Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu planet dalam tata surya yang mempunyai kandungan air yang
cukup banyak adalah bumi. Lapisan air yang menyelimuti bumi disebut
hidrosfer. Hidrosfer merupkan lapisan yang terdapat dibagian luar bumi terdiri
ata air laut, sungai, danau, air dalam tanah, dan resapan-respan. Presentase air
paling banyak terdapat dilautan, yakni sekitar 97,5%, dalam bentuk es 75%,
dan dalam bentuk uap di udara sekitar 0,001%. Air merupakan salah satu
unsur yang vital dalam kehidupan. Air dapat ditemukan disemua tempat
dipermukaan bumi ini. Air merupakan sumber daya abiotik yang
keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir
semua kegiatan hidup manusia bersinggungan langsung dengan air. Misalnya,
air digunakan untuk keperluan minum, memasak, mencuci, dan lain-lain. Dari
contoh-contoh itu bisa kita jadikan titik tolak untuk menyimpulkan seberapa
penting peran air bagi kehidupan yang ada dibumi.
Dewasanya, air sangat penting bagi kehidupan sehari-hari Pemanfaatan air
untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi kuantitas air yang
ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka kualitas air akan
menurun. Air di bumi ini selalu mengalir dan dapat berubah wujud menjadi
uap air sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan angin. Uap
air ini kemudian menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada tahap ini
terjadi proses kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan atau
salju. Sebagian dari air yang jatuh ke- bumi meresap kedalam tanah sebagai
air bawah tanah,
Air juga dapat digunkan sebagai energi arternatif dengan membangun
PLTA(Pembangkit Listrik Tenaga Air). Dengan memanfaatkan sungai yang
memiliki arus yang deras, maka pembangunan PLTA diharuskan pula untuk
membangun bendungan
2

Berdasarkan uraian diatas maka makalah yang saya buat bejudul
Hidrologi dan Potensi Energi
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan hidrologi?
2. Apa yang dimaksud dengan aliran bawah tanah?
3. Apa yang dimaksud dengan debit air?
4. Bagaimana prospek debit sungai sebagai energi arternatif?

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui :
1. Pengertian hidrologi.
2. Teori aliran bawah tanah.
3. Debit air.
4. Prospek debit sungai sebagai energy aternatif.














3

BAB II
PEMBAHASAN

1. HIDROLOGI
1.1 Pengertian Hidrologi
Hidrologi (berasal dari Bahasa Yunani: Yoo, Y+oos, Hydrologia,
ilmu air) adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi,
dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air.
Orang yang ahli dalam bidang hidrologi disebut hidrolog, bekerja dalam bidang
ilmu bumi dan ilmu lingkungan, serta teknik sipil dan teknik lingkungan.
Kajian ilmu hidrologi meliputi hidrometeorologi (air yang berada di udara dan
berwujud gas), potamologi (aliran permukaan), limnologi (air permukaan yang
relatif tenang seperti danau; waduk) geohidrologi (air tanah), dan kriologi (air
yang berwujud padat seperti es dan salju) dan kualitas air. Penelitian Hidrologi
juga memiliki kegunaan lebih lanjut bagi teknik lingkungan, kebijakan
lingkungan, serta perencanaan. Hidrologi juga mempelajari perilaku hujan
terutama meliputi periode ulang curah hujan karena berkaitan dengan perhitungan
banjir serta rencana untuk setiap bangunan teknik sipil antara lain bendung,
bendungan dan jembatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrologi
1.2 Siklus Hidrologi
Pemanfaatan air untuk berbagai macam keperluan tidak akan mengurangi
kuantitas air yang ada di muka bumi ini, tetapi setelah dimanfaatkan maka
kualitas air akan menurun. Air di bumi ini selalu mengalir dan dapat berubah
wujud menjadi uap air sebagai akibat pemanasan oleh sinar matahari dan tiupan
angin. Uap air ini kemudian menguap dan mengumpul membentuk awan. Pada
tahap ini terjadi proses kondensasi yang kemudian turun sebagai titik-titik hujan
atau salju. Sebagian dari air yang jatuh ke- bumi meresap kedalam tanah sebagai
air bawah tanah, sedangkan sebagian lainya mengalir sebagai air permukaan yang
kemudian menguap kembali akibat sinar matahari. Siklus disebut siklus hidrologi.

