0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
42 tayangan15 halaman
Teks tersebut merangkum pandangan Carl Jung dan Erich Fromm terkait psikologi agama. Jung mengemukakan konsep ketidaksadaran kolektif, arketipe, dan individuasi. Sedangkan Fromm menolak konsep Tuhan yang antropomorfis dan menyatakan bahwa Tuhan adalah representasi dari kemampuan manusia untuk mencintai. Fromm juga membedakan agama autoritarian dan humanistis.
Teks tersebut merangkum pandangan Carl Jung dan Erich Fromm terkait psikologi agama. Jung mengemukakan konsep ketidaksadaran kolektif, arketipe, dan individuasi. Sedangkan Fromm menolak konsep Tuhan yang antropomorfis dan menyatakan bahwa Tuhan adalah representasi dari kemampuan manusia untuk mencintai. Fromm juga membedakan agama autoritarian dan humanistis.
Teks tersebut merangkum pandangan Carl Jung dan Erich Fromm terkait psikologi agama. Jung mengemukakan konsep ketidaksadaran kolektif, arketipe, dan individuasi. Sedangkan Fromm menolak konsep Tuhan yang antropomorfis dan menyatakan bahwa Tuhan adalah representasi dari kemampuan manusia untuk mencintai. Fromm juga membedakan agama autoritarian dan humanistis.
CARL G. JUNG Carl Gustav Jung, 1875-1961. Adalah yang paling menonjol diantara murid Freud yang lain. Seorang psikiater yang aktif menjalankan praktik di Zurrich dan menjadi sahabat Freud. Sayang timbul perbedaan pendapat antara keduanya dan persahabatan itu putus karena mempersoalkan tesis atau pendapat Freud yang dinilainya terlalu subjektif dan spekulatif. Meski karya Jung tidak berpengaruh seperti karya Freud, sikapnya terhadap agama telah membuatnya lebih diterima kaum agamawan. A. Tidak Sadar Kolektif (Collective Unconscious) Seperti Freud, Jung melihat ketegangan awal antara hidup sadar dan tidak sadar. Menurut Jung ketidaksadaran kolektif adalah Segala endapan pengalaman nenek moyang yang diturunkan sejak berjuta tahun yang tak dapat disebut yang sepenuhnya mengendalikan, gema peristiwa dari dunia prasejarah, yang oleh zaman selanjutnya ditambah sedikit demi sedikit penganekaragaman dan pembedaan-pembedaan
Seperti manusia mewarisi susunan tubuh yang mengandung bekas dari perkembangan yang dialami manusia dalam tahap sebelumnya, demikian juga manusia mewarisi sejarah psikis bersama dalam ketidaksadaran kolektif. Proses dasar agama adalah mulai dari ketidaksadaran kolektif dan nyata dalam arti merupakan fakta psikis, bentuk khusus agama pribadi dan umat manusia merupakan fakta psikis Hal seperti makin mendalam kehidupan agama atau pertobatan menempatkan orang ada dalam hubungan dengan pengalaman nenek moyang yang selalu memasuki kesadaran pribadi Jadi bagi Jung agama bukanlah sisa sifat kekanak- kanakan manusia untuk dikeluarkan dan diobati, tetapi tempat berhubungan dengan kemampuan tertinggi kepribadian sebagaimana terpelihara sepanjang sejarah umat manusia dalam ketidaksadaran kolektif.
