Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MUHAMMAD BAGUS HARI SANTOSO

NIM : 135060401111037
NOMOR ABSEN : 17
KELAS : D
TUGAS MANDIRI 1 SISTEM DRAINASE

DRAINASE BERSEKAT ATASI KEKERINGAN LAHAN

Dilatarbelakangi oleh pembukaan lahan rawa menjadi lahan pertanian, Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Banjarbaru Kalimantan Selatan menghadirkan
sebuah penerobosan baru untuk mengatasi problem di lahan rawa yang notabene kelebihan
air di lahan pada saat musim penghujan, namun harus dijaga tinggi muka airnya pada saat
musim kemarau agar tak kekeringan.
Perlakuan drainase di lahan rawa memang berbeda dengan lahan pertanian pada
umumnya, baik kondisi musim kemarau maupun penghujan. Oleh karena itu, teknologi
drainase yang dipergunakan pun akan berbeda pula. Sistem pintu sorong tidak akan bekerja
secara efektif di lahan rawa ini. Sistem pintu bersekat inilah yang mampu menjadi solusi dari
permasalahan tersebut.
Teknologi drainase bersekat yang diperkenalkan di Kalimantan Selatan ini dibuat
pada kemiringan lahan <5% dengan tinggi tabat diatur 20 cm di bawah muka tanah dengan
jarak < 100 m yang akan mampu mempertahankan kadar air tanah 147-165% dari berat
kering tanah. Kondisi tanah tersebut sangat bagus untuk mendukung perkembangan dan
pertumbuhan tanaman padi dan palawija guna meningkatkan produktivitas lahan.

PENGARUH DRAINASE TERHADAP LAHAN PERTANIAN

Drainase pada hakikatnya merupakan proses mengatur dan membuang kelebihan air
di lahan,dimana kelebihan air tersebut dapat berasal dari air hujan,air irigasi, saluran air
banjir,saluran artesis dari bawah,dan lain-lain. Drainase yang baik dapat memperbaiki kondisi
tanah sebagai media pertumbuhan tanaman.

Budidaya di bidang pertanian seharusnya juga memberikan ruang konservasi air,
dikarenakan drainase yang baik selain akan meminimalisasi masuknya partikel tanah ke
dalam saluran, namun juga akan memberikan kondisi tanah yang ideal untuk akar tanaman
bertumbuh.
Dan dalam upaya meningkatkan produksi pertanian, perlu diperhatikan pula tingkat
kesuburan tanah. Drainase yang baik akan memperbaiki aerasi tanah yang membuat
kehidupan mikroorganisme menjadi lebih baik. Hal ini berakibat pada meningkatnya tingkat
kesuburan tanah. Mengingat begitu pentingnya peran drainase, maka perlu dilakukan
perbaikan kondisi drainase,seperti dengan cara menggali saluran di lahan sawah dan
membersihkan endapan lumpur di saluran drainase.
Drainase bawah permukaan lahan pertanian pun juga diperlukan dalam hal ini. Karena
pengendalian kedalaman air tanah sangat penting. Jika muka air tanah yang terakumulasi
garam terlalu dekat dengan perakaran tanaman, maka tanaman pun akan terpengaruh.
Sementara itu penggenangan air pada lahan akan memperlambat dekomposisi
bahan organik. Penggenangan air pun memiliki pengaruh pada penyerapan nutrisi tanaman,
yang jika dalam beberapa kasus tanaman yang peka, maka penggenangan secara terus
menerus dan berlangsung cukup lama akan merusak sistem perakaran sehingga tanaman akan
mati kekurangan nutrisi dan kekurangan air.
Dan secara garis besar, pengaruh drainase yang dapat menunjang usaha pertanian
adalah membuat kondisi tanah yang menguntungkan bagi akar tanaman untuk tumbuh,
meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman, mereduksi bahan racun berbahaya dalam
tanah, membantu dekomposisi bahan organik dan dengan demikian meningkatkan
ketersediaan N2, memperpanjang periode penanaman, memberi lingkungan yang baik untuk
munculnya tanaman dan mudah berkembang, dapat mereduksi pemadatan tanah dan
genangan air selama musim panas dapat menyebabkan panas (luka bakar dengan air panas)
pada tanaman, ketinggian genangan air mencegah tanah menjadi panas pada musim semi dan
berpengaruh juga terhadap perkecambahan biji.