4




Gambar 2.1 : Siklus Hidrologi
Secara umum, siklus hidrologi dapat dibagi dalam tiga tahapan:
1) Air permukaan yang ada di muka bumi ini membentuk kumpulan butir-butir air
sebagai awan, ditiup angin ke arah dataran, kemudian turun sebagai hujan.
2) Hujan yang turun ke permukaan bumi, sebagian mengalir sebagai air
permukaan, sebagian menguap (evaporasi) dan sebagian lagi menyerap
melalui pori-pori tanah ke dalam tanah (infiltrasi) sebagai air bawah tanah.
3) Air yang masuk kedalam tanah sebagai air bawah tanah, sebagian mengisi
lapisan tanah/batuan dekat permukaan bumi yang kemudian disebut akuifer
dangkal, dan sebagian lagi terus masuk kedalam tanah untuk mengisi lapisan
akuifer yang lebih dalam. Proses ini berlangsung dalam waktu yang sangat
lama. Lokasi pengisian (recharge area) dapat jauh sekali dari lokasi
pengambilan airnya (discharge area). (asdak chay 1995: 7 -10)
2. Aliran Bawah Tanah
Dalam mekanisme daur hidrologi, yang dimaksud dengan aliran bawah
permukaan adalah semua bentuk aliran air yang mengalir dibawah permukaan
tanah sebagai akibat struktur pelapisan geologi, beda potensi kelembapan tanah
dan gaya gravitasi bumi.
5

Keberadaan air bawah tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan
besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah yang berpasir
lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air
hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya batuan dengan sementasi kuat dan
kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir
semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut.
Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan
industri, penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi
infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan.

2.1. Pergerakan Air Bawah Tanah
Air yang meresap kedalam tanah akan mengalir mengikuti gaya gravitasi
bumi. Akibat adanya gaya adhesi butiran tanah pada zona tidak jenuh air,
menyebabkan pori- pori tanah terisi air dan udara dalam jumlah yang berbeda-
beda. Setelah hujan, air bergerak kebawah melalui zona tidak jenuh air. Sejumlah
air beredar didalam tanah dan ditahan oleh gaya-gaya kapiler pada pori-pori yang
kecil atau tarikan molekuler di sekeliling partikel-partikel tanah. Bila kapasitas
retensi dari tanah telah habis, air akan bergerak kebawah kedalam daerah dimana
pori-pori tanah atau batuan terisi air. Air di dalam zona jenuh air ini disebutair
bawah tanah.

6

Gambar 2.2 pergerakan air bawah tanah
2.2 Aliran Air Bawah Tanah
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap gerakan air bawah permukaan
tanah antara lain adalah:
Perbedaan kondisi energi di dalam air bawah tanah itu sendiri.
Kelulusan lapisan pembawa air.
Kekentalan (viscosity) air bawah tanah.
Air bawah tanah memerlukan energi untuk dapat bergerak mengalir melalui
ruang antar butir. Tenaga penggerak ini bersumber dari energi potensial.
Energi potensial air bawah tanah dicerminkan dari tinggi muka airnya
(piezometric) pada tempat yang bersangkutan.air bawah tanah mengalir dari titik
dengan energi potensial tinggi ke arah titik dengan energi potensial rendah. Antara
titik titik-titik dengan energi potensial sama tidak terdapat pengaliran air bawah
tanah. Garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang sama energi
potensialnya disebut garis kontur muka air bawah tanah atau garis isohypse.
Sepanjang garis kontur tersebut tidak terdapat aliran air bawah tanah, karena arah
aliran air bawah tanah tegak lurus dengan garis kontur

