1
SPESIFIKASI UMUM
BAB I
DATA PROYEK
Pasal 1 : Nama pekerjaan dari proyek ditentukan oleh Owner seperti berikut ini
:
Penimbunan lapangan bola kaki Kecamatan Simpang Ulim
Pasal 2 : Tempat dan lokasi pekerjaan ditentukan oleh Owner seperti berikut ini
:
Kabupaten Aceh Timur
Pasal 3 : Item-Item Pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan oleh
Kontraktor Pelaksana ditentukan oleh Owner dalam : Kontrak Kerja
Dan Bill of Quantity
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN
Pasal 1 : Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana
untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah
Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara
seluruhnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen
Kontrak.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
2
3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang
disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana
Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002
Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam
Kontrak Kerja Fisik.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi
pelaksana lapangan proyek kepada Owner yang didalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan
posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang diajukan:
1. Site Manager;
2. Pengawas Lapangan;
3. Draftman;
4. Administrasi Proyek; dan
5. Operator Computer.
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai
dengan bobot pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur
organisasi lapangan proyek yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam
kerja.
7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh
Konsultan Manajemen Konstruksi.
8. Site Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan
diketahui oleh Konsultan Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi
pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
3
9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk
pengantian tenaga ahli Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi
pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan
dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor
Pelaksana harus mampu memberikan keputusan yang bersifat
teknis dan administratif di lokasi pekerjaan.
Pasal 2 : Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor
1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanya dapat
dilakukan dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari
Konsultan Supervisi serta mendapat persetujuan dari Owner.
2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua
persyaratan di dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target
prestasi yang harus dicapai pada suatu tahap pekerjaan, maka
Konsultan Supervisi berhak menginstruksikan kepada Kontraktor
Pelaksana untuk menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut
dengan yang lain, dan yang disetujui dan Kontraktor Pelaksana
harus menjalankan instruksi tersebut.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan untuk meninggalkan
kewajibannya dengan cara menyerahkan Kontrak Kerja sebagian
atau seluruhnya kepada pihak lain (Sub Pelaksana Pekerjaan) tanpa
seijin atau persetujuan Owner.
4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor
Pelaksana tidak dibenarkan untuk men-sub-kan sebagian
pekerjaan yang menjadi kewajibanya tanpa persetujuan Owner dan
Konsultan Supervisi.
5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan
Supervisi, maka Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
4
penuh atas segala kelalaian dan kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan dan kelalaian tersebut
merupakan kesalahan dan kelalaian Kontraktor Pelaksana sendiri.
6. Sub Kontraktor adalah pihak-pihak yang mempunyai Kontrak Kerja
langsung dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam menyediakan
dan mengerjakan bagian-bagian pekerjaan khusus sesuai dengan
keahliannya.
7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas
hasil pekerjaan Sub Kontraktor.
Pasal 3 : Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )
1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar
Pelaksanaan (Shop Drawing) untuk pekerjaan-pekerjaan yang
memerlukannya, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang
Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam Gambar Bestek.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan
oleh Konsultan Supervisi dalam masa konstruksi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan
sebelum Shop Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh
Konsultan Supervisi.
4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek
kecuali atas persetujuan Konsultan Perencana.
5. Shop Drawing tidak boleh merubah, memperbesar dan
memperkecil kuantitas maupun kualitas pekerjaan.
Pasal 4 : Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek
/Gambar Revisi dalam format kertas A3, satu set Shop Drawing,
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
5
satu set Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi
pekerjaan pada setiap kantor lapangan.
2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis,
dan Bill of Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam
kedaan yang rapi.
Pasal 5 : Buku Instruksi Dan Buku Tamu
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi
dan Buku Tamu dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan
dan ditempatkan pada tempat yang baik.
2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang
dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi dan Owner untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu
instruksi, nama dan jabatan yang memberi instruksi, dan tanda
tangan yang memberi instruksi.
4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku
Instruksi harus diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor
Pelaksana minimal Supervisor Lapangan untuk dilaksanakan.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor
lapangan yang diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang
berkunjung ke lokasi pekerjaan harus terdata dan mengisi buku
tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor Pelaksana.
Pasal 6 : Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )
1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil
Pelaksanaan (Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
6
pelaksanaan pekerjaan dilapangan sebelum serah terima tahap
pertama dilakukan.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah
pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi berikut ini dan
pekerjaan pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan
Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan
Owner.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built
Drawing yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner
dan Konsultan Perencana kepada Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di
tempat yang baik pada bangunan oleh Owner atau pengguna
bangunan.
