Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Sprite
Sprite adalah minuman berkarbonasi yang diproduksi oleh Coca Cola Company.
Pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1961 dan sejak ini transparan
minuman lemon-limau telah menarik imajinasi publik Amerika.
Sprite pada awalnya diperkenalkan sebagai sebuah alternatif untuk 7-Up, yang
dihasilkan oleh pesaing. Namun, dengan cerdik pemasaran dan produksi kecerdikan,
sprite mendahului 7-Up sebagai pemimpin dalam minuman rasa lemon pada akhir 1970-
an.
Bahan soda sprite sangat mirip dengan minuman berkarbonasi lainnya.
Mengandung air yang berkarbonasi, asam posfat, kalium sitrat, kalium benzoate, asam
sitrat, rasa alami, aspartam, dan acesulfeme kalium. Juga mengandung fructose corn
syrup dan warna karamel.
Seperti semua soda, sprite juga merupakan kalori tinggi, kandungan gula dan
natrium. Namun, diyakini bahwa konten natrium lebih rendah daripada minuman
berkarbonasi lainnya. Sprite mengandung 11 kalori, 3,2 gram krbohidrat, 3,2 gram gula
hingga 5,8 miligram natrium.
Ini tidak berarti bahwa sprite sehat. Bahkan penelitian telah menunjukkan
berulang kali bahwa ada hubungan antara konsumsi soda dan berat badan. Menurut
peneliti, setiap kali Anda minum sprite atau soda lainnya, resiko obesitas meningkat 1,6
Universitas Sumatera Utara
kali. Selain itu ada resiko kesehatan lainnya seperti kerusakan gigi, melemahnya tulang,
kerusakan hati dan ginjal, dehidrasi, diabetes dan tekanan darah tinggi.

2.2. Softdrink
Di Amerika Serikat istilah softdrink digunakan untuk membedaka minuman dari
liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang tidak beralkohol disebut softdrink.
Di Australia yang disebut dengan softdrink adalah minuman yang tidak beralkohol baik
yang ditambah CO
2
(berkarbonasi) maupun yang tidak. J adi minuman kemasan lain yang
siap diminum seperti teh, jus buah, bahkan air kemasan termasuk softdrink. Sedangkan di
Indonesia istilah softdrink lebih popular untuk minuman berkarbonasi. Minuman yang
tidak berkarbonasi tidak termasuk softdrink, seperti teh botol, jus buah dan sebagainya.
Kini telah banyak varian produk baru dari softdrink, namun pada umumnya minuman
ringan itu kita bagi menjadi minuman ringan jernih (clear softdrink) yakni yang tidak
berwarna semisal Sprite, 7-Up dan sejenisnya. Ada pula yang ditambah dengan zat
pewarna seperti Fanta, Mirinda dan sejenisnya. Ada yang tergolong jenis Cola, serta ada
pula berbentuk minuman ringan diet seperti Diet Coke, Pepsi Diet yang diperuntukkan
bagi mereka yang sedang berdiet atau mengurangi kalori dalam makanannya.
Softdrink dapat menyebabkan obesitas, penyebab kerusakan gigi bahkan diabetes.
Zat gizi utama softdrink adalah gula. Tingkat kalori gula pada softdrink regular dengan
volume 300 ml setara dengan 7 sendok makan gula. Gula kita kenal sebagai makanan
minuman yang memiliki nilai kalori kosong yang berarti isinya hanya berupa kalori
tanpa adanya kandungan zat gizi lainnya. Konsumsi gula atau makanan dengan kalori
kosong dalam jumlah berlebihan adalah tidak sehat. Konsumsi gula akan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
kadar gula darah yang pada gilirannya akan merangsang pengeluaran hormon insulin.
Hormon insulin berfungsi memasukkan gula ke dalam jaringan serta mengubah gula
menjadi glikogen, trigliserida (cadangan lemak), dan akhirnya juga akan membentuk
kolesterol.

