Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan

Dalam industri kimia sering sekali bahan-bahan padat harus dipisahkan dari
suspensi, misalnya secara mekanis dengan penjernihan atau filtrasi. Dalam hal ini
pemisahan yang sempurna sering kali tidak dapat diperoleh, artinya bahan padat selalu
masih mengandung sedikit atau banyak cairan, yang acapkali hanya dapat dihilangkan
dengan pengeringan. Karena pertimbangan ekonomi (penghematan energi), maka
sebelum pengeringan dilakukan, sebaiknya sebanyak mungkin cairan sudah
dipisahkan seara mekanis. (Bernasconi, G., 1995)

2.1.1 Pengertian Pengeringan

Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari
suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alam (sinar matahari) atau
buatan (alat pengering). Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas
dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi.

2.1.2 Tujuan Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sampai batas
perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang dikeringkan dapat
mempunyai waktu simpan yang lama.

Universitas Sumatera Utara
Bahan pangan kering matahari dan kering buatan adalah lebih pekat dari pada
setiap bahan pangan awetan yang lain, sehingga :

1. Biaya produksi lebih murah
2. Diperlukan tenaga yang lebih sedikit
3. Kebutuhan ruang penyimpanan dan pengangkutan bahan pangan kering
minimal
4. Besarnya biaya distribusi berkurang

2.1.3 Keuntungan dan Kelemahan Teknik Pengeringan
Keuntungan pengeringan :
- Bahan menjadi lebih tahan lama disimpan
- Volume bahan menjadi kecil
- Mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan
- Mempermudah transport
- Biaya produksi menjadi murah
Kerugian pengeringan
- Sifat asal bahan yang dikeringkan berubah (bentuk dan penampakan fisik,
penurunan mutu, dll)
- Perlu pekerjaan tambahan untuk menghindari di atas

2.1.4 Metode Pengeringan
1. Penjemuran
Pengeringan dengan sinar matahari langsung sebagai energi panas.
Kelemahan :
Universitas Sumatera Utara
- Tergantung cuaca
- Sukar dikontrol
- Memerlukan tempat penjemuran
- Mudah terkontaminasi
- Lama
Keuntungan
- Biaya murah
-
2. Pengeringan buatan

Pengeringan dengan menggunakan alat pengering dimana suhu, kelembaban
udara, kecepatan udara dan waktu dapat diatur dan diawasi.
Keuntungan :
- Tidak tergantung cuaca
- Kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan
- Tidak memerlukan tempat yang luas
- Kondisi pengeringan dapat dikontrol
- Panen dapat dilakukan lebih awal
- Masa simpan menjadi lama
- Pekerjaan menjadi lebih mudah
- Dapat meningkatkan nilai ekonomis bahan
Selain itu, keuntungan pengeringan secara mekanis adalah :
1. Memungkinkan pengeringan dilakukan di sembarang waktu tanpa terikat musim
tertentu, walaupun hari mendung/hujan, pengeringan masih dapat dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
2. Luas areal yang dibutuhkan untuk pengeringan dapat dikurangi, misalnya dengan
memperbanyak rak-rak pengering.
3. Pengaturan suhu dapat lebih mudah sehingga dapat disesuaikan dengan
karakteristik bahan yang dikeringkan. (Rohanah, A., 2006).

2.1.5 Kriteria Pemilihan Alat Pengering

Disamping berdasarkan pertimbangan pertimbangan ekonomi, pemilihan alat
pengering ditentukan oleh faktor faktor berikut :
1. Kondisi bahan yang dikeringkan (bahan padat, yang dapat mengalir, pasta,
suspensi)
2. Sifat sifat bahan yang akan dikeringkan (misalnya apakah menimbulkan bahaya
kebakaran, kemungkinan terbakar, ketahanan panas, kepekaan terhadap pukulan,
bahya ledakan debu, sifat oksidasi).
3. Jenis cairan yang terkandung dalam bahan yang dikeringkan (air, pelarut organik,
dapat terbakar, beracun)
4. Kuantitas bahan yang dikeringkan
5. Operasi kontinu atau tidak kontinu.
(Bernasconi, G., 1995)

2.1.6 Jenis-Jenis Pengeringan
1. pengeringan alamiah menggunakan panas matahari

Pengeringan hasil pertanian dengan menggunakan energi matahari biasanya
dilakukan dengan menjemur bahan di atas alas jemuran atau lamporan, yaitu suatu
permukaan yang luasnya dapat dibuat dari berbagai bahan padat. Sesuai dengan sistem
Universitas Sumatera Utara
dan peralatannya serta pertimbangan faktor ekonomis, alat jemur dapat dibuat dari
anyaman tikar, anyaman bambu, lembaran seng, lantai batu bata atau lantai semen.

