Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang Industri Karet

Pada dasarnya karet bisa berasal dari alam yaitu dari getah pohon karet
(atau dikenal dengan istilah latex), maupun produksi manusia (sintetis). Saat pohon karet
dilukai, maka getah yang dihasilkan akan jauh lebih banyak. Sumber utama getah karet
adalah pohon karet Para Hevea Brasiliensis (Euphorbiaceae). Saat ini Asia menjadi sumber
karet alami. Awal mulanya karet hanya hidup di Amerika Selatan, namun sekarang sudah
berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Kehadiran karet
di Asia Tenggara berkat jasa dari Henry Wickham. saat ini, negara-negara Asia menghasilkan
93% produksi karet alam, yang terbesar adalah Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan
Malaysia.
Karet telah digunakan sejak lama untuk berbagai macam keperluan antara lain bola karet,
penghapus pensil, baju tahan air, dll.
Saat Christopher Columbus dan rombongannya menemukan benua Amerika pada tahun
1476,mereka terheran-heran melihat bola yang dimainkan orang-orang Indian yang dapat
melantun bila dijatuhkan ke tanah. Di sinilah sejarah karet dimulai, tetapi baru pada tahun
1530 ada laporan tertulis mengenai gummi optimum, sebutan Pietro Martire dAnghiera
untuk karet. Pada tahn 1535, Ahli sejarah mengenai bangsa Indian, Captain Gonzale
Fernandez de Oveida menulis bahwa dia melihat 2 tim orang Indian yang bermain bola. Bola
itu terbuat dari campuran akar, kayu, dan rumput, yang dicampur dengan suatu bahan (latex)
kemudian dipanaskan di atas unggun dan dibulatkan seperti bola. Bola oran Indian ini bisa
melambung lebih tinggi daripada bola yang umum dibuat orang-orang Eropa waktu itu.
Oviedo mengatakan bahwa bila bola buatan Indian itu dijatuhkan, bola itu bisa melambung
lebih tinggi dan kemudian jatuh, lalu melambung lagi walaupun agak rendah daripada
lambungan yang pertama, dst.
Pada tahun 1615 seorang penulis, F.J. Torquemada melaporkan bahwa orang Indian Mexico
membuat sepatu tahan air dari bahan latex atau karet. Tentara Spanyol juga dilaporkan
mengoleskan latex ke mantel mereka, saat hujan menjadi tahan air, tetapi di musim panas
menjadi lengket.
Walaupun banyak cerita menarik tentang bahan tersebut, penyelidikan oleh para ilmuwan
baru dimulai tahun 1731. Saat itu French Academy mengirim C.M. de la Condamine ke
Amerika Selatan. Fresnau seorang ahli Perancis melaporkan bahwa banyak tanaman yang
dapat menghasilkan latex atau karet, di antaranya dari jenis Hevea brasiliensis yang tumbuh
di hutan Amazon di Brazil yang sekarang menjadi tanaman penghasil karet utama dan sudah
dibudidayakan di Asia Tenggara yang menjadi penghasil karet utama di dunia saat ini.
Pada tahun 1770, seorang ahli kimia bangsa Inggris, Joseph Priestly, melaporkan bahwa karet
dapat menhapus tulisan pensil. Pada tahun 1775 karet mulai digunakan sebagai bahan
penghapus tulisan pensil dan jadilah karet itu di Inggris disebut dengan nama rubber (dari to
rub). Sebelum itu, remah roti biasa digunakan orang untuk menghapus tulisan pensil.
Barang-barang karet yang diproduksi waktu itu selalu menjadi kaku di musim dingin dan
lengket di musim panas. Banyak percobaan yang telah dilakukan untuk mendapatkan sifat
karet yang tidak terpengaruh oleh cuaca. Percobaan mula-mula dilakukan oleh E.C.F. Leuchs
pada tahun 1831.
Setahun sesudah itu, N. Hayward mendapatkan bahwa jika belerang yang ditambahkan ke
dalam larutan karet atau biji belerang dioleskan pada karet,akan menyebabkan karet lebih
cepat menjadi kering.
Thomas Hancock menulis dalam bukunya yang terbit pada tahun 1985 bahwa pada tahun
1842, Brockedon memperlihatkan kepadanya sepotong contoh karet berasal dari Amerika
yang tidak terpengaruh oleh cuaca ataupun oleh minyak. Thomas Hancock melihat bahwa
potongan itu sedikit
kekuningan pada bagian dalamnya dan berbau belerang. Dalam percobaan selanjutnya,
Hancock akhirnya berhasil menemukan bahwa bila karet dicampur dengan belerang dan
dipanaskan maka akan berubah sifatnya menjadi elastis dan tidak terpengaruh lagi oleh
perubahan cuaca.
Proses perubahan ini lalu dipatenkan pada tahun 1843 dan sesuai usul temannya, Mr.
Brockedon, proses ini dinamai vulkanisasi, yang kemudian nama ini diterima di Inggris,
Amerika, dan dunia pada umumnya sampai sekarang.
Sebelum itu pada tahun 1838, Charles Goodyear di Amerika sudah terlibat dalam penelitian
kompon karet dengan menggunakan belerang dan panas untuk mendapatkan kompon karet
yang tidak terpengaruh oleh cuaca,yang dibuktikan dengan surat-surat yang diterimanya dari
beberapa orang yang melihat atau mendapat contoh karet hasil percobaannya pada tahun
1839. Baru pada tahun 1844 dia mendapatkan paten untuk penemuannya. Dari beberapa
tulisan yang membahas penemuan vulkanisasi ini, dan berdasarkan tulisan Hancock sendiri
yang menyatakan bahwa Brokedon meperlihatkan contoh karet yang berasal dari Amerika
yang tidak terpengaruh oleh cuaca, maka kebanyakan penulis sepakat kalau penemu pertama
proses vulkanisai hendaknya diberikan kepada Charles Goodyear. Penemuan besar proses
vulkanisasi ini akhirnya dapat disebut sebagai awal dari perkembangan industri karet.