2.2.1. Komposisi Softdrink
Adapun komposisi softdrink itu adalah :
1. Air : komponen utama softdrink
2. CO
2
: Berguna untuk memperbaiki flavor minuman. Menghasilkan rasa masam
yang enak dan rasa krenyes-krenyes dan menggelitik di kerongkongan.
3. Gula atau pemanis :
- Softdrink regular : sukrosa (gula tebu), sirup fruktosa atau HFCS (High
Fructose Corn Syrup).
- Softdrink diet : pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat.
4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffe cream) : kadarnya cukup tinggi,
membantu seseorang tetap terjaga / tidak mengantuk, jantung dapat berdegub
kencang sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi,
berpotensi serangan jantung koroner atau stroke.
5. Zat pengawet : Umumnya softdrink diawetkan dengan sodium benzoat, suatu
bahan pengawet sintetis. Aman untuk bahan pangan namun ada batas maksimal
yang harus diperhatikan.
6. Zat pewarna : Ditemukan pada beberapa jenis softdrink, tidak terdapat pada
softdrink jernih. Ada zat pewarna alamiah seperti karamel (pada softdrink cola)
Universitas Sumatera Utara
tetapi yang banyak digunakan adalah zat pewarna sintetis seperti karmoisin dan
tartrazin.
7. Flavor buatan : seperti rasa jeruk, rasa strawberry, rasa nanas dan sebagainya
merupakan flavor sintetik, bukan hasil ekstraksi buah-buahan. J adi jangan
harapkan mengandung vitamin dan mineral seperti yang ada pada buah-buahan
(http://www.untag-sby.ac.id, diakses bulan Juni 2008 ).

2.3. Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan
komoditi perdagangan utama. Gula paling bayak diperdagangkan dalam bentuk kristal
sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan dan
minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim
atau hidrolis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula atau aren. Meskipun
demikian terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber
pemanis lain, seperti umbi dahlia, jagung, juga menghasilkan semacam gula / pemanis
namun bukan tersususn dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap
ekstraksi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gula, diakses 20 April 2010).
Tujuan dari proses pengolahan tebu adalah untuk memisahkan gula atau sukrosa
yang terkandung di dalam batang tanaman tebu atau umbi tanaman bit gula tersebut
sebanyak-banyaknya.
Universitas Sumatera Utara
Gula atau sukrosa secara kimia termasuk dalam golongan karbohidrat
(disakarida), dengan rumus umum C
12
H
22
O
11
. Rumus bangun dari sukrosa terdiri atas
satu molekul glukosa (C
6
H
12
O
6
) yang berikatan dengan molekul fruktosa (C
6
H
12
O
6
).
Kedua jenis gula sederhana (monosakarida) ini juga terdapat dalam bentuk molekul bebas
di dalam batang tanaman tebu, tetapi tidak di dalam umbi bit gula.
Di dalam proses asimilasi atau fotosintesa, air dan karbondioksida disintesa
menjadi glukosa di dalam bagian-bagian tanaman yang mengandung hijau daun
(khlorofil). Secara sederhana reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
CO
2
+ 6 H
2
O > C
6
H
12
O
6
+ O
2

(P.S.T. Adikoesoemo dan A.S. Baktir, 1984)