Pengeringan ini adalah pengeringan paling sederhana (dengan cara
penjemuran). Penjemuran adalah usaha pembuangan atau penurunan kadar air suatu
bahan untuk memperoleh tingkat kadar air yang cukup aman disimpan, yaitu yang
tingkat kadar airnya seimbang dengan lingkungan.

2. Pengeringan dengan menggunakan bahan bakar

Bahan bakar sebagai sumber panas (bahan bakar cair, padat, listrik) misalnya :
BBM, batubara, dan lain-lain. Pengeringan ini disebut juga dengan pengeringan
mekanis. Jenis-jenis pengeringan mekanis adalah tray dryer, rotary dryer, spray dryer,
freeze dryer
a. Tray dryer (alat pengeringan berbentuk rak)
- Bentuknya persegi dan didalamnya berisi rak-rak yang digunakan sebagai
tempat bahan yang akan dikeringkan
- Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran
- Sering digunakan untuk produk yang jumlahnya tidak terlalu besar
- Bisa digunakan dalam keadaan vakum
- Waktu pengeringan umumnya lama (10-60 jam)
b. Rotary dryer (pengeringan berputar)
- Pengeringan kontak langsung yang beroperasi secara kontinyu, terdiri atas
cangkang silinder yang berputar perlahan, biasanya dimiringkan beberapa
Universitas Sumatera Utara
derajat dari bidang horizontal untuk membantu perpindahan umpan basah yang
dimasukkan pada atas ujung drum
- Bahan kering dikeluarkan pada ujung bawah
- Waktu pengeringan cepat (10-60 menit)
- Cocok untuk bahan yang berbentuk padat dan butiran
c. Freeze dryer (pengeringan beku)
- Cocok untuk padatan yang sangat sensitif panas (bahan bioteknologis tertentu,
bahan farmasi,dan bahan pangan)
- Pengeringan terjadi di bawah titik triple cairan dengan menyublin air beku
menjadi uap, yang kemudian dikeluarkan dari ruang pengering dengan pompa
vakum mekanis
- Menghsilkan produk bermutu tinggi dibandingkan dengan teknik dehidrasi lain.
d. Spray dryer (Pengering semprot)
- Cocok untuk bahan yang berbentuk larutan yang sangat kental serta berbentuk
pasta (susu, zat pewarna, dan bahan farmasi)
- Kapasitas beberapa kg/jam hingga 50 ton per jam penguapan (20000 pengering
semprot)
- Umpan yang diatomisasi dalam bentuk percikan disentuhkan dengan udara
panas yang dirancang dengan baik.

3. Pengeringan Gabungan

Pengeringan gabungan adalah pengeringan dengan menggunakan energi sinar
matahari dan bahan bakar minyak yang menggunakan konveksi paksa (udara panas
dikumpulkan dalam kolektor kemudian dihembus ke komoditi). Latar belakang karena
Universitas Sumatera Utara
suhu lingkungan hanya sekitar 33
o
C, sedangkan suhu pengeringan untuk komoditi
pertanian kebanyakan berkisar 60 70
o
C. Oleh karena itu perlu ditingkatkan suhu
lingkungan dengan cara mengumpulkan udara dalam satu kolektor surya dan
menghembuskannya ke komoditi (digunakan kipas angin).
4. Jenis Pengeringan Berdasarkan Media Pemanas
Pengeringan buatan/mekanis terdiri atas dua jenis berdasarkan media pemanas :
1. Pengeringan Adiabatik
Pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering oleh udara panas, fungsi udara
memberi panas dan membawa uap air.
2. Pengeringan Isothermik
Bahan pangan berhubungan langsung dengan lembaran/plat logam yang panas

2.1.7 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan
Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang
maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan usahausaha untuk mempercepat pindah
panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini perpindahan air keluar dari
bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut). Ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan untuk memperoleh keepatan pengeringan maksimum, yaitu :
1. Luas permukaan
Semakin luas permukaan bahan yang dikeringkan, maka akan semakin cepat
bahan menjadi kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotong potong untuk
mempercepat pengeringan.
Universitas Sumatera Utara

2. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan yang
dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga
mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau semakin tinggi suhu udara
pengering, maka akan semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan
menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah massa akan
berlangsung juga dengan cepat.
3. Kecepatan udara
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari
permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang
mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan
menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan.
4. Kelembaban udara
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya, maka akan
semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. Karena
udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air. Setiap bahan khususnya bahan
pangan mempunyai keseimbangan kelembaban udara masingmasing, yaitu
kelembaban pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke
atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.

Universitas Sumatera Utara

5. Tekanan atm dan vakum
Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (=1 atm), air akan mendidih pada suhu
100
o
C. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada suhu
lebih rendah dari 100
o
C.
P 760 Hg =1 atrm air mendidih 100
o
C
P udara <1 atm air mendidih <100
o
C
Tekanan (P) rendah dan suhu (T) rendah cocok untuk bahan yang sensitif terhadap
panas , contohnya : pengeringan beku (freeze drying)
6. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin cepat proses
pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep HTST (High Temperature
Short Time), Short time dapat menekan biaya pengeringan. (Rohanah, A.,2006).
2.2 Pengertin Karet

Karet merupakan suatu polimer isoprena dan juga merupakan hidrokarbon
dengan rumus monomer (C
5
H
8
)n. Zat ini umumnya berasal dari getah berbagai
tumbuh-tumbuhan di daerah panas, terutama dari pohon karet. Getah ini diperoleh
setelah dilakukan pengerjaan pada pohon karet yaitu, pohon karet yang telah cukup
umur dideres batangnya, sehingga getahnya keluar, getah yang keluar inilah sering
disebut dengan lateks (karet alam). Kemudia diolah menjadi berbagai macam produk
karet.
Universitas Sumatera Utara

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini,
karet alam sudah dapat disintesis, akan tetapi kegunaan dari karet alam ini tidak dapat
digantikan oleh karet sintesis, ini disebabkan karena nilai PRI dari karet alam lebih
baik dari karet buatan (sintesis).

2.3. Sifat Karet

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang
berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis
(rubberiness). Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya,
kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur (resilience) dan terutama pada
proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi.

Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Kualitas dan
hasil produksi karet alam sangat terkenal dan merupakan dasar perbandingan yang
baik untuk barang-barang karet buatan manusia. Karet alam mempunyai daya lentur
yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya
tahan karet terhadap benturan, gesekan dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam
tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet
alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan-bahan kimia seperti
bensin, minyak tanah, pelarut lemak (degreaser), pelumas sintetis, dan cairan hidrolik.
Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi-produksi
pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah (misalnya ban
Universitas Sumatera Utara
pesawat terbang, ban truk raksasa dan ban-ban kendaraan) dan produksi-produksi
teknik lain yang memerlukan daya tahan sangat tinggi. (Spillane. J. J., 1989)
2.4. Komposisi Karet Alam

Hasil yang diambil dari tanaman karet adalah lateks yang diolah menjadi sit,
lateks pekat dan lateks karet remah. Lateks dapat diperoleh dengan cara menyadap
antara kambium dan kulit pohon yaitu merupakan cairan berwarna putih atau
kekuning-kuningan. Secara singkat komposisi lateks segar dari kebun adalah sebagai
berikut :

Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar dari Kebun

Komponen Komponen dalam
Lateks segar (%)
Karet hidrokarbon 36
Protein 1,4
Karbohidrat 1,6
Lipida 1,6
Persenyawaan organik 0,4
Persenyawaan anorganik 0,5
Air 58,5


Sedangkan komposisi lateks dalam karet kering adalah sebagai berikut :



Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Komposisi Lateks dalam Karet Kering

Komponen Komposisi dalam
lateks kering (%)
Karet hidrokarbon 92 94
Protein 2,5 3,5
Karbohidrat -
Lipida 2,5 3,2
Persenyawaan organic -
Persenyawaan anorganik 0,1 - 0,5
Air 0,3 1,0


Apabila lateks hevea segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran per
menit (rpm) selama 1 jam, akan terbentuk 4 fraksi :

