Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pembimbing Hammad S.Kep, Ns, M.Kep. Oleh Devi Mardiyanti PO7120112143 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLKITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN 2014 A. NILAI NORMAL ANALISA GAS DARAH Nilai normal analisa gas darah, PH = 7,35 -7,45 pO2 = 80-100 mmHg saturasi 02 = >95% PCO2 = 35-45 mmHg HCO3 = 22-26mEq/L BE (kelebihan basa) = -2 sampai +2
B. ASIDOSIS DAN ALKALOSIS 1. Asidosis respiratorik Secara umum asidosis repiratorik disebabkan karena naiknya PCO 2 dalam darah. Hal ini terjadi akibat hipoventilasi. Dengan peningkatan PCO 2 akan mengakibatkan terjadi peningkatan konsentrasi H 2 CO 3 dan H + . Penyebab asidosis respiratorik yaitu hal-hal yang menyebabkan hipoventilasi, yaitu a. Hambatan pada pusat pernapasan di medulla oblongata b. Gangguan pada otot-otot pernapasan c. Gangguan pertukaran gas d. Obstruksi sel-sel napas baik atas akut 2. Asidosis metabolic Pada asidosis metabolik, kelebihan H + melebihi HCO 3 - yang terjadi di dalam cairan tubulus secara primer disebabkan oleh penurunan filtrasi HCO 3 - . Penurunan ini dikarenakan penurunan konsentrasi HCO 3 - cairan ektrasel. Penurunan kadar HCO 3 ini dapat dikarenakan hilang melalui ekresi ginjal maupun karena diare. Selain karena penurunan kadar HCO 3 - , asidosis metabolik dapat juga disebabkan oleh penambahan asam di CES, sebagai contoh asidosis laktat, ketogenesis, asam dari TGI. Penambahan asam ini akan meningkatkan kadar H + secara langsung. Inti dari penyebab asidosis metabolik yaitu terjadi penurunan rasio HCO 3 - /H + . baik terjadi kekurang HCO 3 - maupun peningkatan H + . 1. Alkalosis respiratorik Hal ini merupakan kebalikan dari asidosis respiratorik. Terjadi akibat hiperventilasi alveolar yang menyebabkan PCO 2 turun secara drastis. Selain terjadi karena rangsangan saraf pusat, seperti hiperventilasi psikogenik, keadaan hipermetabolik, ataupun karena gangguan CNS, dapat juga karena hipokisia. Hipoksia ini dapat berupa pneumonia, gagal jantung kongestif, fibrosis paru, ataupun tinggal di tempat tinggi yang kadar o 2 nya rendah. Dikarenakan organ tubuh kekurangan o 2 maka secara fisiologis tubuh akan berusaha mengembalikannya ke keadaan homeostasis dengan cara meningkatkan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan o 2 , namun hal ini menyebabkan banyak CO 2 banyak keluar dari tubuh. 2. Alkalosis metabolic Seperti tentang asidosis metabolik yang penyebab intinya yaitu karena terjadi penurunan rasio antara HCO 3 - /H + . Pada alkalosis terjadi kebalikannya yaitu terjadi peningkatan rasio antara HCO 3 - /H + . Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal , diantaranya yaitu peningkatan konsentrasi HCO 3 - dan/atau penurunan konsentrasi H + . Hal hal yang menyebabkan terjadi peningkatan HCO 3 - salah satunya karena konsumsi bikarbonat yang berlebihan. Sebagai contoh penambahan natrium bikarbonat yang berlebihan. Hal-hal yang dapat menyebabakan konsentrasi H + turun diantaranya yaitu a. Pemberian diuretika (kecuali penghambat karbonik anhidrase) b. Kelebihan alddosteron c. Muntah C. RESPIRASI 1. Ventilasi Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli. Hukum Boyles : Jika volume meningkat maka tekanan menurun Jika volume menurun maka tekanan meningkat Inspirasi bersifat aktif Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan intercosta eksterna, hal ini akan meningkatkan volume intrathorak menurunkan tekanan intratorak tekanan intrapleural makin negatif paru berkembang tekanan intrapulmonary menjadi makin negatif udara masuk paru. Ekspirasi bersifat pasif Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta eksterna, hal ini akan menurunkan volume intratorak meningkatkan tekanan intratorak tekanan intrapleural makin positif paru mengempis tekanan intrapulmonal menjadi makin positif udara keluar paru.
Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor : Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal interkosta, otot abdominal.
2. Perfusi paru Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik. Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah : Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8 Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q akan menurun sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen juga akan rendah.
3. Difusi Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.
3. Transpor O2 Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma, jumlah Hb dan kecenderungan Hb untuk berikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990). Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.
4. Transpor CO2 Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi menjadi asam karbonat (H 2 CO 3 ) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen (H+ )dan ion bikarbonat (HCO 3 -) berdifusi dalam plasma. Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbon dioksida dengan lebih mudah daripada oksihemoglobin.Dengan demikian darah vena mentransportasi sebagian besar CO 2 .