Pasal 7 : Rencana Waktu Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan (time schedule) keseluruhan kepada
Konsultan Supervisi dan Owner sebelum dimulainya pelaksanaan
pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai
dengan rencana waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang
telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi kepada Owner.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
7
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan
pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.
5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana
penyelesaian pekerjaan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.
6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan karena kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian
pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan karena factor cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari
kerja dan dibuktikan dengan catatan cuaca dalam Laporan Harian
yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan karena factor-factor non teknis yang lebih dari 3 hari
kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi seperti permasalahan
dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan
tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan keamanan
dari masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan karena permasalahan yang berhubungan dengan
Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja
dimana tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan Supervisi
dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus diperhitungkan untuk
penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
8
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan
pekerjaan yang disebabkan oleh hal-hal selain seperti yang
disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak boleh
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan
Supervisi dan Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan
yang diberikan kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan
seperti yang disebutkan pada point 6, point 7 dan point 8 adalah
menurut keputusan Konsultan Supervisi dan Owner.
Pasal 8 : Request Material Dan Request Pekerjaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan
semua material bangunan (request material) sebelum material
bangunan tersebut dipakai dan dimasukan kelokasi pekerjaan.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai
dengan contoh material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dianggap sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh
Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu
set contoh material yang telah disetujui kepada Konsultan
Supervisi.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi
dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan
harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
9
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan
(request pekerjaan) untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa
Request Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 9 : Metode Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan
terhadap pekerjaan Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat Lantai,
Eriction Konstruksi Baja dan Eriction Konstruksi Kuda-Kuda serta
pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika
Metode Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 10 : Rencana Material Dan Peralatan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan
peralatan mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian
pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
10
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan
peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana
harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana
material dan peralatan mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.
Pasal 11 : Rencana Tenaga Kerja
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan
tenaga kerja mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian
pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi
pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana
penggunaan tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis.
Pasal 12 : Pekerjaan Diluar Jam Kerja
1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana dengan alasan mempercepat proses
penyelesaian pekerjaan harus diketahui oleh Konsultan Supervisi.
2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan
Supervisi untuk pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal
yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
11
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas
pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam
hari.
Pasal 13 : Laporan Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan
mingguan, dan laporan bulanan kepada Konsultan Supervisi
tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan
yang dibuat oleh Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan
langsung kelapangan akan kebenaran data yang ada dalam
laporan harian, laporan minnguan, dan laporan bulanan yang
dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat
dalam rangkap 4 (empat). Salah satu tembusan laporan harian,
laporan mingguan, dan laporan bulanan harus berada pada lokasi
pekerjaan. Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan dan
bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Supervisi dan Owner.
Pasal 14 : Surat Menyurat Dan Komunikasi
1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya
administratif harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan
Supervisi serta Owner.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya
teknis harus melalui dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga
diketahui oleh Owner.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
12
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi
lain di luar proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan
Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap wajib memberikan informasi
tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.
Pasal 15 : Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)
1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan
diwakili minimal oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor
Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau
Konsultan supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan
diwakili minimal oleh Supervisor lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor
Pelaksana kecuali ditentukan lain oleh Owner.
Pasal 16 : Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan
1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang
untuk memasuki lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat-
tempat lain dimana Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan
untuk Kontrak.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan
oleh Sub Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
13
Pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus memberikan
jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya mempunyai
wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat lain
kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi
langsung dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan
Supervisi untuk suatu perbaikan atau perubahan jika dalam proses
pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak
Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan
Konsultan Supervisi secara tertulis untuk menghentikan proses
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
sementara waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak
Kerja.
5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab
penuh akan keselamatan Owner dan para wakilnya selama berada
dilokasi pekerjaan.
Pasal 17 : Progress Payment
1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Hasil Pekerjaan
Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress
Payment. Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar
berdasarkan Progress Realisasi Pekerjaan yang telah diselesaikan
dilapangan.
2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi dan diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan
dilapangannya oleh Konsultan Supervisi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
14
3. Konsultan Manajemen Konstruksi dapat menunda atau
membatalkan Progress Payment Kontraktor Pelaksana jika
berdasarkan pengamatan sendiri atau laporan/rekomendasi
Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaan-pekerjaan yang
tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity.
4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh
Owner jika telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan
Manajemen Konstruksi.