Pada waktu pendudukan Jepang di Asia Tenggara dalam perang dunia
kedua, persediaan karet alam di negara sekutu menjadi kritis dan
diperkirakan akan habis dalam beberapa bulan. Pemerintah
Amerika mendorong penelitian dan produksi untuk menghasilkan karet
sintetik untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Usaha besar ini
membuahkan hasil dalam waktu singkat dan terus berkembang
sesudah berakhirnya perang dunia kedua, 1/3 karet yang dikonsumsi
dunia adalah karet sintetik.
Karet sintetik cukup mendominasi industri karet, tetapi pemakaian karet
alam pun masih sangat penting saat ini antara lain industri militer dan
otomotif.
Pada tahun 1983, hampir 4 juta ton karet alam dikonsumsi oleh dunia,
tetapi karet sintetik yang digunakan sudah melebihi 8 juta ton.
3 Komentar


KARET SINTETIK
September 1, 2008, 4:44 pm
Filed under: industri karet | Tag: karet sintetik, karet tahan panas
Karet sintetik berkembang pesat sejak berakhirnya perang dunia kedua tahun 1945. Saat ini
lebih dari 20 jenis karet sintetik terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan
harga karet sangat bervariasi. Pengetahuan tentang keuntungan dan kekurangan karet sangat
membantu dalam pemilihan karet termurah dan cocok dengan spesifikasi penggunaannya.
Sebelum perang dunia kedua, hanya karet alam tersedia dalam jumlah besar di pasaran dunia.
Dengan berkembangnya kebutuhan manusia seiiring dengan berkembangnya pengetahuan,
sangat dirasakan keterbatasan dari karet alam, antara lain tidak tahan pada suhu tinggi.
Pengembangan karet sintetik sesudah perang dunia kedua lebih banyak ditujukan untuk
memperoleh karet yang sifat-sifatnya tidak dimiliki oleh karet alam, antara lain karet tahan
minyak, karet tahan panas, dll.
3 Komentar


