Anda di halaman 1dari 4

Pentingnya Makanan Halal dan Bergizi bagi Keluarga

1. Islam datang ketika umat manusia memandang makanan dan


minuman dari dua sudut pandang ekstrim. Pertama, sebagian manusia
menempatkannya hanya sebagai kebutuhan hidup yang diperlukan
untuk kepentingan nafsu hayawaniyah (kebinatangan) dengan
mengkonsumsinya secara berlebihan.
Kedua, justru ditempatkan sebaliknya, yaitu ditinggalkan sama sekali
dengan melakukan puasa sehari-semalam penuh dengan maksud-
maksud tertentu. Al-Qur'an sebagai pedoman utama umat Islam
mengajarkan kepada manusia pada umumnya dengan menempatkan
makan dan minum pada tataran kebutuhan yang proporsional, yaitu
dengan tetap dilakukan setiap hari untuk mempertahankan hidup,
namun harus tetap dalam kerangka semangat spiritualisme. Allah SWT
menegaskan dalam surah al-Baqarah ayat 168 yang jika dicermati
secara mendalam, ayat tersebut dengan jelas memberikan tekanan
pada pentingnya manusia mengkonsumsi makanan yang halal dan
thayyib (baik/bergizi/menyehatkan/tidak membahayakan). Kemudian
ditutup dengan peringatan agar manusia tidak mengikuti jejak langkah
setan yang sudah dipastikan menjerumuskan pada lembah kesesatan.
Manusia dengan potensi sebagai makhluk yang ingin selalu berbuat
dosa, diperingatkan Allah agar berhati-hati dalam memperoleh rezeki
dan mengkonsumsinya.

