Anda di halaman 1dari 16

Sensitivitas dan Spesifisitas Skrining Kanker Serviks

Maria Griselda Amadea


102011214 / A8
27 Juni 2014
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida a!ana 2011
Jl" Ar#una Utara no" $ Jakarta %arat 11&10' griseldamadea@hotmail.co.id
Skenario 9
(okter A di )uskesmas arnasari melakukan skrinin* +a !erviks ,ada sekelom,ok
wanita di lokalisasi tuna susila den*an men**unakan tes -.A" (ari 100 oran* /an*
di,eriksa' dida,atkan 00 oran* terdeteksi ,ositi1 tes -.A" 2etelah di,eriksa le3ih
lan#ut den*an men**unakan )A)4s smear tern/ata dari /an* ,ositi1 tes -.A tern/ata $
oran* din/atakan sakit kanker serviks dan /an* tes -.A 567 tern/ata ada 0 oran* /an*
din/atakan sakit kanker serviks"
PENDAHULUAN
Skrining diperlukan untuk mencari penyakit pada subjek yang asimptomatik,
untuk kemudian dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya agar diagnosis dini dapat
ditegakkan. Uji diagnostic untuk keperluan skrining harus memiliki sensitivitas yang
sangat tinggi meskipun spesifisitasnya sedikit rendah. Penyakit yang perlu dilakukan
skrining memiliki syarat-syarat, antara lain (! prevalensi penyakit harus cukup tinggi,
("! penyakit tersebut menunjukkan morbiditas dan#atau mortalitas yang bermakna
apabila tidak diobati, ($! harus tersedia terapi atau intervensi yang efektif yang dapat
mengubah perjalanan penyakit, dan (%! pengobatan dini harus memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan dengan pengobatan pada kasus yang lanjut.

PEMBAHASAN
Karsinoma serviks uteri
I. Epidemioloi
&anker serviks merupakan jenis kanker terbanyak kedua pada 'anita dan
menjadi penyebab lebih dari "().))) kematian pada tahun "))(. &urang lebih *)+
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. ,anpa penatalaksanaan yang adekuat,
diperkirakan kematian akibat kanker serviks akan meningkat "(+ dalam sepuluh
tahun mendatang.
"
II. !aktor etioloi
-aktor etiologi yang perlu mendapat perhatian adalah infeksi human pavilloma
virus (.P/!. .P/ tipe 0, *,$,$$,$(,%(,(,(",(0 dan (* sering ditemukan pada
kanker dan lesi prakanker. .P/ adalah 123 virus yang menimbulkan proliferasi pada
permukaan epidermis dan mukosa. 4nfeksi virus papiloma sering terdapat pada 'anita
yang aktif secara seksual
",$
III. !aktor risiko kanker serviks
.ubungan seksual
&arsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual,
dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara ri'ayat hubungan
seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, 'anita dengan
partner seksual yang banyak dan 'anita yang memulai hubungan seksual pada usia
muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. &arena sel kolumnar serviks
lebih peka terhadap metaplasia selama usia de'asa, maka 'anita yang berhubungan
seksual sebelum usia * tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat.
&eduanya, baik usia saat pertama berhubungan maupun jumlah partner seksual, adalah
faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks.
$
&arakteristik partner
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi sekarang
hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol menunjukkan
bha'a pasien dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan partner
yang melakukan seks berulang kali. Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis
atau partner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan
meningkatkan risiko kanker serviks.
$
5i'ayat ginekologis
2
6alaupun usia menarke atau menopause tidak memngaruhi risiko kanker serviks,
hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat
dapat pula meningkatkan risiko.
$
1ietilstilbesterol (17S!
.ubungan antara clear cell adenocarcinoma serviks dan paparan 17S in utero
telah dibuktikan.