KAJIAN FISIK LAHAN GAMBUT DALAM HUBUNGAN DENGAN DRAINASE
UNTUK LAHAN PERTANIAN

Usaha pengembangan lahan gambut menjadi lahan pertanian perlu diimbangi dengan
pengetahuan tentang sifat gambut tropika tersebut. Pengelolaan dan pengembangan sumber
daya air, (dalam hal ini drainase) mutlak diperlukan untuk mengubah kondisi alamiah lahan
gambut agar dapat menjadi lahan pertanian yang menguntungkan dengan cara menjaga agar
muka air tanah tetap berada pada batas optimum untuk pertumbuhan tanaman.
Drainase perlu dilakukan hati-hati karena gambut memiliki sifat kering tidak balik
(gambut menjadi kering dan tidak mampu menyerap air kembali). Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah pada tingkat kandungan air berapa proses kering tidak balik tersebut
dapat terjadi.
Klasifikasi tanah gambut sendiri didasarkan pada topografi dan geomorfologi,
vegetasi permukaan, vegetasi asli yang membentuk gambut, sifat kimia gambut, sifat fisik
gambut, dan proses genesis gambut. Mempelajari sifat tanah gambut didalam usaha reklamasi
dan pengelolaan air menjadi sangat penting agar pengusahaan lahan gambut menjadi lahan
pertanian yang mampu menunjukkan produktivitasnya dapat lestari.
Salah satu sifat tanah gambut yang penting untuk dipelajari adalah kering tidak balik.
Kondisi ini terjadi setelah proses pengeringan atau drainase yang berlebihan. Apabila kondisi
tanah yang memiliki daya kapiler tanah yang sangat rendah tersebut diakumulasikan dengan
penyinaran sinar matahri yang lama, maka tahan gambut akan sangat sukar untuk menyerap
air yang mengakibatkan cekaman (stress) bagi tanaman dan berujung pada menurunnya
produktivitas pertanian.
Di lahan gambut yang ditanami padi,sering ditemukan fenomena tanaman keracunan
zat besi sehingga terjadi penurunan hasil padi. Hal ini disebabkan karena oksidasi pirit ketika
air tanah turun jauh di bawah lapisan pirit pada saat musim kemarau panjang atau akibat
drainase berlebihan. Overdrained tersebut dapat dihindari dengan mengatur pintu-pintu air
sehingga tinggi muka air tanah dapat dipertahankan sedemikian rupa agar lapisan pirit dalam
kondisi anaerob dan tidak terjadi oksidasi pirit.



Kesimpulan :
Tanah, produksi pertanian, dan drainase merupakan tiga komponen yang saling
berkaitan satu sama lain dan tak dapat dipisahkan. Tanah sebagai media pertumbuhan
tanaman haruslah dijaga agar dalam kondisi optimum. Produksi pertanian akan meningkat
apabila tanaman dapat tumbuh secara optimal. Tumbuhan akan tumbuh secara optimal
apabila kondisi tanahnya ideal untuk digunakan sebagai media tumbuh. Namun meskipun
tanah yang digunakan sebagai media tumbuh merupakan tanah yang memiliki sifat yang
kurang ideal untuk digunakan sebagai lahan pertanian, seperti lahan gambut dan rawa, tetapi
dengan penanganan drainase yang tepat, maka hal tersebut bukanlah menjadi sebuah
permasalahan yang perlu dikhawatirkan.
Sistem drainase yang digunakan haruslah mampu menjaga kondisi muka air tanah
maupun air permukaan pada lahan agar tidak berfluktuatif terlalu tinggi. Tanah dan tanaman
tidak boleh menerima air yang berlebih pada musim penghujan dan tidak boleh terjadi
kekeringan lahan saat musim kemarau.
Sistem drainase yang diterapkan pun haruslah disesuaikan dengan kondisi lahan.
Sistem drainase pada lahan gambut dan rawa tentulah akan berbeda dengan lahan pertanian
biasa. Penerapan teknologi sistem drainase haruslah memperhitungkan sifat fisik dan kimia
dari lahan yang akan dialihkan/dibuang kelebihan airnya.
Oleh karena itu drainase, tanah, dan produksi merupakan tiga hal yang saling
berbanding lurus. Jadi, produksi pertanian akan meningkat apabila tanah sebagai media
tumbuhnya tanaman memiliki kondisi yang baik seiring dengan dengan sistem drainase yang
baik pula.

Sumber Referensi :
Frima, Afrim M.2012. Pengaruh Drainase terhadap Lahan Pertanian
(online).Scribd.com[diakses pada tanggal 17 September 2014]
Nazemi, Dakhyar.2012.Drainase Bersekat Hindari Kekeringan Lahan (online).
balittra.litbang.deptan.go.id [diakses pada tanggal 15 September 2014]
Pandjaitan, Nora H. dan Soedoodo Harjoamidjojo. 1999. Kajian Sifat Fisik Lahan Gambut
dalam Hubungan dengan Drainase untuk Lahan Pertanian. Buletin Keteknikan
Pertanian. Volume 13, No.3. scribd.com[diakses pada tanggal 15 September 2014]

Anda mungkin juga menyukai