PEMBIMBING : DR. HAMI ZULKIFLI ABBAS, SP.PD, MH.KES, FINASIM DR. SIBLI, SP.PD DR. SUNHADI KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RSUD ARJAWINANGUN PERIODE 1 APRIL-8 JUNI 2013 2
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun tugas pretest yang berjudul Diagnosis Banding Edema. Penyusunan tugas ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak pemabaca agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuat karya tulis yang lebih baik lagi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hami Zulkifli Abbas, Sp.PD, MH.Kes, FINASIM; Dr. Sibli Sp.PD dan Dr. Sunhadi serta berbagai pihak Rumah Sakit Arjawinangun yang telah membantu menyelesaikan tugas pretest ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Arjawinangun, 03 April 2013
Penulis 3
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...2 EDEMA.4 REGULASI DISTRIBUSI CAIRAN EKSTRASEL3 DEFINISI.6 PATOFISIOLOGI...6 MORFOLOGI .....9 MANIFESTASI ....10 TERAPI.13 DAFTAR PUSTAKA...18
4
EDEMA Regulasi Distribusi Cairan Ekstrasel Pertukaran cairan melalui bulk flow.Suatu volume cairan bebas- protein sebenarnya tersaring ke luar kapiler, bercampur dengan cairan intersitium di sekitarnya, dan kemudian direarbsorbsi. Proses tersebut terjadi karena berbagai konstituen cairan berpindah bersama sama sebagai satu kesatuan, berbeda dengan difusi diskret tiap tiap zat terlarut mengikuti penurunan gradient kosentrasi. Bulk flow terjadi karena perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic koloid antara plasma dan cairan intersitium. Empat gaya yang mempengaruhi perpindahan cairan menembus dinding kapiler adalah : 1. Tekanan darah kapiler Tekanan cairan atau hidrostatik darah yang bekerja pada bagian dalam dinding kapiler tekanan ini cenderung mendorong cairan ke luar kapiler untuk masuk ke dalam cairan intersitium. 2. Tekanan osmotic koloid plasma Dikenal dengan tekanan onkotik adalah suatu gaya yang disebabkan oleh disperse koloid protein protein plasma, tekanan ini mendorong pergerakaan cairan ke dalam kapiler.karena protein plasma tetap berada di plasma dan tidak masuk ke cairan intersitium, terdaoat perbedaan konsentrasi protein 5
anatara plasma dan cairan intersitium.plasma memiliki konsentrasi protein yang lebih besar dan konsentrasi air yang lebih kecil darioada cairan intersitium , perbedaan ini menimbulkan efek osmotic. Yang cenderung mendorong air dari daerah dengan konsentrasi air tinggi di cairan intersitium ke daerah konsentrasi air rendah di di plasma.Dengan demikian protein protein plasma dapat dianggap menarik air.Tekanan osmotic koloid plasma rata rata 25mmHg. 3. Tekanan hidrostatik cairan intersitium Adalah tekanan cairan yang bekerja di bagian luar dinding kapiler oleh cairan intersitium cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler. 4. Tekanan osmotic koloid cairan intersitium Gaya lain yang dalam keadaan normal tidak banyak berperan dalam bulk flow. Sebagian kecil protein plasma yang bocor keluar dinding kapiler dan masuk ke ruang intersitium dalam keadaan normal dikembalikan ke darah melalui sitem limfe.Dengan demikian konsentrasi protein dalam cairan intersitium sangat rendah, dan tekanan osmotic koloid cairan intersitium mendekati nol. Dengan demikian, 2 tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar kapiler adalah darah kapiler dan tekanan osmotic koloid cairan intersitium, dan tekanan yang cenderung mendorong cairan masuk kedalam kapiler adalah tekanan osmotic koloid plasma dan tekanan hidrostatik carian intersitium.(5)
6
Definisi Edema merupakan pembengkakan yang dapat diraba akibat penambahan volume cairan intersisium.Secara umum, efek berlawanan antara tekanan hidrostatik vascular dan tekanan osmotic koloid plasma merupakan factor utama yang mengatur pergerakan cairan antara ruang vascular dan intersisial.(2)
Patofisiologi Faktor-faktor penentu yang mempengaruhi terjadinya edema, yaitu : 1. Peningkatan tekanan hidrostatik Peningkatan tekanan intravaskular lokal dapat diakibatkan oleh gangguan aliran darah balik vena, sebagai contoh yang diakibatkan oleh trombosis vena dalam pada ekstermitas inferior yang di sertai dengan edema yang terbatas pada ttungkai yang terkena.Peningkatan tekanan vena umum, yang mengakibatkan edema sistematik, paling lazim terjadi pada gagal jantung kongestif yang memperngaruhi fungsi ventrikel kanan jantung.Meskipun peningkatan tekanan hidrostatik vena merupakan hal yang penting, patogenesisnya edema jantung patogenesis edema jantung merupakan hal yang lebih kompleks.Gagal jantung kongestif disertai dengan penurunan curah jantung sehingga menurunkan perfusi ginjal. 7
Hipoferfusi ginjal kemudian akan memicu poros renin angiotensin aldosteron yang menginduksi retensi natrium dan air oleh ginjal (aldosteronime skunder) hal ini di maksudkan untuk meningkatkan volume intravaskular sehingga meningkatkan curah jantung yang di sertai perbaikan perfusi ginjal normal. Namun jika jantung mengalami kegagalan tersebut tidak dapat meningkatan curah jantung, beban cairan tambahan mengakibatkan peningkatan tekanan vena dan akhirnya terjadi edema. Jika curah jantung tidak di perbaiki atau retensi air tidak berkurang (misalnya dengan garam , diuretik, atau antagonis aldosteron) terjadi suatu siklus retensi cairan ginjal dan akan memperburuk edema. Pembatasan garam, diuretik, serta antagonis aldosteron juga bernilai dalam penatalaksanan edema umum akibat berbagai macam penyebab lainya (3) (5) 2. Penurunan tekanan Onkotik Keadaan ini dapat disebabkan oleh kehilangan yang berlebihan atau penurunan sintesis albumin yaitu suatu protein serum yang paling berperan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, penyebab penting kehilangan albumin adalah sindrom nefrotik. Yang di tandai oleh kebocoran dinding kapiler glomerulus dan edema umum, penurunan sintesis albumin terjadi pada penyakit hati difus(sirosis) atau sebagai akibat malnutrisi gizi protein, setiap kasus penurunan tekanan osmotik plasma menyebabkan pergerakan cairan ke dalam jaringan intersisial dan 8
mengakibatkan penyusutan volume plasma. Dan penurunan volume intravaskular, dapat di perkirakan bahwa aka terjadi hipoperfusi ginjal disertai aldosteronisme skunder.Sayangnya retensi natrium dan air tidak dapat memperbaiki kekurangan volume plasma karena masih terdapat gangguan primer protein serum yang rendah. Pada gagal jantung kongestif edema yang ditimbulkan oleh kadar protein yang rendah di perburuk oleh retensi natrium dan cairan skunder. (3) (5)
3. Sumbatan saluran limfe Gangguan drainase saluran limfe dan akibatnya terjadi limfedema biasanya bersifat lokal ganguan ini dapat disebabkan oleh obstruksi akibat radang atau neoplastik.Contoh infeksi parasit filariasis sering kali menyebabkan fibrosis saluran dan kelenjar getah bening yang masif di daerah inguinal.Edema pada genitalia eksterna serta ekstermitas inferior yang terjadi sangat hebat sehingga disebut elefantiasis.Kanker payudara dapat serta kelenjar getah benih aksila yang berkaitan reseksi terhadap saluran limfe serta pembentukan jaringan parut yang berhubungan dengan pembedahan dan radiasi dapat menyebabkan edema berat pada lengan. Pada karsinoma payudara, insfiltrasi serta obstruksi pada saluran limfe superfisial dapat menyebabkan edema pada kulit yang menutupi, dan menyebabkan edema pada kulit yang menutupinya dan menimbulkan gambaran yang disebut dengan gambaran peudu d orange(kulit jeruk) 9
gambaran berbintik bintik halus semacam itu disebabkan oleh aksentuasi tekanan pada kulit di derah folikel rambut. (3) (5)
4. Retensi natrium dan air Kedua hal ini jelas merupakan faktor pendukung pada beberapa bentuk edema namun retensi garam dapat pula merupakan penyebab primer edema.Peningkatan garam yang disertai dengan peningkatan air, baik menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik (karena bertambahnya volume cairan intravaskular) maupun penurunan tekanan osmotik koloid vaskular. Retensi garam dapat terjadi pada setiap penurunan fungsi ginjal akut, termasuk glomerulonefritis pascastrptokokus dan gagal ginjal akut (3) (5)
Morfologi a. Edema subkutan Dapat mempunyai sebaran yang berbeda tergantung pada penyebabnya.Edema ini bersifat difus atau dapat lebih mencolok pada daerah bertekanan hidrostatik tinggi.Pada daerah tersebut, distribusi edema dipengaruhi gravitasi dan diberi istilah sesuai pada bagian tubuh terkait (misalkan edema tungkai) merupakan gambaran mencolok pada gagal jantung, terutama pada ventrikel kanan. (3) 10
b. Edema preorbital Edema muncul pada jaringan dengan matriks jaringan ikat yang longgar seperti palpebral. c. Edema pitting Edema yang terjadi terkanan pada jari tangan pada jaringan subkutan yang mengalami edema secara bermakna akan memindahkan cairan intertisial dan meninggalkan cekungan berbentuk jari tangan. d. Edema paru Edema yang terjadi pada kasus gagal jantung , terutama ventrikel kiri. Dan dapat terjadi pada gagal ginjal. e. Edema otak Dapat terlokalisasi pada tempat jejas fokal atau dapat generalisata, misalnya pada ensefalitis, krisis hipertensi, atau sumbatanpada aliran keluar vena di otak.Trauma dapat menyebabkan edema lokasisata atau generalisata bergantung sifar dan luas jejas.Pada generalisata, otak mengalami pembengkakan secara makroskopis yang diertai dengan sulkus yang menyempit serta girus yang menggelembung yang meniunjukan adanya tanda pemipihan yang menekan cranium yang luas. (3)
11
Manifestasi a. Penurunan aliran darah ginjal Penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan terjadinya peningkatan tonus simpatis yang akan menurunkan aliran darah pada ginjal. Jika aliran darah pada ginjal berkurang akan dikompensasi oleh ginjal dengan menahan natrium dan air melalui mekanisme : 1. Peningkatan reabsorbsi garam dan air di tubulus proksimal, dengan mekanisme peningkatan sekresi renin oleh apparatus jukstaglomerolus. Renin meningkatkan pembentukan angiotensin II yang akan menyebabkan kontriksi arteriol aferen sehingga terjadi peningkatan filtrasi glomerulus dan peningkatan tekanan osmotic. Peningkatan tekanan osmotic ini akan menyebabkan peningkatan reabsorbsi air pada tubulus proksimal. 2. Peningkatan reabsorbsi natrium dan air tubulus distalis Angiotensin II akan merangsang kelencar adrenal melepaskan aldosterone yang akan menyebabkan retensi natrium pada tubulus kontortus distalis.
b. Pembentukan edema pada sindrom nefrotik Sindrom nefrotik adalah kelainan glomerulus dengan karakteristik proteinuria. Yang akan menyebabkan hipoalbuminemia sehingga terjadi 12
penurunan tekanan osmotic yang berdampak pada perpindahan cairan intravascular ke intersitium c. Pembentukan edema pada gagal jantung Gagal jantung kongestif ditantai kegagalan pompa jantung, saat jantung gagal memompa darah, darag akan terbendung pada system vena dan saat bersamaan volume darah arteri berkurag. Volume darah yang berkurang ini kan merespon aktivasi saraf simpatis yang mengakibatkan vasokontriksi sebagai usaha mempertahankan curah jantung dan menyalurkan darah ke organ organ utama, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke ginjal yang mengakibatkan ginjal menahan natrium dan air. Lalu kegagalan memompa darah secara maksimal oleh jantung menambah beban dari ventrikel kiri sehingga terjadi penumpukan cairan yang akan terakumulasi ke paru sehingga terjadi sesak dan edema paru- paru. Selain penumpukan cairan pada paru, terjadi pula penumpukan dari darah pada vena vena dari kaki menyebabkan terjadi kebocoran cairan ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi edema tungkai. d. Pembentukan edema pada sirosis hati Sirosis hepatis ditandai oleh fibrosis jaringan hati yang luas dengan pembentukan nodul.Pada sirosis hepatis terjadi kerusakan parenkim hati, terjadi vasodilatasi semakin berat menyebabkan tahanan perifer semakin menurun. Tubuh akan menafsirkan seolah olah terjadi penurunan volume 13
arteri. Keadaan ini mengaktivasi system vasokontriksi dan anti diuresis akan menyebabkan retensi air dan retensi garam. Sehingga terjadi penumpukan cairan pada jaringan intersitium.Kerusakan parenkim hati juga menimbulkan hipoalbuminemia yang mengakibatkan rendahnya jumlah protein sehingga terjadi edema. e. Pembentukan edema karena Obat Mekanisme penyebab terjadinya edema karena obat diantaranya terjadi vasokontriksi arteri renalis (OAINS, cyclosporine), dilatasi arteri sistemik (vasodilator), meningkatkan reabsorbsi natrium di ginjal (hormone steroid) dan meruksak struktur kapiler (interleukin 2). (4)
Terapi Edema Diuretik Diuretik adalah obat yang cepat menambah pembentukan urin.Adanya dua pengertian pertama yaitu penambhan volume urin yang di produksi, yang kedua menunjukan zat zat terlarut dan air.Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan edema.Sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal. 1. Penghabambat mekanisme transpor elektrolit di dalam tubuli ginjal 2. Diuretik osmotik 14
Diuretik kuat (high-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretik yang efeknya sangat kuat di bandingkan dengan diuretik lain. Tempat kerja utamanya di bagian epitel tebal ansa henle bagian asenden karena itu kelompok disebut juga sebagai loop diuretik. Termasuk dalam kelompok ini adalah furosemid, torsemid asam etakrinat dan bumetanid.(1) Obat Tempat kerja utama Cara kerja Diuretik osmotik 1.tubuli proksimal 2. ansha henle desenden bagian epitel tipis 3.duktus kolingentes 1.Penghambatan reabsobsi natriumdan air melalui daya osmotiknya 2. penghambatan reabsobsi natrium dan air oleh karena hipertonsisitas daerah medula menurun 3.penghambtan reabsobrsi natrium dan air oleh karena penghambatan efek ADH Penghambatan enzim karbonik anhidrase Tubuli proksimal Penghambatan terhadap reabsobsi HCO3-, H+, dan Na- Tiazid Hulu tubuli distal Penghambatan terhadap reabsobsi natrium klorida Diuretik hemat kalium Hilir tubuli distaldan duktus koligantes daerah korteks Penghambatan anti Na+/K+ (reabsobsi natrium dan 15
sekresi kalium) dengan jalan antagonisme kompetitif (spironolakton) atau secara langsung (triametren dan amiloid) Diuretik kuat Ansa henle asenden bagian epitel tebal Penghambatan terhadap kotranspor Na+/ k+/ Cl- (1) Farmakodinamik Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsobsi elektrolit di ansa henle asenden bagian epitel tebal, tempat kerja di permukaaan sel epitel bagian luminal (yang mneghadap ke lumen tubuli) pada pemberian secara IV obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomelurus. Prubahan hemodinamik ginjal ini mengakibatkan menurunya reabsobsi cairan dan elektrolit di tubuli proksimal serta meningkatnya efek awal diuresis.Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya berlangsung sebentar.Dengan berkurangnya cairan ekstrasel akibat diuresis.Peningkatan aliran darah ginjal ini relatif hanya berlangsung sebentar. Dengan berkurangnya cairan ekstrasel akibat diuresis, maka aliran darah ginjal menurun dan hal ini akan mengakibatkan meningkatnya reabsobsi cairan dan elektrolit tubuli proksimal. Furosemid dan bumetanid mempunyai daya hambat enzim karbonik anhidranase karena keduanya merupakan devirat sulfonamid, seperti juga tiazid dan asetazonlamid, tetapi aktifitasnya terlalu lemah untuk menyebabkan diuresis di tubuli proksimal. Diuretik kuat juga menyebabkan meningkatnya ekskresi k+ dan kadar asam urat plasma mekanismenya kemungkinan besar sama dengan tiazid. Ekskresi Ca++ dan 16
Mg++ juga di tingkatkan sebanding dengan peningkatan ekskresi Na+ berbeda dengan tiazid golonga ini tidak mengakibatkan Ca++ di tubuli distal. Bedasarkan atas efek kalsiuria ini, golongan diuretik kuat digunakan untuk pengobatan simtomatik.Iperkalesemia.Diuretik kuat bisa mengakibatkan alkalosis metabolik.(1) Farmakodinamik Diuretik kuat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda beda. Biovaibilitas furosemid 65% sedangkan butenid hampir 100%.Obat golongan ini terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui sistem transpor asam organik di tubuli proksimal.Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresikan melalui injal dalam bentuk utuh dan konjugasi dengan senyawa, sulfndrill, terutama sistein dan N-asetil sistein.(1) Efek samping dan perhatian 1) Gangguan cairan dan elektrolit. Sebagian efek samping berkaitan dengan gangguan kesimbangan cairan dan elektrolit. Antara lain hipotensi, hiponatremia, hipokloremia, hipokalsemia dan hipomagnesium. 2) Ototoksisitas. Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap. 3) Hipotensi dapat terjadi akibat deplesi volume sirkulasi 4) Efek metabolik berupa hiperuria hiperglikemia peningkatan kolesterol LDL dan trigliserida serta penuruna HDL 17
5) Reaksi alergi 6) Nefrits interstilitas alergik yang menyebabkan gagal ginjal reversible(1) Interaksi Seperti diuretik tiazid hipoglikemia akibat pemberian diuretik kuat dapat meningkatkan reisko aritmia pada pasien yang juga mendapatkan digitalis atau obat antiritmia.pemberian bersama obat yang bersifat nefrotik seperti aminogloksida dan antikanker sispaltin akan meningkatkan resiko nefrotaksis. Diuretik kuat dapat berinteraksi dengan warfarin dan klofibrat melalui pergeseran ikatanya dengan protein. Pada penunggunaan kronis. Diuretik kuat ini dapay menurunkan klirens litium, penggunan bersama dengan sfalosporin dapat meningkatkan nefrotaksis sefalosporin.Antiinflamasi nonsteroid terutama indometasin dan kortekosteroid melawan melawan kerja furosemid.(1)
Penggunaan klinik Gagal jantung Furosemid merupakan obat standar untuk gagal jantung yang disertai edema dam tanda tanda bendungan sirkulasi seperti peninggian JVP, edema paru, edema tungkai dan asites. Untuk edemaparu akut di perlukan pemberian secara intravena.Pada keadaan ini perbaikan klinik di capai karena terjadi perubahan hemodinamik dan penurunan volume cairan ektrasel dengan cepat sehingga alir balik vena dan curah ventrikel kana berkurang. Edema refakter 18
Untuk mengatasi edema refakter diuretik kuat biasanya di berikan bersama diuretik lain misalnya tiazid atau diuretik hemat k+ pemakaian dua macam obat diuretik bersamaan merupakan tindakan yang tidak rasional Diuretik kuat juga merupaka obat yang efektif untuk mengatasi asites akibat penyakit sirosis hepatitis dan edema akibat gagal ginjal.Sebaiknya diberikan secara oral kecuali bila di perlukan diuresis yang segera maka dapat di berikan secara IV atau IM.Bila ada nefrosis atau gagal ginjal kronik, maka diperlukan dosis furosemid jauh lebih besar daripada biasanya. Juga bisa furosemid di tunjukan kepada penderita gagal ginjal akut yang masih awal, namun hasilnya tidak konsisten, diretii dapay menurunkan kadar kalsium plasma pada pasien hiperkalsemia simtomatik dengan cara meningkatkan eksresi kaslsium melalui urin. bila diginakan untuk tujuan ini. Maka perlu pula diberikan suplemen Na+ dan Cl untuk menggantikan kehilangan Na+ dan Cl- melalui urin (1)
19
DAFTAR PUSTAKA 1. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Edisi V. Jakarta:Balai penerbit FKUI. 2009. 2. Effendi, Ian., Restu, Pasaribu., Bab 147: Edema Patofisiologi dan Penanganan ,dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5, editor Sudoyo A.W dkk ,2009, p.946-951, Interna Publishing, Jakarta. 3. Kumar Vinay, Crawford M James, Clare J Michael. Gangguan Hemodinamik, Trombosis, dan syok. Dalam Buku Ajar Patologi Robbins, volume 2 edisi 7. Editor Hartanto Huriawati, Darmaniah Nurwany, Wulandari Nanda. 2004, 87- 88. EGC. Jakarta 4. Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo., Part 14: Cirrhosis and its complication,in Harrisons principles of internal medicine 18th edition. 2012. p.2592-2594., McGraw-Hill, America. 5. Sherwood, Lauralee. Pembuluh Darah dan Tekanan Darah. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Edisi 2.Jakarta:EGC. 2001, 319-325.