Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Senin/15 September2014

Biokimia Umum Waktu : 13.00-16.00 WIB


PJP : Syaefudin, MSi
Asisten : M. Maftuchin Sholeh
Cintya
Ema Lindawati
Whyranti


BIOFISIK 2

Kelompok 8

Fatimah Zahra Annas C34130013
Dwi Darmawan C34130025
Alvindo Chrisna Mukti C34130084
Vellayatri Muttaqien C34130106















DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PENDAHULUAN
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sebagian kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam
bahwa solute terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H
2
O), selain
air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak
disebutkan (Gunawan, 2004). Zat-zat yang mudah terdifusi umumnya membentuk
kristal dalam keadaan padat, disebut kristaloid. Contohnya NaCl dalam air. Istilah
ini tidak populer karena ada zat yang bukan kristal tetapi mudah berdifusi
misalnya HCl dan HNO
3
. Sedangkan zat-zat yang sukar berdifusi seperti lem,
agar-agar, putih telur dinamakan koloid. (Bahasa Yunani kolla = perekat) (Estien
Yazid, 2005).
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat
menahan perubahan pH yang besar ketika ion ion hidrogen atau hidroksida
ditambahkan, atau ketika larutan itu diencerkan. Secara umum, larutan buffer
mengandung pasangan asam basa konjugasi atau terdiri dari campuran asam
lemah dengan garam yang mengandung anion yang sama dengan asam lemahnya,
atau basa lemah dengan garam yang mengandung kation yang sama dengan basa
lemahnya. Oleh karena mengandung komponen asam dan basa tersebut, larutan
buffer dapat bereaksi dengan asam (ion H+) maupun dengan basa (ion OH-) apa
saja yang memasuki larutan. Oleh karena itu, penambahan sedikit asam ataupun
sedikit basa ke dalam larutan buffer tidak mengubah pH-nya. Larutan penyangga
dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa.
Apabila asam lemah dicampur dengan basa konjugasinya maka akan terbentuk
larutan buffer asam, dimana larutannya mempertahankan pH pada daerah asam
(pH 7) (Underwood, A.L., 2002 ).
Tekanan osmotik adalah gaya volumetrik yang menolak proses alami
osmosis. Tekanan osmotik paling sering dirujuk dalam biologi manusia, di mana
sebuah sel hidup mengandung larutan pekat yang terdiri dari air dan unsur-unsur
tertentu lainnya yang memisahkan dari larutan diluar oleh membran
semipermeabel. Proses alami osmosis cenderung untuk menyamakan konsentrasi
bahan terlarut dalam larutan dengan melewatkan larutan melalui membran
tersebut, dan tekanan osmotik adalah jumlah tekanan bahwa sel hidup
diberikannya untuk melawan gaya ini (Sridianti 2014).

METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Departemen
Biokimia FMIPA Institut Pertanian Bogor. Waktu praktikum yaitu hari Senin,
tanggal 15 September 2014 pukul 13.00 16.00 WIB.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, gelas
arloji, pipet Mohr, pipet volumetrik, bulb, tabung reaksi, kaca preparat, kaca
penutup preparat, dan mikroskop.Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum
ini antara lain akuades, gelatin, pati, ferihidroksida 33%, NaCl 10%, NaCl 0,3%,
NaCl 0,9%, NaCl 5%, garam MgSO4, CuSO4 5%, 0,1N asam asetat, 0,1N
Natrium asetat, 0,2M Na2HPO4, KH2PO4 dan darah sapi.
Praktikum terdiri dari tiga tahap utama. Pada tahap awal dilakukan
percobaan Koloid. Koloid yang akan diuji ialah koloid Liofil dan koloid liofob.
Koloid liofil terdiri dari 2 bahan, yakni gelatin dan pati. Untuk koloid gelatin 2%,
disiapkan gelas piala 250 ml lalu dicampurkan 2g gelatin dan 25 ml akuades
dingin. Kemudian tuang 75 ml air mendidih dan aduk. Sedangkan untuk koloid
pati 2%, disiapkan pula gelas piala 250 ml, lalu dimasukan 2 g pati dan 10 ml air
dingin. Kemudian tuang air 90ml air mendidih lalu diaduk lagi.
Selanjutnya, materi kedua ialah koloid Liofob. Koloid Liofob terdiri dari 2
bahan yaitu Biru Berlin dan Ferihidroksida. Untuk koloid biru berlin, dipipet
K
4
Fe(CN)
6
0,2 N 10 ml dengan FeCl
3
0.02 N pada gelas piala 100ml, diaduk
hingga homogen. Ambil kira kira 5 ml campuran tadi ke tabung reaksi, diencerkan
seperlunya. Diamati ada endapan atau tidak. Untuk koloid ferihidroksida, dipipet
FeCl
3
33% 1 ml, dan ditambahkan kedalam 200 ml akuades mendidih dalam gelas
piala. Koloid yang telah jadi diamati dan dicatat perbedaannya.
Kemudian, dilakukan percobaan pengendapan koloid dengan larutan
garam. Untuk pengendapan koloid liofil NaCl 10%, ditambahkan beberpa ml
larutan NaCl 10% hingga terbentuk endapan. Akuades ditambahkan bila larutan
jenuh dan jika larutan tidak terbentuk endapan, ditambahkan MgSO
4
. Untuk
pengendapan koloid liofiob larutan garam, pada koloid liofob ditambahkan
beberapa larutan NaCl 10% hingga ada endapan, diamati hingga 1 jam. Unutk
sifat larutan koloid, disiapkan gelatin 15 % kemudian dimasukkan 5 ml ke dalam
4 tabung reaksi, didinginkan hingga berbentuk gel. Disiapkan larutan koloid
CuSO
4
5%, koloid biru berlin, eosin dan larutan giemsa. Didinginkan satu malam,
lalu diamati larutan mana yang berdifusi lewat gel dan mana yang tidak. Difusi
dengan perembesan dibedakan.
Untuk tahap kedua ialah percobaan mengenai Buffer. Percobaan ini
mengenai tata cara pembuatan buffer dari berbagai pH. Yang pertama ialah Buffer
standar asetat (Walpole). Dicampurkan larutan 0.1 N asam asetat dan Na-asetat
dengan perbandingan antara keduanya sebagai berikut : 46,25 : 3,75 l; 41,00 :
9,00; 31,50 : 18,50; 20,00 : 30,00; dan 10,50 : 39.50. Setelah dicampurkan dan
homogen, dukur pH nya dan catat hasilnya. Yang Buffer fosfat standar (
Sorensen) dicampurkan, 1/15 M Na
2
HPO
4
DAN KH
2
PO
4
dengan perbandingan
dengan perbandingan sebagai berikut : 2,50 : 47,50; 6,00 : 44,00; 13,25 : 36,75;
25,00 : 25,00; dan 35,75 : 14,25. pH Larutannya diukur dan dicatat.
Tahap terakhir Percobaan tekanan Osmotik, yang diukur ialah tekanan
osmotik cairan sel darah merah sapi. Tiga tabung reaksi disediakan untuk
dimasukan masing masing kurang lebih 5ml larutan NaCl 0,3%, 0,9% dan 5 %.
Kemudian darah segar diteteskan dan disuspensikan dengan larutan NaCl tadi.
Kemudian diamati di mikroskop.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Partikel debu, banyak diantaranya terlalu kecil untuk dilihat, akan nampak
sebagai titik-titik terang dalam suatu berkas cahaya. Bila partikel itu memang
berukuran koloid, partikel itu sendiri tidak nampak; yang terlihat ialah cahaya
yang dihamburkan oleh mereka. Hamburan cahaya itu disebut efek tyndall. Ini
disebabkan oleh fakta bahwa partikel kecil menghamburkan cahaya dalam segala
arah.
Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan dispersi koloid dan suatu
larutan biasa, karena atom, molekul, ataupun muaatan yang berbeda dalam suatu
larutan tidak menghamburkan cahaya secara jelas dalam contoh-contoh yang
tebalnya tak seberapa. Penghamburan cahaya tyndall dapat menjelaskan betapa
buramnya dispersi koloid. Misalnya, meskipun baik minyak zaitun maupun air itu
