Anda di halaman 1dari 18

GENERAL MOTORS

Seminar Manajemen



Erick Minson Conellius (Ketua) 11.711.0362
Erviani Wijaya 11.711.0184
Kevin Williamsen 11.711.0303
Khendy Putra Soeharteo 11.711.0168
BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Fungsi manajerial pada suatu unit bisnis sangat berperan dalam kelangsungan unit bisnis
tersebut. Karena dari sini lah pengambilan keputusan mengenai kebijakan-kebijakan perusahaan
yang meliputi strategi bisnis dan pemecahan terhadap suatu masalah perusahaan berasal. Peran
seorang pimpinan dalam manajemen perusahaan tidak hanya dalam lingkup internal perusahaan
tetapi juga bagaimana menyikapi faktor-faktor yang berasal dari eksternal perusahaan. Pada
situasi perekonomian yang cepat berubah-ubah seperti sekarang ini, kemampuan pimpinan dalam
membaca situasi pasar dan ancaman eksternal harus di imbangi dengan kemampuan
pengambilan keputusan yang tepat.

Menurut materi kuliah pengantar bisnis yang dibuat dosen saya, bisnis adalah suatu usaha
perorangan atau kelompok organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud
memperoleh keuntungan atau laba. Lalu bagaimana bila unit bisnis tersebut tidak dapat mencapai
tujuannya dalam hal memperoleh laba? Inilah yang selanjutnya disebut dengan krisis bisnis.
Krisis bisnis adalah suatu kondisi yang menjadikan kegiatan bisnis perusahaan tidak dapat
berjalan normal dan memperburuk kinerja perusahaan.

Indikator penting terjadinya krisis bisnis adalah penurunan tajam pertumbuhan bisnis
perusahaan. Tanpa pertumbuhan bisnis, kinerja perusahaan akan merosot dan mungkin berakhir
dengan kebangkrutan. Penurunan pertumbuhan bisnis perusahaan bukan disebabkan karena kalah
bersaing, melainkan karena permintaan yang menukik tajam dan terjadinya sangat mendadak.
Disini lah kemampuan pimpinan dan eksekutif perusahaan dalam membaca situasi pasar dan
kemampuan pengambilan keputusan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mengeluarkan
perusahaan dari krisis bisnis. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat menyebabkan
krisis bisnis semakin memburuk dan bukan tidak mungkin akan berakhir dengan kebangkrutan,
seperti yang terjadi pada General Motors.

Pada Juni 2009, terutama di Amerika Serikat, judul berita utama telah terkonsentrasi pada
kebangkrutan General Motors. General Motors, juga dikenal dengan GM, adalah terbesar kedua
di dunia produsen mobil berdasarkan penjualan tahunan dengan memperkerjakan lebih dari
200.000 pekerja di seluruh dunia. General Motors adalah ikon korporasi besar Amerika Serikat
dan selama bertahun-tahun menjadi simbol industri otomotif Amerika Serikat.

Ada ungkapan di Amerika Serikat, Whats good for General Motors is good for country. Bila
ini benar, berarti jika perusahaan yang sudah berusia 100 tahun itu terpuruk, ekonomi Amerika
Serikat pun bakal terkena imbasnya. Menurut para ekonom, kebangkrutannya akan menaikan
angka pengangguran di Amerika Serikat dari 6,5% menjadi 9,5% dan mengakibatkan resesi
global karena selain di Amerika Utara, pabrik GM terdapat pula di 35 negara.

Melihat performanya yang di atas rata, pengalaman panjangnya di bisnis otomotif sejak 1908,
dan skala perusahaannya yang global, boleh dikatakan General Motors hampir punya segalanya.
Adalah hal yang luar biasa jika akhirnya pada 1 Juni 2009 General Motors mendaftarkan
kebangkrutannya dengan aset sebesar US$ 82,3 miliar dan utang US$ 172,8 miliar.
Kebangkrutan ini adalah yang terbesar ke empat dalam sejarah Amerika Serikat menurut
CNNMoney.com.

Atas dasar inilah yang mendorong Penulis melakukan studi kasus pada lemahnya pimpinan dan
eksekutif perusahaan General Motors menyikapi krisis bisnisnya dan hasilnya disusun dalam
bentuk Karya Tulis yang berjudul : Analisis Krisis Bisnis dan Kemampuan Pimpinan dalam
Pengambilan Keputusan pada Kasus Bangkrutnya General Motors


1.2 Identifikasi Masalah

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana krisis bisnis pada General Motors dan yang menyebabkannya.
2. Bagaimana pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Pimpinan dan Eksekutif perusahaan
General Motors dalam menyikapi krisis bisnis tersebut.


1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Karya Tulis

Pembahasan masalah pada karya tulis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan pada mata kuliah Pengantar Bisnis Program Studi Strata Satu Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma.

Sejalan dengan identifikasi di atas, maka pembahasan masalah ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa penyebab krisis bisnis dan kronologis kebangkrutan
General Motors.
2. Untuk mengetahui kesalahan-kesalahan strategi pimpinan dan eksekutif perusahaan General
Motors.


1.4 Manfaat Penulisan Karya Tulis

1. Bagi Penulis
Pembahasan masalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
lagi mengenai faktor-faktor penyebab krisis bisnis dan pengambilan-pengambilan keputusan
mengenai krisis bisnis pada perusahaan tersebut.

2. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan yang bersangkutan dapat memberikan informasi terhadap masalah-masalah
yang dihadapi serta memberikan sumbangan pemikiran terhadap kebijaksanaan yang diambil.

3. Bagi Akademik
Manfaat pembahasan masalah ini bagi akademik adalah sebagai sumber informasi dan bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya.


1.5 Cara Memperoleh Data

Cara yang digunakan Penulis dalam memperoleh data dalam pembuatan Karya Tulis adalah
dengan menggunakan Library Research atau Penelitian Kepustakaan, yaitu pengumpulan data
yang relevan secara tertulis melalui buku-buku, diktat, dan literatur lainnya.


BAB II

LATAR BELAKANG PERUSAHAAN



2.1 Sekilas Perusahaan

General Motors Company, juga dikenal dengan GM, adalah simbol industri otomotif Amerika
Serikat dengan kantor pusatnya di Renassance Center, Detroit, Michigan. GM dikenal sebagai
pemimpin industri otomotif dunia, dan menjadi yang terdepan selama 77 tahun (1931-2007)
berdasarkan penjualan tahunan, lebih lama dari industri otomotif mana pun. Pada tahun 2008,
GM adalah entitas perusahaan terbesar kesembilan di dunia dan kedua untuk industri otomotif
berdasarkan jumlah pendapatan tahunan perusahaan pada Fortune Global 500 yang dikeluarkan
oleh majalah ternama Amerika Serikat, Fortune. Pada tahun terakhir sebelum kebangkrutannya
ini, GM memiliki pabrik perakitan mobil dan truk di 35 negara, memperkerjakan 244.500
pekerja diseluruh dunia, dan berhasil menjual 8,5 juta mobil dan truk ke 140 negara.

2.2 Sejarah Awal Perusahaan (1908-1938)

GM didirikan pada Rabu, 16 September 1908, di Flint, Michigan, sebagai perusahaan induk
Buick oleh William C. Durant. GM dimasa-masa awalnya adalah perusahaan yang sangat
agresif, ini terlihat dengan mengakuisisi banyak perusahaan untuk meluaskan pangsa pasarnya.
Dari pengamatan penulis, semenjak didirikan tahun 1908 hingga masa Perang Dunia II, GM
kurang lebih telah mengakuisisi 15 perusahaan mobil, baik dari yang ada di Amerika Serikat
maupun di negara lainnya. GM juga membeli dua perusahaan pesawat terbang dan berperan serta
dalam menciptakan alternatif kendaraan umum dalam kota pengganti trem, yaitu bus, dengan
menciptakan jalur bus Greyhound.

2.3 Perang Dunia II (1939-1945)

GM menghasilkan sejumlah besar persenjataan, kendaraan, dan pesawat terbang selama Perang
Dunia II untuk kedua kubu, kubu Aliansi dan Axis.

William S. Knudsen, Presiden GM saat itu, diangkat menjadi kepala produksi alat-alat perang
Amerika Serikat oleh Presiden Franklin Roosevelt. GM adalah produsen utama U.S. Army 1
ton 4x4 vehicles.

Divisi GM untuk Inggris, Vauxhall Motors, memproduksi Churchill Tank untuk pasukan sekutu.
Churchill Tank menjadi bagian penting bagi pasukan Aliansi di Afrika Utara (ironisnya sering
menyerang unit-unit logistik Nazi Jerman yang menggunakan Opel Trucks). Divisi lain GM,
Bedford Vehicle, memproduksi kendaraan logistik untuk militer Inggris.

Pada masa Perang Dunia II, pemerintah Nazi Jerman berniat menasionalisasikan pabrik-pabrik
Amerika Serikat yang berada di Jerman dan perusahaan-perusahaan mobil Amerika Serikat,
terutama GM, menjadi perhatian serius Nazi Jerman untuk menasionalisasikannya. Pada
kenyataannya GM bukan hanya sebuah perusahaan mobil yang memiliki pabrik-pabrik di
Jerman, manajemen GM dari atas ke bawah memiliki banyak koneksi dengan Nazi Jerman, baik
pada tingkat bisnis maupun pribadi. Selama perang, Opels Brandenburg memproduksi JU-88,
truk, ranjau darat, dan torpedo detonator untuk Nazi Jerman.

American GM Vice President, Graeme K. Howard, adalah seorang yang berkomitmen pada
Nazi. Pada bukunya yang berjudul America and New World Order , menjelaskan bahwa Adolf
Hittler, Pemimpin Nazi Jerman, memberikan penghargaan the Order of Merit of the Golden
Eagle dan Grand Cross of The German Eagle kepada salah seorang eksekutif senior GM,
James D. Money, untuk pengabdiannya kepada Nazi Jerman. Kepala senjata Nazi Jerman, Albert
Speer, mengatakan kepada penyelidik kongres bahwa Nazi Jerman tidak bisa menerapkan
strategi Blitzkrieg pada september 1939 di Polandia tanpa meningkatkan kerja energi aditif
yang diberikan oleh Alfred P. Sloan dan GM.

Tahun 1939, pada Rapat Umum Pemegang Saham, Alfred P. Sloan mengatakan kepada
pemegang saham, strategi investasi di Jerman sebagai highly profitable dan akan terus
dilanjutkan, ini hanya praktek bisnis biasa yang sehat. Sloan juga mengatakan Ini tidak boleh
hanya dianggap urusan manajemen General Motors, tetapi kita harus melakukan sebagai
organisasi Jerman, kita tidak akan menutup pabrik-pabrik di Jerman.

Setelah 20 tahun meneliti GM, Bradford Snell mengatakan, GM jauh lebih penting bagi Nazi
Jerman dari pada Swiss, GM adalah bagian integral dari upaya perang Nazi Jerman. Nazi Jerman
bisa menginvasi Polandia dan Rusia tanpa Swiss, tetapi tidak mungkin melakukannya tanpa
GM.


2.4 Pertumbuhan Pasca Perang (1946-1980)

Pada titik ini GM telah menjadi perusahaan terbesar yang terdaftar di Amerika Serikat
berdasarkan pendapatan tahunannya. Pada tahun 1953, Charles Erwin Wilson terpaksa
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden GM karena diangkat menjadi Menteri
Pertahanan Amerika Serikat oleh Presiden Dwight D. Eisenhower. Di depan komite senat
angkatan bersenjata Wilson sempat berujar Apa yang baik bagi General Motors, baik bagi
negara dan sebaliknya. Kata-kata tersebut akhirnya menjadi terkenal karena GM memang
simbol korporasi dan industri mobil Amerika Serikat.

Pada masa setelah Perang Dunia II ini GM adalah salah satu perusahaan terbesar didunia, hanya
kalah dari industri di Uni Soviet yang memperkerjakan lebih banyak orang. Pada tahun 1955,
GM menjadi perusahaan Amerika Serikat pertama yang membayar pajak lebih dari $ 1 milyar.

Dekade 1960-an adalah dimulainya era mobil kelas menengah yang kecil dan langsing, dan
Chevrolet menjadi andalan GM pada mobil kelas ini. Chevrolet dengan berbagai variannya
menjadi merek yang terlaris di Amerika Serikat. Setelah peringkat kedua ditempati Ford,
peringkat berikutnya ditempati oleh produksi GM lainnya, yaitu Oldsmobile Cutlass, Pontiac,
dan Plymouth.

Setelah perang dunia hingga awal 1980-an GM menjadi perusahaan dengan pendapatan dan
pangsa pasar terbesar didunia.


2.5 1981-Sekarang (tahun-tahun terakhir sebelum krisis bisnisnya)

Tahun 1980-an adalah era dimulainya mobil Sport Utility Vehicle (SUV) yang selanjutnya akan
menjadi produk andalan GM di Amerika Serikat. SUV adalah mobil penumpang yang sangat
digemari mengingat luasnya daratan Amerika Serikat. Dengan kerangka yang lebih besar akan
memberi kesan aman terutama pada jalan-jalan yang memiliki aspal terbatas.

Dasawarsa 1990-an dimulai dengan resesi ekonomi, industri otomotif pun terkena langsung
dampak buruknya, tidak terkecuali GM yang mengalami kerugian terburuknya sepanjang sejarah
perusahaan. Setelah kerugian tersebut, CEO GM, John F. Smith melakukan restrukturisasi
radikal pada perusahaan. John Smith melakukan banyak revisi besar, reorganisasi manajemen
untuk membongkar sistem manajemen warisan Alfred Sloan, dan melakukan banyak
pemotongan biaya produksi. Langkah ini terbukti berhasil dan tahun-tahun berikutnya GM tetap
menjadi perusahaan otomotif dengan pendapatan terbesar diseluruh dunia seiring dengan
meningkatnya popularitas SUV dan Truck Pick-up Lines yang menjadi produk andalan GM.

BAB III

PENGUMPULAN DATA



3.1 Laporan Keuangan dan Konsolidasi General Motors














3.2 Laporan Penjualan Kendaraan General Motors










3.3 Estimasi Pembayaran Hutang per Periode General Motors


























3.4 Perbandingan Angka Penjualan per Tahun di Amerika Serikat



3.5 Fluktuasi Harga Minyak Dunia


3.6 Fluktuasi Harga Bensin di Amerika Serikat




BAB IV

PEMBAHASAN MASALAH



4.1 Latar Belakang Masalah

Amerika Serikat adalah pasar utama General Motors dengan penjualan yang mencapai 85%.
Berdasarkan data penjualan tahunan di Amerika Serikat, sudah tampak gejala-gejala krisis bisnis
yang ada pada perusahaan. Meskipun angka penjualan tahunannya selalu stabil diatas 4,5 juta
kendaraan pertahunnya, tetapi angka penjualan tersebut terus menurun dengan rata-rata 1%
penurunan penjualan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2005, angka
penjualan menurun sebesar 4% dan perusahaan memposting kerugian sebesar $10,6 miliar.

Tahun 2007 hingga 2008 adalah saat dimana resesi ekonomi mencapai puncaknya bersamaan
dengan harga minyak dunia yang terus naik ke posisi tertingginya. Pada titik ini krisis bisnis
ditubuh GM sudah semakin memburuk dan menyebabkan kerugian yang sangat signifikan pada
tahun 2007 sebesar $38,7 miliar dan angka penjualan menurun drastis sebesar 45% pada tahun
berikutnya. Pada 7 November 2008, GM melaporkan perkiraan akan habisnya cadangan kas
mereka pada pertengahan tahun 2009 tanpa suatu kombinasi dari dana bantuan pemerintah,
merger, atau penjualan aset. Penurunan angka penjualan dan finansial yang terus merugi
membuat perusahaan pada tanggal 1 Juni 2009 mendaftarkan kebangkrutannya di pengadilan
New York. Pendaftaran kebangkrutan ini membuat GM dapat membentuk institusi baru dalam
kurun waktu 60-90 hari.


4.2 Pendalaman Masalah Krisis Bisnis

Seperti sudah saya jelaskan sedikit dibagian pendahuluan, krisis bisnis adalah suatu kondisi yang
menyebabkan kegiatan bisnis perusahaan tidak dapat berjalan normal dan memperburuk kinerja
perusahaan. Indikator penting terjadinya krisis bisnis adalah penurunan tajam pertumbuhan
bisnis perusahaan. Tanpa pertumbuhan bisnis, kinerja perusahaan akan merosot dan mungkin
berakhir dengan kebangkrutan. Penurunan pertumbuhan bisnis perusahaan itu bukan disebabkan
oleh kalah bersaing, melainkan oleh permintaan yang menukik tajam dan terjadinya sangat
mendadak.

Pada tahun 1999, penjualan tahunan GM meningkat cukup tajam sebesar 9%, tetapi selanjutnya
terus menurun dengan penurunan sebesar 1% tiap tahunnya hingga tahun 2004 atau lima tahun
berturut-turut. Pada tahap ini perusahaan mulai memasuki periode krisis bisnis, perusahaan pada
tahap memasuki periode bisnis masih memperoleh penjualan diatas tingkat penjualan titik impas.
Akan tetapi, kondisi keuangan perusahaan akan merosot, yaitu : penurunan besaran penjualan,
rasio harga pokok penjualan terhadap besaran penjualan meningkat, rasio laba kotor terhadap
penjualan menurun, rasio biaya operasional terhadap penjualan meningkat, rasio laba operasional
perusahaan terhadap penjualan menurun, rasio kemampuan membayar bunga pinjaman menurun,
besaran piutang dan persediaan dagang naik. Intinya, perusahaan mengalami penurunan arus kas
masuk dan peningkatan arus kas keluar.

Pada tahun 2005, penjualan tahunan GM di Amerika Serikat menurun cukup tajam dan
perusahaan harus mengakui kerugian sebesar $10,6 miliar. Pada titik ini, perusahaan sudah mulai
pada tahap memasuki kedalaman krisis bisnis. Perusahaan yang memberikan reaksi keliru pada
tahap awal memasuki krisis bisnis akan dengan cepat migrasi ke tahap kedalaman krisis bisnis.
Pada periode ini, perusahaan akan mulai beroperasi dengan kapasitas terpakai maksimum sebesar
titik impas dan selanjutnya akan semakin memburuk untuk beroperasi dibawah titik impas.

Kinerja keuangan perusahaan yang memasuki tahap kedalaman bisnis akan merosot. Indikasinya,
antara lain : keberlanjutan penurunan besaran penjualan, harga pokok per unit meningkat, laba
operasional perusahaan menuju kerugian, biaya tetap perusahaan menjadi beban berat
perusahaan, kemampuan membayar bunga pinjaman sangat merosot, perusahaan terancam defisit
arus kas.

Bagi perusahaan yang memasuki tahap kedalaman bisnis tidak cukup hanya dengan melakukan
efisiensi biaya, tetapi kemampuan melindungi keseluruhan operasional bisnis merupakan
tindakan yang lebih baik. Pada titik ini, peran eksekutif perusahaan dalam pengambilan
keputusan-keputusan yang strategis mengenai tekanan yang dialami perusahaan menjadi sangat
penting. Perusahaan tidak hanya membutuhkan perubahan yang efektif dan efisien, tetapi juga
inovatif. Perubahan-perubahan ini tidak harus radikal, tetapi dinamis, yaitu bagaimana
menyesuaikan perusahaan dengan kondisi dan situasi yang ada saat ini. Berdasarkan data-data
yang saya peroleh dari situs-situs, buku, dan literatur lainnya, saya mencoba membahas
kesalahan-kesalahan pimpinan General Motors dalam krisis bisnis tersebut.

Pertama, eksekutif GM menganggap remeh ancaman eksternal dan gagal memanajemeni
perubahan harga minyak. Awal dasawarsa 2000an dibuka dengan kecenderungan harga minyak
dunia yang akan naik. Fluktuasi harga minyak adalah permainan saraf bagi perusahaan yang
memiliki hubungan dengan minyak, dan salah satunya adalah perusahaan otomotif, terutama
perusahaan otomotif Amerika karena sebagian besar mobil-mobilnya menggunakan mesin
berkapasitas besar yang boros bensin seperti SUV dan truk. Kendaraan ini awalnya sangat
diminati mengingat luasnya benua Amerika. Namun saat harga minyak melonjak, minat itu
otomatis berkurang karena rakus mengkonsumsi minyak. Akibat kenaikan harga minyak,
penjualan SUV dan truk pun mengalami penurunan drastis mencapai 27,5% pada tahun 2008,
padahal ini merupakan jualan utama GM sejak 1990.

Kedua, gagalnya memahami perilaku konsumen pada situasi resesi ekonomi dan inflasi. Krisis
perumahaan yang terjadi pada tahun 2005-2006 telah mencapai puncaknya pada 2007, resesi
ekonomi ini menyebabkan naiknya tingkat inflasi yang menyebabkan harga-harga kebutuhan
dasar di Amerika Utara menjadi naik tetapi pendapatan mereka tetap. Pada keadaan seperti ini,
maka yang pertama mereeka korbankan adalah pembayaran tagihan kredit kepemilikan rumah
(KPR), lalu menyusul penundaan pembelian mobil. Ini mengakibatkan dalam waktu 12 bulan
(Oktober 2007-08) penjualan GM di Amerika Utara terpangkas 45%.

Ketiga, strategi perusahaan gagal memprediksi kemajuan teknologi dan tidak memanfaatkan
kompetinsi inti. Strategi GM untuk Walk Away dari pembuatan mobil hybrid jelas merupakan
blunder. Momentum ini dengan cepat dimanfaatkan Honda dan Toyota dengan cara
mengeluarkan Prius dan Insight. Teknologi Mobil hybrid yang dipopulerkan oleh Toyota dan
Honda ini, Sebagai solusi menghemat BBM dan mengatasi pencemaran lingkungan. Cara kerja
mesin listrik dengan prinsip regenerative (isi ulang/recharging saat kendaraan sedang beroperasi)
pada mesin hybrid, berbeda dengan mobil tenaga listrik penuh. Mobil tersebut tidak bisa mengisi
ulang listriknya. Bila listriknya habis, Batterai/aki harus di-charge secara khusus dengan waktu 8
hingga 12 jam (untuk teknologi charger onboard). Khusus mesin hybrid, mesin listriknya bisa
mengisi ulang ke aki dengan memanfaatkan kinetic energy saat mengerem (regenerative
brakeing). Bahkan sebagian energi mesin dari mesin bensin/solar/bio fuel saat berjalan listriknya
bisa disalurkan untuk mengisi batterai/aki. Dengan sistem operasi seperti ini maka akan terjadi
penghematan BBM. Selain itu, GM yang menguasai teknologi electric drive trains tidak
memanfaatkan kompetinsi inti ini dengan baik, tetapi malah memilih opsi menggelontorkan
jutaan dolar untuk melobi standar fuel economy yang makin ketat bagi andalannya saat itu,
yakni SUV dan truk besar.

Keempat, mempunyai pandangan yang sempit akan arti kompetisi (contestant). Kontestan adalah
seluruh hal yang dapat mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian.
Unsur komitmen continuous improvement seharusnya tidak hanya diterapkan pada anak buah,
tetapi juga manajemen puncak. Dalam persaingan usaha yang terus berkembang, setiap entitas
bisnis harus bersifat dinamis, yaitu dapat selalu menyesuaikan dengan cepatnya perkembangan
ekonomi dan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhinya. Continuous improvement
dapat diwujudkan dengan selalu melakukan inovasi-inovasi tetapi tetap memperhatikan
perubahan-perubahan faktor-faktor eksternal, salah satunya perubahan selera konsumen.

Kelima, pemimpin terlalu lambat membuat perubahan dan arogan. Sebenarnya pemimpin GM
sudah berusaha melakukan strategi pemotongan biaya, membuat mobil hemat energi, dan
melakukan inovasi baru di segmen sedan dan crossover. Tetapi, perubahan ini dinilai terlalu
terlambat jika dibandingkan dengan kecepatan penetrasi para pesaing. Selain itu, pemimpin GM
memberikan sinyal yang salah kepada karyawan dan publik pada saat terbang ke antar kota
dengan menggunakan jet pribadi, yang tentunya berongkos mahal disaat kondisi perusahaan
sedang kritis.

Meskipun telah mendapat dana bantuan melalui paket bailout plan senilai $ 13,4 juta, gabungan
dari faktor-faktor diatas sudah berakumulasi dan mempercepat keterpurukan GM.


BAB V

KESIMPULAN dan SARAN



5.1 Kesimpulan

Dari kebangkrutan GM dapat dilihat bagaimana peran penting manajerial dalam hal ini eksekutif
perusahaan dalam pengambilan keputusannya mengingat perubahan yang begitu cepat pada
dunia perekonomian dan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi. Kenaikan harga bahan
baku, kenaikan barang komplementer, inflasi yang menyebabkan perubahan perilaku konsumen,
dan persaingan pasar membuat setiap perusahaan harus selalu dinamis dan inovatif dalam
membaca setiap perubahan.

Terlalu lama berada diatas tampaknya membuat GM terlalu puas diri dan bangga akan hasil yang
didapat sebelumnya. Kata orang bijak, Terlalu lama duduk membuat kita lupa berdiri, inilah
yang terjadi pada GM. Kepercayaan diri yang tinggi yang membuatnya seperti menganggap
remeh faktor eksternal dan kompetisi dengan pesaing-pesaingnya. Perusahaan di Detroit,
Michigan, yang memperkerjakan 325.000 orang di 140 negara ini begitu percaya diri sebagai
pemimpin pasar selama 1931-2007. Padahal, diam-diam Toyota mengejar, dan berhasil
menyalipnya pada tahun 2008.

Budaya Kesombongan Amerika menjadi faktor lain keterpurukan ini. Daya kuda yang besar
adalah budaya mobil Amerika yang harus direvisi karena begitu banyak mengkonsumsi bahan
bakar. Budaya Amerika ini justru menjadi celah buat pesaing dari luar Amerika, seperti
perusahaan otomotif dari jepang dengan Toyota dan Honda misalnya. Disaat harga minyak dunia
terus membubung tinggi, ini seperti senjata makan tuan untuk industri otomotif Amerika.

Memunculkan inovasi-inovasi pada produk-produk terbarunya dan menyesuakan dengan
kebutuhan adalah mutlak permintaan pasar. Strategi GM untuk Walk Away dari pembuatan
mobil hybrid jelas merupakan blunder. Karena momentum ini dengan cepat dimanfaatkan Honda
dan Toyota dengan cara mengeluarkan Prius dan Insight. Nah, sekarang kedua perusahaan
Jepang ini telah mempunyai keunggulan teknologi yang lebih maju sepuluh tahun dalam
pembuatan mobil hibrida. Sebagai contoh, Prius selama 2001-2007 hanya terjual 500 ribu unit.
Namun, dua tahun berikutnya laku terjual 500 ribu unit.


5.2 Saran

Setelah mendaftarkan kebangkrutannya di pengadilan New York berdasarkan pasal 11 peraturan
kebangkrutan Amerika Serikat, memungkinkan GM memperoleh dukungan keuangan dari
pemerintah Amerika Serikat dan lain-lain untuk membangun kembali kekuatan finansial mereka,
meskipun mereka telah bangkrut.

Manajemen baru ditubuh GM yang baru pun hendaknya dapat belajar dari kegagalan GM
lama sebelumnya. GM harus mulai melakukan inovasi-inovasi dibidang teknologi dengan
membuat mobil yang lebih hemat bahan bakar. Perusahaan hendaknya tidak lagi bergantung
pada satu produk utama, seperti SUV dan Truck misalnya. Tetapi, perusahaan baru agar
mengembangkan pangsa pasarnya dengan lebih menambah produk pada jenis kendaraan lain.
Dengan hutang-hutang jangka panjang yang dimilikinya, perusahaan baru hendaknya melakukan
banyak efisiensi biaya tetapi dengan tidak mengorbankan penelitian dan survey-survey lapangan
tentang bagaimana perilaku dan keinginan konsumen. Dengan pengalamannya yang sudah 100
tahun itu, saya yakin manajemen GM yang baru dapat memperbaiki kinerja manajemen yang
sebelumnya walaupun dengan beban hutang jangka panjangnya.

Anda mungkin juga menyukai