Anda di halaman 1dari 1

Sumber: http://id.shvoong.

com/humanities/philosophy/2213411-perempuan-dan-kebangkitan-
islam/#ixzz1Z1UNU0FH

Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, gejala revivalisme (kebangkitan) agama-agama terlihat
muncul di berbagai belahan dunia. Hampir semua agama besar seperti Islam,Kristen,Katolik,Hindu,
dan telah memperlihatkan dinamika revivalistis di kalangan penganutnya. Berkaitan dengan
fenomena tersebut beberapa pengamat berpendapat bahwa gejala revivalisme agama ini jauh lebih
kuat muncu di kalangan umat Islam dibandingkan penganut agama lainnya. Berbagai gerakan
keagamaan yang bangkit ini tampak merebak di tengah komunitas Muslim terutama di Negara-
negara dunia ketiga di Asia dan Afrika.

Gejala revivalisme Islam ini muncul dalam bentuk penghayatan dan pengamalan Islam yang diikuti
dengan pencarian dan penegasan kembali nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Ada
kalanya revivalisme hanya mengambil bentuk intensifikasi keislaman yang lebih berorientasi ke
dalam (inward oriented) dan karenanya lebih bersifat individual (psikologis). Namun di lain sisi,
intensifikasi itu juga diarahkan ke luar (outward oriented), dengan demikian lebih bersifat social
bahkan politis. Tegasnya, intensifikasi bisa sekadar peningkatan pemahaman pribadi tentang Islam
da sebab itu mengandung dimensi esoterid. Tetapi proses intensifikasi tersebut dapat juga menjelma
dalam bentuk komitmen yang tinggi, tak hanya untuk mentransformasikan kehidupan individual
tetapi sekaligus juga kehidupan komunal dan social dan oleh karena itu sering bersifat eksoteris.

Satu komponen penting atau tema sentral dari upaya redefinisi identitas komunal dan kebangkitan
kembali Islam adalah ditekankannya perhatian yang mendalam dan serius terhadap keberadaan,
fungsi dan peranan perempuan. Hal ini disebabkan karena kaum perempuan selalu diproyeksikan
sebagai symbol dan penjaga budaya masyarakatnya. Perempuan dengan demikian merupakan
entitas khusus yang dianggap sebagai representasi (cerminan) baik buruknya sebuah masyarakat.
Pada berbagai kelompok keagamaan yang bersifat revival ini, hal tersebut didasarkan kepada
rumusan yang bersifat teologis.
Diyakini benar bahwa salah satu syarat penting bagi kelancaran proses back to fitrah yang tengah
diupayakan haruslah berbasiskan upaya-upaya Islamisasi kehidupan kaum perempuan pula.
Keyakinan ini dilakukan melalui penolakan menyeluruh terhadap perikehidupan perempuan yang
dianggap tidak bersesuaian dengan ajaran agama yang "murni." Reislamisasi kehidupan perempuan
dengan demikian berarti keharusan untuk kembali ke akar Islam yang autentik baik pada tataran
normatif (syar'i) maupun tradisi yang bersifat aplikatif (perilaku keseharian).
Dewasa ini perbincangan tentang redefinisi peran perempuan memang mewarnai diskursus yang
berkembang di kalangan masyarakat Muslim. Ini banyak dipengaruhi oleh gerakan yang menyokong
kembali ke Islam yang ideal. Trend ini rupanya berlaku pula pada masyarakat revivalis Islam
Indonesia. Secara empiris hal ini dapat dilihat paling tidak melalui media publikasi yang diterbitkan
kelompok-kelompok revivalis tersebut. Dalam berbagai jenis terbitan mereka, baik berbentuk buku,
majalah, maupun buletin. Permasalahan peran perempuan mendapat porsi yang cukup besar.
Dalam konteks ini, permasalahan peran ideal kaum perempuan Muslim strategis untuk dibahas.
Karena konsep tersebut merupakan ekspresi budaya (nilai) yang mencerminkan pandangan dunia
tertentu yang ada dalam masyarakat. dan dengan demikian tentunya akan mempunyai implikasi
sosial yang luas.
Dalam konteks Indonesia ada upaya untuk semakin menempatkan perempuan lebih aktif ke sektor
publik. Adanya semangat kebangkitan Islam juga menandai kebangkitan perempuan. Perubahan
penilaian yang kian maju membuat perempuan bisa mengaktualisasikan dirinya namun tetap
dibentengi batas-batas norma dan agama.

Anda mungkin juga menyukai