tembus cahaya, dispersi koloid dari kedua zat ini nampak seperti susu.
2. Gerak Brown
Jika suatu mikroskop optis difokuskan pada suatu dispersi koloid pada
arah yang tegak lurus pada berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan
nampak partikel-partikel koloid, bukan sebagai partikel dengan batas yang jelas,
melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan mengikuti bintik-bintik cahaya
yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel koloid yang terdispersi
ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang berliku-liku. Gerakan
acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut gerakan brown,
menurut nama seorang ahli botani Inggris, Robert Brown, yang mempelajarinya
dalam tahun 1827.
3. Adsorpsi
Materi dalam keadaan koloid mempunyai luas permukaan yang sangat
besar. Pada permukaan partikel terdapat gaya van der waals yang belum
terimbangi atau bahkan gaya valensi yang dapat menarik dan mengikat atom-atom
(molekul-molekul) dari zat asing. Adhesi zat-zat asing ini pada permukaan suatu
partikel disebut adsorpsi. Zat-zat teradsorpsi terikat dengan kuat dalam lapisan-
lapisan yang biasanya tebalnya tidak lebih dari satu atau dua molekul. Banyaknya
zat asing yang dapat diadsorpsi bergantung pada luasnya permukaan yang
tersingkap. Meskipun adsopsi merupakan suatu gejala umum dari zat padat,
adsorpsi ini teristimewa efisiensinya dengan materi koloid yang disebabkan oleh
besarnya luas permukaan itu.
4. Koagulasi
Telah disebutkan bahwa koloid distabilkan oleh muatannya. apabila
muatan koloid dilucuti maka kestabilan akan berkurang dan dapat menyebabkan
koagulasi atau penggumpalan. Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel
elektroforesis atau jika elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid. Apabila
arus listrik dialirkan cukup lama kedalam sel elektroforesis maka partikel koloid
akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang bermuatan negatif
akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif
digumpalkan di katode.
5. Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi
lateks. Dilain pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak. Suatu koloid dapat
distabilkan dengan mmenambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung.
Koloid pelindung akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat
lagi mengelompok.
6. Dialisis
Pemisahan muatan dari koloid dengan difusi lewat pori-pori suatu selaput
semipermeabel disebut dialisis. Pori-pori itu biasanya berdiameterkurang dari 10
dan membiarkan lewatnya molekul air dan muatan-muatan kecil. Selaput
hewani alamiah, kertas perkamen, selofan dan beberapa plastic sintetik merupakan
bahan selaput yang sesuai. Partikel-partikel yang melewati membran agaknya
berlaku demikian tidak sekedar berdasarkan difusi acak. Mereka teradsorpsi pada
permukaan membran dan bergerak dari letak (site) adsorben yang satu ke yang
lain pada waktu mereka bergerak melewati pori-pori itu (Oxtoby, 2001).
Ditinjau dari interaksi antara fasa terdispersi dengan fasa pendispersi,
koloid dibedakan menjadi koloid liofob dan koloid liofil.
1. Koloid liofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium
pendispersinya, sehingga sulit dipisahkan (stabil). Jika mediumnya air disebut
koloid hidrofil. Hidrofil dalam bahasa Yunani artinya adalah suka air contoh
koloid hidrofil adalah tepung kanji dalam air.
2. Koloid liofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium
pendispersinya, sehingga cenderung memisah (tak stabil). Bila mediumnya air
disebut koloid hidrofob. Hidrofob dalam bahasa Yunani artinya tidak suka air
contohnya adalah sol emas dalam air.
Koloid juga memiliki peranan penting dalam sistem tubuh manusia.
Koloid yang terdapat dalam tubuh manusia antara lain : 1. Albumin, dengan
komposisi, albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa
yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%). 2. HES (Hydroxyetyl
Starches) dengan komposisi, Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu
amilosa dan amilopektin. 3. Dextran, dengan komposisi, dextran tersusun dari
polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc mesenteroides, yang
ditumbuhkan pada media sukrosa. 4. Gelatin dengan komposisi, Gelatin diambil
dari hidrolisis kolagen bovine (Singer 2005).