2.4. Brix
Dalam industri gula dikenal istilah-istilah pol, brix, dan HK (hasil bagi
kemurnian). Istilah-istilah ini muncul dalam analisa gula, baik dari nira sampai menjadi
gula kristal. Nira tebu pada dasarnya terdiri dari dua zat yaitu zat padat terlarut dan air.
Zat padat yang terlarut ini terdiri dari dua zat lagi yaitu gula dan bukan gula. Baik
buruknya kualitas nira tergantung dari banyaknya jumlah gula yang terdapat dalam nira.
Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gram) setiap 100 gram
larutan. Jadi misalnya brix nira = 16, artinya bahwa dari 100 gram nira, 16 gram
merupakan zat padat terlarut dan 84 gram adalah air. Untuk mengetahui banyaknya zat
padat yang terlarut dalam larutan (brix) diperlukan suatu alat ukur.
a. Pengukuran Brix dengan Piknometer. Piknometer adalah suatu alat untuk
menentukan berat jenis benda. Alat ini terbuat dari gelas berbentuk seperti botol
Universitas Sumatera Utara
kecil, dilengkapi dengan tutup dengan lubang kapiler. Alat ini mempunyai volume
tertentu dan dibuat sedemikian sehingga pada t
0
yang sama selau terukur volume
yang sama. Dengan menggunakan piknometer yang berisi air kemudian setelah itu
piknometer diisi larutan gula, dan setelah dikoreksi dengan temperatur maka dapat
dihitung berat jenis larutan tersebut.
b. Penentuan Brix dengan Hydrometer (Timbangan Brix). Alat ini paling umum
pemakaiannya di pabrik, karena pemakaiannya mudah dan cepat. Terbuat dari
bahan gelas, berbentuk silindris yang bagian bawahnya berbentuk bola. Pada
bagian atas meruncing dan pada bagian ini terdapat skala yang menunjukkan
derajat brix. Prinsip kerjanya adalah bahwa gaya ke atas yang diambil dari suatu
benda yang dicelupkan dalam cairan tergantung dari berat jenis cairan. Jadi
semakin kecil berat jenis maka hydrometer semakin tenggelam. Kemudian Brix
akan ditunjukkan pada skala yang persis berada di permukaan cairan tersebut.
c. Pengukuran Brix dengan Indeks Bias. Indeks bias suatu larutan gula atau nira
mempunyai hubungan yang erat dengan brix. Artinya bahwa jika indeks bias nira
bisa diukur, maka brix nira dapat dihitung berdasarkan indeks bias tersebut. Alat
untuk mengukur briks dengan indeks bias dinamakan Refraktometer. Dengan
menggunakan alat ini contoh nira yang digunakan sedikit dan alatnya tidak mudah
rusak (http://www.risvank.com, diakses 18 Juni 2008).

2.5. Air
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan
fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan
Universitas Sumatera Utara
komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, serta cita rasa makanan. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun,
seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu.
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu
bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan
dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan
biopolymer dan sebagainya.
Bahan pangan kita baik yang berupa buah, sayuran, daging, maupun susu, telah
banyak berjasa dalam memenuhi kebutuhan air manusia. Buah mentah yang menjadi
matang selalu bertambah kandungan airnya, misalnya calon buah apel yang hanya
mengandung 10% air akan dapat menghasilkan buah apel yang kadar airnya 80%.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan
bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci
yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam
pengolahannya. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam
media air yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri (F. G. Winarno,
1997).

2.5.1. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar
antara 6,5 7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air
atau besarnya konsentrasi ion Hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH lebih kecil
dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari
Universitas Sumatera Utara
normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang
dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalam air (W. A. Wardana, 2001).

2.5.2. Golongan Air
Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan-
golongan air tersebut antara lain:
1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform
dan patogen atau zat kimia beracun
2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN 50/100 cc
3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN 5000/100 cc
4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100 cc
5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100 cc
MPN di sini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari bakteri
koliform dalam 100 cc air).

2.5.3. Sumber Air Bersih dan Aman
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang
bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain:
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
c. Tidak berasa dan tidak berbau.
Universitas Sumatera Utara
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan
kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri (Budiman Chandra, 2007).

2.5.4. Beberapa Sifat Air Yang Penting
Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan
biologis.
a. Sifat Fisis
Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai
es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan
didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat.
Kepadatan (densiti) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari temperatur, dan
tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat dengan menurunnya
temperatur, sampai tercapai maksimum pada 4
0
Celcius. Apabila temperatur turun lagi,
maka densitas akan turun pula.
Sekalipun demikian, temperatur air tidak pernah berubah. Hal ini tampak pada
specific heat air, yakni angka yang menunjukkan jumlah kalori yang diperlukan untuk
menaikkan suhu satu gram air satu derajat Celcius. Specific heat bagi air adalah
1/gram/
0
C, suatu angka yang sangat tinggi dibandingkan dengan specific heat lain-lain
elemen di alam.

Universitas Sumatera Utara
a. Sifat Kimiawi
Air yang bersih mempunyai pH =7, dan oksigen terlarut (=DO) jenuh pada 9
mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam
air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni didapat di dalam tubuh semua organisme.
Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air berjumlah sangat besar.
b. Sifat Biologis
Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan selalu didapat
kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas
air. Di dalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas bagi
lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi ke dalam organisme yang
native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut. Organisme native dalam badan air
biasanya merupakan organisme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang
tidak native dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu, dan lain-lain pengotoran.
Organisme ini dapat hidup di perairan yang mengandung zat hara/makanan baginya.
Sebagaimana halnya semua organisme, setiap jenis organisme di dalam perairan
mempunyai fungsi yang sangat khusus dalam lingkungan tersebut dan membentuk
ekosistem aquatik yang khas pula ( J. S Slamet, 1994).

2.5.5. Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang
lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0
0
C-100
0
C, air berwujud
cair. Suhu 0
0
C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100
0
C merupakan
titik didih (boiling point).
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi
panas ataupun dingin dalam seketika.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proes penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air
menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut ke seluruh
jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang
masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup untuk dikeluarkan kembali.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi
suatu bahan secara baik.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada
saat membeku, air merenggang sehingga es memiiki nilai densitas yang lebih
rendah daripada air.


Universitas Sumatera Utara
2.5.6. Karakteristik Badan Air
Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,
komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air harus
mencakup ketiga komponen tersebut.
a. Air Permukaan (surface water)
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air
tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, waduk, danau,
rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah
yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins.
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air
tergenang (standing waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau
lotik).
b. Air Tanah (Groundwater)
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah
ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara
10
-10
10
-3
m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan
pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari
air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residens time)
yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan
yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih
kembali jika megalami pencemaran.
Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui
proses infiltrasi secara langsung ataupun secara tak langsung dari air sungai, danau, rawa,
Universitas Sumatera Utara
dan genangan air lainnya. Air yang terdapat di rawa-rawa sering sekali dikategorikan
sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah. Dinamika pergerakan air tanah pada
hakikatnya terdiri atas pergerakan horizontal air tanah; infiltrasi air hujan, sungai, danau,
dan rawa ke lapisan akifer; dan menghilangnya atau keluarnya air tanah melalui spring
(sumur), pancaran air tanah, serta aliran air tanah memasuki sungai dan tempat-tempat
lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah.

2.5.7. Kualitas Air
Penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, undustri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Pada hakekatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi.
2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai
peruntukannya.
3. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu (Hefni
Effendi, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Kualitas air ditentukan berdasarkan atas maksud dan tujuan pemanfaatannya,
misalnya:
a. Air steril (bebas kuman)
Berasal dari penyulingan, dimanfaatkan dalam pengobatan.
b. Air minum
Air minum haruslah:
- Tidak berwarna
- Tidak berbau
- Tidak berasa
- Harus jernih
- Harus netral dengan kemasaman pH 7
- Tidak mengandung zat-zat organik
- Tidak mengandung zat-zat mineral yang membahayakan manusia
- Tidak mengandung kuman-kuman penyakit, dan sebagainya.
c. Air untuk ketel uap
Sebagai sarana pembuatan uap, kadar zat kapur dan besi dalam air harus sangat
rendah, untuk menghindarkan terbentuknya batu ketel pada bagian dalam ketel.
d. Air irigasi
Industri-industri dan perkantoran bertingkat banyak memerlukan air. Untuk
memenuhi kebutuhan airnya sering mengadakan pengeboran sumur artetis yang dalamnya
lebih dari 75 meter. Penyebaran sumur artetis harus memenuhi peraturan dan harus seizin
pemerintah setempat. Pengeboran tanpa menghiraukan peraturan setempat akan
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan pengeringan sumur-sumur rakyat dalam musim kemarau (Rismunandar,
1993).
Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan apakah
air layak untuk dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus
dipenuhi telah ditentukan oleh standar baik standar internasional, standar nasional,
maupun standar perusahaan.
Perusahaan yang memproduksi air minum seharusnya menggunakan standar
perusahaan, karena berdasarkan gambar hierarki standar, standar perusahaan lebih ketat
bila dibandingkan dengan standar nasional maupun internasional. Untuk itu maka, setiap
perusahaan seharusnya menetapkan standar perusahaan sebagai pedoman untuk
menentukan kualitas produknya. Apabila penetapan standar perusahaan sesuai dengan
hierarki standar, maka kesesuaian terhadap persyaratan standar baik nasional maupun
internasioanal dipastikan dapat dipenuhi.
Pengujian air minum pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu pengujian fisik,
kimia dan mikrobiologi. Pengujian fisika, untuk mengetahui rasa dan bau dari air yang
diuji. Pengujian kimia, untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam air.
Sedangkan pengujian mikrobiologi, untuk mengetahui kandungan mikroorganisme
lainnya yang terdapat dalam air. Air yang mengandung bakeri dan mikroorganisme tidak
dapat langsung diminum, akan tetap harus direbus terlebih dahulu (Pramudya Sunu,
2001).