Pasal 18 : Pekerjaan 100%
Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja maka Pekerjaan yang
dinyatakan telah selesai 100% harus memenuhi beberapa persyaratan
berikut ini :
1. Item Pekerjaan 100% adalah item pekerjaan yang telah diperiksa
dan disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Konsultan Supervisi tidak boleh menyetujui dan menandatangani
suatu item pekerjaan yang diklaim telah 100% oleh Kontraktor
Pelaksana jika item pekerjaan tersebut :
a. Tidak Sesuai Dengan Gambar Bestek atau Gambar Revisi;
b. Kuantitas (volume) pekerjaan tidak sesuai dengan Bill of
Quantity dan Kontrak Addendum; dan
c. Tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis Dan Perubahannya;
3. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan klaim kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi bahwa semua pekerjaan telah selesai 100%
dengan memenuhi beberapa persyaratan seperti berikut ini :
a. Memberitahukan dan Meminta secara tertulis kepada Konsultan
Manajemen Konstruksi agar Konsultan Supervisi melakukan
ispeksi atau memeriksa hasil pekerjaan yang diklaim telah 100%.
b. Menyerahkan Laporan Harian minggu terakhir pekerjaan
konstruksi;
c. Menyerahkan Laporan Mingguan terakhir pekerjaan konstruksi;
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
15
d. Menyerahkan Laporan Bulanan terakhir pekerjaan konstruksi;
e. Menyerahkan Dokumentasi Pekerjaan Konstruksi dalam kondisi
0%, 50% dan 100%.
4. Konsultan Manajemen Konstruksi harus segera memberitahukan
dan meminta Konsultan Supervisi untuk melakukan Inspeksi dan
Pemeriksaan Lapangan ( Opname ) tentang kebenaran Klaim
Kontraktor Pelaksana bahwa pekerjaan telah selesai 100%.
5. Konsultan Manajemen Konstruksi berhak menolak Klaim 100%
Kontraktor Pelaksana bila Laporan hasil Inspeksi/Pemeriksaan
Lapangan oleh Konsultan Supervisi menyatakan bahwa pekerjaan
belum 100%.
Pasal 19 : Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat
1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri
semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap
pelaksanaan maupun pada saat sebelum Serah Terima Tahap
Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan
bersama antara Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan
Owner sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan
dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan
oleh Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam
sebuah Daftar Pekerjaan Cacat yang ditandatangani oleh ketiga
pihak tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara
Hasil Pemeriksaan Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor
Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
16
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam
Daftar Pekerjaan Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.
6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan
kurangnya kontrol terhadap pekerja sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan
biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana karena lemahnya pengawasan dan kontrol oleh
Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar perintah tertulis dari
Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-
sebab lain tanpa ada unsur-unsur kesengajaan yang dapat
dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan tetap menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya
dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan
cacat pada masa pelaksanaan.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 20 : Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan ( Operation Hand-Book )
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan
Konsultan Perencana harus membuat Buku Petunjuk Penggunaan
atau system operasi (Operation Hand-Biook) sebelum masa Serah
Terima Pertama untuk semua peralatan dan instalasi yang ada
dalam bangunan seperti :
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
17
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor;
2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan
pengguna bangunan dengan memberikan penjelasan yang
diperlukan.
3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam
bangunan pada tempat yang ditentukan oleh Owner atau
pengguna bangunan.
Pasal 21 : Petunjuk Bangunan Dan Nama Ruangan
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan
Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi, Owner dan Pemilik
Bangunan/Pengguna Bangunan harus membuat petunjuk dan
Nama semua ruangan berdasarkan fungsinya masing-masing
sebelum masa Serah Terima Pertama (PHO).
2. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan
Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner juga harus
membuat Petunjuk Pintu Masuk Utama dan Pintu Keluar Utama
untuk semua bangunan dari material yang dapat dilihat dengan
mudah pada siang hari maupun malam hari.
3. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan
Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner harus
membuat Duplikat Denah Bangunan ukuran 100 x 60 cm untuk
masing-masing lantai dan ditempatkan pada daerah sekitar tangga
atau ruang tunggu.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
18
Pasal 22 : Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan
1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress
100% yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui
oleh Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi dan
Owner , maka pihak Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama-sama
menandatangani Berita Acara Serah Terima Pertama ( PHO ) kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani
berdasarkan klaim progress 100% yang diajukan Kontraktor
Pelaksana, maka Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan
Owner bersama-sama melakukan Pemeriksaan Lapangan.
3. Pekerjaan-pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai
kualitas maupun kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan
yang ditemukan dalam Pemeriksaan Lapangan adalah menjadi
kewajiban Kontraktor Pelaksana memperbaikinya sebelum Serah
Terima Pertama ditandatangani dan hal ini harus dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan Cacat.
4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing dan
Buku Petunjuk Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah
disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner
sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani.
5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan
realisasi perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat
dan Asbuilt Drawing yang telah selesai dilaksanakan oleh
Kontraktor Pelaksana untuk keperluan penandatanganan Berita
Acara Serah Terima Pertama (PHO).