Gambar 2.3 . Jaring-jaring Aliran Air Bawah Tanah
7

Aliran ABT tersabut secara umum bergerak dari daerah imbuh (recharge
area)ke daerah luah (discharge area) dan dapat muncul ke permukaan secara
alami maupunbuatan(Surya Wasimudin. 2010: 6-7).
2.3 Muncul Air Bawah Tanah
Air bawah tanah dapat muncul ke permukaan secara alami, seperti mata air,
maupun karena budidaya manusia, lewat sumur bor.
Mata air (spring) adalah keluaran terpusat dari ABT yang muncul di
permukaan sebagai suatu aliran air. Mata air dilihat dari penyebab kemunculannya
dapat digolongkan menjadi dua (Bryan vide Tood, 1980), yakni:
Akibat dari kekuatan non gravitasi
Akibat dari kekuatan- kekuatan gravitasi
Yang termasuk dalam golongan pertama adalah mata air yang
berhubungan dengan rekahan yang meluas hingga jauh ke dalam kerak bumi.
Mata air jenis ini biasanya berupa mata air panas.

Gambar 2.4 mata air panas

Mata air gravitasi adalah hasil dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik.
Secara umum jenis-jenisnya dikenal sebagai berikut:
Mata air depresi (depression springs) terbentuk karena permukaan tanah
memotong muka air bawah tanah.
8

Mata air sentuh (countact springs) terbentuk karena lapisan yang lulus air
yang dialasi oleh lapisan yang relatif kedap air teriris oleh muka tanah.
Mata air artesis (artesian springs) terbentuk oleh pelepasan air di bawah
tekanan dari akuifer tertekan pada singkapan akuifer atau melalui bukaan
dari lapisan penutup.
Mata air pipaan atau rekahan (tubular of fracture springs) muncul dari
saluran, seperti lubang pada lava atau saluran pelarutan, atau muncul dari
rekahan-rekahan batuan padu yang berhubungan dengan air bawah tanah.
2.4 Lapisan akuifer
Sebagai lapisan kulit bumi, maka akuifer membentang sangat luas, menjadi
semacam reservoir bawah tanah. Pengisian akuifer ini dilakukan oleh resapan air
hujan kedalam tanah. Sesuai dengan sifat dan lokasinya dalam siklus hidrologi,
maka lapisan akuifer mempunyai fungsi ganda sebagai media penampung (storage
fungtion) dan media aliran (conduit fungtion). Aliran air bawah tanah dapat di
bedakan dalam aliran akuifer bebas (unconfined aquifer) atau akuifer terkekang
(confined aquifer).
2.4.1 Akuifer tertekan atau terkekang (confined aquifer) adalah lapisan
rembesan air yang mengandung kandungan air bawah tanah yang
bertekanan lebih besar dari tekanan atmosfir, karena bagian bawah
dan atas dari akuifer ini tersusun dari lapisan kedap air. Muka air
bawah tanah dalam kedudukan ini disebut pisometri, yang dapat
berada di atas maupun di bawah muka tanah. Apabila tinggi
pisometri berada di atas muka tanah, maka air sumur yang menyadap
akuifer jenis ini akan mengalir secara bebas. Air bawah tanah dalam
kondisi demikian disebut artoisis atau artesis. Dilihat dari kelulusan
lapisan pengurungnya akuifer terkekang dapat dibedakan menjadi
akuifer setengah tertekan (semi-confined aquifer) atau tertekan
penuh (confined aquifer).
9


Gambar 2.5 jenis Akuifer
2.4.2 Akuifer bebas atau tak tertekan (unconfined aquifer) adalah lapisan
rembesan air yang mempunyai lapisan dasar kedap air, tetapi bagian
atas muka air bawah tanah lapisan ini tidak kedap air, sehingga
kandungan air bawah tanah yang bertekanan sama dengan tekanan
udara bebas/tekanan atmosfir. Ciri khusus dari akuifer bebas ini
adalah muka air bawah tanah yang sekaligus juga merupakan batas
atas dari zona jenuh akuifer tersebut.
2.4.3 Akuifer terangkat (perched) merupakan kondisi khusus, dimana air
bawah tanah pada akuifer ini terpisah dari air bawah tanah utama
oleh lapisan yang relatif kedap air dengan penyebaran terbatas, dan
terletak di atas muka air bawah tanah utama.
10