2. Memperhatikan makanan berarti memastikan kehalalannya serta
memilih makanan yang mempunyai manfaat bagi tubuh. Bermanfaat
bagi tubuh artinya bergizi atau memiliki unsur-unsur yang baik bagi
tubuh untuk beraktifitas. Sebagaimana hadits Rasulullah
Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu. Yang
disebut makanan bergizi dijelaskan dalam al-Quran antara lain
pada surah al-Nahl ayat 5 (tentang tujuan konsumsi daging hewan
untuk menghindari penyakit hati, menguatkan otot-otot, menguatkan
otak dan menghindari anemia), surah al-Nahl ayat 14 (tentang tujuan
konsumsi daging ikan untuk mempertinggi protein, menghasilkan
minyak ikan sebagai sumber kalsium dan yodium), dan surah al-Nahl
ayat 66 (tentang tujuan konsumsi susu yang tujuannya memenuhi
kebutuhan kalsium dan vitamin D. Kemudian Allah juga menjelaskan
dalam al-Quran tentang pentingnya madu dan buah-buahan
(surah al-Nahl 67 dan 68) dan sayur-sayuran serta buah-buahan
(surah al-Baqarah 61 dan ar-Rum 23).
3. Indonesia resmi menggunakan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk
menyiapkan pola hidup sehat masyarakat Indonesia dalam
menghadapi beban ganda masalah gizi, yaitu ketika
kekurangan dan kelebihan gizi terjadi secara bersama. PGS
diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya, yaitu 4 sehat 5
sempurna yang sudah dipopulerkan sejak tahun 1950-an. Jika 4 sehat
5 sempurna menekankan pada: 1. makanan pokok 2. lauk-pauk 3.
sayur-mayur 4. buah 5. susu. Maka, pedoman gizi seimbang adalah
susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pedoman gizi
seimbang memperhatikan 4 prinsip, yaitu:1. variasi makanan 2.
pentingnya pola hidup bersih 3. pentingnya pola hidup aktif dan
olahraga 4. memantau berat badan ideal. PGS berprinsip bahwa tiap
golongan usia, jenis kelamin, kesehatan, dan aktifitas fisik
memerlukan PGS yang berbeda, sesuai dengan kondisi masing-masing
kelompok tersebut. Perbedaan lainnya, PGS tidak memberlakukan
susu sebagai makanan sempurna, melainkan ditempatkan satu
kelompok dengan sumber protein hewani lain. Hal ini diterapkan
karena sejak tahun 90-an, permasalahan gizi sudah berubah. Banyak
negara menghadapi masalah kegemukanan/obesitas dengan akibat
berupa diabetes, hipertensi, jantung, dan stroke. Di Indonesia, prinsip
PGS divisualisasikan dalam bentuk tumpeng dan nampannya yang
disebut Tumpeng Gizi Seimbang (TGS).
4. TGS membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan
jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia
(bayi, balita, remaja, dewasa, usia lanjut) dan sesuai keadaan
kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit). Potongan-potongan
TGS dialasi dengan air putih, artinya air putih merupakan bagian
terbesar dan zat gizi esensial bagi kehidupan untuk hidup sehat dan
aktif. Setelah itu, ada potongan besar yang merupakan golongan
makanan pokok (sumber karbohidrat), dianjurkan dikonsumsi 3-8
porsi (sesuai kebutuhan menurut usia dan keadaan kesehatan). Di
atas bagian ini terdapat golongan sayuran dan buah sebagai sumber
serat, vitamin dan mineral. Setelah itu baru protein hewani dan nabati,
serta di puncak tumpeng terdapat potongan kecil gula, garam dan
minyak yang hanya digunakan seperlunya. Sebagai alas TGS,
disertakan olahraga teratur, menjaga kebersihan, dan memantu berat
badan. Pemahaman tentang gizi seimbang diharapkan dapat
membekali individu maupun keluarga dalam mencegah masalah-
masalah yang timbul serta membantu mewujudkan pola hidup sehat
masyarakat Indonesia.
5. Imam al-Ghazali pernah berpesan, hindarilah memberi makanan
syubhat (meragukan) kepada anak, lebih-lebih zat yang dilarang Allah.
Sebab, setitik air atau makanan yang pernah dimakan orangtua, akan
pindah kepada anak yang dilahirkan menjadi daging dan dalam daging
itulah bibit yang merusak akhlak dan otak yang sehat, dikemudian
hari. Pada hadits Rasulullah yang diriwayatkan Bukhari dijelaskan
bahwa tanggung jawab langsung mengenai makanan anak adalah
orangtuanya Seorang laki-laki adalah pelayan keluarganya dan
akan mempertanggung jawabkan tentang isteri dan anaknya.
Maka memberi makanan halal dan bergizi bagi anak sejak usia dini
adalah wajib dan kaifiatnya mengkonsumsi sesuai dengan firman Allah
dalam al-Quran.
6. Bentuk tanggung jawab orang tua tentang makanan yang dikonsumsi
anak-anaknya juga mencakup kehati-hatian dan kewaspadaan dalam
memilih jenis-jenis makanan yang akan dikonsumsi anak-anak.
Mengingat pada saat ini banyak makanan yang tampaknya enak dan
halal dimakan ternyata mengandung bahan tambahan (aditif) yang
membahayakan bagi kesehatan. Ironisnya, makanan jenis tersebut