6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua
perbaikan-perbaikan dilaksanakan dengan baik, Konsultan
Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis mengenai
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
19
selesainya pekerjaan dan perbaikan yang berarti Serah Terima
Kedua ( FHO ) kedua dari pihak Kontraktor Pelaksana kepada
Owner.
Pasal 23 : Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan
1. Pemamfaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan
hanya boleh dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara
Owner (Pemberi Tugas) dengan Pemilik/Bangunan ditanda tangani
kecuali ditentukan lain oleh Owner dengan kesepakatan tertulis
bersama Kontraktor Pelaksana.
2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan
bangunan dan memamfaatkan semua fasilitas yang ada dalam
bangunan selama bangunan masih dalam proses Serah Terima
antara Kontraktor Pelaksana dengan Owner kecuali ditentukan lain
oleh Owner dengan kesepakatan tertulis bersama Kontraktor
Pelaksana.
3. Pemamfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima
antara Owner dan Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan
persetujuan Owner dan Kontraktor Pelaksana.
4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap
perbaikan dengan biaya sendiri semua cacat dan kerusakan yang
timbul akibat penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan yang
telah disetujuinya bersama dengan Owner.
Pasal 24 : Penanggung Jawab Pengawasan
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan
Penyedia Jasa Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek
seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan
seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
20
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang
disebutkan dalam Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana
Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal 21 Agustus 2002
Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam
Kontrak Kerja konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi
pengawasan lapangan proyek kepada Owner dimana didalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan Supervisi dengan posisi
minimal seperti berikut atau seperti yang diajukan :
1. Site Engineer/Team Leader;
2. Inspector;
3. Tenaga Administrasi; dan
4. Operator Computer.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur
organisasi pengawasan lapangan proyek yang diajukan oleh
Konsultan Supervisi harus berada dilokasi pekerjaan minimal
selama jam kerja.
5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi
pengawasan lapangan proyek yang telah disetujui oleh Owner
kepada Kontraktor Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Owner.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner jika hendak
meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3
hari.
8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk
pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
21
pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan
dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan
Supervisi harus mampu memberikan keputusan yang bersifat
teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan
bulanan kepada Owner atas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah
berdasarkan hasil diskusi dengan Owner.
Pasal 25 : Instruksi Konsultan Supervisi
1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua
instruksi atau perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi
yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus
dalam bentuk tulisan
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan
harus diikuti oleh Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan-
alasan yang jelas dan sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti
disebutkan dibawah ini :
5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga
membahayakan bagi konstruksi, atau pekerjaan finishing yang
kurang baik atau hal-hal lain yang menyimpang dari Spesifikasi
Teknis dan Gambar Bestek.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
22
6. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang
tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis.
7. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor
Pelaksana yang dianggap kurang mampu.
8. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan
alasan untuk mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
9. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode
pelaksanaan Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat
sehingga dapat mengurangi kualitas dan memperlambat proses
penyelesaian pekerjaan.
Pasal 26 : Perubahan-Perubahan Disain Dan Perbedaan-Perbedaan
1. Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi dengan persetujuan
Owner berhak mengadakan perubahan-perubahan pada Gambar
Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh
melakukan perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan
Bill of Quantity tanpa persetujuan Konsultan Supervisi atau
Konsultan Perencana.
3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis
yang dilakukan oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi Dan
Owner harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor
Pelaksana untuk dilaksanakan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
23
4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis
yang dilakukan oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, dan
Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena
melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis
tidak boleh menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan dari biaya pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja
kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner.
5. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena
perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan
oleh Konsultan Perencana dan Owner dilakukan oleh Konsultan
Perencana diketahui oleh Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena
perubahan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan
oleh Kontraktor Pelaksana dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
diketahui oleh Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Owner.
7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan
kuantitas/volume pekerjaan dan biaya yang dilakukan oleh
Konsultan Perencana.
8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian
antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity
Konsultan Supervisi tidak dibenarkan mengambil keputusan secara
sepihak tetapi harus melaporkannya kepada owner untuk tindakan
selanjutnya.
9. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan
Owner berhak menentukan acuan mana yang harus dipegang bila
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
24
terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill
of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan
Supervisi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi
Teknis dan Bill of Quantity maka urutan acuan yang harus
dipegang ditentukan seperti berikut :
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.
Pasal 27 : Struktur Organisasi Proyek
1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan Supervisi dengan
persetujuan Owner.
2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum
hubungan antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.
3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang
harus diikuti oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.
4. Perubahan-perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus
segera diberitahukan secara tertulis kepada semua pihak yang
terlibat dalam proyek.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan
diletakan pada posisi yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi
Keet ( Kantor Konsultan Supervisi ) dan Kantor Kontraktor
Pelaksana.