Gambar 2.6 Akuiter terangkat


2.5 Keterdapatan Air Bawah Tanah
Penyebaran vertikal air bawah permukaan dapat dibagi menjadi zona tak jenuh
(zone of aeration) dan zona jenuh (zone of saturation). Zona tak jenuh terdiri dari
ruang antara yang sebagian terisi oleh air dan sebagian terisi oleh udara,
sementara ruang antara zona jenuh seluruhnya terisi oleh air.
11


Gambar 2.7 Skema Zona Air Bawah Tanah

Air yang berada pada zona tak-jenuh disebut air gantung (vodose water), dan
yang tersimpan dalam ruang merambat (capillary zone) disebut air merambat
(capillary water). Air bawah tanah adalah bagian dari air yang ada di bawah
permukaan tanah (sub-surface water), yakni yang berada di zona jenuh air (zone
of saturation). Keterdapatan air bawah tanah pada zona jenuh mengisi ruang-ruang
antara butir batuan rongga-rongga batuan.
Batuan itu sendiri, ditinjau dari sifatnya terhadap air dapat dibedakan atas:
Akuifer Suatu formasi batuan yang mengandung cukup bahan-bahan yang
lulus dan mampu melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur
atau mata air. Ini berarti, formasi tersebut mempunyai kemampuan
menyimpan dan mengalirkan air. Pasir dan kerikil merupakan contoh suatu
jenis akuifer.
12

Akuiklud Suatu lapisan jenuh air, tetapi relatif kedap air yang tidak dapat
melepaskan air dalam jumlah berarti. Lempung adalah salah satu jenis dari
Akuilud. Akuifug Lapisan batuan yang relatif kedap air, yang tidak
mengandung ataupun dapat mengalirkan air. Batu Granit termasuk jenis
ini.
Akuitard Lapisan jenuh air namun hanya sedikit lulus air dan tidak mampu
melepaskan air dalam jumlah berarti ke sumur-sumur. Lempung pasiran
adalah salah satu contohnya.
Akuifer karena sifatnya seperti yang telah disebutkan di muka merupakan
lapisan batuan yang sangat penting dalam usaha penyadapan air bawah tanah.
Litologi atau penyusun batuan dari lapisan akuifer di Indonesia yang penting
adalah:
Endapan aluvial Merupakan endapan hasil rombakan dari batuan yang telah
ada. Endapan ini terdiri dari bahan-bahan lepas seperti pasir dan kerikil.air
bawah tanah pada endapan ini mengisi ruang antar butir. Endapan ini
tersebar di daerah dataran.
Endapan vulkanik muda Merupakan endapan hasil kegiatan gunung berapi,
yang terdiri dari bahan- bahan lepas maupun padu. ABT pada endapan ini
menempati baik ruang antar butir pada material lepas maupun mengisi
rekahan/rongga batuan padu. Endapan ini tersebar di sekitar wilayah gunung
berapi.
Batu gamping Merupakan endapan laut yang mengandung karbonat, yang
karena proses geologis diangkat ke permukaan. ABT di sini mengisi terbatas
pada rekahan, rongga, maupun saluran hasil pelarutan. Endapan ini tersebar
di tempat- tempat yang dahulu berwujud lautan. Karena proses geologis,
fisik, dan kimia, di beberapa daerah sebaran endapan batuan ini membentuk
suatu morfologi khas, yang disebut karts.
2.6 Resapan air bawah tanah
13

Resapan air bawah tanah diperlukan untuk mengetahui seberapa besar air
hujan yang menyerap kedalam tanah. Jumlah resapan air bawah tanah dihitung
berdasarkan besarnya curah hujan dan besarnya derajat infiltrasi yang terjadi pada
suatu wilayah, yang kemudian meresap masuk ke dalam tanah sebagai imbuhan
air bawah tanah.


3. Debit Air
3.1 Pengertian Debit Air
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS).
Satuan debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran
adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang
melintang sungai per satuan waktu.