$
3gen infeksius
.uman papilloma virus (.P/!. ,erdapat sejumlah bukti yang menunjukkan .P/
sebagai penyebab neoplasia servikal. 3da bukti lain yaitu onkogenitas virus papiloma
he'an8 hubungan infeksi .P/ serviks dengan kondiloma dan atipik koilositotik yang
menunjukkan displasia ringan atau sedang8 dan deteksi antigen .P/ dan 123 dengan
lesi servikal. .P/ tipe 0 dan berhubungan erat dengan displasia ringan, yang sering
regresi. .P/ tipe 0 dan * dihubungkan dengan displasia berat, yang jarang regresi
dan seringkali progresif menjadi karsinoma in situ.
$
/irus .erpes Simpleks. 6alaupun semua virus herpes simpleks tipe " (.P/ 9 "!
belum didemonstrasikan pada semua sel tumor, teknik hibridisasi insitu telah
menunjukkan bah'a terdapat .S/ 523 spesifik pada sampel jaringan 'anita dengan
displasia serviks. 123 sekuens juga telah diidentifikasi pada sel tumor dengan
menggunakan 123 rekombinan. 1iperkirakan :)+ pasien dengan kanker serviks
invasif dan lebih dari 0)+ pasien dengan neoplasia intraepitelial serviks (;42!
mempunyai antibodi terhadap virus.
$
4nfeksi ,rikomonas, sifilis, dan gonokokus ditemukan berhubungan dengan kanker
serviks. 2amun infeksi ini dipercaya berhubungan dengan kanker serviks. 2amun
infeksi ini dipercaya muncul akibat hubungan seksual dengan multipel partner dan
tidak dipertimbangkan sebagai faktor risiko kanker serviks secara langsung.
$
<erokok
Sekarang ini ada data yang mendukung rokok sebagai penyebab kanker serviks
dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamoasa pada serviks (bukan
adenoskuamosa atau adenokarsinoma!. <ekanisme kerja bisa langsung (aktivitas
mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok! atau melalui efek
imunosupresif dari merokok.
$

I". #ara penularan kanker serviks
3
,es .P/ umumnya hanya digunakan untuk membantu deteksi kanker serviks.
,idak ada tes umum bagi laku-laki atau perempuan untuk memeriksa seseorang secara
keseluruhan =status .P/>, juga tidak ada tes .P/ untuk menentukan .P/ pada alat
kelamin atau di mulut, atau tenggorokan.bila ingin mengidentifikasi tipe .P/, dapat
diketahui dengan pemeriksaan P;5, tetapi bila hanya untuk mengetahui infeksi .P/
onkogenik dapat dilakukan pemeriksaan tes 123 .P/.
%
/irus .P/ :(+ menular degnan hubungan seksual, (+ menular nonseksual
yaitu menular melalui kulit, kuku, dan lain sebagainya. .P/ menular melalui kontak
kelamin, yang paling sering melalui vagina dan anal seks. .P/ dapat juga ditularkan
di antara pasangan berbeda jenis kelamin maupun pasangan gay, lesbian, dan
heteroseksual. ?ahkan ketika terinfeksi, pasangan tersebut tidak memiliki tanda-tanda
atau gejala.
%
Seseorang bisa terkena .P/ bahkan bertahun-tahun berlalu sejak penderita
kontak seksual dengan orang yang terinfeksi. Sebagian besar orang yang terkena virus
.P/ tidak menyadari mereka terinfeksi atau mereka menularkan virus pada
pasangannya. .al ini juga memungkin seseorang dapat terinfeksi pada lebih dari satu
jenis .P/.
%
Sangat jarang terjadi, seorang 'anita hamil yang terkena infeksi .P/ dapat
menularkan .P/ pada bayinya selama prosis persalinan. 1alam kasus ini, anak dapat
menderita penyakit yang disebut 5espiratory @uvenille Anset 5ecurrent 7spiratoru
Papillomatosis (@A55P!.
%
". !ive level o$ prevention
a. Promosi &esehatan (.ealth Promotion!
Pencegahan yang dilakukan dengan pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
b. Specific protection
Upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu.
;ontohB
i. <emberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit
dengan adanya kegiatan Pekan 4munisasi 2asional (P42 !
ii. 4solasi terhadap penderita penyakit menular, misalkan pasien yang terkena flu
burung ditempatkan di ruang isolasi.