2.4.1. Fraksi karet
Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan
diameter 0,05 3 mikron (). Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang
terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap. (Ompusunggu, 1987)

2.4.2. Fraksi kuning
Fraski ini terdiri dari partikel-partikel berwarna kuning yang mula-mula
ditemukan oleh Frey Wyssling, sehingga disebut partikel Frey wyssling. Ukuran
Universitas Sumatera Utara
partikel dan berat jenisnya lebih besar dari partikel karet dan bentuknya seperti bola.
Setelah pemusingan dilakukan, partikel Frey wyssling biasanya terletak di bawah
partikel karet dan di atas fraksi dasar. (Tampubolon, M., 1986)
2.4.3. Fraksi serum
Fraksi serum juga disebut fraksi c ( centrifuged serum) mengandung sebagian
besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam.
(Ompusunggu, 1987)
2.4.4. Fraksi dasar
Fraksi dasar pada umumnya terdiri dari partikel-partikel dasar. Partikel dasar
mempunyai diameter 2 5 mikron dan berat jenisnya lebih besar dari berat jenis
partikel karet, sehingga pada pemusingan partikel-partikel dasar berkumpul di bagian
bawah (dasar). Jumlah lutoid dalam lateks berkisar antara 15 20%. (Tampubolon,
M., 1986)

2.5. Spesifikasi Karet

Karet alam merupakan komoditi perkebunaan yang unik karena
penggunaannya sebagai bahan baku industri sedangkan komoditi perkebunan lainnya
sebagian besar adalah bahan makanan dan minuman. Sebelum menjadi barang jadi
(misalnya ban kendaraan), karet mengalami pengujian mutu teknis yang ketat dan
kemudian diproses dengan prosedur pengolahan yang cukup rumit. Karena itu
masalah mutu karet jauh lebih canggih dibandingkan dengan mutu komoditi
perkebunan lainnya.

Karet spesifikasi teknis ( TSR) yang dikenal dengan istilah crumb rubber
mula-mula diolah oleh Malaysia tahun 1966, kemudian diikuti oleh Singapura dengan
Universitas Sumatera Utara
bahan baku berasal dari Indonesia yang penentuan jenis mutunya berdasarkan SMR
(Standar Malaysia Rubber) dan SSR (Singapore Specified Rubber). Sedangkan
Indonesia baru mulai mengolah crumb rubber pada tahun 1969 dengan spesifikasi
jenis mutu berdasarkan SIR (Standar Indonesia Rubber). Konsumen yang mula-mula
menerima dengan baik karet jenis crumb rubber ini adalah Amerika. Karena itu ekspor
karet Indonesia terutama ditujukan ke Amerika Serikat dan memperoleh pasaran yang
baik. Tahun 1982 jumlah karet Indonesia yang dikonsumsi oleh Amerika Serikat
adalah 54% dari konsumsi karet alam negara tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat kita tinjau proporsi jenis mutu karet alam ekspor
dalam pasaran Internasional pada tahun 1982 yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.3. Jenis Mutu Karet dalam Pasaran Internasional

No Jenis Mutu %
1 TSR-20 34,7
2 RSS-3 23,4
3 RSS-1 12,3
4 RSS-4 6,4
5 TSR-10 5,6
6 RSS-2 4,5
7 TSR-50 4,1

TSR =Technical Specified Rubber (Crumb Rubber =Karet Remah)

Universitas Sumatera Utara

2.5.1. Proses pengolahan TSR
Proses pengolahan TSR dapat dibagi 2, yaitu :
1. Proses pengolahan bahan baku lateks
Proses pengolahan bahan baku lateks yaitu pengecilan ukuran, penipisan,
peremahan, pencacahan, pembutiran, pengeringan, pembalan dan pengepakan.
2. Proses pengolahan bahan baku koagulum
Proses pengolahan bahan baku koagulum juga ditentukan oleh kondisi bahan
baku yaitu bahan baku kotor dan bahan baku bersih.

2.5.2. Pengawasan mutu karet
Pengujian mutu dilakukan sesuai dengan parameter skema SIR yang
dikeluarkan berdasarkan SK Mentri Perdagangan N0. 321/Kp/VIII/83 seperti pada
tabel di bawah ini :











Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4. Skema Standar Indonesia Rubber (SIR)

Spesifikasi SIR
5CV
SIR
5LV
SIR
5L
SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50
Kadar kotoran,
% maks

0,05

0,05 0,05

0,05

0,10

0,20

0,50
Kadar Abu,
% maks
0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 1,00 1,50
Kadar zat
menguap, maks
0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
PRI, min 60 60 60 60 50 40 30
Po, min - - 30 30 30 30 30
Warna, angka
komparator
lovibond, maks
- - 6 - - - -
Viskositas
Mooney
(ML(1+4)100C
- - - - - - -
Uji kemantapan
viskositas
(satuan
Wallace), maks
8 8 - - - - -
Ekstrak aseton,
%
- 6,8 - - - - -
Warna Lambang Hijau Hijau Hijau Hijau Coklat Merah Kuning
Nitrogen,
% maks
0,6 O,6 0,6 0,6 0,6 0,6 0,6


Hasil pengujian yang diperoleh walaupun memenuhi standar mutu tapi
mempunyai variasi yang cukup besar, apalagi bila diuji sifat-sifat fisika barang
jadinya. Pada masing-masing pabrik dapat juga terjadi variasi mutu untuk tiap kali
produksi, begitu juga bila dibandingkan antar pabrik. (Anwar, A.,Anas, A., 1987).



Universitas Sumatera Utara

2.6. Penyusutan bahan olah karet

Penyusutan bahan olah karet adalah kehilangan bahan olah karet yang
disebabkan oleh penguapan/penirisan air dari lapangan ke pabrik selama transportasi.
Bahan olah karet yang dipakai untuk mengolah sit, karet remah ( SIR 10, SIR 20, SIR
3CV, SIR 3L, SIR 3 WF) dan lateks pekat berasal dari lapangan. Mutu bahan olah ini
bervariasi. Jenis bahan olah untuk sit, lateks pekat dan SIR 3 CV, SIR 3 L, SIR 3WF
adalah lateks. Selama pengangkutan dari lapangan ke pabrik, bahan olah lump/slab
mengalami penyusutan disebabkan karena terjadinya penguapan dan penirisan air.
Disamping itu, kandungan air yang tinggi dalam lump/slab dapat menyebabkan
penurunan mutu. Selain itu, penyusutan bahan olah lateks bisa terjadi akibat adanya
sisa-sisa lateks yang tertinggal di dalam pipa-pipa atau tangki transpor. Sebagai
tambahan, penyusutan karet selama pengolahan bisa terjadi akibat adanya cacahan
karet yang tercecer selama pengolahan dan masuk ke saluran pembuangan atau
penggumpalan lateks yang tidak sempurna. ( Kumpulan pedoman pengolahan karet,
1997).

2.7. Penyimpanan Karet Remah

Untuk setiap jenis barang yang diproduksi dan dipakai, cara penyimpanannya
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini tergantung dari keanehan-
keanehan khusus dari barang-barang ini dan dari pengaruh-pengaruh yang dapat
menyebabkan kemunduran dalam kualitas dari hasil-hasil ini.

Universitas Sumatera Utara
Seperti bahan-bahan makanan yang mudah rusak disimpan dalam rumah-
rumah pendingin dan barang-barang yang mudah berkarat disimpan dalam ruangan-
ruangan yang kering, maka untuk penyimpanan barang-barang karet juga perlu
diadakan sejumlah peraturan.

Kemunduran sifat-sifat dari karet yang telah divulkanisir untuk sebagian besar
disebabkan oleh oksidasi. Oksigen dari udara dapat mempunyai pengaruh yang buruk
terhadap karet, sehingga pada permukaannya dapat diterbitkan retakan-retakan dan
robekan-robekan.

Walaupun pada campuran karet ditambahkan antioksidan-antioksidan yang
dapat mencegah atau menghambat oksidasi, namun hal oksidasi ini masih harus selalu
diperhatikan. Penyimpanan barang-barang karet harus dilakukan dalam keadaan sejuk
dan gelap. Sekalian harus dicegah adanya muatan sebelah untuk waktu yang panjang
atau barang-barangnya berlipat. Waktu menumpuk, hal ini harus diperhatikan.
Penerangan dalam ruangan-ruangan yang dipakai untuk menyimpan barang-
barang dari karet harus sedang saja. Sumber-sumber cahaya yang dipakai tidak atau
hampir tidak diperkenankan mengeluarkan sinar-sinar ultraviolet.

Selanjutnya harus dijaga, agar supaya barang-barang karet tidak berkontak
dengan minyak dan sebagainya, oleh karena karet dapat melarut dalam minyak
sehingga permukaannya dapat dirusak. (Yayasan Karet, 1983)

2.8. Pengerasan karet selama penyimpanan (Storage Hardening)

Universitas Sumatera Utara
Selama pengolahan, penyimpanan, dan pengangkutan dari negara produsen ke
negara konsumen, nilai ASHT karet remah akan mengalami kenaikan secara spontan
sehingga karet menjadi lebih keras. Gejala ini disebut Storage Hardening.

Storage hardening (pengerasan karet selama penyimpanan) ditunjukkan
dengan kenaikan nilai ASHT, sebenarnya merupakan suatu proses yang kompleks
sebab melibatkan beberapa tipe mekanisme yang sampai saat ini belum jelas dan pasti
penyebabnya. Selama puluhan tahun dilakukan penelitian tentang storage hardening
hanya beberapa proses karakteristik yang sudah dapat diidentifikasi secara jelas,yaitu :
1) Proses storage hardening akan dipercepat pada kondisi kelembaban yang
rendah. Hal inilah yang mendorong dikembangkannya pengujian pengerasan
karet selama penyimpanan yang dipercepat atau Accelerated Storage
Hardening Test (ASHT).
2) Beberapa reagen yang mengandung senyawa amina misalnya hidroksilamina
dapat mencegah proses storage hardening apabila ditambahkan ke dalam
lateks dalam jumlah yang cukup sebelum pemisahan partikel karetnya
(pembekuan).
3) Proses storage hardening terjadi karena adanya asam-asam amino di dalam
lateks.
Selama penyimpanan dalam keadaan kering, reaksi ikatan silang yang terjadi
akan semakin dipercepat.

2.8.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengerasan karet selama penyimpanan

Pada koagulum kebun dimana aktivitas mikroorganisme berlangsung terus,
ikatan silang tersebut berjalan terus walaupun tidak cepat karena terhalang oleh
Universitas Sumatera Utara
adanya air. Kemudian selama pengeringan (setelah diremahkan) kacepatan ikatan
silang akan dipercepat karena berkurangnya kadar air.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya storage hardening sehingga juga
mempengaruhi viskositas mooney karet alam terdiri dari jenis klon, cara pembekuan,
lama penyimpanan koagulum dan suhu pengeringan.

1) Jenis klon
Klon adalah tanaman yang didapat dari hasil perbanyakan vegetatif
(aseksual). Setiap klon mempunyai gugus aldehida yang berbeda-beda
jumlahnya. Semakin banyak jumlah gugus aldehida yang terdapat pada setiap
rantai poliisoprena, maka kenaikan nilai ASHT dari tiap-tiap klon karet juga
berbeda-beda dan tidak tetap, tergantung pada jenis klon dan juga keadaan
cuaca pada saat lateks disadap.

2) Cara pembekuan
Nilai ASHT yang tinggi pada koagulum kebun ini diduga karena proses
pembekuannya tidak serentak dan tidak merata. Maka dalam pegolahan karet
viskositas mantap dianjurkan untuk menggunakan pH pembekuan antara 4,5
5,5.

3) Lama penyimpanan koagulum
Lama penyimpanan koagulum dan remah karet sebelum diproses dapat
menaikkan nilai ASHT. Dalam bentuk remah karet akan lebih cepat
mengalami kenaikan nilai ASHT dibandingkan dalam bentuk koagulum.
Perbedaan lama penyimpanan koagulum di tempat/di kebun petani akan
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan bervariasi nilai ASHT koagulum kebun. Nilai ASHT dari karet
SIR 20 adalah tidak boleh lebih dari 5 ( 5).
4) Suhu pengeringan
Suhu pengeringan yang tinggi dapat menaikkan atau menurunkan nilai ASHT
karet tergantung dari waktu pengeringan. Biasanya pengeringan pada suhu
tinggi dan waktu lama selalu akan menurunkan nilai ASHT. Karena pada suhu
tinggi dan waktu lama pemutusan molekul karet akan lebih cepat dibandingkan
reaksi ikatan silang. Dampak dari pengeringan pada suhu tinggi dan waktu
lama adalah nilai ASHT akan turun jatuh yang ditandai dengan karet menjadi
lunak dan lembut. Jadi perlu dicari suhu yang optimal untuk memenuhi
spesifikasi mutu teknis.

