Anda di halaman 1dari 9

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu

iopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzcvb
nmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer
tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu
iopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjkl
zxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu



Tugas Antropologi

Rangkuman Karya Tulis Ilmiah
Fokus dan UnsurKebudayaan Suku Jambi di Indonesia


XII-Bahasa


Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang
terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan
kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Namun, sungguh sangat
disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengtehaui tentang
kebudayaan dari setiap suku yang ada.Contohnya Jambi, adalah salah satu suku di
Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Banyak yang tidak mengetahui bahwa
Jambi juga mempunyai banyak hal-hal menarik yang dapat dijadikan berita utama.
Masalah yang dapat diambil dari latar belakang budaya Jambi adalah :
1. Kurangya perhatian dari masyarakat kebanyakan pada kebudayaan Jambi.
Sehingga kurangya pengetahuan masyarakat tentang Suku Jambi.
2. Tidak meratanya bahan pembelajaran tentang suku Jambi yang dijadikan contoh
oleh para pengajar.
Karena cangkupan kebudayaan yang begitu luas dan meliputi berbagai aspek
kehidupan, maka kami hanya membataskan penelitian dari segi Tujuh Unsur
Kebudayaan dan Etos Kebudayaan dari Suku Jambi. Serta perkembangnnya sampai
dengan sekarag ini.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat Indonesia termasuk
didalamnya adalah pengajar dan pelajar agar lebih memahami tentang Etos, Fokus
dan Unsur Kebudayaan Suku Jambi di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang dapat bermanfaat
bagi para remaja dalam pemahaman tentang Etos, Fokus dan Unsur Kebudayaan
Suku Jambi di Indonesia. Secara terperinci tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan
Jambi
2. Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kebudayaan Jambi.
3. Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan
metode observasi atau teknik pengamatan langsung, teknik wawancara, dan teknik
studi kepustakaan atau studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan
dan sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional
yaitu, Internet.
Penelitian ini dilakukan berangkat dari keyakinan penulis setelah cukup melakukan
pengenalan secara meluas terhadap masalah yang diangkat. Adapun keyakinan atau
hipotesis tersebut adalah Kurangya pemahaman masyarakat terhadan suku-suku di
Indonesia yang sering luput dari perhatian mereka Hal ini, menjadi salah satu faktor
yang paling dominan untuk dapat dikatakan sebagai penyebab.
Penelitian ini dilakukan di Jakarta dalam jangka waktu satu bulan. Dimulai dari
pengumpulan data, kegiatan lapangan hingga penulisan hasil akhir penelitian.
Unsur Kebudayaan Suku Jambi :
1. Sistem Agama
Sebagian besar masyarakat Jambi memeluk agama Islam, yang kemudian disusul
dengan agama Budha, Kristen protestan dan TiongHua.
2. Sistem Bahasa
Bahasa Jambi adalah salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang digunakan
khususnya di wilayah Jambi bagian selatan, Provinsi Riau.
Ada dua kontroversi mengenai bahasa Jambi dengan Melayu. Sebagian pakar
bahasa menganggap ini sebagai dialek melayu ada juga yang beranggapan,
bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu.
Orang Jambi senang menggunakan kata-kata arif serta pepatah-pepatah.
Ketinggian martabat seseorang juga dapat ditandai dengan kemahirannya
menggunakan kata-kata arif dan kiasan. Mereka tidak mengenal adanya perbedaan
bahasa yang menunjukkan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Bila didengarkan
dengan seksama, maka bahasa Jambi terdengar hampir serupa dengan bahasa
Padang, yang selalu diakhiri dengan kata o. Hal ini mungkin dikarenakan suku
Jambi dan suku Padang terletak dalam satu pulau yang sama yaitu, Kepulauan
Sumatra.
Sistem Kekerabatan Bilateral
3. Sistem Mata Pencaharian
Di Jambi kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan, sehingga mata pencaharian
mereka didominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang bertani berasal
dari pedesaan. Dalam hal bertani, mereka bertanam padi pada lahan kosong.
Mereka mencari ikan di sungai merupakan mata pencaharian tambahan, begitu
juga mencari dalam hal mencari hasil hutan. Usaha-usaha tambahan ini biasanya
dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam berikutnya.
Banyak pula warga masyarakat kaeturunan Cina di Jambi yang mencari
pendapatan melalui proses berdagang.
4. Sistem Pengetahuan
Jambi memiliki adat istiadat yang berdasarkan hukum islam sehingga secara garis
besar segala pengetahuan dasar budaya Jambi bersumber pada ajaran Al-Quran.
Sistem pengetahuan mereka juga dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional yang
mereka terapkan pada segala aspek kehidupan. Pengetahuan tentang pertanian
mereka terapkan terhadap alam, terutama yang berkaitan dengan musim.
Masyarakat Jambi yang tinggal di pedalaman juga menggunakan beberapa jenis
tumbuhan alam dan minyak alami untuk dijadikan ramuan obat. Untuk bahan
penangkal atau jimat kadang mereka menggunakan sisa-sisa besi dan benang
warna. Benda-benda ini baru dapat dijadikan obat dan berkhasiat setelah dimantrai
dukun. Hal ini dilakukan karena pengaruh dari kepercayaan tradisional. Mereka
percaya bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat atau setan yang merasuk
dalam tubuh. Cara penyembuhannya adalah dengan mengusir roh tersebut
yangbiasa dilakukan oleh dukun.Beberapa doa penyembuhan lainnya digunakan
bahasa Arab dan kadang-kadang ayat Al-Quran.
Perempuan yang siap untuk melahirkan anak diberi minuman tradisional untuk
memudahkan proses melahirkan. Sebetulnya, perempuan yang akan melahirkan
ditolong oleh 2 orang. Walaupun demikian, aturan medis modern menolak
melahirkan anak seperti yang digambarkan diatas.
1. Jenis Tumbuhan Yang Bermanfaat Bagi Orang Rimba
a) Tubo ubi Umbi
b) Duku Buah
c) Durian Buah
d) Manggis Buah
e) Aren Buah
f) Petai Buah
g) Bayih Batang
h) Manau Batang
i) Rotan sabut Batang
j) Rotan tebu-tebu Batang
k) Rotan gelang Batang
l) Rotan balam Batang
m) Bedaro putuh Akar
n) Selasih Akar
o) Sirih hutan daun
p) Ketepeng Daun
q) K. Sakit pinggang Kulit
r) Pisang-pisang Batang
s) Keduduk Buah
t) Kayu pengasih Batang
Jenis (Species) Tumbuhan Obat-Obatan Yang Dimanfaatkan Orang Rimbo Sungai
Keruh Dan Sungai Serdang
a) Bedaro Putih Euracum Equesitifilia Jarang
b) Kayu Bengkak Belum Terindentifikasi Jarang
c) Kayu Obat Kepala Belum Terindentifikasi Jarang