4
iii. Penggunaan kondom untuk mencegah penularan .4/#341S
c. 7arly diagnosis and prompt treatment
<endeteksi dini dan menentukan diagnosa a'al untuk mencegah penyebaran
penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular dan untuk mengobati dan
menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya
komplikasi dan cacat.
;ontoh B
i. Pada ibu hamil yang sudah terdapat tanda-tanda anemia diberikan tablet -e dan
dianjurkan untuk makan makanan yang mengandung Cat besi
ii. <elaksanakan skrining untuk mendeteksi dini kanker
d. 1issability limitation
Pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi
berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
;ontoh B
a. Pengobatan dan pera'atan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi, misalnya menggunakan tongkat untuk kaki yang cacat
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan dengan cara tidak melakukan
gerakan yang berat atau gerakan yang dipaksakan pada kaki yang cacat.
e. 5ehabilitation
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat.
Untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan-latihan
tertentu. Pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan
sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan
sosial.
a. <engembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat misalnya, lembaga untuk rehabilitasi mantan PS&, mantan pemakai
23PD3 dan lain 9 lain.
b. <enyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan, misalnya dengan
tidak mengucilkan mantan PS& di lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
5
c. Untuk yang baru dalam tahap pemulihan cacat, misalnya cacat kaki, diperlukan
latihan 9 latihan agar kaki bisa cepat berfungsi normal kembali, dengan melatih kaki
le'at gerakan 9 gerakan ringan, bangun, duduk, berdiri, kemudian berjalan.
"I. Earl% dianosis and prompt treatment pada kanker serviks
1eteksi dini kanker leher rahim meliputi program skrining yang terorganisasi
dengan sasaran perempuan kelompok usia tertentu, pembentukan sistem rujukan yang
efektif pada tiap tingkat pelayanan kesehatan, dan edukasi bagi petugas kesehatan dan
perempuan usia produktif. Skrining dan pengobatan lesi displasia (atau disebut juga
lesi prakanker! memerlukan biaya yang lebih murah bila dibanding pengobatan dan
penatalaksanaan kanker leher rahim. ?eberapa hal penting yang perlu direncanakan
dalam melakukan deteksi dini kanker, supaya skrining yang dilaksanakan terprogram
dan terorganisasi dengan baik, tepat sasaran dan efektif, terutama berkaitan dengan
sumber daya yang terbatas B
Sasaran yang akan menjalani skrining
6.A mengindikasikan skrining dilakukan pada kelompok berikutB
(
a. Setiap perempuan yang berusia antara "(-$( tahun, yang belum pernah menjalani
tes Pap sebelumnya, atau pernah mengalami tes Pap $ tahun sebelumnya atau
lebih.
b. Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan tes Pap sebelumnya
c. Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan pasca
sanggama atau perdarahan pasca menopause atau mengalami tanda dan gejala
abnormal lainnya
d. Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada leher rahimnya
Skrining pada kanker serviks meliputiB
",0
. Uji Pap
Pap smear adalah pemeriksaan skrining sederhana untuk mengetahui apakah
terdapat perubahan sel sel normal epithel leher rahim. Pemeriksaan Pap smear
seharusnya dilakukan secara rutin pada 'anita yang sudah pernah melakukan
hubungan kelamin sampai berusia 0( tahun. Sebaiknya pada usia " tahun atau $
tahun setelah melakukan hubungan seksual pertama. Pap smear paling sedikit
dilakukan sekali dalam satu tahun. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil
bagian sitologik pada kanalis servikalis dengan menggunakan spatula ayre.
