mendefinisikan aset takberwujud sebagai aset nonmoneter yang dapat diidentifikasikan tanpa wujud fisik. PENGAKUAN AWAL ASET TAKBERWUJUD Kriteria pengakuan aset takberwujud pada dasarnya sama dengan kriteria pengakuan aset tetap. Aset takberwujud diakui sebagai aset jika: 1. Memenuhi definisi aset takberwujud 2. Memenuhi kriteria pengakuan, yaitu (a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset tersebut; (b) biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal. Jika kriteria pengakuan tidak dipenuhi, maka biaya yang dikeluarkan harus diakui sebagai beban. Lanjutan Terdapat beberapa kemungkinan cara perolehan aset takberwujud, yaitu: 1. Perolehan terpisah; 2. Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis; 3. Akuisisi dengan hibah pemerintah; 4. Pertukaran aset; 5. Aset takberwujud yang dihasilkan secara internal (goodwill dan aset takberwujud lainnya)
Perolehan Terpisah Untuk aset takberwujud yang diperoleh secara terpisah maka pengukuran biaya perolehannya terdiri atas: 1. Harga pembelian, termasuk bea impor dan pajak yang tidak dapat dikembalikan, dikurangi diskon dan rabat; 2. Biaya yang secara langsung dapat diatribusikan yang terjadi dalam menyiapkan aset tersebut sehingga siap untuk digunakan sesuai tujuan penggunaannya. Akuisisi sebagai Bagian dari Kombinasi Bisnis Biaya perolehan aset takberwujud yang diakuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis (PSAK 22) adalah nilai wajarnya pada tanggal akuisisi. Penentuan nilai wajar dalam kombinasi bisnis bukanlah hal mudah. Jika aset takberwujud diperdagangkan secara bebas di pasar aktif, maka harga pasar adalah dasar pengakuan terbaik. Jika aset takberwajib tidak mempunyai pasar aktif, maka biaya perolehan ditentukan berdasarkan jumlah yang akan dibayarkan perusahaan dalam transaksi normal pada tanggal akuisisi. Aset takberwujud juga dapat diperoleh melalui hibah pemerintah. Pemerintah dapat memindahkan atau mengalokasikan aset takberwujud, seperti hak untik mendarat di bandara udara, hak beroperasi pada stasiun televisi atau radio, hak impor atau hak quota atau hak untuk mngakses sumber- sumber terbatas lainnya, kepada entitas tertentu. Entitas yang memperoleh aset takberwujud dengan hibah pemerintah mempunyai pilihan untuk pengakuan aset takberwujud tersebut, yaitu: 1. Mengakui sebesar nilai wajar; atau 2. Mengakui aset takberwujud dan hibah dengan nilai nominal ditambah dengan segala pengeluaran yang berhubungan secara langsung untuk menyiapkan aset tersebut agar dapat digunakan sesuai dengan maksud penggunanya. Cara lain perolehan aset takberwujud adalah melalui pertukaran aset non moneter atau sekelompok aset moneter, atau kombinasi dari aset moneter dan aset non moneter. Sama seperti pada pertukaran aset tetap, biaya perolehandari aset takberwujud yang diperoleh dari pertukaran adalah diukur pada nilai wajar, kecuali: 1. Transaksi pertukaran tersebut kurang memiliki subtansi komersial; atau 2. Nilai wajar aset baik yang diterima maupun yang dilepaskan tidak dapat diukur dengan andal.