KARET ALAM
Mei 12, 2008, 2:35 am
Filed under: industri karet, penggolongan karet, sifat karet | Tag: Karet alam, karet indonesia,
sol sepatu
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Sesudah penemuan proses
vulkanisasi yang
membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai
digemari
sebagai bahan dasar dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah
ataupun pemakaian di luar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya
terbuat dari bahan karet.
Sebelum itu usaha-usaha menggunakan karet untuk sepatu selalu gagal karena karet manjadi
kaku
di musim hujan dan lengket serta berbau di musim panas seperti yang pernah dilakukan oleh
Roxbury
Indian Rubber Company pada tahun 1833 dengan cara melarutkan karet alam terpentin dan
mencampurnya dengan hitam karbon untuk menghasilkan karet keras yang tahan air.
Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene (C5H8) yang berat molekul rata-
ratanya
tersebar antara 10.000 400.000.
Sifat-sifat mekanik yang baik dari karet alam menyebabkannya dapat digunakan untuk
berbagai keperluan
umum seperti sol sepatu dan telapak ban kendaraan. Pada suhu kamar, karet tidak berbentuk
kristal
padat dan juga tidak berbentuk cairan.
Perbedaan karet dengan benda-benda lain, tampak nyata pada sifat karet yang lembut,
fleksibel dan elastis.
Sifat-sifat ini memberi kesan bahwa karet alam adalah suatu bahan semi cairan alamiah atau
suatu cairan
dengan kekentalan yang sangat tinggi.Namun begitu, sifat-sifat mekaniknya menyerupai kulit
binatang
sehingga harus dimastikasi untuk memutus rantai molekulnya agar menjadi lebih pendek.
Proses mastikasi
ini mengurangi keliatan atau viskositas karet alam sehingga akan memudahkan proses
selanjutnya saat
bahan-bahan lain ditambahkan.
Banyak sifat-sifat karet alam ini yang dapat memberikan keuntungan atau kemudahan dalam
proses pengerjaan dan pemakaiannya, baik dalam bentuk karet atau kompon maupun dalam
bentuk vulkanisat.
Dalam bentuk bahan mentah, karet alam sangat disukai karena mudah menggulung pada roll
sewaktu diproses dengan open mill/penggiling terbuka dan dapat mudah bercampur dengan
berbagai bahan-bahan yang diperlukan di dalam pembuatan kompon. Dalam bentuk kompon,
karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama lain sehingga sangat disukai dalam
pembuatan barang-barang yang perlu dilapis-lapiskan sebelum vulkanisasi dilakukan.
Keunggulan daya lengket inilah yang menyebabkan karet alam sulit disaingi oleh karet
sintetik dalam
pembuatan karkas untuk ban radial ataupun dalam pembuatan sol karet yang sepatunya
diproduksi dengan
cara vulkanisasi langsung.
Vulkanisasi karet alam sangat baik dalam hal-hal berikut:
Kepegasan pantul
Hal ini menyebabkan timbulnya kalor (heat build up) rendah, yang sangat diperlukan oleh
barang jadi karet
yang akan mengalami hentakan berulang-ulang.
Sifat inilah yang menyebabkan karet alam selalu dipakai dalam pembuatan ban truk dan
kapal terbang yang
sulit disaingi oleh karet sintetik.
Tegangan putus
Ketahanan sobek dan kikis
Fleksibilitas pada suhu rendah
Daya lengket ke fabric atau logam
Sol sepatu sangat memerlukan sifat-sifat tersebut di atas, karena itu karet alam adalah pilihan
sangat
tepat. Secara umum sol sepatu membutuhkan kekuatan, ketahanan kikis, dan ketahanan sobek
yang tinggi.
Vulkanisat karet alam kuat dan tahan lama bahkan dapat digunakan pada suhu -60F.
Karet alam bisa dibuat menjadi karet yang agak kaku tetapi masih mempunyai fleksibilitas
dan ketahanan
kikis, ketahanan retak lentur serta kekuatan tinggi. Hal ini menguntungkan dalam pembuatan
sol sepatu
karena sol sepatu bisa dibuat tipis (seperti sol luar sepatu olahraga), sambil tetap menjaga
agar tidak
merasakan batu sewaktu berjalan.
Untuk menurunkan ongkos produksi, selain karet alam, kompon sol berwarna hitam bisa
ditambah dengan
karet reclaim dan bekas vulkanisat yang tidak terpakai yang banyak terdapat di pabrik. Untuk
kompon
putih, yang dipakai haruslah karet reclaim putih dan bekas vulkanisat putih juga.
Kekakuan vulkanisat dapat ditingkatkan dengan penambahan resin dengan kadar styrene
yang tinggi dan
diperhitungkan sebagai jumlah karet.
Perlu diingat utnuk keperluan eksport hendaklah kompon yang baik, yaitu yang mengandung
bahan-bahan yang baik pula yang dipakai.
Walapupun kalor yang timbul dari karet alam lebih rendah dari karet sintetik seperti SBR,
tetapi karet
alam agak kurang tahan terhadap panas dibanding SBR. Karet alam tidak tahan ozon dan
cahaya matahari.
Ketahanan terhadap minyak dan pelarut hydrocarbon sangat buruk.
Kandungan Alami Karet Mentah
Karet alam mengandung beberapa bahan antara lain: karet hidrokarbon, protein, lipid netral,
lipid polar, karbohidrat, garam anorganik, dll.
Protein dalam karet alam dapat mempercepat vulkanisasi atau menarik air dalam vulkanisat.
Beberapa lipid ada yang merupakan bahan pencepat atau antioksidan. Protein juga dapat
meningkatkan heat build up tetapi dapat juga meningkatkan ketahanan sobek.
Karet alam lama kelamaan dapat meningkat viskositasnya atau menjadi keras. Ada jenis karet
alam yang sudah ditambah bahan garam hidroksilamin sehingga tidak bisa mengeras dan
disebut karet CV (contant viscosity). Karet alam bisa mengkristal pada suhu rendah
(misalkan -26C) dan bila ini terjadi, diperlukan pemanasan karet sebelum diolah pabrik
barang jadi karet.

Anda mungkin juga menyukai