6
Pemeriksaan uji Pap (pap smear! adalah pengamatan sel-sel yang dieksfoliasi dari
genitalia 'anita. Uji Pap telah terbukti dapat menurunkan kejadian kanker serviks
yang ditemukan stadium prakanker, ceoplasia, intraepitel serviks (24S!. <eskipun
dalam situasi baik, skrining merupakan prosis yang sulit, sangat berpotensi terjadi
kesalahan, seperti tidak terdeteksinya penyakit atau kesalahan melaporkan individu
yang sehat. &esalahan pada uji Pap sering terjadi karena ketidaksempurnaan
pengumpulan sediaan. ,ujuan uji Pap adalah menemukan sel abnormal atau sel yang
dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi .P/. 1iagnostic sitologi adalah
kualitas suatu uji penapusan diukur dengan sensitivitas (kelompok 'anita dengan uji
positif di antara yang sakit! dan spesivitas ( kelompok 'anita dengan uji negatif di
antara yang tidak sakit!. Pada umumnya, ketepatan diagnostic sitologi berkisar lebih
dari :)+ jika dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi. .al ini terjadi,
terutama pada lesi yang lebih berat, yaitu pada dysplasia keras#karsinoma in situ.
"
?eberapa persiapan sebelum pengambilan spesimen#sampel selB
a. Penentuan saat pengambilan, yaitu pertengahan daur haid lebih kurang
menjelang ovulasi ()-") hari setelah menstruasi!
b. <enghindari hal yang menimbulkan kontaminan, antara lain menghindari
kontak seksual, obat-obatan intravaginal, dan cairan#pencucian vagina
&esalahan yang sering terjadi adalah sebagai berikutB
a. Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sangat sedikit sel
b. Sediaan apus sangan tebal dan tidak dioleskan merata, sel bertumpuk sehingga
menyulitkan pemeriksaan
c. Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi
d. ;airan fiksasi tidak memakai alkohol :(+
e. Skrining tidak diperlukan bagi 'anita pasca histerektomi untuk penyakit jinak,
uji Pap sebelumnya negatif, serviks diangkat seluruhnya. Saat pengambilan uji
Pap sebelumnya negatif, serviks diangkat seluruhnya. Saat pengambilan uji
Pap, sediaan sebaiknya diambil sesudah haid karena akan menimbulkan
kesulitan dalam interpretasi. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan
ditunda sampai pengobatan selesai. Pasien dilarang pengobatan melalu vagina
%* jam sebelum pengambilan sediaan. Pada menopause, dapat terjadi
perubahan seluler karena atrofi sehingga diperlukan pemberian estrogen
sebelumnya.
Petunjuk skriningB
7
a. Usia untuk mulai pemeriksaan uji Pap diambil setelah " tahun aktif dalam
aktivitas seksual (*-")tahun!
b. 4nterval penapisan, 'anita dengan kelainan atau pernah mengalami hasil
abnormal perlu evaluasi lebih sering
c. Pada usia E) tahun, tidak perlu diambil lagi dengan syarat hasilnya " kali
negatif dalam ( tahun terakhir
". Pemeriksaan 4/3 (4nspeksi /isual 3sam 3setat!
Pemeriksaan 4/3 adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara
mengamati secara inspekulo serviks yang telah dipulas dengan asam asetat $-(+ dan
memperhatikan terdapatnya perubahan 'arna atau ada tidaknya plak putih. 1alam
'aktu kurang dari $ menit, hasilnya sudah dapat diketahui.
0
1engan spekulum, pemeriksa melihat leher rahim yang dipulas dengan asam asetat
$-(+. Pada lesi prakanker akan menampilkan 'arna putih yang disebut aceto 'hite
epithelum. 1engan tampilnya porsio dan 'arna putih dapat disimpulkan bah'a tes
4/3 positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi.
0
3da beberapa kategori yang
dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalahB
0
a. 4/3 negatif F leher rahim normal.
b. 4/3 radang F leher rahim dengan radang (servisitis!, atau kelainan jinak
lainnya (polip leher rahim!.
c. 4/3 positif F ditemukan bercak putih (aceto 'hite epithelium!. &elompok ini
yang menjadi sasaran temuan skrining kanker leher rahim dengan metode 4/3 karena
temuan ini mengarah pada diagnosis rahim prakanker (dispalsia ringan-sedang-berat
atau kanker leher rahim in situ!.
d. 4/3-&anker leher rahim pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan
stadium kanker leher rahim, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat
kanker leher rahim bila ditemukan masih padastadium invasif dini (stadium 4?-443!.
