Inspirasi /Inspiratory reserve volum /IRV adalah volume udara yg masih dapat masuk kedalam paru pada inspirasi maksimal, setelah inspirasi biasa. Pria :3.300 cc, Wanita :1.900 cc Volume Cadangan Ekspirasi /Expiratory Reserve Volume/ERV Adalah : jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru melalui kontraksi otot otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. P 1.000 cc dan W: 700 cc Volume Residu/ Residual Volume/ RV adalah udara yg masih tersisa dalam paru setelah ekspirasi maksimal. Pria :1.200 cc Wanita :1.100 cc Volume residu tidak dapat diukur secara langsung dgn spirometer karena udara ini tidak keluar masuk paru,pengukuran dengan difusi gas. Dapat dibagi dua : Volume kollaps , udara yg masih dapat keluar dari paru ,setelah ekspirasi maksimal dan hanya mungkin terjadi bila paru mengalami kollaps. Volume minimal , udara yg masih tertinggal dalam paru setelah paru kollaps dan tidak dapat dikeluarkan dgn cara apapun. Kapasitas Inspirasi / CI: Jumlah udara maksimal yg dapat dimasukkan kedalam paru setelah akhir ekspirasi biasa. CI = IRV + TV Kapasitas Residu Fungsional /FRC, Jumlah udara didalam paru pada akhir ekspirasi biasa. FRC = ERV + RV Bermakna dalam mempertahankan kadar O2 dan CO2 yg relatif stabil dlm alveol pada saat inspirasi dan ekspirasi. Kapasitas Vital / Vital Capacity VC adalah volume udara maksimal yg dapat keluar masuk paru selama satu siklus pernafasan yaitu setelah inspirasi maksimal sampai ekspirasi maksimal. VC = IRV + TV + ERV . Kemampuan pengembangan paru dan dada dan dipengaruhi kebugaran seseorang. Kapasitas Paru Total / Total Lung Capacity / TLC: Jumlah udara maksimal yg dapat ditampung paru. TLC = VC + RV Pria =6000 cc Wanita =4.200 cc volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (forced expiratory volume, FEV1). Volume udara yang dapat diekspirasi selama detik pertama ekspirasi pada penentuan KV. Biasanya FEV1 adalah 80 % yaitu, dalam keadaan normal 80 % udara yang dapat dipaksa keluar dari paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam satu detik pertama. VentPulmonal =TV X Frek nafas Vent Pulm (ml/menit),TV (ml/nafas),Frek nafas (nafas/mnt)
4. Memahami dan menjelaskan Tuberculosis
Definisi Tuberculosis adalah setiap penyakit menular pada manusia dan ditandai dengan pembentukan tuberkel dan nekrosis kaseosa pada jaringan-jaringan. Spesies penyebab yang paling sering adalah M. Tuberculosa dan M. Bovis. Tuberculosis memiliki manifestasi yang bervariasi secara luas dan mempunyai kecenderungan kronisitas yang besar. Berbagai organ dapat terkena, walaupun pada manusia paru adalah tempat utama penyakit ini dan biasanya merupakan pintu gerbang masuknya infeksi untuk mencapai organ lainnya.
Etiologi Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
Epidemiologi -FAKTOR PRESDISPOSISI, PREVALENSI DAN GEOGRAFIK Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor toksis untuk lebih jelasnya dapat kita jelaskan seperti uraian dibawah ini : 1. Faktor Sosial Ekonomi. Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan. 2. Status Gizi. Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. 3. Umur. Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usaia produktif (15 50) tahun. Dewasa ini dengan terjaidnya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru. 1. Jenis Kelamin. Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebihbanyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.