3.2 Faktor Penentu Debit Sungai
Debit air merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan suatu DAS.
Pelestarian hutan juga penting dalam rangka menjaga kestabilan debit air yang
ada di DAS, karena hutan merupakan faktor utama dalam hal penyerapan air tanah
serta dalam proses Evaporasi dan Transpirasi. Juga pengendali terjadinya longsor
yang mengakibatkan permukaan sungai menjadi dangkal, jika terjadi
pendangkalan maka debit air sungai akan ikut berkurang.Selain menjaga
pelestarian hutan, juga yang tidak kalah pentingnya yang sangat penting kita
perhatikan yaitu tingkah laku manusia terhadap DAS,seperti pembuangan sampah
sembarangan.
Hal-hal berikut ini adalah yang mempengaruhi debit air:
3.2.1 Intensitas hujan.
14


Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki
komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus
tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek), atau
kemarau panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan bertambahnya debit
air.
3.2.2 Pengundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan
tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di daerah
tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air
tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber air sungai.
Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan manfaat berupa
ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang
gundul akan menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada
musim hujan, air hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus
tanah yang kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran
permukaan dan sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor
dan atau banjir bandang yang membawa kandungan lumpur.
3.2.3 Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya
dengan penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat erosi.
Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended solid)
dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh
meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan hara dalam air
sungai.Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian
mempunyai kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor
konservasi tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain.
3.2.4 Intersepsi
15

Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas
permukaan tanah, tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali(hilang) ke
atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi
selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan
jatuh di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah mencapai
permukaan tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi dianggap bukan
faktor penting dalam penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran sungai harus
tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang sebagai
air intersepsi dapat mempengaruhi neraca air regional. Penggantian dari satu jenis
vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang berbeda, sebagai contoh, dapat
mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.
3.2.5 . Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok
yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, mengapa
dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena melalu kedua proses ini
dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini menguapkan air dari per mukan
air, tanah dan permukaan daun, serta cabang tanaman sehingga membentuk uap
air di udara dengan adanya uap air diudara maka akan terjadi hujan, dengan
adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan bertambah juga.
3.3 Metode Pengukuran Debit Air
Ada beberapa metode pengukuran debit aliran sungai yaitu :
3.3.1 Pengukuran air sungai.
Biasanya dilakukan untuk aliran air (sungai) lambat. Pengukuran debit
dengan cara ini dianggap paling akurat, terutama untuk debit aliran lambat
seperti pada aliran mata air. Cara pengukurannya dilakukan dengan
menentukan waktu yang di perlukan untuk mengisi kontainer yang telah
diketahui volumenya. Prosedur yang biasa dilakukan untuk pengukuran debit
16

dengan cara pengukuran volume adalah dengan membuat dam kecil (atau alat
semacam weir) disalah satu bagian dari badan aliran air yang akan diukur.
Gunanya adalah agar aliran air dapat terkonsentrasi pada satu outlet. Di tempat
tersebut pengukuran volume air dilakukan. Pembuatan dam kecil harus
sedemikian rupa sehingga permukaan air di belakang dam tersebut cukup
stabil. Besarnya debit aliran dihitung dengan cara:
Q =/t
Keteranagan :
Q = debit (m3/dt)
= volume air (m3)
t = waktu pengukuran (detik)
3.3.2 Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan
menentukan luas penampang melintang sungai.
Yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau sering
dikenal sebagai pengukur debit melalui pendekatan velocity-area method
paling banyak dipraktikan dan berlaku untuk kebanyakan aliran sungai.
3.3.3 pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna)
yang dialirkan dalam aliran sungai.
Sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak
beraturan (turbulence). Untuk maksud-maksud pengukuran hidrologi,
bahan-bahan penelusur (tracers),
a.Mudah larut dalam aliran sungai
b.Bersifat stabil
c. Mudah dikenali pada kosentrasi rendah.
17