3dapun kelebihan metode pemeriksaan 4/3 antara lainB
",0,E
<udah, praktis dan sangat mampu untuk dilaksanakan
<embutuhkan alat dan bahan yang sederhana dan murah
Sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi
8
1apat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat
dilakukan bidan di setiap tempat pemeriksaan ibu atau dilakukan oleh semua
tenaga medis terlatih
3lat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana
Pemeriksaan 4/3 sesuai untuk pelayanan sederhana
$. &oloskopi
Pemeriksaan untuk melihat porsio, vagina, dan vulva dengan pembesaran )-(
kali. &olposkopi adalah alat streoskopik dan lensa binokuler dengan sumber
pencahayaan untuk pemeriksaan visual suatu objek dalam hal ini serviks, utamanya
untuk mendiagnosa neoplasia serviks, diperluas untuk vagina dan vulva.
0
&unci utama pemeriksaan kolposkopi adalah observasi epithel serviks setelah
diaplikasi larutan 2a;l, asam asetat dan atau larutan lugol. &arakteristik temuannya
adalah perubahan tampilan aceto'hite pada serviks setelah pulasan asam asetat.
1engan tampilan perubahan epithel tersebut menuntun dilakukannya biopsi.
0
Perubahan 'arna pada serviks setelah diaplikasi lugol tergantung pada atau
tidaknya kandungan glikogen pada sel epithel. 3rea yang mengandung gliogen akan
ber'arna kecoklatan atau kehitaman. 3rea dengan kandungan glikogen rendah tetap
pucat atau ber'arna mustard atau kekuningan.
0
4ndikasi pemeriksaan kolposkopi umumnya jika pemeriksaan skrining positf,
misalnya sitologi, .P/ atau 4/3 positif. &olposkopi dapat berperan sebagai alat
skrining a'al, tetapi ketersediaan alat ini tidak mudah. &arena mahal, alat ini lebih
sering digunakan sebagai prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil uji Pap abnormal.
0
%. Servikografi
Pemeriksaan kelainan porsio dengan membuat foto pembesaran porsio setelah
dipulas degnan asam asetat $-(+ yang dilakukan oleh bidan. .asil foto serviks
dikirim ke ahli ginekologi.
0,E
(. Pap net (dengan komputerisasi!
Pada dasarnya, pemeriksaan pap net berdasarkan pemeriksaan uji pap. ?edanya,
uji ini untuk mengidentifikasi sel abnormal. Secara komputerisasipada gelas kaca,
9
hasil uji pap yang mengandung sel abnormal dievaluasi ulang oleh ahli
patologi#sitologi.
0,E
0. Uji 123-.P/
,elah dibuktikan bah'a lebih dari :)+ kendiloma serviks, 24S, dan kanker
serviks mengandung 123-.P/. .ubungannya dinilai kuat dan tiap tipe .P/
mempunya hubungan patologi yang berbeda. ,ipe 0 dan termasuk tipe .P/ resiko
rendah, jarang ditemukan pada karsinoma invasuf kecuali karsinoma verukosa.
Sementara tipe 0, *, $, dan %( tergolong tipe .P/ resiko tinggi.
",0,E
"II. Proram puskesmas akan skrinin kanker serviks
&etua Gayasan &anker 4ndonesi Provinsi 1&4 @akarta melihat kanker serviks
merupakan salah satu masalah kesehatan perempuan yang perlu menjadi perhatian
utama sebagai bentuk perlindungan bagi perempuan di indonesia. Program ini
merupakan langkah positif menyadarkan kaum perempuan bah'a pencegahan lebih
baik dari pada mengobati. 1engan target pencapaian .% juta perempuan di 1&4
@akarta diperiksa untuk mendeteksi dini kanker serviks ditahun ")E.
E
Periode pemeriksaan 4/3 secara gratis dimulai dari bulan <ei sampai @uni
")$ dengan 'aktu pelayanan pukul )*.)) sampai ".)) di "*0 puskesmas se 1&4
@akarta. 1imana sebelumnya pada tahun "))E sampai ")" terdapat ($.*(
perempuan yang telah diperiksa dengan melibatkan kader dan anggota P&& serta
PP&S Gayasan &anker 4ndonesia 1&4 @akarta.
E
"III. Penananan kanker serviks
&anker serviks yang disebabkan virus .P/ akan menimbulkan kutil yang akan
menghilang sendiri setelah sistem imun terangsang untuk mengenalinya. .al ini
biasanya terjadi setelah vaskularisasi atau perdarahan kutil.
4ritasi kutil kulit atau plantar dengan pengolesan asam salisilat, formaldehida,
podofilum atau iritan kulit lain dapat merangsang reaksi imun terhadap kutil. &util
sering kali muncul kembali setelah penaganan. 2itrogen cair, bedah baku, atau laser
dapat digunakan untuk mengangkat kutil yang berada di daerah genital atau
esophagus.
*
Pada penderita neoplasma intraepitel serviks, pembedahan berupa konisasi
diindikasikan bagi penderita usia muda dan masih ingin mempunyai anak. Sedangkan,
10
histerektomi diindikasikan pada multiparietas, penderita di atas %) tahun, atau lesi
dalam pada serviks.
0-*
I&. 'es skrinin
Skrining adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi suatu
penyakit atau masalah yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan suatu tes
atau pemeriksaan tertentu sehingga dapat secara cepat membedakan orang yang
tampak sehat benar-benar sehat atau orang yang tampak sehat sesungguhnya
menderita sakit.
:
,ujuan skriningB
:
<engetahui diagnosis sedini mungkin agar cepat terapinya
<encegah meluasnya penyakit
<endidik masyarakat melakukan general check up
<emberi gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit ('aspada
mulai dini!
<emperoleh data epidemiologis, untuk peneliti dan klinisi.
@enis skriningB
:
<ass screening adalah screening secara masal pada masyarakat tertentu
Selective screening adalah screening secara selektif berdasarkan kriteria tertentu,
contoh pemeriksaan ca paru pada perokok8 pemeriksaan ca servik pada 'anita
yang sudah menikah
Single disease screening adalah screening yang dilakukan untuk satu jenis
penyakit
<ultiphasic screening adalah screening yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis
penyakit.
-aktor-faktor yang perlu dipertimbangkan ketika merencanakan program skrining
untuk kelompok populasi yang besarB
:,)
a. Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis
utama.
11
b. Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yang
terungkap saat proses skrining dilakukan.
c. .arus tersedia akses ke fasilitas dan pelayanan pera'atan kesehatan untuk
diagnosis dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.
d. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan a'al dan
lanjutnya yang dapat diidentifikasi.
e. .arus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.
f. ,es dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.
g. 5i'ayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami, termasuk fase regular
dan perjalanan penyakit, dengan periode a'al yang dapat diidentifikasi melalui uji.
h. &ebijakan, prosedur, dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa
yang harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis, dan tindakan lebih lanjut.
3spek epidemiologi tes skriningB
:,)
.
/aliditas
/aliditas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka
yang benar sakit terhadap yang sehat. /aliditas menentukan besarnya kemungkinan
untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit!.
/aliditas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostik.
:
4ndikator untuk menentukan validitas sebuah tes meliputi sensitivitas dan
spesifisitas. Penilaian uji diagnostik memberikan kemungkinan hasil positif benar,
positif semu, negatif semu, dan negatif benar. 1alam penyajian hasil penelitian
diagnostik, keempat kemungkinan tersebut disusun dalam tabel "H". ?ila hasil positif
benar disebut sel a, hasil positif semu disebut sel b, hasil negatif semu disebut sel c,
dan hasil negatif benar disebut sel d, maka hasil pengamatan dapat disusun dalam
tabel "H" seperti pada ,abel . 1ari tabel "H" tersebut dapat diperoleh beberapa nilai
statistik yang memeperlihatkan beberapa akurat suatu uji diagnostik dibandingkan
dengan baku emas. 1ari hasil uji diagnosis harus dapat dija'ab dua pertanyaan
berikutB
. ?ila subjek benar sakit, harus dicari seberapa besar hasil uji diagnostik positif atau
abnormal. 4ni berhubungan dengan sensitivitas. Sensitivitas adalah proporsi subjek
yang sakit dengan hasil uji diagnostik positif (positif benar! dibanding seluruh subjek
yang sakit (positif benar I negatif semu!, atau kemungkinan bah'a hasil uji
diagnostik tabel "H", senssitivitas F a B (aIc!.
12
". ?ila subjek tidak sakit, seberapa besar kemungkinan bah'a hasil uji negatif
berhubungan dengan spesifisitas, yang menunjukan kemampuan alat diagnostik
menentukan bah'a subjek tidak sakit. Spesifisitas merupakan proporsi subjek sehat
yang memberikan hasil uji diagnostik negatif (negatif benar! dibandingkan dengan
seluruh subjek yang tidak sakit (negatif benar I positif semu!, atau kemungkinan
bah'a hasil uji diagnostik akan negatif bila dilakukan pada kelompok subjek yang
sehat. 1alam tabel hasil uji diagnostik, spesifitas F d B (bId!.
,abel . ?aku emas.
Sakit ,idak Sakit @umlah
Positif a ? aIb
2egatif c d cId
@umlah aIc bId aIbIcId
,abel . <emperlihatkan hasil uji diagnostik, yakni hasil yang diperoleh dengan uji
yang diteliti dan dengan hasil pada pemeriksaan dengan baku emas. Sel a
menunjukkan jumlah subjek dengan hasil positif benar8 sel b F jumlah subjek dengan
hasil positif semu, sel c F subjek dengan hasil negatif semu, sel dF subjek dengan hasil
negatif benar. 1ari tabel dapat dihitungB
Sensitivitas F a#(aIc!
Spesifisitas F d#(bId!
2ilai prediktif uji positif F sensitivitas J ))+
2ilai prediktif uji negatif F spesifisitas J ))+
Presentase negatif palsu adalah pelengkap sensitivitas. Sebaliknya, presentase
positif palsu adalah pelengkap spesifisitas. 3hli epidemiologi menginginkan sebuah
uji yang sensitive sehingga uji itu dapat mengidentifikasi jumlah yang cukup tinggi
dari mereka yang terkena penyakit dan juga sebuah uji yang dapat menghasilkan
beberapa negatif palsu. Selain itu, ahli epidemiologi juga menginginkan uji yang
cukup spesifik untuk mendeteksi penyakit, sehingga dihasilkan respon yang terbatas
hanya pada kelompok studi yang memang terkena penyakit dan beberapa positif palsu.
?egitu proses skrining selesai, sebuah diagnosis diperlukan untuk menegakkan
13
penyakit di antara mereka yang diduga memiliki penyakit dan mengelurkan mereka
yang diduga terkena penyakit tetapi sebenarnya tidak.
)
Sensitifitas dan spesifisitas banyak digunakan dalam kedokteran untuk uji
diagnostik atau mendeteksi penyakit pada uji tapis. 1i samping manfaat yang telah
disebutkan, sensitivitas dan spesifitas memiliki beberapa kelemahan sebagai berikutB
. Sensitivitas dan spesifisitas hanya dapat digunakan untuk konfirmasi penyakit
yang telah diketahui, tetapitidak dapat digunakan untuk memprediksi penyakit pada
sekelompok orang yang belum diketahui kondisinya karena dasar yang digunakan
pada perhitungan sensitivitas dan spesifisitas adalah orang yang telah diketahui
kondisinya, sedangkan dalam kenyataan para klinisi berhadapan degnan orang yang
belum diketahui kondisinya.
". 1engan menggunakan tabel "H" sebenarnya terjadi penyederhanaan karena
dalam kenyataan hasil pengobatan tidak selalu dengan sembuh dan tidak sembuh.