Prevalensi dan geografik Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia. Penyakit tuberculosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberkulosis. Penularan penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir- butir air ludah beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan kematian 130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah. Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal. Pada tahun 1995 pemerintah telah memberikan anggaran obat bagi penderita tuberkulosis secara gratis ditingkat Puskesmas, dengan sasaran utama adalah penderita tuberkulosis dengan ekonomi lemah. Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam bulan berturut-turut tanpa henti. Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiapa saat dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan terputus tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya. Penyakit tuberkulosis ini dijumpai disemua bagian penjuru dunia. Dibeberapa Negara telah terjadi penurunan angka kesakitan dan kematiannya. Angka kematian berkisar dari kurang 5 - 100 kematian per 100.000 penduduk pertahun. Angka kesakitan dan kematian meningkat menurut umur. Di Amirika serikat pada tahun 1974 dilaporkan angka insidensi sebesar 14,2 per 100.000 penduduk. Di Sumatera Utara saat ini diperkiraka ada sekitar 1279 penderita denga BTA positif. Dari hasil evaluasi kegiatan Program Pemberantasan Tuberkulosa paru, kota Medan tahun 1999/2000 ditemukan 359 orang penderita dengan insiden penderita tuberkulosis paru 0,18 per 1000 jumlah penduduk. Dengan catatan dari balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), di Medan dijumpai 545 kasus tuberkulosis paru setiap tahun.
Klasifikasi Dari sistem lama diketahui beberapa klasifikasi seperti : a) Pembagian secara patologis Tuberculosis primer (childhood tuberculosis) Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis) b) Pembagian secara aktivitas Radiologis tuberculosis paru (Koch Pulmonul) aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh) c) Pembagian secara radiologis (luas besi) Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru. Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bayangan paru. Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advanced tuberculosis. Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baruyang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat. Kategori 0 : tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak (-), tes tuberkulin (-). Kategori I : terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi, disini riwayat kontak (+), tes tuberkulin (-) Kategori II : terinfeksi tuberkulosis, tapi tidak sakit. Tes tuberkulin (+), radiologi dan sputum (-) Kategori III : terinfeksi tuberkulosis dan sakit Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis, radiologis, mikrobiologis : tuberkulosis paru bekas tuberkulosis paru tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam a) tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Disisni sputum BTA (-) tetapi tanda-tanda lain (+) b) tuberkulosis tersangka paru yang diobati. Disini sputum BTA (-), dan tanda-tanda yang lain jga meragukan
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yakni : Kategori I, ditunjukan terhadap : kasus baru dengan sputum (+) kasus baru dengan bentuk TB berat Kategori II, ditunjukan terhadap : kasus kambuh kasus gagal dengan sputum BTA (+) Kategori III, ditunjukan terhadap : kasus BTA (-), dengan kelainan paru yang tidak luas kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I Kategori IV, ditunjukan terhadap : TB kronik Tuberkulosis pada berbagai organ Bagian Yg Terinfeksi Gejala atau komplikasi Rongga perut Lelah, nyeri tekan ringan, nyeri seperti apendisitis Kandung kemih Nyeri ketika berkemih Otak Demam, sakit kepala, mual, penurunan kesadaran, kerusakan otak yg menyebabkan terjadinya koma Perikardium Demam, pelebaran vena leher, sesak nafas Persendian Gejala yg menyerupai artritis Ginjal Kerusakan gijal, infeksi di sekitar ginjal Organ reproduksi pria Benjolan di dalam kantung zakar Organ reproduksi wanita Kemandulan Tulang belakang Nyeri, kollaps tulang belakang & kelumpuhan tungkai PATOGENESIS Jalan masuk awal bagi basilus tuberkel ke dalam paru atau tempat Iainnya pada individu yang sebelumnya sehat menimbulkan respons peradangan akut nonspesifik yang jarang diperhatikan dan biasanya disertai dengan sedikit atau sama sekali tanpa gejala. Basilus kemudian ditelan oleh makrofag dan diangkut ke kelenjar limfe regional. Bila penyebaran organisme tidak terjadi pada tingkat kelenjar Iimfe regional, lalu basilus tuberkel lalu mencapai aliran darah dan terjadi diseminata yang Iuas. Kebanyakan lesi tuberkulosis diseminata menyembuh, sebagaimana lesi paru primer, walaupun tetap ada fokus potensial untuk reaktivasi selanjutnya. Diseminasi dapat mengakibatkan tuberkulosis meningeal atau miliaris, yaitu penyakit dengan potensial terjadinya morbiditas dan mortalitas yang utama, terutama pada bayi dan anak kecil. Selama 2 hingga 8 minggu setelah infeksi primer, saat basilus terus berkembang biak di lingkungan intraselulernya, timbul hipersensitivitas pada pejamu yang terinfeksi. Limfosit yang cakap secara imunologik memasuki daerah infeksi, di situ limfosit menguraikan faktor kemotaktik, interleukin dan limfokin. Sebagai responsnya, monosit masuk ke daerah tersebut dan mengalami perubahan bentuk menjadi makrofag dan selanjutnya menjadi sel histiosit yang khusus, yang tersusun menjadi granuloma. Mikobakterium dapat bertahan dalam makrofag selama bertahun-tahun walaupun terjadi peningkatan