d.Tidak bersifat meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak
(negatif) yang permanen pada badan perairan.
e. Relatif tidak terlalu mahal harganya.
3.3.4. pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit
seperti weir (aliran lambat) atau aliran air cepat.
Persoalan yangsering muncul ketika melakukan pengukuran debit
sungai mendorong para ahli hidrologi mengembangkan alat/bangnan
pengontrol aliran sungai untuk tujuan pengukuran debit.bangnan tersebut
antara lain, weir dan flume. Cara kerja banganunan pengukur debit
tersebut diatas adalah dengan menggunakan kurva aliran untuk
mengubah kedalaman aliran air menjadi debit. Perbedaan pemakaian
kedua alat tersebut adalah bahwa flume digunakan untuk mengukur debit
pada sungai dengan debit aliran besar, sering disertai banyak sampah atau
bentuk kotoran lainnya. Sedangkan aliran air kecil atau dengan
ketinggian aliran (h) tidak melebihi 50 cm. Biasanya dipakai weir. Aliran
yang melewati lempengan weir akan menunjukan besar kecilnya debit di
tempat tersebut. Kegunaan utama alat tersebut adalah untuk mengurani
kesalahan dalam menentukan hubungan debit (Q) dan tinggi muka air.
(http://andrendre.wordpress.com/2013/03/18/debit-aliran)

3.4 Perkiraan debit empiris
Dibanyak negara berkembang, terutama di daera-daerah terpencil
alat pencatat aliran air sangat terbatas dan kalau tersedia sering kali
dalam kondisi kurang memadai. Namun demikian, terlepas dari segala
kekurangan yang ada, prakiraan besarnya aliran air, betapapun
kasarnya, sangat diperlukan untuk mengevaluasi keadaan DAS atau
untuk merancang bangunan pengairan, terutama dalam kaitannya
pengendali banjir. Untuk mengatasi permasalahan seperti tersebut
18

diatas, berikut ini akan dikemukan teknik atau metoda untuk
memprakirakan besarnya debit dengan menggunakan persamaan
empiris.
. Pada tempat-tempat seperti tersebut diatas, karena keterbatasan alat
ukur debit, besarnya debit biasanya ditentukan secara tidak
langsung(indirect measurement). Cara yang sering digunakan untuk
memprakirakan besarnya debit dalam kasus ini adalah melelui
pendekatan slope-area method. Salah satu metode yang sering
digunakan untuk mengukur kecepatan aliran air melalui pendekatan
slope-area metode adalah persamaan Manning.
(http://andrendre.wordpress.com/2013/03/18/debit-aliran)
3.5 Hidrograf Aliran
Konsep unit hidrograf (UHG) memberikan dasar berbagai model
hidrologi yang lebih rumit dan pemakaian yang lebih luas dibandingkan
dengan metoda rasional. Kegunaan utama metoda UHG adalah untuk
menganalisa proyek-proyek pengendalian banjir. Dua faktor utama
untuk menentukan bentuk hidrograf adalah karateristek Das dan iklim.
Unsur iklim yang perlu diketahui adalah jumlah curah hujan total,
intensitas hujan, dan suhu.
(http://andrendre.wordpress.com/2013/03/18/debit-aliran)
4. Prospek Debit Sungai Sebagai Energi Aternataif
Tenaga Air dapat dijadikan sumber energi alternatif dengan membangun
PLTA(Pembangkit Listrik Tenaga Air). Dengan memanfaatkan sungai yang
memiliki arus yang deras, maka pembangunan PLTA diharuskan pula untuk
membangun bendungan. Sistem kerjanya dapat dilihat di gambar. Sungai yang
memiliki arus yang deras ditampung dan masuk kedalam terowongan dari
19

permukaan sungai yang lebih tinggi, lalu karena kemiringan tersebut arus air
dapat lebih kencang dan akhirnya dapat memutarkan turbin yang disalurkan ke
generator dan menghasilkan listrik. Pembangunan PLTA ini paling tepat bila
dibangun di sungai yang beraliran konsekwen atau subsekwen yang memiliki satu
arus saja. Kelemahan dari PLTA adalah saat debit air pada sungai tersebut
menurun, maka pasokan listrik juga akan berkurang. Begitupula sebaliknya bila
pasokan debit air banyak terutama sehabis hujan maka turbin akan berputar lebih
kencang dan menghasilkan listrik sesuai dengan kemampuan turbin. Seluruh
pulau-pulau besar di Indonesia memiliki PLTA, terutama di wilayah Sumatera
dan Jawa (https://hanami.wordpress.com).
4.1 Potensi Hidrolik
Potensi hidrolik adalah potensi energi yang ditimbulkan oleh tekanan air
akibatgaya gravitasibumi. Potensi energi mikrohidro yang tersedia di alam adalah
merupakanenergi dalam bentuk energi potensial. Besarnya potensi hidrolik
ditentukan olehbesarnya debit air Qdan ketinggian kemiringan sungai atau head
(h). Secara matematis,besarnya potensi hidrolik dari suatu potensi energi
mikrohidro dapat dijelaskan denganpersamaan berikut (SomantriMaman: 258):