2.8.2 Cara-cara penanggulangan pengerasan karet selama penyimpanan

Karena reaksi pengerasan karet selama penyimpanan dipengaruhi oleh jenis
klon dan telah terjadi sejak lateks keluar dari pembuluh lateks, selama pengolahan,
penyimpanan sampai pengangkutan, maka cara penanggulangan yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut :

1. Memilih atau melakukan seleksi klon-klon yang cocok untuk karet
viskositas mantap dengan melihat jarak antara viskositas mooney dari
karet yang dihasilkan selama setahun. Apabila menggunakan klon
campuran harus diperhatikan berat karet kering dari setiap klon dan
masing-masing nilai viskositas mooneynya untuk memperkirakan
viskositas mooney ditangki pabrik.
Universitas Sumatera Utara
2. Menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat mencegah terjadinya reaksi
ikatan silang, seperti hidroksilamin netral sulfat (HNS), hidroksil
amonium sulfat (HAS).
3. Lateks dibekukan dengan asam semut pada pH 4,5 5
4. Segera mengolah koagulum dan remah karet
5. Menggunakan suhu pengeringan yang optimal
6. Begitu karet remah kering keluar dari alat pengering segera dilakukan
pendinginan dengan kipas sampai suhunya sirna dengan udara luar.
7. Mencegah terjadinya pengenceran lateks dan kontaminasi oleh ion-ion
logam.

Dari ketujuh cara penanggulangan pengerasan karet selama penyimpanan,
yang paling efektif adalah dengan penggunaan bahan kimia, karena ikatan silang dapat
dicegah sejak dini dan secara total. Bahan kimia yang paling banyak digunakan untuk
memantapkan nilai ASHT karet remah adalah hidroksilamin netral sulfat (HNS).

2.8.3. Cara pengujian pengerasan karet selama penyimpanan

Untuk mengetahui tingkat pertambahan ikatan silang selama penyimpanan
dilakukan uji pengerasan karet selama penyimpanan yang dipercepat, Accelerated
Storage Hardening Test (ASHT), yaitu dengan mengukur selisih plastisitas mula-mula
dengan plastisitas karet setelah disimpan pada kondisi yang diatur memiliki
kelembaban yang sangat rendah dengan menggunakan bahan kimia P
2
O
5
.

Pengukuran plastisitas dilakukan dengan menggunakan Plastimeter Wallace,
yaitu mengukur kemampuan karet untuk menahan pembebanan tetap selama waktu
Universitas Sumatera Utara
dan suhu tertentu. Plastisitas awal (Po) adalah plastisitas karet mentah yang langsung
diuji tanpa perlakuan khusus sebelumnya.

Plastisitas akhir (Ph) adalah plastisitas karet alam yang telah disimpan dalam
botol yang di dalamnya telah berisi P
2
O
5
dan berpenyekat aluminium. Karet
diletakkan di atas aluminium itu dan botol ditutup rapat. Botol dipanaskan di dalam
oven pada suhu 60C selama 24 jam, setelah itu karet dikeluarkan dari oven dan
dibiarkan selama 15 menit pada suhu kamar sebagai pendingin sebelum diuji
plastisitasnya dengan Plastimeter Wallace seperti pengujian Po. Hasil inilah yang
dibaca sebagai Plastisitas akhir (Ph). Hasil pengukuran ASHT dinyatakan dengan
menggunakan rumus :

ASHT = Ph Po

Dimana : Ph = Nilai tengah dari ketiga pengukuran plastisitas potongan uji yang
telah dikeraskan
Po = Nilai tengah dari ketiga pengukuran plastisitas potongan uji yang
tidak dikeraskan.
Pengerasan karet selama penyimpanan (storage hardening) menunjukkan
kecenderungan meningkatnya viskositas karet alam selama penyimpanan akibat
terbentuknya ikatan silang antara molekul karet.

Accelerated Storage Hardening Test (ASHT) merupakan cara yang dipercepat
yaitu dengan pengujian plastisitas wallace dari potongan uji sebelum dan sesudah
penyimpanan dalam waktu singkat dengan kondisi yang dapat mempercepat reaksi
pengerasan. (Refrizon, 2003).
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai