Anda di halaman 1dari 2

Wilde School Ordonantie, Ordonansi Sekolah Liar

Ordonansi ini diterapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dari tahun 1932-1933
yang diletar-belakangi oleh ketidak-mampuan pemerintah Hindia Belanda untuk
membiayai sekolah yang ada. Kondisi tersebut menyebabkan pemerintah Hindia Belanda
untuk mengurangi jumlah sekolah yang ada akibatnya semakin banyak anak-anak yang
terlantar pendidikannya. !ntuk mengantisipasi masalah tersebut Pemerintah Hindia
Belanda memberikan i"in untuk membuka sekolah pribumi dengan s#adaya masyarakat.
Peluang ini diman$aatkan oleh masyarakat %ndonesia termasuk di &inangkabau. Hanya
beberapa tahun perkembangan sekolah pribumi begitu pesat. 'kibatnya Pemerintah
Hindia belanda jadi (emas dan kha#atir karena masyarakat pribumi jadi (erdas nantinya.
Oleh sebab itu Pemerintah Hindia Belanda membatasi ruang gerak sekolah pribumi
dengan menerapkan Wilde School Ordonantie.
'kibat kekha#atiran dan ke#aspadaan tersebut ada ) prinsip politik pendidikan
yang diterapakan oleh Pemerintah Hindia Belanda. 'ntara lain *
1. Politik dualisme yaitu pemisahan pendidikan antara anak orang Belanda dan
oarng +ropa lainnya dengan anak pribumi.
2. Politik gradualisme yang ekstrim tujuannya adalah menghendaki agar sekolah
pribumi tidak sejajar dengan sekolah Belanda,+ropa.
3. Politik konkordasi memaksa semua sekolah berorientasi pada model pendidikan
kolonial -barat. dan penghalangan penyesuaian keadaan dengan sosial-budaya dan
agama pribumi. !saha ini dimaksud agar pribumi yang memperoleh pendidikan
tidak memiliki rasa nasionalisme terhadap negerinya. /ernyata akhirnya politik ini
gagal dikemudian hari dengan lahirnya perkumpulan para pelajar di 0egeri
Belanda yaitu %ndonesis(he 1eereniging.
2. Bagi anak pribumi diterapkan pemikiran bah#a untuk masuk sekolah hanya untuk
menjadi pega#ai rendahan sebagai tujuan utama.
3. Pemerintah Hindia Belanda berusaha mendirikan sekolah-sekolah sekuler dengan
propaganda meningkatkan status ekonomi dan gengsi-sosial guna membendung
lajunya perkembangan sekolah-sekolah agama.
4. /idak adanya peren(anaan yang sistematis tentang pendidikan oleh Pemerintah
Hindia Belanda.
). Politik ordonansi kontrol-sentral yang ketat terhadap sekolah-sekolah pribumi.
Baik terhadap perkembangan dan pelaksanaan serta tenaga pengajarnya.
'kibat diskrimasi tersebut hanya ) 5 atau 6 5 saja penduduk pribumi di 0usantara yang
bisa memba(a dan menulis. Kalangan !lama menentang hal ini karena dipandang
menimbulkan sikap ekslusi$ime umat terhadap ajaran agamanya dan memun(ulkan sikap
saling men(urigai dan mengambil jarak baik dikalangan %slam maupun Pemerintah
Hindia Belanda terhadap sistem pendidikan yang ada.
7i &inangkabau kalangan 'lim !lama melakukan perla#anan keras. 'khirnya
Pemerintah Hindia Belanda memberikan tanggapan dengan sedikit melunak yaitu tenaga
pengajar dari kalangan pribumi diperbolehkan memberikan i"in mengajar dengan
melaporkan kepada Pemerintah Hindia Belanda tentang apa-apa saja yang diajarkan
kepada sis#a. 'kibat aturan dan tekanan Pemerintah Belanda tersebut lahir kelompok
yang mengambil sikap menutup diri terhadap pemerintah dan membuat kurikulum
pendidikan sendiri dengan orientasi agama %slam. 8elain itu juga timbul kelompok
sekolah yang berpikir progresi$ -maju. dan moderat serta bersi$at akomodati$ terhadap
sistem pendidikan Belanda. &ereka juga mengembangkan nilai-nilai pendidikan %slam
se(ara integral. &ereka mendirikan lembaga pendidikan se(ara mandiri yang setara
dengan kualitas pendidikan Balanda.
Dedi Asmara / dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai