Anda di halaman 1dari 7

MUSEUM SANGIRAN

Sejarah Museum Sangiran


Museum Sangiran yang berada di dalam area Situs Sangiran ini adalah museum situs yang
diperuntukkan dan dipersiapkan untuk menampung temuan-temuan dari situs Sangiran yang luas
wilayahnya 56 km dan mencakup dua kabupaten, 4 kecamatan, 22 desa, dan 151 dusun. Karena
wilayahnya berada di dua kabupaten, yaitu kabupaten Sragen, dan kabupaten Karanganyar, maka
penanganannya sampai saat ini masih menjadi pertanggungjawaban pusat, yaitu Kementrian
Kebudayaan dan Pariwisata melalui UPT daerah, yaitu Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa
Tengah yang berkedudukan di Prambanan.
Kawasan Sangiran ditetapkan sebagai daerah cagar budaya pada tahun 1997 melalui Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan tujuan untuk melestarikan dan melindungi situs Sangiran.
Selanjutnya untuk meningkatkan status situs Sangiran di mata dunia, maka pada tanggal 25 Juni
1995, situs Sangiran telah dinominasikan ke UNESCO sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia dan
dicatat dalam World Heritage List nomer 593 dengan nama Sangiran Early Man Site. (Dalam
WHC-96/ Conf. 2201/ 21). Ketetapan ini kemudian secara resmi disebarluaskan oleh UNESCO melalui
UNESCO-PERS Nomor 96-215.
Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Von Koeningswald
sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala
Desa Krikilan pada masa itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koeningswald
mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari balung buto (Bahasa Jawa = tulang raksasa).
Demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah
membatu yang berserakan di sekitar ladang mereka. Balung buto tersebut adalah fosil yaitu sisa-sisa
organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi.



Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan pnelitian Von
Koeningswald, maupun para ahli lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-
masing peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan
Krikilan.
Setelah Von Koeningswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan
mengumpulkan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil di Pendopo
Kelurahan semakin melimpah. Dari Pendopo Kelurahan Krikilan inilah lahir cikal-bakal Museum
Sangiran.
Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka pada tahun 1974
Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum kecil di Desa Krikilan,
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Saragen di atas tanah seluas 1000 m. Museum tersebut diberi
nama Museum Pestosen. Seluruh koleksi di Pendopo Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke
Museum tersebut. Saat ini sisa bangunan museum tersebut telah dirombak dan dialihfungsikan
menjadi Balai Desa Krikilan.

- Penemuan Penemuan di Museum Sangiran
A. Binatang Laut
1. Tengkorak Buaya (Crocodilus Sp.)

Tanggal Penemuan : 17 Desember 1994
Nama Penemu : Sunardi
Loasi Penemuan : Dk.Blimbing, Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Startigraf : Formasi Pucangan
2. Kura-Kura (Chelonia Sp.)
Tnaggal Penemuan : 1 Pebruari 1990
Nama Penemu : Hari Purnomo
Lokasi Penemuan : Dk. Pablengan, Ds. Krikilan, Kec. Klaijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
3. Rahang dan Sirip Belakang Ikan
Tanggal Penemuan : 20 Nopember 1975
Nama Penemu : Suwarno
Lokasi Penemuan : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan


4. Gigi Ikan Hiu
Tanggal Penemuan : 6 April 1977
Nama Penemu : Sutarjo
Lokasi Penemuan : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
5. Ruas Tulang Belakang Ikan
Tanggal Penemuan : 20 Nopember 1975
Nama Penemu : Suwarno
Lokasi Penemuan : Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
6. Sirip Ikan Bagian Depan
Tanggal Penemuan : 4 Januari 1991
Nama Penemu : Purnomo
Lokasi Penemuan : Ds. Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan
7. Kepiting
Tanggal Penemuan : 6 April 1976
Nama Penemu : Mitro
Lokasi Penemuan : Dari Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen
Umur/ Stratigrafi : Formasi Pucangan









B . Tengkorak Manusia

1. Australopithecus Africanus (Copy)
Tanggal Penemuan : Tahun 1937
Nama Penemu : R. Brom
Lokasi Penemuan : Sterfonteine, Afrika Selatan
Umur/ Stratigrafi : diperkirakan 2,5 juta tahun
2. Pithecanthropus Modjokertensis (Copy)
Tanggal Penemuan : Tahun 1936
Nama Penemu : Tjikro Handojo
Lokasi Penemuan : Perning, Mojokerto, Jawa Timur
Umur/ Stratigrafi : diperkirakan 1,9 juta tahun
3. Tengkorak Pithecanthropus Erectus II (Copy)
Tanggal Penemuan : Tahun 1937
Nama Penemu : GHR. Von Koeningswald
Lokasi Penemuan : Dukuh Bapang, Ds. Bukuran, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen





4. Tengkorak Pithecanthropus VIII (Sangiran 17)

Fosil tengkorak Homo Erectus terlengkap hingga saat ini yang pernah ditemukan di Indonesia. Terdiri
dari tempurung, kepala, bagian muka, dan rahang atas dengan gigi prageraham (premolar 4), taring
(canine) kiri, serta geraham (molar 1-3) kanan.
Fosil ditemukan di sebelah selatan kali Pucung, Desa Dayu, Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar.
Secara geologis fosil ini diperkirakan berumur 700.000 tahun yang lalu. (Copy dari Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi Bandung).
5. Tengkorak Pithecanthropus Soloensis (Copy)
Tanggal Penemuan : Tahun 1932
Nama Penemu : Oppenoorth
Lokasi Penemuan : Ngandong, Kab. Blora, Jawa Tengah
Umur/ Stratigrafi : diperkirakan 400.000 tahun .
C . Alat Alat Batu
1. Serpih dan Bilah. Alat yang dibuat dengan memecah batu menjadi serpihan. Serpihan panjang
disebut bilah, digunakan seperti pisau, untuk memotong ataupun menguliti binatang buruan.
2. Serut adalah alat serpih untuk menyerut, dan Gurdi adalah alat batu untuk melobangi.
3. Beliung Persegi merupakan alat batu yang sudah diperhalus dan dipergunakan sebagai alat
pertanian di jaman neolitik.


4. Bakal Kapak Batu, yaitu bahan yang disiapkan untuk membuat kapak batu.
Batu Inti merupakan bahan baku untuk membuat alat-alat batu seperti serpih dan bilah.
Bahan baku yang biasa digunakan antara lain batuan tufa kersikan, batuan gamping kersikan,
kwarsa, dll.
Bola Batu, yaitu batuan yang mengalami pembulatan karena alam. Bola batu tersebut
diperkirakan digunakan sebagai alat lempar.
D .Penemuan Batuan dari Situs Sangiran
Vitrin ini memamerkan beberapa jenis contoh batu dan batuan yang ditemukan di kawasan Cagar
Budaya Sangiran yang dapat dijadikan sebagai indikasi terhadap alam dan lingkungan Sangiran, yang
secara geologis dapat memberikan informasi kondisi alam purba masa itu.
1. Batu Rijang. Banyak ditemukan di sekitar titik trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec. Kalijambe,
Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat serpih.
2. Batu Meteor. Ditemukan antara lain di dea Krikilan, Rejosari, dan lain-lain.
3. Batu Kalsedon. Banyak ditemukan di sekitar titik/ patok trianggulasi di Ds. Ngebung, Kec.
Kalijambe, Kab. Sragen. Batu ini banyak digunakan sebagai bahan pembuat alat.
4. Batu Konkresi. Ditemukan dari desa Pablengan.
5. Batu Cetakan (Steinkern). Ditemukan di dukuh Pondok, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab.
Sragen. Jenis batuan ini terjadi karena masuknya material batuan kedalam cangkang.
Kemudian cangkang tersebut terawetkan, setelah material berubah menjadi fosil, maka
cangkang aslinya hancur.
6. Batu Koral. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibang, kala Meosin. Jenis batuan ini
ditemukan di dukuh Sangiran, desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen.
7. Batu Diatome. Diatome adalah plankton laut yang berlapis-lapis yang telah mongering dan
mengeras. Jenis batuan ini merupakan salah satu cirri dari endapan dari Formasi Pucangan
pada kalaPleistosin Bawah. Sampel batuan diambil dari dukuh Pablengan, desa Krikilan, Kec.
Kalijambe, Kab. Sangiran.
8. Batu Gamping Moluska. Merupakan endapan moluska yang tersementasi oleh batu kapur.
Temuan dari situs Sangiran.
9. Batu Gamping Foraminifera. Temuan dari dukuh Ngempon, desa Krikilan, Kec. Kalijambe,
Kab. Sragen. Ditemukan pada endapan/ formasi Kalibeng.
10. Endapan Mud Vulcano. Ditemukan di desa Krikilan, Kec. Kalijambe, Kab. Sragen. Mud
Vulcano adalah batuan erupsi dari dalam bumi yang muncul ke permukaan bumi sambil
membawa zat-zat dari dalam bumi. Dari penelitian diketahui bahwa material; mud volcano
di situs Sangiran berasal dari Jerman tersier sekitar 65 s.d 5 juta tahun yang lalu.







- Ciri Ciri Museum Sangiran
1 . Museum Sangiran salah satu situs manusia purba yang berusia dua juta tahun yang lalu .
2 . Museum Sangiran memiliki koleksi lebih dari 80 individu manusia purba Takson Homo Erectus
antara 1, 5 - 0, 4 juta tahun lalu yang menggambarkan sejarah evolusi manusia selama lebih dari
satu juta tahun.
3 . Museum Sangiran pusat evaluasi fauna lebih dari dua juta tahun .
4 . Museum Sangiran sebagai pusat evaluasi budaya yang ditandai dengan alat-alat batu
Sangiran flake industry selama 1, 2 juta tahun.
5 .Museum Sangiran dalam endapan-endapan purba Sangiran saat ini, masih banyak terpendam
fosil manusia, binatang, dan juga alat-alat batu sebagai sumber informasi kehidupan masa lalu.
- Manfaat Kajian Tentang Penemuan penemuan di Sangiran
Beberapa manfaatnya ialah penemuan sejumlah artefak bisa menggambarkan suatu
kemajuan peradaban suatu bangsa dalam periode sejarah tertentu. Dalam konteks kekinian,
artefak-artefak itu dapat memberikan informasi yang berkenaan dengan masa lalu. Nah,
informasi tersebut dapat dijadikan pedoman atau basis pengetahuan dalam berbagai aspek,
termasuk aspek kebudayaan. Jadi, bisa dikatakan artefak dapat menjelaskan fenomena
kebudayaan pada masa lalu dengan segala permasalahannya, baik tentang kejayaan maupun
kemundurannya.

Anda mungkin juga menyukai