Pasal 28 : Ketentuan Lain
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
25
1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi
Kontraktor Pelaksana dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi
Teknis harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana
walaupun hal tersebut tidak disebutkan dalam Gambar Bestek dan
Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau
oleh Konsultan Supervisi dengan Persetujuan Owner.
3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam
Spesifikasi Teknis dan aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan
yang menjadi acuan adalah aturan yang terdapat dalam Kontrak
Kerja.
4. Hal-hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Supervisi dengan persetujuan
Owner dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor
Pelaksana.
5. Hal-hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan Supervisi
tersebut harus tetap mengacu pada Kontrak Kerja yang telah ada.
6. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner dapat mengubah
sebagian besar atau sebagian kecil aturan yang terdapat dalam
Spesifikasi Teknis dan Kontraktor Pelaksana wajib mengikuti aturan
perubahan tersebut.
BAB III
PEKERJAAN MOBILISASI & DEMOBILISASI
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
26
Pasal 1 : Uraian Mobilisasi
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan
tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan,
sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen
Kontrak, dan secara umum harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Penyewaan atau pembelian sebidang tanah yang diperlukan untuk
Base Camp Kontraktor Pelaksana.
2. Mobilisasi semua Staf / Personil Kontraktor Pelaksana dan Pekerja
yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan.
3. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan Daftar
Peralatan yang tercantum dalam Penawaran.
4. Penyedian dan Pemeliharaan Base Camp Kontraktor Pelaksana, jika
diperlukan Kantor Lapangan , Tempat Tinggal Staf, Barak Pekerja,
Bengkel Kerja, Gudang dan sebagainya.
Pasal 2 : Periode Mobilisasi
1. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi
harus sudah selesai dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak
tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan Jadwal / Program Detail
Mobilisasi kepada Konsultan Supervisi dan Owner maksimal 7 hari
terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
Pasal 3 : Demobilisasi
1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah Pembongkaran Tempat
Kerja termasuk pemindahan semua Instalasi, Peralatan dan
Perlengkapan Kontraktor Pelaksana dari Tanah Milik Pemerintah
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
27
serta pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti
semula sebelum pekerjaan dimulai.
BAB IV
PEKERJAAN PERSIAPAN
Pasal 1 : Papan Nama Proyek
1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek
yang memuat tentang identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan papan/kayu dengan ukuran
minimal 150 cm x 250 cm kecuali ditentukan lain oleh Owner.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan
kualitas terbaik sehingga sanggup bertahan minimal sampai
selesainya pengerjaan proyek. Latar papan nama dapat berupa
papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal
minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain harus
dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
5. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna
hitam, kecuali untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang
bervariasi.
6. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang
Dana, Instansi Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan
Perencana dan Konsultan Supervisi.
7. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan
proyek, waktu mulai proyek, dan waktu penyelesaian proyek.
Pasal 2 : Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
28
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor
konsultan Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan operasional
supervisi.
2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan
Supervisi (Direksi Keet) harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.
3. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
4. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit
pintu dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang
baik.
7. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan
campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.
8. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung
maka lantai Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm
dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm
dari kayu dengan kelas II.
9. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan
rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
10. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
11. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
12. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
29
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
13. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak
boleh berada terlalu dekat dengan posisi bangunan yang sedang
dikerjakan.
Pasal 3 : Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor
Lapangan untuk keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 24 m2.
4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1
unit pintu dengan penerangan yang cukup dan sirkulasi udara
yang baik.
6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan
campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.
8. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan
panggung maka lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm
minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
30
9. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan
rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
10. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
11. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
12. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
13. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor
Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.
Pasal 4 : Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar
Mandi dan WC untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf
Konsultan Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.
2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama
yang telah ada dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi dan Owner.
3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
31
4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi
harus dibuat terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi
pekerja.
5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil
bongkaran bangunan lama.
6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton
dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata
dan diperhalus dengan acian beton.
7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari
pasangan batu bata dan diplaster sedangkan bagian atasnya boleh
dibuat dari dinding papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok,
kran air, bak tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor.
Kamar Mandi dan WC juga harus dilengkapi dengan Septictank
dan saluran resapan.
11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor
Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi
bangunan yang sedang dikerjakan.
Pasal 5 : Gudang Penyimpanan Material
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
32
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang
penyimpanan material untuk melindungi material yang tidak
segera dipakai.
2. Pemamfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan
Gudang Penyimpanan Material harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 50 m2.
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material
hasil bongkaran bangunan lama.
5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan
beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang
rata dan diperhalus dengan acian beton.
6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat
benar-benar terlindung dari rembesan air.
7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk
bangunan panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material
dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok
lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran
2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu
kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6
mm.
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20
mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
33
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan
bersama antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.
Letak Gudang Penyimpanan Material tidak boleh berada terlalu
dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam
lokasi pekerjaan kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari
lokasi lain.
Pasal 6 : Barak Pekerja
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak
Pekerja untuk keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk
keperluan Barak Kerja harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi dan Owner.
3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang
menginap dilokasi pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan
kosumsi sehari-hari para pekerja.
5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan
campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan
diperhalus dengan acian beton.
7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung
maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan
ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10 cm
minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
34
8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan
rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding
dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi.
12. Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.
Pasal 7 : Bengkel Kerja / Pabrikasi
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel
Kerja atau tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan kayu dan baja profil dan baja tulangan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan
untuk keperluan Bengkel Kerja harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing-masing
pekerjaan pabrikasi adalah 50 m2.
4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.
6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
35
7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 8 : Mushalla Dan Tempat Whuduk Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Mushalla dan Tempat
Whuduk untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan
Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.
2. Mushalla dan Tempat Whuduk mempunyai ukuran minimal 16 m2.
3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material
hasil bongkaran bangunan lama.
4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan
lantai papan ukuran 2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai
kayu ukuran 5/10 dengan jarak minimal 50 cm dari kayu kelas II.
5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton
dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata
dan diperhalus dengan acian beton.
7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah
disebutkan diatas harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
9. Tempat Wudhuk harus dilengkapi dengan kran air minimal 3 unit
dan 1 unit saluran pembuangan air kotor.
10. Posisi dan letak Mushalla dan Tempat Whuduk ditentukan bersama
antara Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
36
Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
Pasal 9 : Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara
1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan
Instalasi air bersih dan Instalasi listrik sementara selama
berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan
operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.
2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan
Instalsi Air Bersih dan Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi
pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
Pasal 10 : Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan
kerja untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan
tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan.
2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti
berikut ini :
1. Helm Pelindung Kepala;
2. Sepatu untuk melindungi kaki;
3. Pemadam Kebakaran; dan
4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana
diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan si
korban.
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan
korban kecelakaan dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan
Kontraktor Pelaksana.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
37
5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab Kontraktor pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Supervisi.;
c. Owner dan para wakilnya;
d. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
e. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan
sepengetahuan Kontraktor Pelaksana.
Pasal 11 : Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan
tempat/pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2
orang penjaga keamanan yang bekerja selama 24 jam.
2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan
dimensinya ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.
3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh
berada di dalam lokasi pekerjaan. Pos penjaga harus berada diluar
pagar pengaman lokasi pekerjaan.
BAB V
PEKERJAAN AWAL
Pasal 1 : Pembersihan Lapangan
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
38
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari
segala sesuatu yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan
seperti bangunan lama, hasil bongkaran bangunan lama,
pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap
tanah humus setebal minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan
konstruksi terutama pekerjaan timbunan tanah.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek
adalah muka tanah yang telah bersih dari pepohonan, semak
belukar, dan lapisan tanah humus atau muka tanah timbun yang
telah dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar Bestek.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus
tidak boleh dipakai sebagai material timbunan atau diolah kembali
untuk dipakai sebagai material bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan
pengupasan lapisan humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan atau ketempat
yang tidak menggangu lingkungan hidup.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus
tidak boleh berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.
Pasal 2 : Pembersihan Akhir
1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal
dalam keadaan bersih dan siap untuk dipakai Pemilik.
2. Kontraktor Pelaksana juga harus mengembalikan bagian-bagian
dari tempat kerja yang tidak diperuntukan dalam Dokumen
Kontrak kr kondisi semula.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
39
BAB VI
ISUISU LINGKUNGAN
Pasal 1 : Sanitasi
1. Kontraktor Pelaksana Wajib menyediakan toilet sementara untuk
para pekerjanya di lapangan.
2. Kontraktor Pelaksana bertangung jawab terhadap pengosongan
dan pembersihan toilet dan lumpurnya yang diindetifikasikan dan
diusulkan oleh Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota/Kabupaten.
3. Kontraktor Pelaksana harus membongkar toilet sementara tersebut
setelah proses pembangunan dan konstruksi selesai dan
membersihkan lahannya sesuai kebutuhan.
Pasal 2 : Limbah Cair
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan lokasi yang aman untuk
menyimpan limbah padat (solid waste).
2. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan
sekitarnya dari bahan buangan yang ditinggalkan selama proses
konstruksi, termasuk membersihkan kertas plastic, kertas bekas
semen, plastic pengikat dan kayu bekas pelindung barang, minimal
sekali dalam 2 minggu dan sebelum serah terima ke pemilik rumah
ke lokasi pembuangan resmi yang terdekat.
3. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan
sekitarnya dari bahan buangan lain yang ditinggalkan oleh staf
Kontraktor selama proses konstruksi.
4. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab dalam mengatur
pengangkutan dan buangan akhir dari limbah padat tidak beracun
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
40
pada tempat pembuangan akhir yang sudah ditunjuk oleh
pemerintah kota/kabupaten.
5. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab untuk menyimpan
limbah berbahaya pada tempat yang aman, pada lokasi kerja.
6. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab terhadap
pembuangan akhir limbah berbahaya, terutama berhubungan
dengan pemerintah kota/kabupaten, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan.
7. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab atas pemisahan
benda-benda tak berguna dari lokasi kerja, setelah pekerjaan
selesai.
Pasal 3 : Air Bersih
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan kebutuhan air bersih
untuk proses konstruksi.
2. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa penyedian air untuk
kebutuhan sanitasi tersedia dalam jumlah yang mencukupi dalam
gedung kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab untuk menjamin
bahwa aliran air dari lokasi pekerjaan konstruksi tidak mencemari
lingkungan sekitar.
Pasal 4 : Polusi Udara
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
41
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan langkah pengukuran yang
memadai, seperti penyemprotan air ke lokasi kerja dan jalan,
minimasi pencemaran dari debu.
2. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa kenderaan dan
peralatan proyek dipelihara dengan baik, mengikuti standard emisi.
Pasal 5 : Polusi Suara
1. Kontraktor Pelaksana harus mengatur jam kerja sehingga
kemungkinan bising yang ditimbulkan tidak menggangu
masyarakat setempat, antara jam 5 sore s/d 8 pagi.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan koordinasi dengan Geuchik
setempat bilamana ada perubahan waktu kerja.
BAB VII
PEKERJAAN QUALITY KONTROL
Pasal 1 : Ruang Lingkup
1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi
semua percobaan-percobaan dan pengujian-pengujian terhadap
material bangunan serta pemeriksaan-pemeriksaan terhadap hasil
kerja Kontraktor Pelaksana.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau
Pemeriksaan Kualitas dalam Proyek ini adalah beberapa hal yang
telah ditentukan dalam Bill Of Quantity dan harus dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana atau seperti yang disebutkan dibawah ini :
2.1 Pemeriksaan Beton & Beton Bertulang
a. Pemeriksaan Kualitas Material Beton Diantaranya :
- Pemeriksaan Kualitas Aggregat Halus & Kasar
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
42
- Pemeriksaan Kualitas Batu Pecah / Split
- Pemeriksaan Kuat Tarik Baja Tulangan Semua Diameter
- Pemeriksaan Kualitas Air
- Pemeriksaan Standar Lainnya Sesuai Peraturan Beton
Indonesia (PBI) atau Peraturan Beton Lain Yang Berlaku Di
Indonesia
b. Pemeriksaan Kualitas Campuran Beton Diantaranya :
- Uji Job Mix Disain Dilaboratorium Beton Untuk Beton Mutu
K-250 dan K-300
- Uji Job Mix Formula dilokasi Pekerjaan Untuk Beton Mutu
K-250 dan K-300
- Pemeriksaan Kekentalan Campuran Metode Slump Test
Dilokasi Pekerjaa
- Pemeriksaan Standar Lainnya Sesuai Peraturan Beton
Indonesia (PBI) atau Peraturan Beton Lain Yang Berlaku Di
Indonesia
c. Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Beton Diantaranya :
- Uji Tekan Benda Uji Beton Untuk Beton K-250 dan K-300
- Pengujian Standar Lainnya Sesuai Peraturan Beton
Indonesia (PBI) atau Peraturan Beton Lain Yang Berlaku Di
Indonesia
2.1 Pemeriksaan Kuat Tekan Batu Bata
2.2 Pemeriksaan Kualitas Material Timbunan Diantaranya :
- Pemeriksaan CBR Laboratorium
- Pemeriksaan CBR Lapangan
2.3 Pemeriksaan Kuat Tekan Material Paving Block
2.4 Pemeriksaan Kualitas Perkerasan Aspal Diantaranya :
- Pemeriksaan Agregat Kelas A CBR 80%
- Pemeriksaan Agregat Kelas B CBR 35%
2.5 Pemeriksaan Dan Pengujian Kuat Tarik Material Kayu Kelas I
Dan Kayu Kelas II
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
43
2.6 Pemeriksaan Dan Pengujian Material Serta Hasil Pekerjaan
Electrikal
2.7 Pemeriksaan Dan Pengujian Material Serta Hasil Pekerjaan
Mekanikal
2.8 Pemeriksaan Pemeriksaan Lain Terhadap Material Dan Hasil
Pekerjaan Yang Diminta Oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana Dan Owner
3 Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan
kualitasnya dengan biaya sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan
cara-cara yang disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4 Semua material atau barang jadi yang diproduksi oleh pabrik,
Kontraktor Pelaksana harus memberikan/menyerahkan Garansi
Resmi Pabrik dimana jangka waktu/masa garansi ditentukan oleh
pabrik.
5. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana harus diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana serta Owner.
6. Komponen-Komponen bangunan/struktur yang gagal dalam
pemeriksaan kualitas bedasarkan laporan Laboratorium dan
Konsultan Supervisi, maka komponen-komponen
bangunan/struktur tersebut dengan biaya sendiri harus dibongkar
oleh Kontraktor Pelaksana dan digantikan dengan yang baru.
Pasal 2 : Biaya Quality Kontrol
1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality
Kontrol seperti yang disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi
tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana
walaupun tidak disebutkan dalam Bill of Quantity.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
44
2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi,
Konsultan Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan
Quality Kontrol menjadi tanggungan dan dibebankan kepada
Kontraktor Pelaksana.
BAB VIII
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 1 : Semua hal yang tidak ditentukan dalam Spesifikasi Teknis akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana bersama Konsultan
Manajemen Konstruksi dalam masa pelaksanaan konstruksi dengan
persetujuan Owner dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta
harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Hal-hal yang
ditentukan kemudian tersebut harus tetap didasarkan pada Kontrak
Kerja.
Pasal 2 : Jika ada item-item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam
Gambar Bestek, Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka
penjelasan teknis terhadap item pekerjaan tersebut adalah
berdasarkan keputusan Konsultan Manajemen Konstruksi dengan
persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.
Pasal 3 : Item Item pekerjaan pada bangunan yang berbeda tetapi item
pekerjaannya sama dan konstruksinya sama dan tidak lagi dijelaskan
khusus dalam Spesifikasi Teknis tersendiri maka Spesifikasi Teknis
yang berlaku pada item pekerjaan tersebut adalah Spesifikasi Teknis
pada bangunan yang sama dengannya dimana penjelasan secara
khususnya diberikan oleh Konsultan Supervisi.
Pasal 4 : Spesifikasi Teknis Arsitektur, Spesifikasi Teknis Struktur, Spesifikasi
Teknis Mekanikal & Spesifikasi Teknis Electrikal ini tidak hanya berlaku
pada Bangunan Gedung Utama saja, melainkan juga berlaku pada
semua Bangunan Lain yang disebutkan dalam Bill of Quantity, Gambar
Bestek dan Kontrak Kerja Proyek ini.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
45
Pasal 6 : Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja Penggantian Material
dan Komponen Bangunan dari yang telah disyaratkan dalam Bill of
Quantity, Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus melalui
Perhitungkan Pengurangan Biaya Pelaksanaan ( Kontrak Addendum ).
Pasal 7 : Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis adalah
menurut penjelasan Konsultan Supervisi, Konsultan Manajemen
Konstruksi dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.
Pasal 8 : Aturan Tambahan ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
Spesifikasi Teknis secara keseluruhan, berlaku dan mengikat untuk
semua Spesifikasi Teknis yang ada dalam Proyek ini.
SPESIFIKASI TEKNIK
BAB I
PENIMBUNAN AREAL LAPANGAN
Pasal 1 : Bahan / Material
1. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak
berbungkah-bungkah, bukan tanah liat, bukan tanah sawah,
bukan hasil bongkaran bangunan lama, bukan pasir laut, bukan
pasir urug dan bukan pasir beton.
2. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.
RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT
46
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Request Material
timbunan tanah kepada Konsultan Supervisi sebelum material
tersebut didatangkan ke lokasi pekerjaan.
4. Tanah timbun harus mempunyai sifat-sifat fisik dan daya dukung
yang minimal sama atau lebih baik dari lapisan tanah
dibawahnya setelah dipadatkan.
Pasal 1 : Cara Pelaksanaan
1. Tanah timbun diangkut dan dihampar dilapangan dengan
menggunakan truk.
2. Tumpukan tanah timbun dihampar dengan menggunakan
greder
3. Hasil timbunan yang sudah diratakan kemudian dipadatkan
dengan menggunakan mesin giling (vibrator)
4. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan
dengan Alat Stamper. Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.
5. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
6. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan
tanah timbunan sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan
tanah selesai 100% serta disetujui oleh Konsultan Supervisi.