Keterangan:
Ph= Potensi hidrolik, kW
= Kerapatan atau massa jenis air (1000 kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Q = Debit aliran air(m3/detik)
20

h = Kemiringan sungai atau head
4.2 Kapasitas Daya Pembangkit
Tidak seluruh energi yang dimiliki air dalam bentuk potensi hidrolik
dapatdiubah menjadi tenaga listrik. Pada saat konversi dari energi potensial
menjadi energy listrik sebagian energi akan hilang atau dikenal sebagai losses.
Selain itu besarnyaenergi listrik yang dapat diperoleh sangat bergantung pada
besarnya efisiensi turbin dangenerator yang digunakan. Secara sederhana
kapasitas daya dapat dihitung denganpersamaan berikut:


dimana
P
el
= Kapasitas daya terbangkit, kW
P
h
= Potensi hidrolik, kW

t
= Efisiensi total, %
Net head (Hnet) ditentukan dari pengurangan rugi-rugi gesekan dan
turbulensidalam pipa pesat (Hloss) terhadap gross head (Hg). Estimasi efisiensi
turbin, estimasiefisiensi generator dan estimasi efisiensi transmisi mekanik di atas
masing-masingmerupakan efisiensi untuk turbin Crossflow yang diproduksi lokal,
generator sinkrondan flat-belt pada umumnya. Sedangkan rugi-rugi pada jalur
transmisi diperkirakansekitar 5% dari daya listrik yang dibangkitkan pada rumah
pembangkit (Peli).Gambar dibawah ini menunjukkan gambaran perkiraan
besarnya losses dantempat-tempat terjadinya losses pada sistem pembangkit
mikrohidro.

21


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah dengan isi hidrologi dan potensi energy dapat disimpulkan
yaitu:
1. Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan,
distribusi, dan kualitas air di seluruh bumi, termasuk siklus hidrologi dan
sumber daya air. Orang yang ahli dalam bidang hidrologi disebut hidrolog,
bekerja dalam bidang ilmu bumi dan ilmu lingkungan, serta teknik sipil dan
teknik lingkungan.
2. Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dankembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi
3. Air Bawah Tanah adalah air yang mengalir di bawah permukaan tanah
biasanya sangat tergantung besarnya curah hujan dan air yang dapat
diresap.
4. Debit air adalah jumlah air yang mengalir setiap waktu atau boleh diartikan
banyaknya volume air yang mengalir setiap waktu.Kedalaman menyatakan
dimana letak dasar perairan, oleh karena itu menjadi suatu hal yang harus
diperhatikan dalam melakukan pengukuran debit air.
22

5. Debit air sungai bisanya dapat digunakan sebagai energi arternatif dengan
membangun PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Dengan
memanfaatkan sungai yang memiliki arus yang deras, maka pembangunan
PLTA diharuskan pula untuk membangun bendungan

B. Saran
Setelaah membaca dan mengerti makalahi ini kita dapat mengerti dan
memahami tentang debit air ,aliran bawah tanah ,dan prospek debit sungai sebagai
enegi arternatif. Diharapkan untuk membaca lebih banyak referensi lagi dalam
pembuatan makalah ini agar isi menjadi lebih baik lagi.

















23


DAFTAR PUSTAKA
Asdak chay. 1995. Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai.yogyakarta:
Gajah Mada University Press
https:// A great World Wordpress.com (12 Mei 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrologi
Surya Wasimudin. 2010. Potensi dan Pemanfaatan ABT di Kota Semarang.
Jurnal Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia.Hal 4-15

Anda mungkin juga menyukai