D. LATIHAN NAFAS DALAM DAN BATUK EFEKTIF Latihan nafas dalam dan batuk efektif saya kutip dari Arif Muttaqin: ____ 1. Latihan nafas dalam Penatalaksanaan pemberian latihan nafas dalam sangat penting diketahui apabila berhadapan dengan klien yang mempunyai masalah dengan kapasitas dan ventilasi paru. Tujuan utama pemberian latihan nafas dalam adalah agar masalah keperawatan klien terutama ketidakefektifan pola nafas dan bersihan jalan nafas dapat secepatnya diatasi . Alat dan sarana
Persiapan Tempat tidur yang bidsa untuk posisi fowler atau tempat duduk untuk klien mampu melakukan pernafasan abdomen. Bantal untuk penyangga. 1. Perawat mencuci tangan 2. Atur privasi klien dan pasang sampiran bila perlu 3. Jelaskan secara rasional tentang prosedur yang akan dilakukan. 4. Prioritaskan latihan awal, intruksikan klien untuk melakukan higine brinkhial dengan cara batuk efektif. 5. Atur posisi klien duduk ditempat tidur atau dikursi. Prosedur 1. Demonstrasikan pernafasan dalam langkah demi langkah. Izinkan klien bertanya pada setiap langkah. 2. Letakkan tangan pada sisi bawah iga, terutama pada klien pasca pembedahan abdominal. Rasioanal; untuk membantu pernafasan dalam dan evaluasi kedalaman pernafasan. 3. Anjurkan klien untuk bernafas pelan dan dalam melalui hidung sampai memenuhi rongga dada dan otot abdominal terangkat. 4. Perhatikan kontraksi otot-otot interkostalis dan diafragma. 5. Anjurkan klien secara pelan mengeluarkan nafas melalui hidung. 6. Evaluasi respon klien untuk menentukan apakahlatihan sudah sesuai, terutama pada klien : Pascapembedahan thoraks dan abdominal , nafas dalam dilakukan setiap 4 jam sekali dengan 5-10 x nafas dalam pada setiap latihan. Klien dengan masalah keperawatan seperti PPOM, cystic fibrosis, latihan dilakukan setiap jam dengan 1-5 x napas dalam setiap latihan.
2. Latihan batuk efektif Untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas. Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam). Pemberian latihan batuk efektif dilaksanakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dan masalah resiko tinggi infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan nafas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun atau adanya nyeri setelah pembedahan thoraks atau pembedahan abdomen bagian atas. Alat dan sarana
Persiapan Tempat tidur yang bisa untuk posisi fowler atau tempat duduk untuk klien mampu melakukan pernapasan abdomen. Bantal untuk penyangga 1. Perawat mencuci tangan 2. Atur privasi klien dan pasang sampiran bila perlu 3. Jelaskan secara rasional tentang prosedur yang akan dilakukan. 4. Prioritaskan latihan awal, intruksikan klien untuk melakukan higine brinkhial dengan cara batuk efektif. 5. Atur posisi klien duduk ditempat tidur atau dikursi. Prosedur 1. Atur posisi klien dengan posisi duduk dan bagian depan disangga dengan bantal. Atur bagian atas tubuh dengan sikap yang lentur. Rasional:posisi yang baik akan membantu efektivitas dari batuk. 2. Anjurkan klien untuk bernapas pelan dan dalam 2-3 x melalui hidung kemudian mengeluarkan secara pasif. 3. Intruksikan klien untuk bernapas dalam,kemudian mintalah pada klien untuk menahannya selama 1-2 detik, dan lakukan batuk dengan menggunakan otot abdominal danotot-otot bantu pernapasan lainnya. Rasional: teknik ini akan mengumpulkan kekuatan sehingga batuk dapat efektif mengeluarkan secret dari jalan nafas. 4. Intruksikan klien untuk batuk dengan menggunakan seluruh isi pernafasan(bukan menggunakan isi akhir pernafasan dalam). Anjurkan klien untuk melakukan 2 x batuk kuat (kasar) supaya didapatkan aliran deras dalam saluran pernafasan selama ekshalasi. Rasional: usaha untuk menggerakkan dan memobilisasi secret pada jalan nafas sehingga secret lebih mudah dikeluarkan. 5. Sangga (support) sisi insisi abdominal pasca pembedahan tanpa membuka balutan pembedahan. Rasional : ini untuk menjaga nyeri dari insisi luka akibat pembedahan sehingga klien lebih mudah melakukan batuk. 6. Evaluasi respon klien untuk melakuakn frekuensi batuk dan jelaskan kegunaan dari latihan batuk. Rasional ; latihan dengan frekuensi optimal dapat meningkatkan pembersihan secret pada jalan nafas.