B. Arketipe ( Archetypes) Arketipe (Archetypes) adalah gambaran arkais kuno dan universal, yang sudah ada sejak jaman yang amat silam. Karena itu agama adalah arketipe. Manusia sepanjang sejarah dan budaya secara bersama memiliki ketidaksadaran kolektif yang menampakkan diri dalam pola dan motif universal. Penegasan dan kepercayaan keagamaan merupakan cara dalam usaha untuk membawa ke tingkat kesadaran arketip tuhan yang kenyataan dasarnya ada pada ketidaksadaran kolektif C . Individuasi (Individeation) Individu merupakan istilah yang digunakan Jung dalam kaitannya dengan proses yang membuat manusia bersentuhan dengan ketidaksadaran pribadi dan kolektif. Individuasi sebagai pemekaran dan pengintegrasian individualitas manusia ... Merupakan proses panjang yang membuat kemampuan dalam diri manusia diwujudkan dan diintegrasikan kedalam keutuhan dan kebulatan kehidupan yang dewasa. Jung menyimpulkan: Sejauh kami dapat melihat tujuan satu-satunya hidup manusia adalah menyalakan sinar kedalam kegelapan dari sekedar berada. Bahkan dapat diandaikan bahwa ketidaksadaran mempengaruhi kita, demikian penambahan dalam kesadaran kita membawa akibat pada ketidaksadaran. Erich Fromm Erich Fromm, 1900-1980. Mendapat pendidikan di Jerman kemudian ke Amerika untuk memberi perhatian pada sistem penanganan atau perawatan yang disebutnya psikoanalisis humanistis. Dia berusaha menampilkan penemuan yang paling penting untuk memperdalamnya dengan melepaskan dari teori libido yang sempit. Untuk mencapai tujuannya Fromm berat tersandar pada ilmu-ilmu sosial, terutama dalam penafsirannya tentang agama. A. Tuhan adalah saya (God is I) Pandangan Fromm tentang agama berakar dalam pada pandangan yang humanistis: semua manusia secara intrinsik adalah religius dalam arti bahwa kebutuhan terhadap sistem pengarahan dan pemujaan bersifat universal. Tujuan hidup adalah memekarkan cinta dan akar manusia dan setiap kegiatan manusia yang lain ditujukan untuk mencapai tujuan itu.
Bagi Fromm agama harus dimengerti dalam rangka kemampuan manusia untuk mencinta. Fromm menyatakan bahwa tidak ada bidang spiritual yang ada di luar manusia atau mengatasinya ... tidak ada arti kecuali arti yang diberikan oleh manusia kepadanya. Oleh karena itu bagi Fromm kritik Freud mengenai paham tentang Tuhan benar sampa titik tertentu, logika agama yang baik sendiri menuntut penyangkalan atas konsep tentang Tuhan. Manusia dewasa menerima Tuhan sebagai lambang yang dipergunakan umat manusia pada awal perkembangan sejarahnya untuk mengungkapkan usaha puncaknya dalam menggapai cinta, kebenaran, dan keadilan. Bagi orang semacam itu Tuhan adlah saya, sejauh saya adalah manusia. Pada saat manusia menjadi dewasa, mereka harus membuang jauh-jauh hal-hal yang sifatnya kekanak- kanakan dan menegaskan kemanusiaannya sebagai keutamaan yang tinggi. B. Agama Autoritarian lawan Agama Humanistis Fromm memberi nama agama orang yang belum masak dan dewasa sebagai agama autoritarian. Kekuasaan, pengawasan, penyerahan dan ketaatan menjadi ciri agama semacam itu. Ketaatan menjadi keutamaan utama ketidaktaatan merupakan dosa pokok. Dengan latar belakang Tuhan yang menakjubkan sebagaimana diimani oleh agama autoritarian, manusia dipandang tak berdaya, tak berarti dan tergantung. Bagi Fromm harga pengorbanan itu terlalu tinggi. Sebaliknya agama humanistis memperkembangkan kemerdekaan dan kekuatan batin manusia secara optimal. Keutamaan merupakan perwujudan atau realisasi diri, bukanlah penyerahan dan ketaatan. Suasana keagamaan humanistis adalah gembira, bukan sedih, tertekan, malu, rasa salah. Dengan demikian sikap keagamaan humanistis adalah membebaskan manusia agar menjadi diri sendiri dan hal itu merupakan tuntutan terhadap agama dalam arti sebenarnya. SEKIAN