pembentukan lisozim dalam sel ini, namun multiplikasi dan penyebaran selanjutnya biasanya terbatas. Kemudian terjadi penyembuhan, seringkali dengan kalsifikasi granuloma yang lambat yang kadang meninggalkan lesi sisa yang tampak pada foto rontgen paru. Kombinasi lesi paru perifer terkalsifikasi dan kelenjar limfe hilus yang terkalsifikasi dikenal sebagai kompleks Ghon. Tuberkulosissebagai penyakit klinistimbul pada sebagian kecil individu yang tidak mengalami infeksi primer. Pada beberapa individu, tuberkulosis timbul dalam beberapa minggu setelah infeksi primer; pada kebanyakan orang, organisme tetap dormant selama bertahun-tahun sebelum memasuki fase multiplikasi eksponensial yang menyebabkan penyakit. Di antara banyak keadaan, usia dapat dianggap sebagai faktor bermakna yang menentukan jalannya penyakit tuberkulosis. Pada bayi, infeksi tuberkulosis seringkali cepat berkembang menjadi penyakit, dan berisiko tinggi menderita penyakit diseminata, antara lain meningitis dan tuberkulosis miliaris. Pada anak di atas usia 1 atau 2 tahun sampai sekitar usia pubertas, lesi tuberkulosis primer hampir selalu menyembuh; sebagian besar akan menjadi tuberkulosis pada masa akil balig atau dewasa muda. Individu yang terinfeksi pada masa dewasa memiliki resiko terbesar untuk terjadinya tuberkulosis dalam waktu sekitar 3 tahun setelah infeksi. Penyakit tuberkulosis lebih sering pada perempuan dewasa muda, sementara pada laki-laki lebih sering pada usia yang lebih tua Diagnosis A. GAMBARAN KLINIK Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya
Gejala klinik Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat) 1. Gejala respiratorik - batuk 2 minggu - batuk darah - sesak napas - nyeri dada Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. 2. Gejala sistemik - Demam - Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun 3. Gejala tuberkulosis ekstra paru Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada imfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
Pemeriksaan Jasmani Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess Pemeriksaan Bakteriologik a. Bahan pemeriksasan Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH) b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS): - Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan) - Pagi ( keesokan harinya ) - Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari berturut-turut. c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain. Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara - Mikroskopik - Biakan
Pemeriksaan mikroskopik: Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk screening) lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila : 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif BTA positif 1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasiliti foto toraks, kemudian bila 1 kali positif, 2 kali negatif BTA positif bila 3 kali negatif BTA negatif Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) : - Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif - Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang ditemukan - Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+) - Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+) - Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+) Interpretasi hasil dapat juga dengan cara Bronkhorst SkalaBronkhorst (BR) : - BR I : ditemukan 3-40 batang selama 15 menit pemeriksaan - BR II : ditemukan sampai 20 batang per 10 lapang pandang - BR III : ditemukan 20-60 batang per 10 lapang pandang - BR IV : ditemukan 60-120 batang per 10 lapang pandang - BR V : ditemukan > 120 batang per 10 lapang pandang
Pemeriksaan biakan kuman: Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara : - Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh - Agar base media : Middle brook Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul.
Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam- macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : - Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah - Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular - Bayangan bercak milier - Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang) Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif - Fibrotik - Kalsifikasi - Schwarte atau penebalan pleura - Luluh paru (destroyed Lung ) : Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut. - Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses penyakit - Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA negatif) : - Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti - Lesi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
Pemeriksaan khusus Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat. 1. Pemeriksaan BACTEC Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan. 2. Polymerase chain reaction (PCR): Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang kearah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstra paru sesuai dengan organ yang terlibat. 3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1: a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA) Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon humoral berupa proses antigenantibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama. b. ICT Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologik untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran. c. Mycodot Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP) Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi. e. Uji serologi yang baru / IgG TB (dr. Erlina) Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis.
Pemeriksaan lain 1. Analisis Cairan Pleura Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah 2. Pemeriksaan histopatologi jaringan Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histologi. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu : Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB) Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen Silverman) Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi, trans thoracal biopsy/TTB, biopsi paru terbuka). Otopsi Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi. 3. Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik. 4. Uji tuberkulin Uji tuberkulin yang positif menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.
Tujuan pengobatan pada TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan Tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sbb: OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat. Tidak OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif (2-3 bulan) dan lanjutan (4- 7 bulan) Tahap intensif: obat diberikan setiap hari,dan diawasi langsung untuk mencegah resistensi obat. Jika diberikan secara tepat, yang awalnya menular bisa men jadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan Tahap lanjutan: diberikan obat lebih sedikit dengan jangka waktu yang lama. Tahap ini penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah kekambuhan.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu: Obat primer / Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar dapat dipisahkan dengan obat-obatan ini. Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin, Kanamisin. Komplikasi Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut : - Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas. - Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. - Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru. - Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. - Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. - nsufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency). Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.
Komplikasi terbagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut: 1. Komplikasi dini :pleuriti, efusi pleura, emfiema, laryngitis, usus, Poncets arthropathy 2. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas SOFT (Sindrom Pasca Tuberkulosis), kerusakan perenkim berat SOPT/ fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis karsinoma paru sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB
Pencegahan a. sinar ultraviolet embasmi bakteri, bisa digunakan di tempat-tempat dimana sekumpulan orang dengan berbagai penyakit harus duduk bersama-sama selama beberapa jam (misalnya di rumah sakit, ruang tunggu gawat darurat). Sinar ini bisa membunuh bakteri yang terdapat di dalam udara. b. Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan risiko tinggi tuberculosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberculin positif, tetapi hasil roentgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid diminum setiap hari selama 6-9 bulan. c. penderita tuberculosis pulmoner yang sedang menjalani pengobatan tidak perlu diisolasi lebih dari beberapa hari karena obatnya bekerja secara cepat sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penularan. Tetapi penderita yang mengalami batuk dan tidak menjalani pengobatan secara teratur, perlu diisolasi lebih lama karena bisa menularkan penyakitnya. Penderita biasanya tidak lagi dapat menularkan penyakitnya setelah menjalani pengobatan selama 10- 14hari. d. Di Negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis.
Pencegahan pada orang dewasa Bagi mereka yang tergolong high risk group (penderita DM, morbus hansen, AIDS, dsb) pemberian profilaksis INH dapat dipertimbangkan. Pada mereka yang mengidap kelainan-kelaian bekas TB dan belum pernah menerima pengobatan spesifik lengkap sebelumnya, pemberian profilaksis perlu demi mencegah kekambuhan di kemudian hari. Untuk tujuan profilaksis ini dapat dipakai INH dosis 300-400 mg/hari selama 12 bulan (Mendell Sande, 1991) Pencegahan TB pada Anak Profilaksis dengan INH indikasinya ialah konversi dari tes tuberkulin () menjadi (+) yang bukan dikarenakan vaksin BCG. Perlindungan bagi anak terhadap TB primer serta komplikasi-komplikasinya vaksinasi BCG dapat diandalkan dengan syarat vaksinnya baik, teknik penyuntikannya baik, dan anak tsb mempunyai respons imun seluler yang baik pula
Prognosis Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika infeksi disebabkan oleh strain resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut, dengan debillitas, atau mengalami gangguan kekebalan yang berisiko tinggi menderita tuberkulosis miliare ( Robbins dkk, 2007)
Bila tidak menerima pengobatan spesifik (Grzybowsky, 1976) : - 25% meninggal dunia dalam 18 bulan - 50% meninggal dalam 5 tahun - 8-12.5 % menjadi chronic exeretors, yakni terus-menerus mengeluarkan basil TB dalam sputumnya (sumber penularan) Sisanya mengalami kesembuhan dengan spontan dengan bekas berupa proses fibrotik dan perkapuran
Bila diberikan pengobatan spesifik (sesuai aturan sebenarnya) : Pengobatan spesifik hanya membunuh basil TB saja, namun kelainan paru yang sudah ada pada saat pengobatan spesifik dimulai tidak akan hilang sehingga keluhan-keluhan yang disebabkannya belum tentu hilang secara sempurna saat terapi spesifik selesai, bahkan dapat bertahan selama hidup. Bila diberikan pengobatan spesifik (tidak memenuhi syarat) penderita tidak akan sembuh, dan basil TB yang tadinya resisten terhadap obat-obatan yang dipakai akan menjadi resisten. Akibatnya penderita sukar disembuhkan dan menularkan basil-basil resisten pada sekelilingnya.
5. Memahami dan menjelaskan P2M PRINSIP DASAR PROGRAM P2M TB P2M TB adalah strategi penanggulangan yang direkomendasi oleh WHO dalam pelaksanaan program penanggulangan tuberculosis. Strategi ini dilaksanakan di Indonesia sejak 1995. Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci: 1) Komitmen politis. 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya. 3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan. 4) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu. 5) Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. -CARA MENEMUKAN KASUS TB penderita dapat memperlihatkan tanda-tanda seperti dibawah ini: Batuk-batuk berdahak lebih dari dua minggu. Batuk-batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah. Dada terasa sakit atau nyeri. Terasa sesak pada waktu bernafas. Adapun masa tunas(masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara 4 - 12 minggu untuk tuberkulosis paru. Pada pulmonair progressif dan extrapulmonair, tuberkulosis biasanya memakan waktu yang lebih lama, sampai beberapa tahun. Perioda potensi penularan, selama basil tuberkel ada pada sputum (dahak). Beberapa kasus tanpa pengobatan atau dengan pengobatan tidak adekwat mungkin akan kumat-kumatan dengan sputum positif selama beberapa tahun. Tingkat atau derajat penularan tergantung kepada banyaknya basil tuberkulosis dalam sputum, virulensi atas basil dan peluang adanya pencemaran udara dari batuk, bersin dan berbicara keras secara umum. Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tua muda, bayi dan balita. Kepekaan tertinggi pada anak kurang dari tiga tahun terendah pada anak akhir usia 12-13 tahun, dan dapat meningkat lagi pada umur remaja dan awal tua. Serta melakukan pemeriksaan lanjut TB bila dicurigai menderita TB.
-PERANAN DAN TUGAS PMO a. Persyaratan PMO Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien. Bersedia membantu pasien dengan sukarela. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien
b. Siapa yang bisa jadi PMO Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
c. Tugas seorang PMO Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan. Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan.
d. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya: TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke UPK
6. Memahami dan Menjelaskan etika batuk dan rokok dalam Islam a. Merokok itu sesuatu yang khobits (buruk). (Sudah kami jelaskan di atas dari segi kedokteran dan ilmu pengetahuan, dan akan kami jelaskan dari segi Islam di bawah) Sedangkan Robb-mu di dalam Al Quran mengatakan : Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk. {QS Al-Araaf: 157). b. Merokok termasuk perbuatan mubadzir. Sedang Rabb-mu subhanahu wataala telah berfirman : Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros- pemboros itu adalah saudara-saudara syaithan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya. {QS Al-Israa: 26-27). c. Merokok adalah perbuatan yang berlebih-lebihan / melampaui batas. Sedangkan Alloh subhanahu wataala berfirman : Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. {QS Al-Araaf: 31} d. Merokok sama saja bunuh diri. (Merokok meningkatkan risiko keseluruhan kematian sebesar 70% dibandingkan kepada bukan perokok, dan perokok meninggal 5-8 tahun lebih awal dibandingkan bukan perokok). Sedangkan Alloh tabaroka wa taala berfirman : Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Alloh adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukannya ke dalam neraka, Yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh. {QS An-Nisa: 29-30} e. Merokok sama saja melemparkan diri dalam jurang kebinasaan. Padahal Alloh subhanahu wataala berfirman : Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berbuat baik. {QS Al-Baqoroh: 195} f. Merokok dapat menimbulkan bahaya. Sedangkan Rosululloh bersabda : Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain. {HR Malik dalam Al-Muwatho Kitabul Aqdliyah, Kitabul Qodla fil Mirfaq (31), Ibnu Majah (2/75-85) dishohihkan dan disepakati oleh Adz-Dzahabi}