Anda di halaman 1dari 2

Teori Nilai Surplus

Teori nilai surplus ini diungkapkan oleh Giddens dalam bukunya yang
berjudul Capitalism and Modern Social Theory: An Analysis of Writing of Marx,
Durkheim and Max Weber. Menurut Giddens (1986:57), dalam buku Marx Das
Capital I, Marx tidak hanya menaruh perhatian terhadap analisis ekonomi, sasaran
utamanya justru untuk mengungkapkan hukum ekonomi mengenai gerak masyarakat
melalui suatu pengkajian terhadap dinamika dasar produksi yang menjadi landasan
perkembangan masyarakat tersebut. Sebagaimana dinyatakan oleh Ritzer dan
Goodman (2003: 3-34), bahwa Marx menawarkan sebuah teori tentang masyarakat
kapitalis berdasarkan citranya mengenai sifat mendasar manusia. Marx meyakini
manusia pada dasarnya makhluk produktif. Artinya, untuk bertahan hidup manusia
perlu bekerja dengan mengekploitasi alam dengan dorongan kreativitasnya.
Giddens (1986: 57), menyatakan bahwa kapitalisme sebagaimana ditekankan
oleh Marx dalam halaman pertama dari Das Capital I adalah suatu sistem produksi
komoditi. Dalam sistem kapitalis para pemproduksi tidak hanya menghasilkan bagi
keperluannya sendiri, atau untuk keperluan individu-individu yang memiliki kontak
pribadi dengan mereka, seperti keluarga, tetangga yang cakupannya sempit.
Kapitalisme selalu berupaya melibatkan pasar sebagai pertukaran (exchange market)
yang mencakup skala nasional atau bahkan Internasional.
Menurut Marx (dalam Giddens, 1986: 57-58), setiap komoditi mempunyai
aspek ganda, meliputi nilai pakai (use value) dan nilai tukar (exchange value). Nilai
pakai hanya direalisasikan dalam proses konsumsi yang mempunyai acuan terhadap
keperluan-keperluan dimana sifat-sifat suatu komditi sebagai suatu objek digunakan
untuk maksud itu. Suatu objek bisa mempunyai nilai pakai terlepas apakah objek
tersebut merupakan komoditi atau tidak, sementara untuk menjadi komoditi yang
tujuannya untuk ditukarkan di pasar, suatu objek atau produk harus memiliki nilai
pakai, karena hal yang sebaliknya tidak berlaku. Nilai tukar berkaitan dengan nilai
yang dimiliki suatu produk bila ditukarkan dengan produk-produk lain atau uang.
Berlawanan dengan nilai pakai, nilai tukar tidak bisa dipisahkan dari suatu pasaran
dimana objek-objek dipertukarkan, karena nilai tukar hanya mempunyai arti dalam
kaitannya dengan komoditi.
Suatu objek terlepas komoditi atau bukan, hanya bisa memiliki nilai selama
tenaga kerja manusia telah dikembangkan untuk memproduksinya. Nilai tukar hanya
berkaitan dengan tenaga kerja yang terlibat di dalam produksi suatu komoditi.
Dengan kata lain, nilai tukar harus didasarkan atas suatu ciri khas pekerjaan yang bisa
diukur kuantitasnya, yang bisa diukur atas jumlah waktu yang dipakai oleh si pekerja
dalam memproduksi suatu komoditi. Pekerjaan yang didasarkan pada nilai tukar
disebut oleh Marx sebagai pekerjaan abstrak (abstract labour), sedangkan pekerjaan
yang didasarkan pada nilai guna adalah pekerjaan berguna (useful labour).

Anda mungkin juga menyukai