Universitas Sumatera Utara
2.5.8. Penentuan Kadar Air
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan cara, tergantung kepada sifat
bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 105-110
0
C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih
berat tersebut dan sesudah pengurangan adalah banyaknya air diuapkan kadang-kadang
pengurangan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksilator dengan H-
2
SO
4
pekat sebagai pengering, sehingga mencapai berat konstan.
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung
senyawa-senyawa yang mudah menguap seperti sayuran dan susu, menggunakan cara
distilasi dengan pelarut tersebut. Misalnya : talil, xilol, neptana yang berat jenisnya lebih
rendah daripada air. Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur
dengan menggunakan refaktometer di samping menentukan putaran terlarutnya gula. Dari
hasil ini, air dari gula dianggap sebagai komponen-komponen yang mempengaruhi indeks
retriksi.
Secara lebih khusus analisis kadar air dapat dilakukan melalui beberapa cara
sebagai berikut :
a. Cara destilasi dengan pelarut tertentu. Misalnya : sayuran destilasi dengan pelarut
toluene, xilol dan heptana.
b. Menggunakan refaktometer, biasanya digunakan untuk bahan yang kadar gulanya
berlebihan.
c. Dengan cara kimia yaitu mengukur berdasarkan volume gas asetilen yang
dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan bahan yang akan diperiksa.
Misalnya uji air pada tepung, kulit, bubuk biji panili, mentega, dan sari buah.
Universitas Sumatera Utara
d. Cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan
basah dengan iodin, sulfur, dioksida, dan piridina dalam methanol.
e. Cara titrasi yang menunjukkan perubahan warna pada titik terakhir titrasi
( M. A. K. Budianto, 2009).

2.6. Gravimetri
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaaan itu jelas
kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan menimbang langsung
massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Pada dasarnya pemisahan zat dilakukan
dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,
dikeringkan atau dipijarkan dan setelah dingin ditimbang. Kemudian jumlah zat yang
ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase
bobot zat dalam cuplikan semula.
Meskipun gravimetri merupakan cara pemeriksaan kimia terhitung yang paling tua
dan paling jelas urutan kerjanya, namun pemakaiannya terbatas karena pengerjaannnya
memakan waktu lama. Selain itu berbagai persyaratan harus dipenuhi agar penentuan
terhitung dapat dilakukan dengan memuaskan. Persyaratan itu antara lain:
1. Zat yang akan ditentukan harus dapat diendapkan secara terhitung (sekurangnya
99,9% kesempurnaan pengendapannya). Ini berarti bahwa endapan yang terbentuk
harus cukup sukar larut. Umumnya endapan yang dipakai dalam gravimetri
mempunyai kelarutan atau hasil kali kelarutan yang sangat rendah, sehingga
Universitas Sumatera Utara
kehilangan yang disebabkan oleh kelarutannya dapat diabaikan. Selain itu zat
pengendap yang berlebihan harus ditambahkan pada proses pengendapan karena
jumlah zat pengendap yang dibutuhkan untuk pengendapan tidak diketahui
dengan pasti. Penambahan zat pengendap yang berlebihan ini juga akan
mengurangi kehilangan endapan.
2. Endapan yan terbentuk harus cukup murni dan dapat diperoleh dalam bentuk yang
cocok untuk pengolahan selanjutnya. Endapan yang berbentuk hablur kasar lebih
cocok untuk pengolahan selanjutnya dalam gravimetri daripada endapan yang
berbentuk hablur halus atau endapan yang tak terbentuk. Sedangkan pengolahan
selanjutnya itu akan menghasilkan senyawa yang akan ditimbang yang
mengandung zat yang ditentukan (Harrizul Rivai, 1994).












Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai