Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah terhadap pondasi( tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan- perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga dari kekuatan desainnya. Terzaghi (1943) mengevaluasi besarnya daya dukung tanah di bawah pondasi dangkal yang memanjang. Untuk pertimbangan praktis, pondasi yang mempunyai rasio antara panjang dan lebar lebih besar 5 dinamakan pondasi lajur, dan pondasi didefinisikan sebagai pondasi dangkal apabila kedalaman Df lebar pondasi. Tetapi pada percobaan lanjutan dianggap pondasi dangkal, jika kedalaman Df sama dengan 3 4 kali lebar pondasi. Mekanisme keruntuhan pondasi memanjang yang memanjang pada kedalaman Df dan mempunyai dasar yang kasar, dianalisis dengan anggapan bahwa keruntuhan terjadi pada kondisi keruntuhan geser umum. Pondasi Dangkal yang Didukung dengan Material Granuler. Penggunaan material granuler dapat digunakan untuk meningkatkan daya dukung tanah. Tanah yang semula lunak(compressible) bila ditekan beban diatasnya menjadi lebih mampu menahan beban dan besar penurunan menjadi berkurang dari sebelumnya. Dengan terpasangnya material granuler didalam tanah, terbentuklah suatu kondisi yang lebih baik dari tanah aslinya. Pemakain material granuler dalam tanah lunak akan membentuk kondisi tanah sebagai berikut: 1. meningkatkan daya dukung tanah, karena tanah dapat mendukung beban pondasi yang lebih besar. 2. mengurangi total settlement tanah. 3. Kapasitas daya dukung pada pondasi dangkal dengan adanya perbaikan tanah dibawahnya mempunyai 3 kemungkinan keruntuhan pada beban ultimate menurut Madhav dan Vitkar (1978) yatu: 1) Keruntuhan geser umum. 2) Terjadinya tekuk (buckling) pada bagian material granuler. 3) Keruntuhan pada bagian material granuler.
b. Memilih tipe pondasi Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi: 1) Keadaan tanah pondasi. 2) Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure). 3) Keadaan daerah sekitar lokasi. 4) Waktu dan biaya pekerjaan. 5) Kokoh, kaku dan kuat. Pada umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama. Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut. Untuk merencanakan suatu pondasi dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya.
Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni: 1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar. 2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung. 3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
c. Daya Dukung Tanah Sebenarnya banyak rumus yang dapat dipakai untuk mendesain atau merancang pondasi. Namun dalam pemilihan pondasi kita melihat dari kebiasaan orang dalam perencanaan dan data-data yang tersedia. Saya hanya membatasi pada rumus pondasi dangkal karena jenis pondasi ini sering ditemui dilapangan. Pondasi dangkal: Df/B 1 Dimana: Df= Nilai kedalaman pondasi. B= Lebar pondasi. d. Menentukan daya dukung pondasi dangkal Daya dukung ultimit (ultimit bearing capacity/qult) didefinisikan sebagai beban maksimum per satuan luas dimana tanah masih dapat mendukung beban tanpa mengalami keruntuhan. Rumus Terzaghi (Bila memakai data pengujian Laboratorium) qult = C.Nc + b.Nq.Df + 0,5.b.B.N dimana :