justru banyak ditemukan disekitar sekolah yang menjadi tempat
berkumpulnya anak-anak. Sebagaimana berita yang dikutip dari media
cetak, elektronik, maupun internet tentang makin maraknya
peredaran jajanan yang mengandung bahan kimia berbahaya di
sekolah. Antara lain jajanan anak yang mengandung formalin
(pengawet), boraks (antiseptik), rhodamin B dan methanil yellow
(pewarna tekstil) yang sangat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi
anak-anak. Contoh jajanan berbahaya yang berhasil ditemukan BPOM
antara lain
7. a. Arumanis (mengandung rhodamine B dan methanil yellow, dengan
ciri warnanya terang dan mencolok);
8. b. Mie basah, bihun, bakso, tahu, lontong, olahan daging dan unggas
(mengandung boraks dan formalin, dengan ciri teksturnya sangat
kenyal, berbau menyengat, warnanya cenderung keputihan, tidak
lengket, terasa getir, warnanya lebih mengkilat, serta tahan berhari-
hari di suhu ruang);
9. c. Kerupuk berwarna, agar-agar, permen, saus sambal, aneka
minuman berwarna baik dikemas maupun tidak (mengandung
rhodamin B dan methanil yellow yang memberikan warna merah atau
kuning mencolok, cenderung berpendar dengan titik-titik warna tidak
homogen);
10. d. Selain jajanan tersebut, WHO juga mengelompokkan makanan jenis
junk food sebagai makanan yang tidak sehat bagi anak-anak karena
sebanyak 43 juta anak-anak prasekolah di seluruh dunia mengalami
masalah kelebihan berat badan atau obesitas. Para ahli juga menyebut
obesitas itu dengan "tsunami lemak" yang telah menyebabkan jutaan
kematian prematur setiap tahunnya.
11. e. Kemasan yang digunakan juga turut menyumbang bertambahnya
bahan kimia berbahaya pada jajanan anak-anak. Contohnya bisphenol
A pada plastik dan styrofoam.
12. 6. Korban jajanan sekolah berbahaya terus berjatuhan di sejumlah
daerah. Lima puluh tiga siswa dari Sekolah Dasar Negeri Tegal
Taman I dan III di Kecamatan Sukrat, Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat, mengalami keracunan setelah mengkonsumsi permen dan
wafer coklat, yang dijual di depan sekolah seharga Rp. 500,00. Di
Banyuwangi Jawa Timur, 119 siswa MTs Negeri Banyuwangi
keracunan, setelah mengkonsumsi tahu bakso, nasi goreng, dan nasi
pecel yang dijual di sekitar sekolah. Berdasarkan survei yang
dilakukan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dari 30 taman
kanak-kanak dan sekolah dasar di Kota Yogyakarta, diketahui ada 19
sekolah dengan jajanan yang mengandung bahan tambahan makanan
yang berbahaya untuk kesehatan.
13. 7. Pengawasan rutin yang dilakukan BPOM dalam lima tahun terakhir
(2006 2010) menunjukkan sebanyak 40-44 persen jajanan anak di
sekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan (Kompas.com, 2
Maret 2011). Hasil pengambilan sampel pangan jajanan anak sekolah
di enam ibukota provinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, dan Surabaya) menunjukkan 72,08 persen jajanan anak
positif mengandung zat berbahaya. Mengkonsumsi jajanan berbahaya
tersebut memang tidak akan langsung dirasakan akibatnya, tetapi zat-
zat tersebut akan mengendap dalam tubuh dan tidak dapat larut
melalui urine atau keringat sehingga menyebabkan kanker dan baru
akan terlihat dalam jangka waktu 10 atau 20 tahun ke depan karena
bahan berbahaya tersebut.
14. 8. Bentuk perlindungan konsumen terhadap jajanan berbahaya ini
antara lain berupa PP No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan
Pangan Pasal 10-1; PP No. 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,
dan Gizi Pangan, UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan UU No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Disamping itu,
pengawasan dan pemeriksaan juga terus dilakukan oleh petugas-
petugas dari BPOM, Kementerian Kesehatan, dan Dinas Pendidikan.
Selain itu, BPOM juga mencanangkan Gerakan Menuju Profil
Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman, Bermutu, dan Bergizi.
Sebagai tindak lanjut dari pencanagan gerakan tersebut, BPOM telah
menjalin kerjasama lintas sektor. Aksi Nasional Gerakan Menuju PJAS
Aman, Bermutu, dan Bergizi antara lain meliputi promosi keamanan
pangan melalui komunikasi, penyebaran informasi, dan edukasi bagi
komunitas sekolah termasuk guru, murid, orang tuamurid, pngelola
kantin sekolah, dan penjaja PJAS. Langkah lainnya adalah
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengolahan dan
penyajian PJAS yang benar, peningkatan pengawasan keamanan
pangan yang dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas sekolah dan
pemberdayaan masyarakat termasuk penerapan sanksi sosial (social
enforcement).

Anda mungkin juga menyukai