Tabel 1 Data percobaan koloid
Larutan Jenis
Koloid
(Liofil/Liof
ob)
Fase
Terdispers
i
Fase
Pendispe
rsi
Warna
dan
Kestabil
an
Gambar

Biru Berlin



Gelatin 2%

Pati 2%

Ferihidroks
ida


Liofob



Liofil

Liofil

Liofob

Biru Berlin







Gelatin 2
gram


Pati 2 gram



Ferihidroks
ida


Akuades



Akuades

Akuades

Akuades

Biru
Kehitama
n, Stabil





Bening,
Stabil


Putih
Keruh,
stabil

Kuning
Kecoklat
an, Stabil




















Tabel 2 Pengendapan koloid oleh garam
Larutan Jenis Koloid Penambahan
NaCl 10%
Gambar
Gelatin 2%




Pati 2%


Biru Berlin





Ferihidroksida





Liofil




Liofil


Liofob





Liofob
Tidak ada
endapan setelah
ditambahkan
MgSO
4
ada.

Tidak ada
endapan setelah
ditambahkan
MgS0
4
ada

Terbentuk
endapan




Terbentuk
endapan






Percobaan pengendapan koloid dengan larutan garam menghasilkan suatu
endapan pada koloid biru berlin dan ferihidroksida. Kedua jenis koloid ini
termasuk koloid liofob. Pengendapan ini disebabkan karena adanya muatan pada
garam yang mengion. Muatan ini akan mempengaruhi kestabilan partikel koloid
sehingga partikelnya tertarik satu sama lain, menggumpal, dan akhirnya
mengendap. Hal ini berkaitan dengan prinsip salting out. Salting out adalah
prinsip seberapa besarnya daya kelarutan protein setelah diberi garam. Protein
akan berkurang daya kelarutannya setelah diberikan penambahan gram sehingga
protein tersebut akan berpisah membentuk endapan.
Sedangkan, pada percobaan koloid dengan larutan garam tidak
menghasilkan suatu endapan pada gelatin dan pati. Gelatin dan pati termasuk
koloid liofil. Koloid liofil lebih kental daripada mediumnya dan tidak terakogulasi
jika ditambah sedikit elektrolit. Karena itu untuk menggumpalkan koloid liofil
diperlukan elektrolit dalam jumlah yang banyak, contohnya dengan ditambahkan
MgSO
4
, sebab selubung molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus
dipecahkan terlebih dahulu.



















Tabel 3 Pengamatan sifat-sifat koloid



Campuran Pengamatan Jenis Koloid Gambar

Eosin + Gelatin



Biru Berlin +
Gelatin



Giemsa + Gelatin




Gelatin + CuSO
4


Difusi



Merembes




Difusi




Difusi






Liofil - Liofil



Liofil - Liofob




Liofil - Liofil




Liofil Liofil

Koloid pun memiliki kemampuan untuk berdifusi melalui gelatin. Pada
percobaan koloid CuSO
4
5%, giemsa, dan eosin berdifusi melalui gelatin,
sedangkan koloid biru berlin tidak bedifusi. Gelatin termasuk jenis koloid liofil.
Berdifusinya CuSO
4
, giemsa, maupun eosin disebabkan karena ketiga koloid
tersebut merupakan koloid liofil. Hal ini berbeda dengan koloid biru berlin yang
merupakan koloid liofob, sehingga koloid tersebut tidak dapat berdifusi melalui
gelatin.
Pengukuran pH diperlukan untuk berbagai kebutuhan di bidang pertanian,
kedokteran, untuk kosmetik, biomedik, dan lain sebagainya. Tiap tiap bidang,
membutuhkan alat ukur dengan sensitivitas yang berbeda beda. Karena inilah
penelitian mengenai sensor pH terus berkembang. Kertas lakmus adalah salah satu
alat ukur ph konvensional. Kertas lakmus biru digunakan untuk mengukur pH
asam, sedangkan kertas lakmus merah digunakan untuk mengukur pH basa.
Prinsip kerjanya sederhana, hanya dengan melihat perubahan warna pada kertas
lakmus saat dicelupkan pada larutan yang ingin diketahui nilai pHnya.
Selanjutnya perubahan warna kertas lakmus dicocokkan dengan bagan warna
penunjuk yang ada sehingga diketahui nilai pHnya. Alat ukur ini kurang efektif
karena sensitivitasnya kecil dan nilai pH yang terbaca adalah nilai pendekatan
(yaitu dengan menentukan kemiripan warna yang paling dekat antara kertas
lakmus dan bagan warna).
Selain lakmus, pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan pH
meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan.
Cara kerja pH meter ini adalah dengan cara mencelupkan probe dari pH meter
kedalam larutan yang akan diukur (kira-kira kedalaman 5cm) dan secara otomatis
alat bekerja mengukur. pH meter memiliki ketelitian yang lebih baik yaitu
memiliki sensitivitas 0.01 pH. Meskipun demikian, pH meter masih mempunyai
kekurangan, yaitu perubahan yang lambat dan berosilasi, yang merupakan
masalah yang penting dalam menentukan skala yang valid (Matiin 2012 :1)






Tabel 4 Data pH buffer standar 0,1 N asam asetat dan Na-asetat
Volume
Asam
asetat 0,1
N (mL)
Volume
Na asetat
0,1 N
(mL)
pH Terukur

pH
Teoritis
Kapasitas
Buffer
Indikator pH meter
9,25
8,20
6,30
4,00
2,10
0,75
1,80
3,70
6,00
7,90
4
4
5
5
5
4,14
4,04
4,60
4,95
5,61
3,6634
4,0960
4,5234
4,9306
5,3299
0,7705
0,8615
0,9514
1,0370
1,1210

Contoh perhitungan:
Volume CH3COOH 8,20 mL
Volume CH3COONa 1,80 mL
Ka CH3COOH 1,76 x 10
-5

pKa CH
3
COONa 4,7545

[H
+
] =


=

x 10
-5
= 8,0178 x 10
-5


pH Teoritis = -log [H
+
]
pH Teoritis = -log 8,0178 x 10
-5

pH Teoritis = 5 log 8,0178
pH Teoritis = 5 0,9040
pH Teoritis = 4,096
Kapasitas Buffer =

= 0,8615



Tabel 5 Data pH buffer standar Na
2
HPO
4
dan KH
2
PO
4
Volume
Asam
asetat 0,1
N (mL)
Volume
Na asetat
0,1 N
(mL)
pH Terukur

pH
Teoritis
Kapasitas
Buffer
Indikator pH meter
0,50
1,20
2,65
5,00
7,15
9,50
8,80
7,35
5,00
2,85
5
5
5
6
7
5,49
5,84
6,33
6,72
7,16
5,5157
5,9291
6,3514
6,7945
7,1939
0,7655
0,8228
0,8815
0,9430
0,9984

Sebenarnya, penambahan sedikit asam ,basa atau pengenceran pada
larutan penyangga menimbulkan sedikit perubahan PH ,tapi perubahannya sangat
kecil seingga pH larutan dianggap tidak berubah atau pH tetap pada kisarannya.
Namun, jika asam atau basa di tambahkan ke larutan bukan penyangga maka
perubahan PH larutan akan sangat mencolok. Larutan Penyangga Asam dapat
mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutan penyangga asam terdiri
dari asam lemah (HA) dan basa konjungsinya (A
-
). Larutan penyangga Basa dapat
mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan penyangga basa terdiri
dari basa lemah (B) dan asam konjungsinya (BH
+
) (Mangihut 2009).
Larutan hipertonik memberi manfaat resusitasi cairan dengan
meningkatkan tekanan darah, luaran kardiak, dan oksigenasi jaringan selama syok
hemoragik (Luu 2011). Larutan hipotonik adalah saat di mana konsentrasi zat
terlarut lebih besar di dalam sel daripada di luar itu. Osmosis adalah gaya yang
mendorong larutan terhadap keadaan kesetimbangan. Ketika larutan dikelilingi
oleh selaput tipis mengandung konsentrasi tinggi dari bahan kimia, seperti garam
atau gula, daripada larutan yang sama di luar membran, gaya kesetimbangan
mendorong seluruh larutan terhadap keadaan konsentrasi seragam bahan kimia
(Sridianti 2014).
Tekanan osmotik tergantung pada konsentrasi protein plasma dan
viskositas atau kekentalan darah sebagai cairan suspensi. Derajat kesamaan (ph)
berkisar antara 7-8, mempunyai sistem buffer melalui ion CO
2
, NH
3,
dan H
+
.
Darah mengandung sekitar 80% air dan 20% bahan organik, sementara bahan
organiknya sekitar 1%. Warnah darah bervariasi sesuai dengan kandungan
oksigen. Darah arteri kaya oksigen dan mempunyai massa jenis antara 7,35-7,45
sedikit berada di daerah yang memiliki basa netral (Sonjaya, 2005).
Tekanan osmosik efektif sebuah larutan dibebankan kepada plasma
dinyatakan sebagai tonisitas. Jika sel darah merah ditempatkan dalam cairan yang
mempunyai tekanan osmotik sama maka membengkak tidak akan terjadi kelebian
air yang masuk dan keluar dan sel tidak membengkak atau larutan demikian
disebut isotonic terhadap cairan intraseluler sel, jika larutan selulernya
mempunyai tekanan lebih besar disebut hipertonik terhadap sel sebaliknnya jika
larutan selulernya mempunyai tekanan lebih kecil disebut hipotonik (Sonjaya,
2005).
Tabel 6 Pengamatan tekanan osmotik darah
[NaCl] (%) Gambar Pengamatan Literatur
NaCl 0,3

NaCl 0,9

NaCl 5






Hipotonik atau
Hipertonik atau
Isotonik

Cari gambar di
internet vel


Ini bagian terakhir bahas table vel, sebutin aja kenapa darah sapi isotonic atau
begimana. SAMA EDITIN susunan dapus n cek cek lg semuanya dr format
SIMPULAN
Koloid dibagi menjadi koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofol
mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya, sebaliknya pada koloid
liofob,interaksinya tidak ada atau sangat lemah. Pada pengamatan, koloid mampu
melakukan difusi antara lain eosin,giemsa dan CuSO
4
sedangkan biru 17ransp
tidak terdifusi Pengamatan buffer bisa diperoleh secara 17ranspor maupun teoritis
yang hasilnya tidak jauh berbeda. Kapasitas buffer yang paling baik adalah yang
mendekati satu. Terdapat tiga larutan yang berpangaruh dalam tekanan osmotik
yaitu hipotonis,isotonis, dan hipertonis. Sel darah merah NaCl 0,3% menunjukan
kondisi hipotonis, sel darah merah dan NaCl 0,9% menunjukan kondisi isotonis.
Sedangkan penambahan NaCl 5% pada sel darah merah mengakibatkan kondisi
17ransport17.

DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat
: Banjar Baru
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika : Surabaya

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja
Day, R.A & A.L.Underwood. 2002. Analisis kimia Kuantitatif, diterjemahkan
oleh 17ra Sopyan. Erlangga. Jakarta.
Oxtoby DW. 2001. Kimia Modern. Edisi ke-4 Jilid 1. Suminar SA, penerjemah.
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari : Principles of Modern Chemistry

Mangihut. 2009. Kimia Dasar.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Matiin F. 2012. Pengaruh variasi bending sensor pH berbasis serat optic plastik
menggunakan lapisan silica sol gel terhadap sensitivitas. Jurnal teknik POMITS
vol. 1 hal 1-6.
Luu JL, Wendtland CL, Gross MF, Mirza F, Zouros A, Zimmerman GJ, 17r 17r.
Three-percent 17rans 17ransport17tif 17rans 17ranspor critical 17ran 17ransport.
Pediatr Emer Care.
2011;27(12):1113-7.

Singer M., Webb A.R., 2005. Oxford Handbook of Critical Care 2
nd
Edition.
Oxford University Press Inc.
Sonjaya, Herry. 2005. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakuiltas Peternakan-
Universitas Hasanuddin:Makassar
Sridianti. 2014. Pengertian tekanan osmotik. http://www.sridianti.com/pengertian-
tekanan-osmotik.html. (20 September 2014).

Anda mungkin juga menyukai