6. Sistem Teknologi (Peralatan dan perlengkapan hidup)
A. Busana Tradisional Melayu Jambi
Dalam berbusana kaum wanita sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan kain
dan baju tanpa lengan. Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas
yang melebar pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih
leluasa geraknya dalam melakukan kegiatan seharihari. Pakaian untuk pria ini
dilengkapi dengan kopiah sebagai penutup kepala.

B. Pakaian Adat Pria
Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di kepalanya.
Lacak ini terbuat dari: kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal di dalammnya
agar menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang menjulang tinggi,
dengan julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya.

Sebagai hiasan terdapat lukisan flora dari daun, tangkai clan bunga yang akan mekar.
Bagian pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi oleh penempatan
bungo runci di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai dengan benang,
dapat berupa bunga asli atau tiruannya. Bajunya disebut baju kurung tanggung
berlengan panjang. Disebut tanggung karena panjangnya hanya sedikit di bawah siku
tidak sampai ke pergelangan tangan.
Bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas. Bagian
tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang
melati, sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung.
Penutup bagian bawah disebut cangge (celana).

Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat pinggang.
Sudah menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yang
dililitkan di pinggul. Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya seperti
bunga teratai dipasang melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua tangan
dihiasi gelang kilat bahu terbuat dari logam celupan berlukiskan naga kuning.

Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada
ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning. Untuk memperkuat bagian pinggang
ini digunakan pending berupa rantai dengan sabuk sebagai kepala terbuat dari logam.
Kelengkapan lainnya adalah keris clan selop. Biasanya diselipkan di perut menyerong
ke kanan melambangkan kebesaran sekaligus untuk berjaga-jaga. Sedangkan selop
atau alas kaki yang berbentuk setengah sepatu berfungsi untuk melindungi kaki saat
berjaalan.

C. Pakaian Adat Wanita
Busana untuk perempuan terdiri dari kain sarung songket clan selendang songket
warna merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas dengan
motif hiasan bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung. Tutup kepalanya
disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah dengan bagian dalam diberi
kertas karton agar keras.

Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala ini diberi
hiasan dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih memperindah
diberi sulaman emas dengan motif bunga melati pecah.

Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan
oleh pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan motif kupu-
kupu atau gelang banjar. Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung
jayo atau kalung bertingkat dan kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang
cincin pacat kenyang dan cincin kijang atau capung.

Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu masing-
masing lengan dua buah. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper dan
gelang buku beban. Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus untuk gelang buku
beban bahannya berasal dari permata putih. Sementara untuk kaki dikenakan gelang
nago betapo dan gelang ular melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang
menyerupai naga dalam dongeng sedang tidur clan ular yang melingkar membentuk
bulatan.

Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup dada),
pending dan sabuk (ikat pinggang), selendang, dan selop hampir sama dengan yang
dikenakan pria. Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada dan pending.

D. Pakaian Baselang
Acara pada adat suku jambi dibedakan menjadi dua, kecil dan besar. Pembedaan ini
mempengaruhi pada variasi pakaian yang dikenakan, khususnya yang dikenakan para
gadis. Jika acaranya kecil maka pakaian yang dikenakan berfungsi ganda sebagai
pakaian upacara maupun bekerja.

Kelengkapannya dengan sarung warna merah yang dipakai sedikit di bawah lutut
(tanggung) dan baju kurung berlengan tanggung yang letaknya di luar kain, -selendang
warna merah dililitkan di kepala serta membawa perlengkapan lain seperti ani-ani clan
kiding (tempat padi).

Pada acara besar pakaian dibedakan untuk upacara dan bekerja. Dalam rangkaian
upacara tersebut terdapat hiburan sehingga pakaian yang dikenakan pun lebih bagus.

Selendang songket yang dikenakan sebagai penutup kepala diberi sulaman benang
emas dan umbai-umbai di ujungnya.



7. Sistem Kesenian
1. Tradisi Berdah (dilaksanakan saat terjadi bencana dengan tujuan menolak
bencana)
2. Kenduri Seko (bertujuan untuk membersihkan pusaka dalam bentuk keris,
tombak, Al Kitab dalam bentuk Ranjiranji Kuno)
3. Mandi Safar (dilaksanakan pada hari Rabu di akhir bulan Safar bertujuan untuk
menolak bala)
4. Mandi Belimau Gedang (dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan
menyucikan dan mengharumkan diri)
5. Ziarah Kubur (dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan mendoakan
arwah leluhur)
Ada berbagai macam jenis tari-tarian, antara lain:
1. Tari Sumbe (Tarian persembahan untuk para dewa)
2. Tari Rangguk (Tarian anak pesta rakyat)
3. Tari Musik Mumkin (Tari untuk permainan musik orang buta)
4. Tari Lesung Gilo (Tari untuk permainan lesung diiringi mantra-mantra)
5. Tari Bakisa (Tarian menumbuk padi)
6. Tari Asik (Tarian untuk mengusir bala penyakit)
7. Tari JapinTari HadrahTari RanggukTari Aek Sakotak.
Contoh:
Peralatan Tari Rangguk ( tarian tradisional dari Jambi )
1. Rebana
Berbagai ukuran. Jumlahnya bergantung jumlah pemain (biasanya 510
orang).
2. Rangguk
Tujuannya adalah sebagai pelepas lelah dan sekaligus hiburan.
3. Kesenian dari jambi sendiri yangpaling dikenal oleh masyarakat luas adalah
Batik Jambi yang paling terkenal di daerah Sumatra.
B. Etos Kebudayaan
Etos kebudayaan adalah suatu kebudayaan yang seringkali memancarkan suatu
watak yang khas tertentu yang tampak dari luar, seringkali terlihat dari gaya tingkah
laku, kegemaran, dan berbagai benda budaya hasil karya masyarakat tersebut. Di
Jambi sendiri etos kebudayaanya hampir serupa dengan suku-suku lain yang
tinggal di Pulau Sumatra, seperti etos kebudayaan suku Batak, yaitu cenderung
keras, berbahasa kasar (kencang), dan berparas sangar. Tapi terkadang ada juga
yang mirip dengan etos dari suku padang yaitu, raut wajahnya angkuh, dan tidak
ramah, dan suka perhitungan (pelit).

C. Fokus Kebudayaan
Fokus kebudayaan adalah suatu unsur kebudayaan atau beberapa pranata tertentu
yang merupakan unsur pokok dalam kebudayaan mereka sehingga unsur itu
disukai oleh sebagian besar warga masyarakatnya dan dengan demikian
mendominasi banyak aktivitas dalam kehidupan masyarakat tersebut. Fokus
kebudayaan jambi adalah dapat dilihat dari segi sistem mata pencahariannya yaitu
kebanyakan, bahkan hampir semua masyarakatnya hidup sebagai petani.

Anda mungkin juga menyukai