)
2ilai prediktif tes skrining merupakan aspek terpenting suatu uji. &emampuan suatu
uji untuk memprediksi ada atau tidaknya penyakit merupakan penentu kelayakan suatu
tes. Semakin tinggi angka prevalensi suatu penyakit dalam populasi, semakin tinggi
pengaruh sensitivitas dan spesifisitas uji tersebut terhadap nilai prediktifnya. Semakin
tinggi angka prevalensi suatu penyakit dalam populasi, semakin besar kemungkinan
terjadinya positif benar. Semakin sensitive suatu uji, semakin tinggi nilai prediktif dan
semakin rendah jumlah positif palsu dan negatif palsu yang dihasilkan uji tersebut,
yang juga menentukan nilai prediktifnya. &etika melakukan sebuah uji negatif, nilai
prediktif adalah presentase orang yang tidak sakit di antara semua partisipan yang
memiliki hasil uji negatif. 2ilai prediktif uji positif adalah presentasi positif benar di
antara individu yang hasil ujinya positif. Suatu penyakit harus mencapai tingkat (+-
")+ dalam populasi sebelum nilai prediktif yang berguna tercapai. 4nformasi
prevalensi digunakan untuk menghitung dan membagi kelompok studi menjadi
mereka yang terkena penyakit dan mereka yang tidak terkena penyakit.
:,)
".
5eliabilitas
)
5eliabilitas adalah kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama# konsisten
bila test diterapkan lebih dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama.
3da " faktor yg mempengaruhi reliabilitas yaitu variasi cara screening (stabilitas alat,
fluktuasi keadaan! dan kesalahan atau perbedaan pengamat (pengamat berbeda atau
14
pengamat sama dengan hasil beda. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan reliabilitas, antara lain denganB
i. Pembakuan atau standarisasi cara screening
ii. Peningkatan ketrampilan pengamat
iii. Pengamatan yg cermat pada setiap nilai pengamatan
iv. <enggunakan dua atau lebih pengamatan untuk setiap pengamatan
v. <emperbesar klasifikasi kategori yang ada, terutama bila kondisi penyakit
juga bervariasi atau bertingkat
PENU'UP
Kesim,ulan
Skrining kanker serviks telah memberikan dampak yang baik terhadap masalah
kanker serviks. Penurunan jumlah penderita kanker serviks dikarenakan skrining
yang dilakukan pada 'anita yang memiliki faktor resiko. Dari hasil kegiatan
deteksi dini kanker leher rahim terdapat hasil tes 4/3 positif terhadap ibu-ibu yang
dilakukan di 'ilayah kerja Puskesmas 6arnasari. Skrining memiliki nilai
sensitivitas dan spesifisitas yang berguna untuk menentukan nilai prediksi uji
positif dan nilai prediksi uji negatif. <eski begitu, skrining kanker serviks dengan
metode 4/3 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah.
Da$tar Pustaka
. Sastroasmoro S. 1asar-dasar metodologipenelitian klinis. @akartaB Sagung
Seto8 ").h. ":-$).
". Syafrudin. &ebidanan komunitas. @akartaB 7K;8 ")):.h. "%(-E.
$. ?aughman 1;. &epera'atan medikal-bedah. @akartaB 7K;8 "))).h. "::-$)).
%. 2ur'ijaya ., 3ndrijono, Suheimi .&. ;egah dan deteksi kanker serviks.
@akartaB 7leH <edia &omputindo8 ")).h. (:-0).
(. 6orld .ealth ArganiCation. ;omprehensive cervical cancer controlB 3 guide to
essential practice. KenevaB 6.A8 "))0.
15
0. Lestadi @. Penuntun diagnostik praktis sitologi ginekologi apusan pap. @akartaB
6idya medika8 "))).h. -"0
E. Sjamsuddin S. pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. @akartaB 7K;8
")).h. $-$.
*. <anuaba 4?K. Penuntun kepaniteraan klinik obstetric dan ginekologi. 7disi ".
@akartaB 7K;8 "))%.h. $0-E.
:. ,immreck ,;. 7pidemiologiB suatu pengantar. @akartaB 7K;8"))%.h. $$E-%0.
). ?udiarta 7. <etodologi penelitian kedokteranB sebuah pengantar. @akartaB
7K;8 "))$.h. *%-E.
16

Anda mungkin juga menyukai