Aset Takberwujud yang Dihasilkan secara Internal Goodwill hanya boleh diakui sebagai akibat dari kombinasi bisnis. Goodwill yang timbul secara internal tidak diakui sebai aset takberwujud karena tidak memenuhi kriteria pengakuan sebagai berikut. 1. Dasar pengukuran biaya perolehan yang andal, 2. Identifikasi terpisah dari sumber daya yang lain, 3. Kendali oleh perusahaan. PENGUKURAN SETELAH PEROLEHAN Setelah pengakuan awal, entitas harus memilih salah satu dari dua dasar pengukuran aset takberwujud, yaitu (1) model biaya perolehan dan (2) model revaluasi. Jika memilih menggunakan model revaluasi maka semua aset dalam kelas yang sama harus diperlakukan sama, kecuali apabila tidak ada pasar aktif untuk aset tersebut. Model Biaya Perolehan Jika entitas memilih menggunakan model biaya maka setelah pengukuran awal aset takberwujud dinilai berdasarkan biaya perolehannya dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Model Revaluasi Apabila model revaluasi dipilih oleh entitas, maka aset setelah pengukuran awal dinilai berdasarkan nilai wajar dikurangi dengan akumulasi amortisasi dan akumulasi rugi penurunan nilai. Penerapan model revaluasi seperti yang telah dijelaskan pada bab mengenai aset tetap. Penentuan nilai wajar aset takberwujud hanya dapat ditentukan dengan mengacu pada pasar aktif aset takberwujud tersebut. Oleh karena ketentuan tersebut, model revaluasi tidak dapat diterapkan untuk sebagian besar aset takberwujud. LANJUTAN Sebagai ilustrasi, PT ABC memiliki aset takberwujud dalam bentuk izin operator taksi. Izin operator taksi tersebut sering diperdagangkan di antara operator taksi yang ada atau calon operator taksi. Izin operator taksi tersebut diperoleh tanggal 1 Januari 2008 dengan harga perolehan Rp100.000.000. Umur manfaat izin tersebut adalah 5 tahun dan entitas menggunakan metode garis lurus untuk mengamortisasinya. Pada tanggal 31 Desember 2010, nilai diperdagangkan izin operator taksi tersebut adalah Rp120.000.000 dan nilai akumulasi penyusutan per 31 Desember 2010 adalah Rp40.000.000. Lanjutan Harga perolehan Rp 100.000.000 Akm. Amortisasi (40.000.000) Nilai tercatat Rp 60.000.000 Nilai wajar 120.000.000 Selisih revaluasi Rp 60.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat revaluasi izin operator taksi tersebut. Akm. amortisasi Izin operator taksi Rp40.000.000 Izin operator taksi Rp40.000.000
Izin operator taksi Rp60.000.000 Selisih penilaian kembali a. takberwujud Rp60.000.000 Suatu aset takberwujud harus dihentikan pengakuan apabila: 1. dalam (proses) pelepasan; atau 2. ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya, PENYAJIAN ASET TAK BERWUJUD DAN AKUN TERKAIT Dalam Laporan Posisi Keuangan (neraca), aset takberwujud termasuk dalam aset tak lancar. Dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif, penyajian beban amortisasi dan kerugian dari penurunan nilai sebagai bagian dari laba operasi berkelanjutan, kecuali apabila kerugian dari penurunan nilai tersebut berhubungan dengan operasi tidak berkelanjutan (discontinued operations). Berikut adalah contoh penyajian di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) Konsolidasian PT UNILEVER Indonesia Tbk dan Anak Perusahaan 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010.
LANJUTAN
Aset Tidak Lancar Non- Current Assets Goodwill 61.925 21,11 61.925 Goodwill (Setelah dikurangi akm. (Net of accumulated amorisasi sebesar amortisation of Rp22.029pada tahun 2010) Rp22.029 in 2010 Rp22.029 in 2010) Aset tidak berwujud 617.917 20,12 645.355 Intangible assets (Net of accumulated amortisation of Rp414.049 in 2011 and Rp353.522 in 2010) Suatu entitas harus mengungkapkan hal -hal berikut untuk setiap kelas aset takberwujud, dipisahkan antara aset takberwujud yang dihasilkan secara internal dan aset takberwujud lainnya, antara lain: 1. Apakah masa manfaat tidak terbatas atau terbatas. Jika masa manfaat terbatas diungkapkan tingkat amortisasi yang digunakan atau masa manfaatnya; 2. Metode amortisasi yang digunakan untuk aset takberwujud dengan masa manfaat terbatas; 3. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (secara agregat dengan akumulasi kerugian akibat penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; 4. Unsur-unsur dalam laporan pendapatan komprehensif yang mana amortisasi aset takberwujud termasuk (didalamnya); 5. Pengakuan atas jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.